REFARAT
GANGGUAN SKIZOAFEKTIF
Pembimbing :
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2021
2
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas referat ini, untuk
memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kejiwaan RSU
Haji Medan, dengan judul ”Gangguan Skizoafektif”
Pada kesempatan ini, saya ucapkan terima kasih kepada pembimbing saya, Dr. dr.
Elmaida Effendy., M.Ked (KJ)., Sp.KJ (K) yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan referat ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa refrat ini memiliki kekurangan baik dari
kelengkapan teori hingga penuturan bahasa, oleh karena itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan refarat ini.
Saya berharap referat ini dapat memberi manfaat dan menambah pengetahuan serta
dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan ilmu kedokteran dalam praktik di
masyarakat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
Latar Belakang
1
2
pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan
gangguan mood.Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif
memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif
maupun gangguan bipolar, tetapi memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien
dengan skizofrenia.
Pada paper ini akan membahas mengenai segala aspek berkaitan dengan
Gangguan Skizoafektif, sehingga dapat ditegakkan dan ditatalaksana dengan baik
sesuai dengan kirteria diagnostik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah
Di tahun 1913 George H. Kirby dan pada tahun 1921 August Hoch keduanya
menggambarkan pasien dengan ciri campuran skizofrenia dan gangguan afektif
(mood).Karena pasiennya tidak mengalami perjalanan demensia prekoks yang
memburuk, Kirby dan Hoch mengklasifikasikan mereka di dalam kelompok psikosis
manic-depresif Emil Kraepelin.
Di tahun 1933 Jacob Kasanin memperkenalkan istilah “gangguan
skizoafektif” untuk suatu gangguan dengan gejala skizofrenik dan gejala gangguan
mood yang bermakna.Pasien dengan gangguan ini juga ditandai oleh onset gejala
yang tiba-tiba, seringkali pada masa remajanya.Pasien cenderung memiliki tingkat
fungsi premorbid yang baik, dan seringkali suatu stressor yang spesifik mendahului
onset gejala.Riwayat keluarga pasien sering kali terdapat suatu gangguan
mood.Kasanin percaya bahwa pasien memiliki suatu jenis skizofrenia. Dari 1933
sampai kira-kira tahun 1970, pasien yang gejalanya mirip dengan gejala pasien-pasien
Kasanin secara bervariasi diklarifikasi menderita gangguan skizoafektif, skizofrenia
atipikal, skizofrenia dalam remisi, dan psikosis sikloid – istilah-istilah yang
menekankan suatu hubungan dengan skizofrenia.
2.2. Definisi
3
4
2.3. Epidemiologi
2.4. Etiologi
Sulit untuk menentukan penyebab penyakit yang telah berubah begitu banyak
dari waktu ke waktu.Dugaan saat ini bahwa penyebab gangguan skizoafektif mungkin
mirip dengan etiologi skizofrenia.Oleh karena itu teori etiologi mengenai gangguan
skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan.
Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat model
konseptual telah diajukan2 :
1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu
tipe gangguan mood
2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari
skizofrenia dan gangguan mood
3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang
berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu
gangguan mood
5
a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda ; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal); dan
c) Halusinasi Auditorik:
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:1
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
8
2.6. Diagnosis
fase aktif dari skizofrenia. Di samping itu, pasien harus memiliki waham atau
halusinasi selama sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejala gangguan mood yang
menonjol.Gejala gangguan mood juga harus diteukan untuk sebagian besar periode
psikotik aktif dan residual. Pada intinya, kriteria dituliskan untuk membantu klinisi
menghindari mendiagnosis suatu gangguan mood dengan ciri psikotik sebagai suatu
gangguan skizoafektif.2
Menurut PPDGJ-III :
Pedoman Diagnostik1
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manic yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode
skizoafektif tipe manic.
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak
begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi
dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia,
F20.-pedoman diagnostic (a) sampai (d).
Pedoman diagnostik1
⚫ Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif yang
tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar di dominasi
oleh skizoafektif tipe depresif.
1
⚫ Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya 2 gejala khas, baik
depresif maupun kelainan prilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk
episode depresif (F 32)
⚫ Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi
dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia,
F20.-pedoman diagnostic (a) sampai (d).
2.8. Penatalaksanaan
A. Pengobatan Psikososial
Pasien dapat terbantu dengan kombinasi terapi keluarga, latihan
keterampilan sosial, dan rehabilitasi kognitif.Oleh karena bidang psikiatri sulit
memutuskan diagnosis dan prognosis gangguan skizoafektif yang sebenarnya,
ketidakpastian tersebut harus dijelaskan kepada pasien.Kisaran gejala mungkin
sangat luas, karena pasien mengalamaikeadaan psikosis dan variasi kondisi mood
yang terus berlangsung. Anggota keluarga dapat mengalami kesulitan untuk
menghadapi perubahan sifat dan kebutuhan pasien tersebut.2
1
B. Pengobatan Farmakoterapi
Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif
adalah dengan pemberian antipsikotik disertai dengan pemberian antimanik atau
antidepresan.Pemberian obat antipsikotik diberikan jika perlu dan untuk
pengendalian jangka pendek.
Oral :
Terapi kombinasi
1. Litium karbonat 2x400mg, dinaikan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2
mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat 1200-1800
mg/hari, pada fungsi ginjal normal) atau divalproat dengan dosis 2x250
1
mg/har dan dinaikan setiap beberapa hari hingga kadar plasma mencapai
50-100 mg/L atau Karbamazepin dengan dosis awal 300-800 mg/hari
dan dosis dapat dinaikan 200 mg setiap dua-empat hari hingga mencapai
kadar plasma 4-12 ug/ML. Sesuia dengan Karbamazepin 800-1600
mg/hari atau Lamotrigin dengan dosis 200-400 mg/hari.
2. Antidepresan, SSRI, misalnya Fluoksetin 1x10-20 mg/hari.
3. Antipsikotika generasi kedua Olanzapin 1x10-30mg/hari atau
risperidone 2x1-3 mg/hari atau quetiapin hari I (200mg), hari II
(400mg), hari III (600mg) dan seterusnya atau aripirazol 1x10-
30mg/hari
Litium Karbonat 0,6-1 mEq/L biasanya dicapai dengan dosis 900-1200 mg/hari
sekali sehari malam.
1. Divalproat 500mg/hari
2. Olanzapin 1x10 mg/hari
3. Quentiapin 450-600 mg/hari
4. Risperidon 1-4 mg/hari
5. Aripirazol 10-20 mg/ hari
6. Klozapin 300-750mg/hari
1
2.9. Prognosis
17
DAFTAR PUSTAKA
18