Referat Ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Mengikuti Kegiatan Kepaniteraan
Klinik Senior Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa
Pembimbing :
Disusun Oleh :
2021
KATA PEGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan YME, yang telah mencurahkan nikmat dan
karunia-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas refarat ini. Berkat
kemudahan yang diberikan Tuhan YME, penulis dapat menyelesaikan tugas referat yang
berjudul “GANGGUAN DEPRESI BERAT ”. Dalam penyusunan Referat ini, penulis
mendapatkan beberapa hambatan serta kesulitan. Akan tetapi dengan bantuan dari berbagai
pihak hal tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan paper ini,
terutama kepada dr. Nazli Mahdinasari Nasution, M.Ked, Sp.KJ selaku pembimbing. Semoga
segala bantuan yang penulis terima akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Adapun penulisan tugas referat ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
kegiatan kepaniteraan klinik senior bagian Ilmu Jiwa Rumah Sakit Umum Haji Medan. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk
membangun.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Emosi merupakan perasaan yang meliputi psikis, somatik dan perilaku yang
berhubungan dengan afek dan mood. Kata emosi digunakan untuk perasaan yang dihayati
secara sadar, sedangkan kata afek dirujukkan pada dorongan – dorongan yang lebih
mendalam yang mendasari perasaan. Mood merupakan peresapan emosi yang dialami
dapat diutarakan dan terpantau oleh orang lain. Sebagai contoh adalah depresi, elasi dan
Depresi adalah gangguan multifaktorial, dengan berbagai faktor resiko yang memiliki
interaksi dari aspek bawaan pasien. Genetik, asuhan awal dan kepribadian dapat
meningkatkan kerentanan terhadap depresi dengan episode yang muncul tergantung dari
Pada paper ini penulis akan membahas tentang gangguan depresi berat. Gangguan
depresi berat digambarkan dengan hilangnya ketertarikan atau kesenangan akan aktivitas
yang biasa dilakukan. Depresi berat secara signifikan mempengaruhi keluarga seseorang
dan hubungan pribadi, pekerjaan atau kehidupan sosial, tidur, kebiasaan makan, dan
kesehatan umum. Dalam kasus yang parah, depresi memiliki gejala psikosis. Gejala ini
Gangguan depresi berat adalah tipe paling umum dari gangguan mood yang dapat di
diagnosis, dengan perkiraan prevalensi semasa hidup berkisar antara 10% hingga 25%
untuk wanita dan 5% hingga 12% untuk pria. Depresi berat, khususnya pada episode yang
parah, dapat disertai dengan ciri psikosis, seperti delusi bahwa tubuhnya digerogoti
penyakit. Orang dengan depresi berat juga dapat mengalami halusinasi, seperti mendengar
1
2
suara-suara orang lain, atau iblis, yang mengutuk mereka atas kesalahan yang
dipersepsikan.3
Depresi berat dapat memicu gejala psikotik, khususnya waham dan halusinasi. Waham
dan halusinasi yang muncul umumnya terkait dengan dosa dan perasaan bersalah. Gejala
ini akan bertambah berat jika tidak ada dukungan dari keluarga dan teman terdekat. Ada
lebih dari dua pertiga pasien depresi di seluruh dunia yang berpikiran untuk bunuh diri,
dan 10-15 persen dari jumlah tersebut benar-benar menjalankan pemikirannya. Sebagian
individu dengan gangguan depresi malah tidak menyadari depresinya dan tidak
menunjukkan aktivitas penarikan diri dari keluarga, teman, dan aktivitas sosial yang
pengobatannya/tatalaksana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan depresi berat adalah tipe paling umum dari gangguan mood yang dapat di
diagnosis, dengan perkiraan prevalensi semasa hidup berkisar antara 10% hingga 25%
untuk wanita dan 5% hingga 12% untuk pria. Depresi berat, khususnya pada episode yang
lebih berat atau parah, dapat disertai dengan ciri psikosis, seperti delusi bahwa tubuhnya
digerogoti penyakit. Orang dengan depresi berat juga dapat mengalami halusinasi, seperti
mendengar suara-suara orang lain, atau iblis, yang mengutuk mereka atas kesalahan yang
dipersepsikan. Episode-episode depresi berat dapat berlangsung dalam jangka bulanan atau
Pada pasien gangguan depresi berat mempunyai beberapa tanda dan gejala depresi yang
serius. Manifestasi klinis sangat bervariasi mulai dari retardasi, menarik diri sampai iritabel
dan agitasi. Pada 25 % kasus (50% pada orang tua) diduga dicetuskan oleh stresor. Gejala
– gejala paling berat sering dialami pada pagi hari, beberapa penderita tidak menyadari
bahwa Ia sedang depresi. Pada gangguan depresi yang sangat menonjol, gejalanya dapat
Suatu episode depresi berat ditandai dengan munculnya lima atau lebih ciri-ciri atau
dari fungsi sebelumnya. Paling tidak satu dari ciri-ciri tersebut harus melibatkan mood yang
depresi atau kehilangan minat atau kesenangan dalam beraktivitas. Selain itu, penegakkan
diagnosis memerlukan hadirnya empat simptom tambahan, seperti gangguan tidur atau
nafsu makan, kehilangan energi, perasaan tidak berarti, pikiran untuk bunuh diri, dan sulit
berkonsentrasi.3
3
4
2.2 Epedemiologi
Gangguan depresi berat paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidup sekitar
15%. Penderita perempuan dapat mencapai 25%, sekitar 10% di perawatan primer dan 15
% perawatan di Rumah Sakit. Pada anak sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2 % dan
usia remaja 5 %. Jenis kelamin perempuan dua kali lipat lebih besar dibanding laki-laki.
antara laki-laki dan perempuan. Usia rata-rata sekitar 40 tahunan. Hampir 50% awitan
alkohol dan penyalahgunaan zat dalam kelompok usia tersebut. Paling sering terjadi pada
orang yang tidak mempunyai hubungan interpersonal yang erat atau pada mereka yang
bercerai atau berpisah. Perempuan yang tidak menikah memiliki kecenderungan lebih
rendah untuk menderita depresi dibandingkan dengan yang menikah namun hal ini
berbanding terbalik untuk laki-laki. Depresi berat sering terjadi di daerah pedesaan
Prevalensi episode depresi berat meningkat dari 25,5% pada episode pertama menjadi
50,0% di episode kelimabelas dan prevalensi episode psikotik meningkat dari 8,7% pada
episode pertama menjadi 25,0% di episode kelimabelas. Pola yang sama ditemukan terlepas
dari jenis kelamin, usia saat terjadinya depresi, dan tahun saat terjadinya episode yang
pertama.7
2.3 Etiologi1
Berbagai faktor resiko yang memiliki interaksi dari aspek bawaan pasien. Genetik,
asuhan awal dan kepribadian dapat meningkatkan kerentanan terhadap depresi, dengan
episode yang muncul tergnatung dari tingkat stres akut dan kronik yang dialami.
5
a. Amin Biogenik
Norepinefrin dan serotonin adalah dua neurotransmitter yang paling terlibat pada
b. Norepinefrin
Penurunan regulasi reseptor beta adrenergik dan respons klinis anti depresi mungkin
berperan langsung sistem noradrenergik pada depresi. Bukti lain yang juga melibatkan
c. Dopamin
Aktivitas dopamin mungkin berkurang pada depresi. Penemuan subtipe baru reseptor
d. Serotonin
Aktivitas serotonin berkurang pada depresi. Serotonin bertanggung jawab untuk kontrol
regulasi afek, agresi, tidur dan nafsu makan. Pada beberapa penelitian ditemukan
jumlah Serotonin yang berkurang dicelah sinap dikatakan bertanggung jawab untuk
terjadinya depresi.
e. Faktor Genetik
Genetik merupakan faktor penting dalam perkembangan gangguan mood, tetapi jalur
penurunan sangat kompleks. Sulit untuk mengabaikan efek psikososial, dan juga faktor
Sebelum episode pertama teridentifikasi, sekitar 50% persen gangguan depresi berat
memperlihatkan gejala depresi yang bermakna. Gejala depresi yang teridentifikasi secara
dini dan dapat teratasi lebih awal dapat mencegah berkembangnya gejala-gejala menjadi
6
episode depresi penuh. Pada pasien dengan gangguan depresi berat, walaupun gejala telah
ada, umumnya belum menujukkan suatu pramorbid gangguan kepribadian. Sekitar 50%
pasien dengan episode depresi pertama terjadi sebelum usia 40 tahun. Awitan yang terjadi
setelah usia 40 tahun biasanya dihubungkan dengan tidak adanya riwayat gangguan mood
dalam keluarga, gangguan kepribadian anti sosial dan penyalahgunaan alkohol. Episode
episode depresi sekitar 3 bulan. Prosedur baku tatalaksana gangguan depresi setidaknya
dilakukan selama 6 bulan agar tidak mudah kambuh. Penghentian antidepresen sebelum 3
bulan hampir hampir selalu mengakibatkan kambuhnya gejala. Apabila gangguan menjadi
progresif maka episode akan cenderung lebih sering dan berlangsung lebih lama.
Episode depresi, mood terdepresi, kehilangan minat dan berkurangnya energi adalah
gejala utama dari depresi. Pasien mungkin mengatakan perasannya sedih, tidak mempunyai
harapan, dicampakkan, atau tidak berharga. Emosi pada mood depresi kualitasnya berbeda
dengan emosi duka cita atau kesedihan yang normal. Sekitar dua per tiga pasien
mempunyai pikiran untuk melakukan bunuh diri. Dan 10 sampai 15 persen diantaranya
melakukan bunuh diri. Mereka yang dirawat di Rumah Sakit dengan percobaan bunuh diri
dan ide bunuh diri mempunyai umur hidup lebih panjang dibanding yang tidak dirawat.
Beberapa pasien depresi terkadang tidak menyadari ia mengalami depresi dan tidak
mengeluh tentang gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman dan
aktivitas yang sebelumnnya menarik bagi dirinya. Sekitar 80 persen mengeluh masalah
tidur, khususnya terjaga dini hari (terminal insomnia) dan sering terbangun di malam hari
atau penurunan nafsu makan demikian pula dengan bertambah dan menuurn berat
Gejala utama :
- Afek depresif
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah ( rasa lelah yang
Gejala lainnya :
- Tidur terganggu
2.6 Diagnosis
Disertai waham, halusinasi atau stuppor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien biasanya merasa
olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau
daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju stuppor. Jika diperluka,
waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek (mood
congruent).
kosong) atau kehilangan minat atau kesenangan sepanjang waktu selama 2 minggu
atau lebih ditambah 4 atau lebih gejala berikut ini insomnia atau hiperinsomnia
8
b. hampir setiap hari, menurunnya minat atau kesenangan hampir pada semua
kegiatan hampir sepanjang waktu, perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak
sesuai atau rasa tidak berharga hampir sepanjang waktu, kehilangan energi atau
konsentrasi sulit membuat keputusan hampir sepanjang waktu, selera makan dapat
meningkat atau menurun, dalam penemuan ditemukan agitasi atau retardasi, dan
d. Gejalanya bukanlah merupakan efek fisiologi langsung dari zat ( sebagai contoh
penyalahgunaan obat, atau medikasi) atau suatu kondisi medik umum. Contohnya
( hypothyroidsm).
kehilangan seseorang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai
dengan preokupasi rasa ketidakbahagiaan yang abnormal, ide bunuh diri, gejala
c. Bila ada gejala penting ( mislanya agitasi atau retardasi psikomotor ) yang
mencolok, maka mampu untuk melaporkan banyak gejalnya secara rinci. Dalam hal
demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat
dibenarkan.
9
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan
e. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas. 8
a. Gangguan Mood Disebabkan oleh Kondisi Medis Umum (Tumor otak, gangguan
c. Skizofrenia
d. Berduka
e. Gangguan Kepribadian
f. Gangguan Skizoafektif
Kemunduran psikomotor secara umum merupakan gejala yang paling sering, meskipun
agitasi psikomotor juga terlihat, terutama pada pasien usia lanjut. Meremas tangan dan
menarik rambut merupakan gejala dari agitasi. Secara sederhana pasien depresi mempunyai
postur tubuh yang dibungkukkan, tidak ada gerakan spontan, sedih, dan memalingkan
wajah. Pada pemeriksaan klinis, pasien depresi memperlihatkan keseluruhan gejala dan
Walaupun sekitar 50 persen pasien menyangkal perasaan depresi dan tidak tampak
depresi. Anggota keluarga dan teman kerja sering membawa pasien untuk terapi karena
menarik diri dari lingkungan sosial dan pengurangan aktifitas secara umum. Gangguan
10
depresi berat dengan ciri psikotik mempunyai delusi atau halusinasi, bahkan tanpa delusi
atau halusinasi, beberapa dokter menyebut psychotic depression, untuk kemunduran secara
keseluruhan, membisu tidak mandi, dan kotor. Mood incongruent adalah suatu kondisi
yang pada saat bersamaan pada pasien depresi ditemukan adanya delusi dan halusinasi yang
menetap, selain itu juga ditemukan perasaan bersalah, tidak berharga, kegagalan,
penderitaan dan keadaan penyakit somatik (seperti kanker dan kerusakan otak).
Gambarannya adalah ketidaksesuaian antara isi delusi atau halusinasi dengan mood
depresi. Ketidaksesuaian isi delusi dengan mood pada pasien depresi tentang kemampuan
yang berlebihan, pengetahuan, dan sesuatu yang berharga sebagai contoh pasien percaya
bahwa seseorang tersiksa karena dia Messiah. Pandangan negatif terhadap dunia dan
dirinya sendiri. Isi pikir mereka sering meliputi rasa kehilangan, rasa bersalah, pikiran
bunuh diri, dan kematian. Sekitar 10 % dari semua pasien depresi menunjukkan gejala
gangguan pikiran, biasanya dalam isi pikiran adalah hambatan dan kemiskinan.
Kebanyakan pasien depresi tidak terganggu orientasinya baik orang, tempat, dan waktu,
meskipun beberapa dari mereka tidak mempunyai tenaga atau minat untuk menjawab
pertanyaan tentang subjek tersebut selama wawancara. Sekitar 50 sampai 75 persen dari
mampu konsentrasi dan gampang lupa. 10 sampai 15 persen pasien depresi melakukan
bunuh diri dan sekitar dua pertiganya mempunyai ide untuk bunuh diri. Pasien dengan ciri
walaupun banyak pasien depresi kurang tenaga atau motivasi untuk mengikuti suara hati
melakukan kejahatan. Pasien dengan gangguan depresi memiliki resiko untuk bunuh diri
ketika energi mereka mulai meningkat dan menjalankan rencana untuk bunuh diri. Tidak
bijaksana apabila dokter memberi resep antidepresan dalam jumlah besar, terutama obat
trisiklik, pada saat pasien keluar dari rumah sakit. Menilai sikap dan perilaku pasien terkini,
11
selama wawancara. Tilikan pasien depresi terhadap gangguannya sering berlebihan mereka
terlalu menekankan gejalanya, gangguannya, dan masalah hidup mereka. Ini menyulitkan
untuk meyakinkan pasien bahwa perbaikan mungkin terjadi. Pada wawancara dan
perbincangan pasien depresi terllau melebihkan hal buruk dan meminimalkan hal baik.
Kesalahan dokter, sering tidak mempercayi penjelasan pasien depresi yang menyatakan
mungkin salah dan dibutuhkan sumber lainuntuk mendapatkan informasi tentang hal
tersebut.
2.9 Penatalaksanaan2
Antidepresan direkomendasikan hanya untuk pasien dengan depresi sedang berat atau
untuk pasien dengan gejala-gejala sub batas (subthreshold) depresi yang persisten, atau
depresi ringan hingga sedang yang tidak mendapatkan manfaat dari intervensi psikososial.
Pemberian selective serotonin reuptake inhibitor atau SSRI ( misalnya sertralin, paroxetine,
citalopram, fluoxetine) sebagai lini pertama antidepresan, karena memiliki efek samping
paling sedikit. Semua antidepresan memiliki efektivas serupa apabila diresepkan dengan
dosis yang benar dan diberikan dalam jangka waktu yang cukup. Para klinisi cenderung
untuk memilih suatu antidepresan tidak berdasarkan efikasi, namun berdasarkan profil efek
terhadap gejala depresi mana yang paling merepotkan. Antidepresan paling efektif
diberikan pada depresi sedang-berat. Sekitar 50% dari pasien akan berespons
(dibandingkan dengan 30% pada plasbo), apabila diresepkan dengan dosis yang adekuat
untuk periode yang tepat dan cukup lama (biasanya 4-6 minggu, lebih lama pada orang
dewasa yang lebih tua), dengan pemberiaan edukasi dan dukungan yang sesuai. Bila
antidepresan telah memberikan remisi dari gejala-gejala, pemberian obat harus dilanjutkan
dengan dosis penuh (yaitu pada dosis yang menimbulkan remisi) paling tidak selama 6
12
depresi berulang bisa mendapatkan manfaat dari pemakaian antidepresan dengan periode
yang lebih lama, bahkan mungkin seumur hidup untuk kasus yang berat. Efek profilaksis
dari antidepresan untuk mengurangi kekambuhan telah diperlihatkan paling tidak selama 5
tahun pengobatan (dengan imipramin). Penatalaksanaan seringkali gagal karena dosis obat
tidak adekuat, durasi dari tatalaksana atau buruknya kesepakatan antara pasien dan dokter.
Bila pasien tidak berespons terhadap pemberian antidepresan dengan dosis yang tepat untuk
Mengkaji ulang diagnosis : apakah depresi merupakan penyebab dari mood mereka
yang menurun? Apakah mereka menggunakan alkohol atau zat? Apakah mereka
psikiater)
pasien harus diaksanakan. Ketiga, rencana terapi bukan hanya unntuk gejala, tetapi
13
a) Farmakoterapi
kali lipat dalam waktu satu bulan. Meskipun demikian, masih ada permasalahan
untuk memberikan efek terapi yang bermakna, meskipun ada yang menunjukkan
efek terapi lebih awal dan secara relatif semua antidepresan akan menjadi toksik
pada dosis berlebihan dan menunjukkan efek samping. Antidepresan lainnya adalah
(paxil), dan sertraline (zoloft). Anti depresan golongan lain misalnya venlafaxine,
depresi berat. Gejala pertama yang menjadi pegangan adalah sulit tidur dan
gangguan dalam pola makan. Gejala lainnya yang dapat timbul adalah mengamuk,
cemas, dan rasa putus asa. Edukasi pasien yang adekuat tentang kegunaan
antidepresan sebagai hal penting untuk kesuksesan terapi termasuk pemilihan obat
dan dosis yang sesuai. Ketika mengenalkan penggunaan obat kepada pasien, dokter
perlu menekankan gangguan depresi berat adalah kombinasi dari faktor biologi dan
juga harus menekankan kepada pasien bahwa obat antidepresan tidak membuat
menjadi ketergantungan, dan obat akan diturunkan secara perlahan – lahan sesuai
dengan evaluasi gejala. Apabila pada 3 minggu setelah pemberian obat antidepresan
pasien belum memperlihatkan perbaikan gejala atau perbaikan gejala kurang dari
14
20% maka perlu mengganti antidepresan dengan golongan lainnya. Hal yang paling
serius dipikirkan adalah menyebabkan kematian pada dosis berlebih. Obat trisiklik
kematian jika dikombinasikan dengan alkohol atau obat lain. Hal yang menarik dari
obat antidepresan adalah keamanan pada jantung. Hipotensi adalah efek samping
alkohol dan penggunaan zat, makan dengan diet sehat, berolahraga rutin dan
melakukan higiene tidur yang baik ( misalnya menghindari kafein dan merokok
pada malam hari, tidak tidur pada siang hari, menentukan waktu rutin untuk tidur
dan bangun, tidak tidur pada siang hari, menentukan waktu rutin untuk tidur dan
bangun, tidak menggunakan kamar tidur untuk belajar atau menonton televisi ).
c) Tatalaksana psikologis
dan dalam kombinasi dengan pemberian obat untuk tatalaksana depresi sedang-
berat. Sebagaian dari beratnya depresi ditentukan oleh jumlah gejala, namun
sebagian besar oleh derajat fungsional ( yaitu apakah pasien masih dapat memenuhi
Terapi psikodinamik
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Emosi merupakan perasaan yang meliputi psikis, somatik dan perilaku yang
berhubungan dengan afek dan mood. Sebagai contoh adalah depresi, elasi dan marah.
Gangguan depresi termasuk dalam kelompok gangguan mood. Gangguan depresi berat
digambarkan dengan hilangnya ketertarikan atau kesenangan akan aktivitas yang biasa
dilakukan. Berbagai faktor resiko yang memiliki interaksi dari aspek bawaan pasien.
Genetik, asuhan awal dan kepribadian dapat meningkatkan kerentanan terhadap depresi
Pasien mengalami mood terdepresi ( sebagai contoh, sedih atau perasaan kosong)
atau kehilangan minat atau kesenangan sepanjang waktu selama 2 minggu atau lebih
ditambah 4 atau lebih gejala berikut ini insomnia atau hiperinsomnia hampir setiap hari,
menurunnya minat atau kesenangan hampir pada semua kegiatan hampir sepanjang
waktu, perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai atau rasa tidak berharga
hampir sepanjang waktu, kehilangan energi atau letih hampir sepanjang waktu,
hampir sepanjang waktu, selera makan dapat meningkat atau menurun, dalam
penemuan ditemukan agitasi atau retardasi, dan timbul pikiran berulang tentang mati
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Prasetyo J. (2017). Buku Ajar Psikiatri. Edisi III. Jakarta. Badan Penerbit Fakultas
Kemenkes Kendari.
5. Amir N. (2016). Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis Dan Tatalaksana. Edisi II.
6. Sadock, Benjamin J. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis / Benjamin J.
Sadock, Virginia A. Sadock ; alih bahasa, Profitasari, Tiara Mahatmi Nisa ; editor
7. Christian J, Ratep N, Westa. (2020). Episode Depresi Berat Dengan Gejala Psikotik
8. Maslim R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari