Oleh :
Livia Hanisamurti, S.Ked
71 2018 045
Dosen Pembimbing :
dr. Abdullah Shahab, Sp.KJ, MARS
Disusun oleh:
71 2018 045
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Periode
Juni 2020.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul
“Depression And Adult Neurogenesis: Positive Effects Of The Antidepressant
Fluoxetine And Of Physical Exercise”, sebagai salah satu tugas individu di Bagian
Anestesiologi Dan Terapi Intensif di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan
pertimbangan perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian referat ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, baik yang diberikan secara lisan
maupun tulisan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih terutama kepada:
1. dr. Abdullah Shahab Sp.KJ, MARS, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak ilmu, saran, dan bimbingan selama penyusunan
referat ini.
2. Orang tua dan saudaraku tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan refrat ini.
Penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................1
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Epidemiologi
Gangguan depresi berat, paling sering terjadi, dengan prevalensi
seumur hidup sekitar 15 persen. Perempuan dapat mencapai 25%. Sekitar
10% perawatan primer dan 15% dirawat di rumah sakit. Pada anak sekolah
didapatkan prevalensi sekitar 2%. Pada usia remaja didapatkan prevalensi
5% dari komunitas memiliki gangguan depresif berat.
1. Jenis Kelamin
Perempuan 2x lipat lebih besar disbanding laki-laki. Diduga adanya
perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, perbedaan stresor psikososial
antara laki-laki dan perempuan, dan model perilaku yang dipelajari tentang
ketidakberdayaan.
4
2.3. Etiologi
Terdapat faktor–faktor yang dihubungkan dengan penyebab depresi dapat
dibagi atas:
1. Faktor Biologi
Data penelitian biopsikologi menyatakan yang paling berperan dalam
patofisologi gangguan mood adalah disregulasi pada amin biogenik
(norepinefrin, serotonin dan dopamin). Penurunan serotonin dapat
mencetuskan depresi, dan pada beberapa pasien yang bunuh diri memiliki
konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan serebrospinal yang rendah
serta konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di trombosit.
Beberapa pasien depresi juga memiliki respon neuroendokrin yng abnormal.
Walaupun norepinefrin dan serotonin adalah amin biogenik yan paling
sering dihubungkan dengan patofisologi depresi, dopamin juga telah
diperkirakan memiliki peranan dalam depresi. Data menyatakan bahwa
aktivitas dopamin mungkin menurun pada depresi dan meningkat pada
mania.3
Faktor neurokimiawi lain seperti adenylate cyclase,
phospotidylinositol dan regulasi kalsium mungkin juga memiliki relevansi
penyebab. Kelainan pada neuroendokrin utama yang menarik perhatian
dalam adalah sumbu adrenal, tiroid dan hormon pertumbuhan.
Neuroendokrin yang lain yakni penurunan sekresi nokturnal melantonin,
penurunan pelepasan prolaktin karena pemberian tryptopan, penurunan
kadar dasar folikel stimulating hormon (FSH), luteinizing hormon (LH) dan
penurunan kadar testoteron pada laki-laki.2
2. Faktor Genetik
Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di
dalam perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola
penurunan genetika adalah jelas melalui mekanisme yang kompleks, bukan
saja tidak mungkin untuk menyingkirkan efek psikososial tetapi faktor non
genetik kemungkinan memainkan peranan kausatif dalam perkembangan
gangguan mood pada sekurangnya beberapa orang.3
6
diagnosis pasti. Tidak boleh ada gejala yang berat di antaranya. Lamanya
seluruh episode berlansung ialah sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah tentang
gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan biasa dan
kegiatan social, namun mungkin ia tidak akan berhenti berfungsi sama
sekali.
2) Episode depresif sedang (F32.1)
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala yang paling khas yang
ditentukan untuk episode depresif ringan, ditambah sekurang-kurangnya
tiga (dan sebaiknya empat) gejala lainnya. Beberapa gejala mungkin tampil
amat menyolok, namun ini tidak esensial apabila secara keseluruhan ada
cukup banyak variasi gejalanya. Lamanya seluruh episode berlangsung
minimal sekitar 2 minggu. Individu dengan episode depresif taraf; sedang
biasanya menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga.
3) Episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2)
Pada episode depresif berat, penderita biasanya menunjukkan
ketegangan atau kegelisahan yang amat nyata, kecuali apabila retardasi
merupakan ciri terkemuka. Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya tak
berguna mungkin mencolok, dan bunuh diri merupakan bahaya nyata
terutama pada beberapa kasus berat. Anggapan di sini ialah bahwa sindrom
somatik hampir selalu ada pada episode dpresif berat.
Semua tiga gejala khas yang ditentukan untuk episode depresif ringan
dan sedang harus ada, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lainnya,
dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat. Namun, apabila gejala
penting (misalnya agitasi atau retardasi) menyolok, maka pasien mungkin
tidak mau atau tidak mampu utnuk melaporkan banyak gejalanya secara
terinci. Dalam hal demikian, penentuan menyeluruh dalam subkategori
episode berat masih dapat dibenarkan. Episode depresif biasanya seharusnya
berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat
berat dan beronset sangat cepat, maka mungkin dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.
8
2.5. Diagnosis
Beberapa pasien depresi terkadang tidak menyadari ia mengalami
depresi dan tidak mengeluh tentang gangguan mood meskipun mereka
menarik diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang sebelumnya menarik
bagi dirinya. Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh tentang
penurunan energi dimana mereka mengalami kesulitan menyelesaikan tugas,
mengalami hendaya di sekolah dan pekerjaan, dan menurunnya motivasi
untuk terlibat dalam kegiatan baru. Sekitar 80 persen pasien mengeluh
masalah tidur, khususnya terjaga dini hari (terminal insomnia) dan sering
terbangun di malam hari karena memikirkan masalah yang dihadapi.
Kecemasan adalah gejala tersering dari depresi dan menyerang 90 persen
pasien depresi.3
9
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,
maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun
waktu kurang dari 2 minggu.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang
sangat terbatas.
2.6. Tatalaksana
Pengobatan pasien dengan gangguan mood harus diamanahkan pada
sejumlah tujuan. Pertama, keamanan pasien harus terjamin. Kedua,
pemeriksaan diagnostik yang lengkap pada pasien harus dilakukan. Ketiga,
suatu rencana pengobatan harus dimulai yang menjawab bukan hanya gejala
sementara tetapi juga kesehatan pasien selanjutnya.5,6
a. Terapi Farmakologis
Antidepresan yang tersedia sekarang cukup bervariasi di dalam efek
farmakologisnya. Variasi tersebut merupakan dasar untuk pengamatan
bahwa pasien individual mungkin berespons terhadap antidepresan lainnya.
Variasi tersebut juga merupakan dasar untuk membedakan efek samping
yang terlihat pada antidepresan.
Obat antidepresan kemungkinan merupakan obat yang paling sesuai
bagi pasien yang memiliki karakteristik vegetative yang jelas, termasuk
12
Efek samping :
15
3. Antidepresan MAO.
Inhibitor Monoamin Oksidase (Monoamine Oxidase Inhibitor, MAOI)
Farmakologi
Monoamin oksidase merupakan suatu sistem enzim kompleks yang
terdistribusi luas dalam tubuh, berperan dalam dekomposisi amin biogenik,
seperti norepinefrin, epinefrin, dopamine, serotonin. MAOI menghambat
sistem enzim ini, sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi amin
endogen.
Ada dua tipe MAO yang telah teridentifikasi, yaitu MAO-A dan
MAO-B. Kedua enzim ini memiliki substrat yang berbeda serta perbedaan
dalam sensitivitas terhadap inhibitor. MAO-A cenderungan memiliki
aktivitas deaminasi epinefrin, norepinefrin, dan serotonin, sedangkan MAO-
B memetabolisme benzilamin dan fenetilamin. Dopamin dan tiramin
dimetabolisme oleh kedua isoenzim. Pada jaringan syaraf, sistem enzim ini
mengatur dekomposisi metabolik katekolamin dan serotonin. MAOI hepatic
menginaktivasi monoamin yang bersirkulasi atau yang masuk melalui
saluran cerna ke dalam sirkulasi portal (misalnya tiramin).
Semua MAOI nonselektif yang digunakan sebagai antidepresan
merupakan inhibitor ireversibel, sehingga dibutuhkan sampai 2 minggu
untuk mengembalikan metabolism amin normal setelah penghentian obat.
Hasil studi juga mengindikasikan bahwa terapi MAOI kronik menyebabkan
penurunan jumlah reseptor (down regulation) adrenergic dan serotoninergik.
Farmakokinetik
1. Absorpsi/Distribusi
Informasi mengenai farmakokinetik MAOI terbatas. MAOI
tampaknya terabsorpsi baik setelah pemberian oral. Kadar puncak
tranilsipromin dan fenelzin mencapai kadar puncaknya masing-masing
18
dalam 2 dan 3 jam. Tetapi, inhibisi MAO maksimal terjadi dalam 5 sampai
10 hari.
2. Metabolisme/Ekskresi-Metabolisme
MAOI dari kelompok hidrazin (fenelzin, isokarboksazid) diperkirakan
menghasilkan metabolit aktif. Inaktivasi terjadi terutama melalui asetilasi.
Efek klinik fenelzin dapat berlanjut sampai 2 minggu setelah penghentian
terapi. Setelah penghentian tranilsipromin, aktivitas MAO kembali dalam 3
sampai 5 hari (dapat sampai 10 Hari). Fenelzin dan isokarboksazid dieksresi
melalui urin sebagian besar dalam bentuk metabolitnya. Populasi khusus –
“asetilator lambat”: Asetilasi lambat dari MAOI hidrazin dapat
memperhebat efek setelah pemberian dosis standar
Indikasi
Secara umum, MAOI diindikasikan pada penderita dengan depresi atipikal
(eksogen) dan pada beberapa penderita yang tidak berespon terhadap terapi
antidpresif lainnya. MAOI jarang dipakai sebagai obat pilihan.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap senyawa ini, feokromositoma, gagal jantung
kongestif, riwayat penyakit liver atau fungsi liver abnormal, gangguan ginjal
parah, gangguan serebrovaskular, penyakit kardiovaskular, hipertensi,
riwayat sakit kepala, pemberian bersama dengan MAOI lainnya, senyawa
yang terkait dibenzazepin termasuk antidepresan trisiklik, karbamazepin,
dan siklobenzaprin; bupropion, SRRI, buspiron, simpatomimetik,
meperidin, dekstrometorfan, senyawa anestetik, depresan SSP,
antihipertensif, kafein, keju atau makanan lain dengan kandungan tiramin
tinggi.
Peringatan
1) Memburuknya gejala klinik serta risiko bunuh diri: Penderita dengan
gangguan depresif mayor, dewasa maupun anak-anak, dapat mengalami
perburukan depresinya dan/atau munculnya ide atau perilaku yang
mengarah pada bunuh diri (suicidality), atau perubahan perilaku yang
tidak biasa, yang tidak berkaitan dengan pemakaian antidepresan, dan
risiko ini dapat bertahan sampai terjadinya pengurangan jumlah obat
19
Pemilihan Obat
Hal ini tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan
penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien (usia, jenis penyakit
tertentu, jenis depresi). Mengingat efek sampingnya, untuk penggunaan
pada sindrom depresi ringan dan sedangyang dating berobat jalan pada
fasilitas pelayanan kesehatan umum, pemelihan obat anti-depresi sebaiknya
mengikuti urutan :
Step 1 = Golongan SSRI (Fluoxetin, Sertralin, etc.)
Step 2 = Golongan Trisiklik (Amitriptyline, ect.)
Step 3 = Golongan Tetrasiklik (Maprotiline, ect.)
Golongan atypical (Trazodone, ect.)
Golongan MAOI Reversible (Moclobemide)
Pertama-tama menggunakan golongan SSRI yang efek sampingnya
sangat minimal (meningkatkan kepatuhan minum obat, biasa digunakan
pada berbagai kondisi medik), spectrum efek anti-depresi luas, gejela putus
obat sangat minimal, serat lethal dose yang tinggi (>6000mg) sehingga
relative aman.
Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu
yang cukup (sekitar 3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua,
golongan trisiklik, yang spectrum anti depresinya juga luas tetapi efek
sampingnya relative lebih berat.
Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan
spectrum anti-depresi lebih sempit, dan juga efek samping lebih ringan
dibandingkan Trisiklik, yang terringan adalah golongan MAOI Reversible.
Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke
MAOI membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk washout period
guna mencegah timbulnya Serotonin Malignant Syndrome.
BAB III
22
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
1. Depresi merupakan termasuk dalam gangguan mood.
2. Depresi adalah penyakit atau gangguan mental yang sering
dijumpai. Penyakit ini menyerang siapa saja tanpa memandang usia,
ras atau golongan, maupun jenis kelamin.
3. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat aktifitas,
kemampuan kognitf, bicara, dan fungsi vegetative (termasuk tidur,
aktifitas seksual, dan ritme biologis yang lain). Gangguan ini hampir
selalu menghasilkan hendaya interpersonal, social dan fungsi
pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
23