Anda di halaman 1dari 12

REFARAT

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF

Pembimbing :

Dr. dr. Elmeida Effendi., M.Ked (KJ)., Sp.KJ (K)

Disusun Oleh :

Tri Wahyu Wulandari (20360264)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF PSIKIATRI

RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas referat ini, untuk
memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kejiwaan RSU
Haji Medan, dengan judul ”Gangguan Skizoafektif”

Pada kesempatan ini, saya ucapkan terima kasih kepada pembimbing saya, Dr. dr.
Elmaida Effendi., M.Ked (KJ)., Sp.KJ (K) yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dalam penyusunan referat ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa refrat ini memiliki kekurangan baik dari
kelengkapan teori hingga penuturan bahasa, oleh karena itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan refarat ini.

Saya berharap referat ini dapat memberi manfaat dan menambah pengetahuan serta
dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan ilmu kedokteran dalam praktik di
masyarakat.

Medan, Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi....................................................................................................2
2.2 Epidemiologi...........................................................................................2
2.3 Faktor Resiko..........................................................................................3
2.4 Patogenesis..............................................................................................3
2.5 Gejala Klinis...........................................................................................4
2.6 Diagnosis.................................................................................................4
2.7 Diagnosis Banding..................................................................................6
2.8 Tatalaksana..............................................................................................6
2.9 Prognosis.................................................................................................7

BAB III KESIMPULAN


3.1 Kesimpulan..............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik yang persisten,

seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama‐sama dengan masalah suasana (mood

disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran. Statistik umum gangguan ini

yaitu kira‐kira 0,2% di Amerika Serikat dari populasi umum dan sampai sebanyak 9%

orang dirawat di rumah sakit karena gangguan ini.1,2 Prevalensi seumur hidup dari

gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1%, kemungkinan dalam rentan 0,5‐0,8%.

Namun, angka tersebut adalah angka perkiraan, pada pria lebih rendah dari pada wanita.3

Faktor resiko paling sering terjadi pada dewasa muda, prevalensi pada wanita lebih

tinggi terutama wanita yang telah menikah.3

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif

adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan

(simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu

episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit

tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.2

Pengobatan pada skizoafektif terdiri dari pengobatan secara psikofarmaka dan

psikoterapi. Pengobatan dengan gangguan skizoafektif merespon baik terhadap

pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood stabilizer

atau pengobatan dengan antipsikotik saja

1
BAB II

TINAJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gangguan skizoafektif merupakan kelainan mental yang rancu yang ditandai

dengan adanya gejala gangguan afektif. Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan

gejala psikotik yang persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama‐ sama

dengan masalah suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran.1

Gangguan skizoafektif bukanlah “kepribadian yang terbelah” atau “kepribadian yang

banyak”. Halusinasi tidak selalu menandakan gangguan skizoafektif. Orang-orang dengan

penyalahgunaan obat (seperti LSD, kokai, atau obat stimulant lainnya), orang dengan

gangguan bipolar dan depresi berat biasanya juga memiliki halusinasi. Jenis halusinasi

yang paling sering pada gangguan skizoafektif adalah halusinasi auditori, meskipun

halusinasi jenis lainnya dapat saja terjadi.7

2.2 Epidemiologi

Statistik umum gangguan ini yaitu kira‐kira 0,2% di Amerika Serikat dari populasi

umum dan sampai sebanyak 9% orang dirawat di rumah sakit karena gangguan ini.

Gangguan skizoafektif diperkirakan terjadi lebih sering daripada gangguan bipolar.1

Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1%,

kemungkinan dalam rentan 0,5‐0,8%. Namun, angka tersebut adalah angka perkiraan,

pada pria lebih rendah dari pada wanita. Onset umur pada wanita lebih besar daripada

2
3

pria. Pada usia tua gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering sedangkan untuk

usia muda lebih sering gangguan skizoafektif tipe bipolar. Laki‐laki dengan

gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku antisosial.8,9

2.3 Faktor Resiko

 Skizoafektif depresi lebih sering pada orang tua

 Tipe bipolar lebih sering pada dewasa muda

 Prevalensi perempuan lebih tinggi, terutama wanita menikah

 Awitan perempuan lebih lanjut

 Apabila terjadi pada laki-laki maka akan bersamaan dengan perilaku antisosial dan

afek tumpul

2.4 Patogenesis

Gangguan skizoafektif disebabkan oleh ketidakseimbangan zat-zat kimia

diotak yang disebut sebagai neurotransmitter. Unsur-unsur biologis pada gangguan

ini diperkirakan disebabkan oleh kombinasi dari faktor termasuk genetika dan

pengaruh lingkungan pada awal kehidupan seperti nutrisi dan komplikasi selama

proses persalinan. Penderita gangguan ini pada pria dan wanita adalah sama,

walaupun onset pada pria lebih cepat. Pada pria, onset terjadinya gangguan biasanya

pada remaja akhir atau awal dua puluhan, sedangkan wanita biasanya terjadi pada

dua puluh akhir atau pada wal tiga puluhan.7


4

2.5 Gejala Klinis

Gejala gangguan skizoafektif memiliki 5 kategori :

 Gejala psikotik (disebut juga sebagai gejala positif): halusinasi, delusi,

kebiasaan yang ganjil, dan gangguan berbicara

 Gejala negative: apatis, kehilangan minat dan kegembiraan, kurang bicara, dan

tidak ada ekspresi dan suara yang kecil

 Gejala kognitif: masalah dengan perhatian, kecepatan psikomotorik yang

melambat, lamabat dalam memproses informasi, masalah memori, tidak dapat

membuat perencanaan.

 Gejala depresif: merasa putus asa dan sedih, kehilangan minat, perubahan

berat badan yang signifikan, gangguan tidur, gelisah atau lesumerasa tidak

berharga dan menyalahkan diri, susah berkonsentrasi, iritabel, berfikiran untuk

bunuh diri.

 Gejala manik: euforik atau mood iritabel, penurunan kebutuhan tidur,

kebesaran (perasaan tidak realistic seperti merasa memiliki kemampuan

tertentu), menghambur-hamburkan uang, berbicara dengan cepat.

2.6 Diagnosis

Poin diagnosis gangguan skizoafektif menurut PPDGJ III2

 Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif

adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang

bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang

lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai

konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik

skizofrenia
5

maupun episode manik atau depresif.

 Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan

gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.

 Bila seseorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah

mengalami suatu episode psikotik, diberikan kode F20.4 (depresi pasca

skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang,

baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran keduanya

(F25.2). pasien lain mengalami satu atau dua episode skizoafektif terselip

diantara episode manik atau depresif (F30-F33).

Kriteria diagnosis menurut DSM-IV-TR3

 Periode penyakit tidak terputus berupa, pada suatu waktu depresif mayor,

episode manik, atau episode campuran yang terjadi bersamaan dengan kriteria

skizofrenia

Periode depresif mayor harus mencakup kriteria skizofrenia dengan mood

terdepresi

 Selama periode penyakit yang sama terdapat waham dan halusinasi selama

sekurang-kurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol

 Gejala yang memenuhi kriteria episode mood, timbul dalam jumlah bermakna

pada durasi total periode aktif dan residual penyakit

 Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis penggunaan zat

psikoaktif Untuk menentukan tipe:


6

 Bipolar apabila gejala mencakup episode manik dan campuran atau campuran

manik dan depresif mayor

 Tipe depresif apabila hanya mencakup depresi mayor

2.7 Diagnosis banding


Orang-orang dengan skizofrenia atau skizoafektif dapat mempunyai gejala

depresi, mania atau kedua dari gejala tersebut. Tetapi untuk orang-orang dengan

gangguan skizoafektif, gejala depresi atau manik dapat terlihat lebih berat: mereka

terjadi lebih sering, lebih lama, dan sering intens.7

Beberapa, tetapi tidak semua orang-orang dengan gangguan mood seperti

depresi mayor atau gangguan bipolar memiliki gejala psikotik, sama seperti orang-

orang dengan skizofrenia dan skizoafektif. Tetapi orang-orang dengan gangguan

mood, gejala psikotik dapat terjadi selama mereka berada pada periode depresi atau

manik, tetapi ketika mood mereka normal, gejala psikotik akan menghilang. Pada

orang-orang dnegan gangguan skizoafektif atau skizofrenia dapat mempunyai gejala

psikotik kapan saja ketika mood mereka dalam keadaan normal atau tidak.7

2.8 Tatalaksana
Pengobatan pada skizoafektif terdiri dari pengobatan secara psikofarmaka

dan psikoterapi. Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon baik

terhadap pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat

mood
7

stabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Karena pengobatan yang konsisten

penting untuk hasil terbaik, psiko‐edukasi pada penderita dan keluarga, serta

menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian penting dari pengobatan pada

gangguan skizoafektif. Pengobatan harus sesuai dengan tipe atau episode skizoafektif

yang terjadi. Karena episode skizoafektif sangat membedakan pemberian obat yang akan

diberikan. Pada keadaan manik akan obat antimanik dan pada saat depresif akan diberikan

antidepresif, tetapi terapi skizofrenia pun tetap harus diberikan.4,5,6

2.9 Prognosis

Prognosis sulit ditentukan karena perjalanannya tidak pasti. Adanya gejala

skizoafrenik memperlihatkan hasil yang lebih buruk. Setelah 1 tahun, apabila gejala

dominannya afektif, prognosis lebih baik. Semakin lama gangguan, akan lebih mengarah

ke prognosis buruk.3
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Gangguan skizoafektif merupakan suatu gangguan jiwa yang memiliki gejala

skizofrenia dan gejala afektif yang terjadi bersamaan dan sama-sama menonjol.

Prevelensi gangguan laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan wanita. Usia onset

wanita lebih lanjut dari pada usia laki-laki seperti pada skizofrenia. Teori etiologi

mengenai gangguan skizoafektif mencakup kausa genetik dan lingkungan. Tanda dan

gejala klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan gejala skizofrenia,

episode manik dan gangguan depresif. Diagnosis gangguan skizoafektif dibuat apabila

gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersaa-sama menonjol

pada saat bersamaan. Sebagian diantata pasien gangguan skizoafektif mengalami

episode skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif atau campuran keduanya.

Terapi dilakukan dengan melibatkan keluarga, pengembangan skill sosial dan berfokus

pada rehabilitasi kognitif.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi ke‐7. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010.

2. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ‐III. Jakarta:


Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya; 2007.

3. Dewi, Kartika Arum. Buku Ajar Sistem Neurobehavior (Psikiatri). 2017.


Semarang: Unismus Press. 48-51

4. Maslim R. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi ke‐3.


Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya; 2007.

5. Cascade E, Kalali AH, Buckley P. Treatment of schizoaffective disorder.


Psychiatry (Edgmont). 2009; 6(3):15–7.

6. Utama, H. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia; 2013.

7. Hazelden Foundation. Schizoaffective Disorder. 2008. California. P 49-50

8. Putra AG. Schizoaffective disorder with manic type: a case report. Denpasar:
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana; 2013.

9. Surbakti RB. A 30 years old man with depressed type of schizoaffective disorder.
J Medula Unila. 2014; 3(2):89‐95.

Anda mungkin juga menyukai