Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SKIZOFRENIA

DOSEN PENGAMPU: ILMIYATI ZAIN,S.PSI.,M.KEP


MATA KULIAH: PSIKOLOGI
DISUSUN OLEH:
TOMI KURNIAWAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SAMAWA


PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, makalah kami yang
berjudul “Skizofrenia” telah terselesaikan tepat waktu. Adapun makalah ini saya
susun sebagai salah satu tugas pada mata kuliah psikologi khususnya terkait
skizofrenia. Makalah ini dapat terselesaikan karena dukungan dosen dan teman-
teman.
Demikian makalah ini saya susun, semoga dapat bermanfaat bagi
keilmuan khususnya dIBidang Keperawatan.

Sumbawa,12 Juni 2022


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1


1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................1
1.4 Manfaat .........................................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................2


2.1Pengertian Skizofrenia....................................................................................................2
2.2.Kategori Skizofrenia dalam DSM-IV-TR ..................................................................2
2.3. Simtom Klinis Skizofrenia..............................................................................................4
2.4 Simtom Klinis Skizofrenia.............................................................................................5
2.5 Terapi Skizofrenia..........................................................................................................5
BAB III PENUTUP............................................................................................................7
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................7
3.2 SARAN..........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia merupakan gangguan mental yang sangat berat. Gangguan iniditandai


dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi,halusinasi,
gangguan kognitif, dan persepsi, dan gejala-gejala lainnya. Gejalaskizofrenia ini
akan menyebabkan pasien skizofrenia mengalami penurunanfungsi ataupun
ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat terhambat produktivitasnya
dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain.Prevelensi penderita skizofrenia di
Indonesia adalah 0,3

 –  1 persen dan biasanya timbul pada usia sekitar 18

 –  45 tahun, namun ada juga yang berusialebih dini.

Skizofrenia adalah gangguan mental yang cukup luas dialami diIndonesia,


dimana sekitar 99%pasien rumahsakit jiwa di Indonesia
adalah penderita Skizofrenia. Skizofrenia ini tidak hanya
menimbulkan penderitaan bagi penderitanya, tetapi juga bagi orang-
orang terdekatnya. Biasanya keluargalah yang terkena dampak hadirnya
Skizofrenia di keluarga mereka. Sehingga pengetahuan tentang skizofrenia dan
pengenalan tentang gejala-gejala munculnya skiofrenia oleh keluarga dan
lingkungan sosialnya akan sangat membantu
dalam pemberian penanganan pasien penderita skizofrenia lebih dini sehinga akan
mencegah berkembangnya gangguan mental yang sangat berat ini.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud skizofrenia ?

2. Bagaimana simtom klinis skizofrenia ?

3. Apa saja etiologi skizofrenia ?

4. Bagaimana terapi skizofrenia ?

1.3.Manfaat

Dapat mengetahui dan tau tentang apa itu gangguan mental seperti skizofrenia
dan dapat memahami tentang penyakit ini
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Skozofrenia

Menurut Davidson (2012) Skizofrenia adalah gangguan psikotikyang ditandai


dengan gangguan utama dalam pikiran emosi, dan perilaku
pikiran yang terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan sec
ara logis; persepsi dan perhatian yang keliru; afek dataratau tidak sesuai; dan
berbagai gangguan aktivitas bizarre.

Pasien menarik diri dari banyak orang dan realitas, seringkali kedalam kehidupan
fantasi yang penuh waham dan halusinasi.Skozofrenia termasuk dalam salah satu
gangguan mental yangdisebut psikosis, pasien psikotik tidak dapat mengenali atau
tidak memiliki kontak dengan realitas (Setiadi, 2006).Skizofrenia berasal dari kata
Yunani yang bermakna schizo artinyaterbagi, terpecah dan phrenia artinya
pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau terpecah. (Rudyanto, 2007).Eugene Bleuler
mengemukakan manifestasi primer skizofrenia ialah gangguan pikiran, emosi
menumpul dan terganggu. Ia
menganggap bahwa gangguan pikiran dan menumpulnya emosi sebagai gejala uta
madaripada skizofrenia dan adanya halusinasi atau delusi (waham)merupakan
gejala sekunder atau tambahan terhadap ini
(Lumbantobing,2007).Skizofrenia dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom deng
an variasi penyebab (banyak yang belum diketahui), dan perjalanan penyakit(tak
selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya (Kaplan andSadock, 2010).

1.Sejarah Konsep Skizofrenia

Konsep Skizofrenia pertama kali di formulasikan oleh dua psikiater Eropa,


Emil Kraepelin dan Eugen Bleuer. Kraepelin pertama kalimengemukakan
teorinya mengenai

dementia praecox,

istilah awal untukSkizozrenia pada tahun 1898. Dia membedakan dua kelompok
utama psikosis yang disebutnya endogenic, atau disebabkan secara internal: penya
kit manik-depresi dan dementia praecox. Meskipun berbagai gangguan tersebut
secara simtomatik berbeda, Kraepelin yakin mereka memiliki kesamaan inti dan
istila dementia praecox mencerminkan apayang diyakininya merupakan inti
tersebut-yaitu terjadi pada usia awal(praecox) dan perjalanan yang memburuk
yang ditandai oleh deteriorasi intelektual progresif (demensia).Pandangan Eugen
Bleuer, mencerminkan upaya spesifik untuk mendefinisikan inti gangguan dan
mengubah titik berat Kraepelin padausia terjadinya gangguan dan pada perjalanan
penyakit dalam defenisinya.Pendapat Bleurer berbeda dengan Kraepelin terkait
dua poin utama: ia yakin bahwa gangguan tersebut tidak selalu terjadi pada usia
dini, dan ia yakin gangguan tersebut tidak akan berkembang menjadi demensia
tanpa dapat dihindari. Dengan demikian, sebutan dementia Praecox tidak sesuai
lagi, dan pada tahun 1908 Bleurer mengajukan istilahnya sendiri,Skizofrenia,
yang berasal dari bahasa Yunani schizein, yang artinya

“membelah“, phren, yang artinya “akal pikiran”, untuk mencakupkan apa

yang menurutnya merupakan karakteristik utama kondisi tersebut.Konsep


Skizofrenia yang diperluas di Amerika Serikat merupakan pengaruh
besar dari Bleurer. Selama paruh pertama abad ke 20 diagnosis tersebut semakin
meluas. Presentasi pasien yang di diagnosis sebagai skizofrenik di rumah sakit
Maudsley di London, meningkat 20 persen dalam kurun waktu 40 tahun
(Kuriansky, Deming & Gurland, 1974, dalamGerald, 2012).

Penyebab meningkatnya frekuensi diagnosis skizofrenia di AS dapta diketahui


dengan mudah. Beberapa figure penting di dunia psikiatri AS lebih memperluas
konsep Skizofrenia Bleurer yang pada dasarnya sudah luas. Contohnya, pada
tahun 1933, Kasanin menggambarkan Sembilan pasien yang didiagnosisi
menderita dementia praecox. Pada mereka gangguan tersebut timbul secara
mendadak dan penyembuhannya relative cepat. Mengamati bahwa gangguan yang
merak alami dapat dikatakan sebagai kombinasi skizofrenik dan simtom-simtom
afektif,Kasanin mengajukan istilah psikosis skizoafektif untuk
menggambarkan berbagai gangguan yang dialami para pasien tersebut. Diagnosis
tersebut kemudian menjadi bagian konsep skozofrenia di AS dan
dicantumkandalam DSM-I (1952) dan DSM-II (1968). Konsep Skizofrenia lebih
jauh diperluas dengan penambahan tiga praktik-praktik diagnosis.

1.Para ahli klinis AS mendiagnosis skizofrenia bila terjadi wahamdan halusinasi.


Karena simtom-simtom ini terutama delusi, jugaterjadi dalam gangguan mood,
banyak pasien yang menerimadiagnosis skizofrenia berdasarkan DSM-II
sebenarnya mengalamigangguan mood (Cooper dkk; 1972)

2.Para pasien yang dewasa ini didiagnosis mengalami gangguankepribadian


terutama skizotipal, skizoit, ambang dan gangguankepribadian paranoid,
didiagnosis sebagai skizofrenik berdasarkakriteria DSM-II.
3.Para pasien yang mengalami simtom-simtom skizofrenik yangterjadi secara akut
dengan kesembuhan yang cepat didiagnosis menderita skizofrenia.Berawal dari
DSM-III (APA, 1980) dan berlanjut dalam DSM-IV(APA. 1994) dan DSM-IV-
TR (APA, 2000), konsep skizofrenia di AS mengalami perubahan besar dari
defenisi terdahulu yang meluas menjadi lima praktik-praktik diagnosis. Kriteria-
kriteria simtomatik tersebut dapat diterapkan untuk semua budaya. Meskipun para
pasien di Negara
negara berkembang memiliki kejadian yang lebih akut dibanding para pasien dim
asyarakat industri.Tiga tipe gangguan skizofrenik yang tercantum dalam DSM-
IV-TR pertama kali dikemukakan oleh Kraeplin bertahun-tahun lalu.

1.Skizofrenia DisorganisasiBentuk hebefrenik skizofrenia yang dikemukakan


Kraepelin disebutskizofrenia disorganisasi dalam DSM-IV-TR. Cara bicara
merekamengalami disorganisasi dan sulit dipahami oleh endengar. Pasiendapat
berbicara secara idak runtut, menggabungka kata-kata baru,seringkali disertai
kekonyolan atau tawa. Ia dapat memiliki afek dataratau terus-menerus mengalami
perubahan emosi yang dapat meledak.Menjadi tangis atau tawa yang tidak dapat
dipahami.

2.Skizofrenia KatatonikCiri utama pada skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada
psikomotoryang dapat meliputi ketidakbergerakan (motoric immobility),
aktivitasmotoric yang berlebihan, negativism yang ekstrim, mutism (samasekali
tidak mau berbicara atau berkomunikasi), gerakan-gerakan yangtidak terkendali,
echolia (mengulang ucapan orang lain) atauechopraxia (mengikuti tingkah laku
orang lain). Motoric immobilitydapat dimunculkan berupacatalepsy (waxy
flexibility – tubuh menjadisangat fleksibel untuk digerakkan atau diposisikan
dengan berbagaicara (Setiadi, 2006).

3.Skizofrenia ParanoidDalam Setiadi (2006) disebutkan bahwa ciri utama


skizofrenia tipe iniadalah adanya waham yang mencolok atau halusinasi
auditori.Wahamnya biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran,
ataukeduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya, wahamkecemburuan,
keagamaan, atau somatisasi) mungkin juga muncul.Wahamnya mungkin lebih
dari satu tetapi tersusun dengan rapidisekitar tema utama. Halusinasi juga
biasanya berkaitan dengan temawahamnya.

4.Skizofrenia tipe Undifferentiated

Sejenis skizofrenia dimana gejala-gejala yang muncul sulit untukdigolongkan


pada tipe skizofrenia tertentu.

5.Skizofrenia residualDiagnosis skizofrenia tipe residual diberikan bila mana


pernah
ada paling tidak satu kali episode skizofrenia, tetapi gambaran klinis saatini tanpa
simtom positif yang meninjol. Terdapat bukti bahwagangguan masih ada
sebagaimana ditandai oleh adanya negativesimtom atau simtom positif yang lebih
halus

2.4.Simtom Klinis Skizofrenia

Simtom-simtom yang dialami pasien skizofrenia mencakup gangguandalam


beberapa hal penting-pikiran persepsi perhatian; perilaku motoric;afek atau emosi;
dan keberfungsian hidup. Bagi para ahli diagnostic DSMmenentukan berapa
banyak masalah yang harus ada dan seberapa tinggikadarnya untuk menjustifikasi
penegakan diagnosis. Durasi gangguan
juga penting dalam menegakkan diagnosis. Simtom-simtom utama skizofreniadal
am tiga kategori : positif, negative dan disorganisasi. Kami jugamenyajikan
beberapa simtom yang tidak cukup sesuai untuk digolongkankedalam ketiga
kategori tersebut.

1.Simtom positifSimtom-simtom positif mencakup hal-hal yang berlebihan


dandistorsi, seperti halusinasi dan waham. Simtom-simtom ini,sebagian
terebesarnya, menjadi ciri suatu episode akut skizofrenia.

a)Delusi (waham)

Waham (delusi), yaitu keyakinan yang berlawanan dengankenyataan, semacam itu


merupakan simtom-simtom positifyang umum pada skizofrenia. Waham memiliki
bentuk lain.Ada beberapa jenis delusi, yaitu :

1)Grandeur (waham kebesaran)

Pasien yakin bahwa mereka adalah seseorang yangsangat luar biasa, misalnya
seorang artis terkenal,atau seorang nabi atau merasa diri sebagai Tuhan.

2)Guilt (waham rasa bersalah)

Pasien merasa bahwa mereka telah melakukan dosayang sangat besar.

3) health (waham penyakit)

Pasien yakin bahwa mereka mengalami penyakityang sangat serius.

4)Jealously (waham cemburu)

Pasien yakin bahwa mereka telah berlaku tidaksetia.

5)Passivity (waham pasif)

Pasien yakin bahwa mereka dikendalikan ataudimanipulasi oleh berbagai


kekuatana dari luar,misalnya oleh sesuatu pancaran sinar radio makhlukmars.
6).Persecution (waham kejar)

Paisen merasa dikejar-kejar oleh pihak-pihaktertentu yang ingin mencelakainya.

7).Poverty (waham kemiskinan

Pasien takut mereka mengalami kebangkrutan,dimana pada kenyataanya tidak


demikian.

8).Reference (waham rujukan)Pasien meras dibicarakan oleh orang lain


secaraluas, misalnya menjadi pembicaraan masyarakatatau disiarkan di televise.

 b)Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang salah dimanatidak terdapat stimulus


sensorik yang berkaitan dengannya.Halusinasi dapat berwujud penginderaan
kelima inderayang keliru, tetapi yang paling sering adalah halusinasidengar
(auditory) dan halusinasi penglihatan (visual).Contoh halusianasi : pasien merasa
mendengar suara-suarayang mengajaknya bicara padahal kenyataannya tidak
adaorang yang mengajaknya bicara; atau pasien merasamelihat sesuatu yang pada
kenyataannya tidak ada

2.Simtom negative

Simtom negative skizofrenia mencakup berbagai


deficit behavioral, seperti avolition, alogia, anhedonia, afek datar, danasosialitas.
Simtom-simtom ini cenderung bertahan melampauisatu episode akut dan
memiliki efek parah terhadap kehidupan para pasien skozofrenia. Simtom-
simtom ini juga penting secara prognostic; banyaknya simtom negative merupaka
n predictor kuatterhadap kualitas hidup yang rendah (ketidak mampuan
kerja,hanya memiliki sedikit teman) dua tahun setelah dirawat rumahsakit (Ho
dkk., 1998).Ketika mengukur simtom-simtom negative, penting untuk
memilahmana yang merupakan simtom-simtom skizofrenia yangsesungguhnya
dan simtom-simtom yang disebabkan oleh beberapafaktor lain (Carpenter,
Heinrichs & Wagman, 1988, dalam Gerald,2012).

a)AvolitionApati atau avolution merupakan kondisi kurangnya energydan


ketiadaan minat atau ketidak mampuan untuk tekununtuk melakukan apa yang
biasanya merupakan aktivitasrutin. Pasien daoat menjadi tidak tertarik untuk
berdandandan menjaga kebersihan diri, dan rambut yang tidak
tersisir,kuku kotor gigi yang tidak disikat dan pakaian yang berantakan. 

b)Alogia

Merupakan suatu gangguan pikiran negative, alogia dapatterwujud dalam


beberapa
bentuk.Dalammiskin percakapan, jumlah total percakapan yang sangat jauh berku
rang, jumlah percakapan memadai, namun hanyamengandung sedikit informasi
dan cenderung membingungkan serta diulang-ulang.

c).Anhedonia Ketidakmampuan untuk merasakan kesengangan. Initercermin


dalam kurangnya minat dalam berbagai aktivitasrekreasional gagal untuk
mengembangkan hubungan dekatdenga orang laindan kurangnya minat dalam
hubunganseks.

d).Afek datarPada pasien yng memiliki afek datar hampir tidak ada yangdapat
memunculkan respon emosional. Pasien menatapdengan pandangan kosong, otot-
otot wajah meraka kendurdan mata mereka tidak hidup. Ketika diajak bicara,
pasienmenjawab dengan suara datar dan tanpa nada. Konsep afekdatar hanya
merujuk pada ekspresi emosi yang tampak dantidak pada pengalaman diri pasien,
yang bisa saja samasekali tidak mengalami pemiskinan.

e).Asosialitas Yaitu mengalami ketidakmampuan parah dalam hubungan social.


Mereka hanya memiliki sedikit teman, keterampilan social yang rendah, dan
sangat kurang berminat untuk bekumpul bersama orang lain.

3.Simtom disorganisasi Simtom disorganisasi mencakup disorganisai


pembicaraan dan perilaku aneh (bizarre).

a).Disorganisasi pembicaraan (Disorganized Speech)Juga dikenal sebagai


gangguan berpikir formal,
merujuk pada masalah dalam mengorganisasi berbagai pemikirandan dalam
berbicara sehingga pendengar dapatmemahaminya. Bicara juga dapat terganggu
karena suatuhal yang disebut asosiasi longgar atau keluar jalur(derailment) yang
merupakan suatu aspek gangguan pikirandimana pasien mengalami kesulitan
untuk tetap berada pada satu topik dan terhanyut dalam serangkaian asosiasi yang
dimunculkan oleh suatu pemikiran dari masa lalu.Asosiasi mental tidak diatur
oleh logika, tetapi oleh aturan-aturan tertentu yang hanya dimiliki oleh pasien. 

b).Perilaku anehPerilaku aneh terwujud dalam banyak bentuk. Pasien


dapatmeledak dalam kemarahan atau konfrontasi singkat yangtidak dimengerti,
memakai pakaian yang tidak biasa, bertingkah laku seperti anak-
anak atau dengan gaya yangkonyol dan lain-lain. Mereka tampak
kehilangankemampuan untuk mengatur perilaku mereka danmenyesuaikannya
dengan berbagai standar masyarakat.Mereka juga mengalami kesulitan melakukan
tugas sehari-hari dalam hidup signifikansinya. Meskipun demikian,
penyimpangan
komunikasi bukan faktor etiologis spesifik bagi skizofrenia karena orang tua para
orang dengan gangguan skizofrenia manik sama tingginya padavariabel ini.
Lingkungan keluarga yang terganggu merupakan akibatdari adanya anak yang
terganggu dalam keluarga. Dengan demikian,kita hanya dapat mengatakan dengan
tidak pasti bahwa peran keluargadalam etiologi skizofrenia telah
dikethui.Serangkaian studi yang dilakukan di London mengindikasikan
bahwakeluarga dapat memberikan dampak penting terhadap penyesuaianorang
dengan gangguan skizofrenia setelah mereka keluar dari rumahsakit. Lingkungan
di mana orang dengan gangguan skizofrenia tinggalsetelah keluar dari rumah sakit
sangat berpengaruh pada seberapacepat mereka akan kembali dirawat di rumah
sakit.

2.5 Terapi Skizofrenia

1.Penanganan Biologis

a.Terapi Kejut dan PsychosurgeryDiawal tahun 1930-an praktik menimbulkan


koma dengan memberikainsulin dalam dosis tinggi diperkenalkan oleh Sakel
(1938), yangmengklaim bahwa ¾ dari para pasien skizofrenia yang
ditanganinyamenunjukkan perbaikan signifikan. Berbagai temuan terkemudian
oleh para peneliti lain kurang mendukung hal tersebut, dan terapi koma-insulin

 –yang beresiko serius terhadap kesehatan, termasuk koma yangtidak dapat


disadarkan dan kematian

 – secara bertahap ditinggalkan.Pada tahun 1935, Moniz, seorang psikiater


memperkealkanlobotomy prefrontalis,suatu proses pembedahan yang membuang
bagian-bagian yang menghubungkan lobus frontalis dengan pusat otak bagian
bawah. 

b.Terapi Somatik (Medikamentosa)Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati


Skizofrenia disebutantipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi,
delusi
dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkindapat
mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi
obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien.Antipsikotik pertama
diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakanterapi obat-obatan pertama yang
efekitif untuk mengobati Skizofrenia.Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang
dikenal saat ini, yaituantipsikotik konvensional,newer atypical antipsycotics, dan
Clozaril(Clozapine).

1)Antipsikotik KonvensionalObat antipsikotik yang paling lama penggunannya


disebutantipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif,
antipsikotikkonvensional sering menimbulkan efek samping yang serius.Contoh
obat antipsikotik konvensional antara lain :

a)Haldol (haloperidol)
 b)Mellaril (thioridazine)

c) Navane (thiothixene)

d)Prolixin (fluphenazine)

e)Stelazine ( trifluoperazine)

f)Thorazine ( chlorpromazine)

g)Trilafon (perphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan olehantipsikotik


konvensional, banyak ahli lebih
merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic. Ada 2 pengecualian(
harus dengan antipsikotok konvensional).

Pertama, pada pasienyang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang


pesatmenggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping
yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian 
antipskotik konvensional.

Kedua, bila pasienmengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan
Haldoldapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting)dengan
interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations).Dengan depot formulation,
obat dapat disimpan terlebih dahulu didalam tubuh lalu dilepaskan secara
perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer
atypicantipsychotic.

2) Newer Atypcal AntipsycoticObat-obat yang tergolong kelompok ini disebut


atipikal
karena prinsip kerjanya berbda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila diba
ndingkan dengan antipsikotik konvensional. Beberapacontoh newer atypical
antipsychotic yang tersedia, antara lain :

a)Risperdal (risperidone)

 b)Seroquel (quetiapine)

c)Zyprexa (olanzopine)

3)ClozarilClozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan


antipsikotikatipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasienyang
tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional.Sangat disayangkan,
Clozaril memiliki efek samping yang jarangtapi sangat serius dimana pada kasus-
kasus yang jarang (1%),Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang
bergunauntuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozarilharus
memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Paraahli
merekomendaskan penggunaan. Clozaril bila paling sedikit 2dari obat antipsikotik
yang lebih aman tidak berhasil. Sediaan ObatAnti Psikosis dan Dosis Anjuran

Pemberian obat untyuk pasien seranghan pertama 

 Newer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderitaSkizofrenia
episode pertama karena efek samping yang ditimbulkanminimal dan resiko untuk
terken tardive dyskinesia lebih rendah.Biasanya obat antipsikotik membutuhkan
waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan
pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya
akan mencoba memberikan obatselama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril)
Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting
untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat.Terkadang
penderita berhenti minum obat karena efek samping yangditimbulkan oleh obat
tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapatmenurunkan dosis menambah obat
untuk efek sampingnya, ataumengganti dengan obat lain yang efek sampingnya
lebih rendah. Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter
dapat menggantiobat oral dengan injeksi yang bersifat long acting , diberikan tiap
2- 4minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam
penerapannya.Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi
obatsesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk
menggantinyadengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal
dapatdiganti dengan newer atipycal antipsychotic atau newer atipycal 
antipsychotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine
dapatmenjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan
diatasgagal.

Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupunsetelah


sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien
yang behenti minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh.Para
ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertamatetap mendapat
obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencobamenurunkan dosisnya.
Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satuepisode, atau balum sembuh
total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu
diingat, bahwa penghentian pengobatanmerupakan penyebab tersering
kekambuhan dan makin beratnya penyakit.

Efek samping obat


Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yanglama,
sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yangtimbul.
Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yangmenggunakan
antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakanotot-otot yang disebut
juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalamhal ini pergerakan menjadi
lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidakkaku penderita harus bergerak
(berjalan) setiap waktu, dan akhirnyamereka tidak dapat beristirahat. Efek
samping lain yang dapat timbuladalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-
kadang dokter dapatmemberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine)
bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek
samping ini. Efeksamping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia
dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol,  protruding tongue ,
dan  facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat
dikurangidengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik.
Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami
tardive dyskinesia , dokter biasanya akan mengganti antipsikotikkonvensional
dengan antipsikotik atipikal.Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan
gangguan fungsiseksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri
pemakaianobat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan
menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan neweratypical
antipsychotic yang efek sampingnya lebih sedikit. Peningkatan berat badan juga
sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan obat. Hal ini sering
terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga
dapat membantu mengatasi masalah ini. Efek samping lain yang jarang terjadi
adalah neuroleptic malignant syndrome ,dimana timbul derajat kaku dan termor
yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam
penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.
obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini. Efeksamping
lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana
terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue , dan
facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangidengan
menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik.
Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami
tardive dyskinesia , dokter biasanya akan mengganti antipsikotikkonvensional
dengan antipsikotik atipikal.Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan
gangguan fungsiseksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri
pemakaianobat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter
akanmenggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan neweratypical
antipsychotic yang efek sampingnya lebih sedikit. Peningkatan berat badan juga
sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakanobat. Hal ini sering terjadi
pada penderita yang menggunakan anti psikotika tipikal. Diet dan olah raga dapat
membantu mengatasi masalah ini. Efeksamping lain yang jarang terjadi adalah
neuroleptic malignant syndrome ,dimana timbul derajat kaku dan termor yang
sangat berat yang juga dapatmenimbulkan komplikasi berupa demam penyakit-
penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.

2.Penanganan psikologisa.

 Terapi PsikodinamikaPsikoanalisis seperti Harry Stack Sullivan dan Frieda


Fromm-Reichmann, mengadaptasi teknik psikoanalisis secara spesifik
untuk perawatan skizofrenia. Namun, penelitian gagal menunjukanefektivitas
terapi psikoanalisis maupun psikodinamika untukskizofrenia. Dengan keterangan
tentang penemuan-penemuan
negatif, beberapa kritik mengemukakan bahwa penggunaan terapi psikodinamika
untuk menangani skizofrenia tidaklah terjamin. Namunhasil yang menjanjikan
dilaporkan untuk sebuah bentuk terapiindividual yang disebut terapi personal
yang berpijak pada modeldiatesis-stres. Tetapi personal membantu pasien
beradaptasi secara lebih efektif terhadap stres dan membantu mereka
membangunketerampilan sosial, seperti mempelajari bagaimana menghadapi
kritikdari orang lain. Bukti-bukti awal menjelaskan bahwa terapi
personalmungkin mengurangi rata-rata kambuh dan meningkatkan fungsisosial,
setidaknya di antara pasien skizofrenia yang tinggal dengankeluarga (Bustillo
dkk., 2001; Hogarty dkk., 1997a, 1997b). 

b.Terapi PerilakuTeknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan


latihanketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial,kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasiinterpersonal. Perilaku
adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yangdapat ditebus untuk hal-
hal yang diharapkan, seperti hakistimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan
demikian, frekuensi perilaku mal
adaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang,
berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapatditurunkan.Meskip
un sedikit terapis perilaku yang meyakini bahwa yang salahmenyebabkan
skizofrenia, intervensi berdasarkan pembelajaran telahmenunjukan efektivitas
dalam memodifikasi perilaku skizofrenia danmembantu orang-orang yang
mengalami gangguan ini untukmengembangkan perilaku yang lebih adaptif yang
dapat membantumereka menyesuaikan diri secara lebih efektif untuk hidup
dalamkomunitas. Metode terapi meliputi teknik-teknik seperti
(1)reinforcement 

 selektif terhadap perilaku (seperti memberikan perhatianterhadap perilaku yang


sesuai dan menghilangkan verbalisasi yanganeh dengan tidak lagi memberi
perhatian);

(2)token

 ekonomi, dimanaindividu padaunit-unit perawatan di rumah sakit diberi hadiah


untuk perilaku yang sesuai dengan token, seperti kepingan plastik, yangdapat
ditukar dengan imbalan yang nyata seperti barang-barang atauhak-hak istimewa
yang diinginkan; dan (3) pelatihan keterampilansosial, di amna klien diajarkan
keterampilan untuk melakukan
pembicaraan dan perilaku sosial lain yang sesuai melalui coaching (latihan),
modeling , latihan perilaku, dan umpan balik.

c.Terapi berorintasi-keluargaTerapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia


seringkalidipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana
pasienskizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapikeluarga
yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera,
topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan,
khususnya lama dan kecepatannya.Seringkali, anggota keluarga, didalam cara
yang jelas mendorong sanak  saudaranya yang terkena skizofrenia untuk
melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut
berasaldari ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang
keparahan penyakitnya. Ahli terapi harus membantu keluargadan pasien mengerti
skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkanhati. Sejumlah penelitian telah
menemukan bahwa terapi keluargaadalah efektif dalam menurunkan relaps.
Didalam penelitianterkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka
relapstahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi
keluarga.

d.Terapi kelompokTerapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada


rencana,masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin
terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atautilikan, atau
suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan
rasa persatuan, dan meningkatkan tesrealitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok
yang memimpin dengancara suportif, bukannya dalam cara interpretatif,
tampaknya paling membantu bagi pasien skizofreniae.Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual
dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah
membantu dan menambah efek terapi farmakologis Suatu
konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan 
suatu hubungan terapetik yang dialami pasien sebagaiaman. Pengalaman tersebut
dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahliterapi, jarak emosional antara ahli terapi
dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang di interpretasikan oleh pasien.

Hubungan antaradokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di


dalam pengobatan  pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit
dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap
keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga,cemas, bermusuhan,
atau teregresi jika seseorang mendekati.Pengamatan yang cermat dari jauh dan
rahasia, perintah sederhana,kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap
kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan
penggunaa nama
pertama yang merendahkan diri.Kehangatan atau profesi persahabatan yang berle
bihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan,
manipulasi,
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Skozofrenia adalah salah satu gangguan mental yang disebut psikosis,


pasien psikotik tidak dapat mengenali atau tidak memiliki kontak dengan realitas 
yangditandai dengan gangguan utama dalam pikiran emosi,

bizzare,

dan mengalamiwaham dan halusinasi. Simtom klinis utama skizofrenia


digolongkan dalam tigakategori : positif, negative dan disorganisasi, dan beberapa
simtom yang tidakcukup sesuai untuk digolongkan kedalam ketiga kategori
tersebut. Setiadimenggolongkan etiologi skizofrenia ke dalam dua pendekatan,
yaitusomatogenesis dan psikogenesis.Penanganan bagi penderita skizofrenia
beragam baik menggunakan obat-obatan, maupun psikososial, tidak ada
pendekatan penanganan tunggal yangmemenuhi semua kebutuhan orang yang
menderita skizofrenia, konseptual terapi.Perawatan kontemporer cenderung
menyeluruh, menggabungkan antara pendekatan psikofarmakologis dan
psikososial.

3.2 SARAN

Bagi keluarga, mencari berbagai referensi dan pengetahuan tentangskizofrenia


dan berperan serta dalam memberikan dukungan kepada penderitaskizofrenia.
Bila perlu, keluarga meminta bantuan professional dari pihak-pihakyang terkait,
seperti bidang medis, psikologi, dan kerohanian.Bagi pemerintah dan bidang
kesehatan, meningkatkan layanan
dan penanganan lebih baik kepada para penderita psikosis, termasuk penderitaskiz
ofrenia.
DAFTAR PUSTAKA

Davidson, G.C., Neale, J.M., Kring, A.M. 2012. Psikologi Abnormal (Ed.9, Cet.3.
Jakarta: Rajawali PersArif, I.S . 2006. Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga
Pasien.Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai