Anda di halaman 1dari 34

Clinical Science Section

Penanganan Terkini Gangguan Bipolar

Oleh:

Sebrin Fathia Rahman P. 3072


Zahra Indria Zenti P. 3078
Nur Aswad P. 3080

Preseptor:

dr. Taufik Ashal, Sp.KJ

BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat yang berjudul
“Penanganan Terkini Gangguan Bipolar” .
Referat ini merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik di
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada bapak dr.Taufik Ashal,Sp.KJ selaku pembimbing yang telah
memberikan masukan dan bimbingan dalam pembuatan referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 9 November 2020

Penulis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ii


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Metode Penulisan...........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 3
2.1 Definisi...........................................................................................................3
2.2 Etiologi...........................................................................................................3
2.3 Patofisiologi................................................................................................... 4
2.4 Klasifikasi dan Diagnosis.............................................................................. 5
2.4.1 Berdasarkan PPDGJ-III..............................................................................5
2.4.2 Berdasarkan DSM V................................................................................ 11
2.5 Diagnosis Banding....................................................................................... 17
2.6 Tatalaksana.................................................................................................. 17
2.6.1 Non-Farmakologi..................................................................................... 17
2.6.2 Farmakologi............................................................................................. 19
2.7 Prognosis........................................................................................................... 28
BAB III KESIMPULAN............................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................30

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas iii


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan bipolar merupakan gangguan suasana perasaan atau mood yang
pada waktu tertentu terjadi peningkatan afek serta penambahan energi dan aktivitas,
dan pada waktu lainnya terjadi penurunan afek serta penurunan energi dan aktivitas,
biasanya terjadi berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dan diantara episode
terdapat waktu penyembuhan sempurna. 1,2
Satu dari tiga gangguan bipolar memiliki episode pertama pada masa remaja.3
Prevalensi antara laki-laki dan wanita sama besar. Onset gangguan bipolar adalah
dari masa anak-anak (usia 5-6 tahun) sampai 50 tahun atau lebih. Rata-rata usia yang
terkena adalah usia 30 tahun. Hal ini didukung oleh suatu penelitian yang
menemukan bahwa dua rentang usia paling banyak munculnya onset bipolar, yaitu
usia 15-24 tahun dan 45-54 tahun. Gangguan bipolar dapat terjadi pada seluruh ras,
dan gangguan ini lebih sering terjadi pada individu yang belum menikah.2,3
Ada empat jenis gangguan bipolar tertera di dalam Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders Fifth Edition yaitu gangguan bipolar I, gangguan
bipolar II, gangguan siklotimia, bipolar dan gangguan berkaitan lainnya yang
disebabkan oleh penggunan obat, other specified bipolar and related disorder, dan
unspecified bipolar and related disorder.4
Penyebab gangguan bipolar multifaktor. Secara biologis dikaitkan dengan faktor
genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial dikaitkan dengan
pola asuh masa kanak-kanak, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan
banyak lagi faktor lainnya.2 Gangguan bipolar dikaitkan dengan kondisi medis
umum yang terjadi bersamaan, termasuk obesitas, diabetes melitus tipe II, penyakit
autoimun, dan keganasan. Komorbiditas ini pada pasien dengan gangguan bipolar
dikatikan dengan episode mood yang lebih sering, upaya bunuh diri, dan kualitas
hidup yang buruk.5
Gangguan bipolar merupakan suatu keadaan serius yang dapat menimbulkan
dampak seumur hidup pada status kesehatan, kualitas hidup, dan fungsi pada
seseorang. Diagnosis yang terlambat pada pasien dengan gangguan bipolar dapat
menyebabkan keadaan klinis yang semakin buruk. Selain itu, pemilihan terapi yang

1
tepat pada pasien gangguan bipolar dengan memperhitungkan keamaan dan manfaat
dapat membantu memperbaiki dampak buruk gangguan bipolar.6
1.2 Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang gangguan bipolar.
1.3 Tujuan Penulisan
Referat ini bertujuan untuk mengetahui mulai dari definisi hingga
penatalaksanaan pasien dengan gangguan bipolar.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan merujuk pada
berbagai literatur.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan bipolar merupakan gangguan suasana perasaan atau mood yang pada
waktu tertentu terjadi peningkatan afek serta penambahan energi dan aktivitas, dan
pada waktu lainnya terjadi penurunan afek serta penurunan energi dan aktivitas,
biasanya terjadi berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dan diantara antar
episode terdapat waktu penyembuhan sempurna. 1,2
Satu dari tiga gangguan bipolar memiliki episode pertama pada masa remaja.3
Prevalensi antara laki-laki dan wanita sama besar. Onset gangguan bipolar adalah
dari masa anak-anak (usia 5-6 tahun) sampai 50 tahun atau lebih. Rata-rata usia yang
terkena adalah usia 30 tahun. Hal ini didukung oleh suatu penelitian yang
menemukan bahwa dua rentang usia paling banyak munculnya onset bipolar, yaitu
usia 15-24 tahun dan 45-54 tahun. Gangguan bipolar dapat terjadi pada seluruh ras,
dan gangguan ini lebih sering terjadi pada individu yang belum menikah.2,3
Berdasarkan data World Health Organization pada tahun 2019, sekitar 45 juta
orang di dunia mengalami gangguan bipolar. Di Indonesia, belum terdapat data yang
menyebutkan angka kejadian bipolar. Tetapi, dengan adanya berbagai faktor seperti
faktor biologis, psikologis dan sosial serta keanekaragaman penduduk, masalah
kesehatan jiwa terus bertambah setiap tahunnya sehingga berdampak pada
peningkatan beban negara dan penurunan produktivitas.7

2.2 Etiologi
Penyebab gangguan bipolar multifaktor.
 faktor genetik
Penelitian keluarga terkait gangguan bipolar menunjukkan bahwa apabila dari
salah satu orang tua memiliki gangguan mood, seorang anak akan memiliki
risiko antara 10-25% mewarisi gangguan mood. Risiko anak mewarisi gangguan
bipolar dari satu orang tua dengan gangguan bipolar adalah 27% dan dari kedua
orang tua dengan gangguan mood bipolar adalah 74%. Maka dari itu, faktor
genetik sangatlah berpengaruh dan dapat membuat individu rentan terkena
gangguan mood.1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


 Faktor biologi
Faktor biologi dengan hubungannya dengan neurotrasnmitter di otak, yakni
peseptor β2 presinaps dan hubungannya dengan depresi karena aktivasi pada
reseptor ini menghasilkan penurunan dari pelepasan norepinefrin. Reseptor β2
juga terletak pada neuron serotoninergik dan berperan dalam regulasi pelepasan
serotonin. Serotonin juga berkaitan dengan depresi, dimana rendahnya kadar
serotonin dapat menjadi faktor presipitat depresi, beberapa pasien dengan
dorongan bunuh diri memiliki konsentrasi serotonin yang rendah. Kelainan
bipolar sangat sering dikaitkan dengan berkurangnya sensitivitas reseptor
serotonin.1,2 Selain dari norepinefrin dan serotonin, dopamine juga berperan
dalam terjadinya gangguan bipolar. Pasien gangguan bipolar apabila terjadi
penurunan dopamin akan menyebabkan terjadinya episode depresi, sebaliknya
peningkatan dari dopamin akan menyebabkan terjadinya episode mania.1,2
 Faktor lingkungan memegang peranan penting yakni meningkatnya jumlah
peristiwa hidup yang penuh tekanan dapat menyebabkan perubahan biologik
otak yang bertahan lama dan menyebabkan perubahan keadaan fungsional
berbagai neurotransmitter sehingga resiko yang lebih tinggi untuk menderita
gangguan mood.2
 secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kanak-kanak, stress yang
menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi
faktor lainnya.2

2.3 Patofisiologi
Patofisiologi mengenai gangguan afektif bipolar belum diketahui secara pasti
sampai saat ini, dan tidak ada penanda biologis objektif yang secara definitif
berhubungan dengan keadaan penyakit. Penanda biologis objektif yang sesuai
dengan keadaan gangguan bipolar belum ditemukan, namun studi mengenai saudara
kembar, keluarga, dan adopsi mengindikasikan bahwa gangguan bipolar memiliki
komponen genetik yang signifikan. Komponen genetik pada gangguan bipolar sangat
kompleks, kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa alel penyakit umum
yang berbeda- beda. Terdapat beberapa lokus yang sekarang diketahui berhubungan
dengan perkembangan gangguan bipolar. Lokus ini dikelompokkan sebagai

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4


lokus gangguan afektif mayor/ Major Affective Disorder (MAFD) dan diberi nomor
sesuai urutan penemuan mereka. Selain itu, terdapat beberapa mekanisme yang telah
teridentifikasi mengenai interaksi gangguan bipolar dengan sistem imun. Jalur utama
mengenai mekanisme tersebut adalah kemampuan sitokin perifer untuk melewati
sawar darah otak. Sitokin tersebut dapat memberi sinyal yang mempengaruhi
struktur dan fungsi daerah otak yang bertanggungjawab atas suasana hati dan fungsi
kognitif. Sitokin dapat secara langsung mengubah kadar monoamine, menyebabkan
hiperaktivitas sel-sel microglial dan menyebabkan peningkatan stress oksidatif di
otak yang kemungkinan memainkan peran kunci dalam patofisiologi gangguan
bipolar.8,9

2.4 Klasifikasi dan Diagnosis


2.4.1 Berdasarkan PPDGJ-III
a. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik (F31.0)
Episode hipomanik hampir sama dengan episode manik dengan perbedaan
penting yaitu derajat gejalanya tidak berat, tidak ada gejala psikotik, tidak
memerlukan perawatan, dan hendayanya tidak berat. Durasi episodenya lebih pendek
yaitu paling sedikit empat hari. Gejala primer disebabkan oleh gangguan mood
bukan bersifat sekunder (disebabkan oleh efek zat atau kondisi medik umum).1
Hipomania ditandai dengan peningkatan mood yang ringan, pikiran
menjadi lebih tajam, disertai peningkatan energi dan aktivitas, berlangsung beberapa
hari pada periode tertentu, tanpa adanya hendaya dan jarang berlanjut menjadi mania.
Hipomania biasanya berulang dan ia dapat dibedakan dengan gembira normal
(gembira normal tidak berulang). Terkadang hipomania dapat diinduksi oleh
antidepresan.1
Durasi hipomania yang minimum menyebabkan hipomania sering tidak
dikenali oleh keluarga dan sering pula terjadi kesalahan ketika diminta mengingat
kejadian hipomania sebelumnya.1
Pedoman Diagnostik :10
 Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi atau
berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang- kurangnya
beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia, dan tidak disertai halusinasi
atau waham.
 Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aklivitas sosial memang sesuai
dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kekacauan itu berat atau
menyeluruh, maka diagnosis mania harus ditegakkan.
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif,atau campuran) di masa lampau

b. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik


(F31.1)
Episode manik ditandai dengan adanya eforia yang signifikan, ekspansif atau
iritabilitas yang disertai dengan paling sedikit tiga gejala tambahan (empat, bila
mood hanya iritabel), berlangsung paling sedikit satu minggu (atau waktunya bias
lebih pendek bila pasien dirawat). Gejala tambahan yaitu meningkatknya
kepercayaan diri, berkurangnya kebutuhan tidur, banyak bicara, loncat gagasan,
distraktibilitas, meningkatnya aktivitas bertujuan untuk agitasi psikomotor, dan
impulsivitas.1
Mood iritabel pada mania dapat muncul dalam bentuk perilaku yang suka
membantah terutama bila pasien tersebut diperlakukan kasar. Kebingungan atau
pseudodemensia dapat pula terjadi dan negativism juga sering terlihat pada
mania.1
Penggunaan alkohol dapat pula ditemukan pada sekitar 50% pasien, terutama
selama fase mania. Penyalahgunaan alkohol tersebut dapat menyebabkan terjadinya
perilaku disinhibisi sehingga membahayakan pasien. Pasien dapat menyerang atau
melukai orang-orang sekitarnya atau dirinya.1
Pedoman Diagnostik :10
 Episode harus berlangsung sekurang-kurangrrya 1 minggu, dan cukup
berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan
aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
 Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga
terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6


tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran/"grandiose ideas" dan terlalu
optimistik.
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif,atau campuran) di masa lampau

c. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik


(F31.2)
Episode manik yang bila gejalanya berat dapat disertai gejala psikotik
(waham dan halusinasi), hendaya berat pada fungsi sosial dan pekerjaan,
memerlukan hospitalisasi.1
Pedoman Diagnostik: 10
 Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari mania tanpa
gejala psikotik
 Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang
menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur), iritabilitas dan kecurigaan
menjadi waham kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi
"sesuai" dengan keadaan afek tersebut (mood-congruent).
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif,atau campuran) di masa lampau

d. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang


(F31.3)
Episode depresi ringan atau sedang ditandai dengan adanya 2 dari 3 gejala
utama depresi (afek depresif; kehilangan minat dan kegembiraan; serta berkurangnya
energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah yang nyata dan menurunnya
aktivitas), ditambah sekurang-kurangnya 2 atau 3 gejala lainnya (konsentrasi dan
perhatian berkurang; harga diri dan kepercayaan diri berkurang; gagasan tentang rasa
bersalah dan tidak beguna; pandangan masa depan yang suram dan pesimistik;
gagasan atau perbuatanmembahayakan diri atau bunuh diri; tidur terganggu; nafsu
makan berkurang), tidak boleh ada gejala berat di antaranya, lamanya episode
minimum sekitar 2 minggu, serta mengalami sedikit kesulitan atau kesulitan nyata
untuk meneruskan kegiatan social, pekerjaan dan urusan rumah tangga.10

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7


Pedoman Diagnostik 10
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
ringan ataupun sedang dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipornanik, manik, atau
campuran di masa lampau

e. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala


Psikotik (F31.4)
Episode depresif berat ditandai dengan terdapatnya semua 3 gejala utama,
ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnnya, dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat, episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-
kurangrrya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,
maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari
2 minggu. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.10
Pedoman Diagnostik :10
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
tanpa gejala psikotik, dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran di masa lampau.

f. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala


Psikotik (F31.5)
Episode depresif berat dengan gejala psikotik harus memenuhi kriteria
depresif berat; dan disertai waham, halusinasi, atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan
pasien merasa bertanggungjawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging
membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika
diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi
dengan afek (moodcongruent).10

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


Pedoman Diagnostik :10
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
dengan gejala psikotik, dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran di masa lampau

g. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran (F31.6)


Episode campuran ditandai dengan terpenuhinya kriteria untuk kedua episode
yaitu episode manik dan depresif, paling sedikit satu minggu. Episode campuran ini
derajatnya berat (bisa disertai dengan gejala psikotik, memerlukan hospitalisasi,
hendaya fungsi psikososial dan pekerjaan yang derajatnya berat).1
Episode campuran menunjukkan suatu sindrom unik. Terdapat empat
konsep lainnya pada episode campuran, misalnya :1
a. Suatu sindrom yang tercampur (kombinasi)
Pada beberapa pasien, episode campuran ditandai dengan terjadinya secara
simultan gejala manik dan depresi (tumpeng tindih).
b. Siklus ultra cepat
Episode campuran ditandai dengan siklus ultradian (dalam satu hari), dengan
gejala depresi pada sebagian besar waktu (sering pada pagi hari) tetapi juga
dengan gejala manik dengan derajat yang signifikan setiap hari (biasanya sore
hari). Pasien dapat mengalami gejala berbeda pada waktu berbeda dalam
sehari
c. Suatu keadaan transisi
Episode manik dapat muncul secara predominan selama transisi episode
mood (sering selama perpindahan dari episode manik ke episode depresi)
d. Mania berat tertentu
Pada beberapa pasien, beratnya episode manik dapat mengalami ekalasi
menjadi episode campuran
Episode campuran terkadang disebut juga mania disforik atau mania
campuran, ditandai dengan mood tereksitasi secara disforik, iritabel marannh,
serangan panik, pembicaraan cepat, agitasi, ide bunuh diri, insomnia derajat berat,
grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang bingung. Bila

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


campuran psikotiknya sangat berat maka masuk pada kategori skizoafektif.
Diagnosis yang tepat untuk episode campuran harus ditegakkan secara tepat untuk
menghindari penggunaan antipsikotropika knvensional yang dapat mengeksaserbasi
gejala depresi. Konseptualisasi manik campuran adalah keadaan manik yang
tercampur ke dalam ciri-ciri depresi jangka panjang.
Pedoman Diagnostik :10
 Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan
depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala
mania,/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar
dari episgde penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-
kurangnya 2 minggu); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran di masa lampau.

h. Gangguan Afektif Bipolar, Kini Remisi (F31.7)


Pada kategori ini, pasien kini tidak menderita gangguan afektif yang nyata
selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangrrya
satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau dan ditambah
sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau
campuran).1
Remisi tersebut dapat parsial maupun sempurna. Berdasarkan DSM-IV- TR,
remisi parsial gangguan bipolar yaitu bila masih terdapat gejala episode mood tetapi
tidak lagi memenuhi kriteria sindrom episode mood atau seseorang mengalami
periode yang tidak lagi memiliki gejala episode mood yang bermakna yang
berlangsung kurang dari dua bulan setelah berakhir episode mood, sedangkan
remisi sempurna yaitu bila selama dua bulan terakhir tidak ada lagi tanda-tanda atau
gejala gangguan mood yang bermakna.1
i. Gangguan Afektif Bipolar Lainnya (F31.8)
j. Gangguan Afektif Bipolar YTT (F31.9)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


2.4.2 Berdasarkan DSM V
Diagnosis pada chapter ini meliputi gangguan bipolar I, gangguan bipolar II,
gangguan siklotimik.4
a. Gangguan Bipolar I
Kriteria Diagnosis
Untuk diagnosis gangguan bipolar 1, sangat penting untuk menemukan
kriteria dari episode manik. Episode manik didahului dan diikuti oleh episode
hipomania atau depresi mayor. Paling sedikit satu gejala dari episode manik tersebut
dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis gangguan bipolar 1. Episode depresi mayor
umumnya pada gangguan bipolar 1 tetapi tidak dibutuhkan untuk diagnosis
gangguan bipolar 1.4
Episode Manik4
a. Keadaan yang jelas ditandai adanya suasana perasaan/ mood yang abnormal
meningkat, ekspansif, disertai mood iritabel dengan adanya peningkatan
aktivitas atau energi yang abnormal dan persisten, paling sedikit sudah
dialami selama 1 minggu dan bertahan sepanjang hari, hampir setiap hari
(atau durasi lainnya jika perawatan rumah sakit sangat dibutuhkan)
b. Selama periode terjadinya gangguan mood dan peningkatan energi atau
aktivitas, ditambah tiga (atau lebih) dari gejala lain, (empat jika mood hanya
iritabel) muncul dengan derajat keparahan yang nyata dan menunjukkan
adanya perubahan perilaku dari biasanya :
1. Harga diri yang meningkat atau grandiose
2. Pengurangan kebutuhan tidur (contohnya merasa puas setelah hanya
tidur 3 jam)
3. Lebih banyak berbicara dari biasanya atau adanya dorongan untuk
selalu berbicara
4. Flight of ideas (lompat gagasan) atau individu secara subyektif
merasakan percepatan pikiran
5. Distraktibilitas (contohnya : perhatian mudah dialihkan pada hal
yang tidak penting atau rangsangan eksternal yg tidak), seperti yang
dilaporkan oleh orang lain atau saat diamati.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


6. Peningkatan dalam aktivitas (bisa dalam bidang sosial seperti
pekerjaan atau sekolah atau aktivitas seksual) atau agitasi
psikomotor.
7. Keterlibatan yang berlebihan pada aktivitas yang beresiko
tinggi (seperti membeli barang yang berlebihan, tidak berhati-hati
dalam hubungan sexual, atau investasi bisnis yang bodoh)
c. Gangguan mood sangat berat hingga menyebabkan terganggunya fungsi
sosial atau pekerjaan atau membutuhkan perawatan rumah sakit untuk
mencegah terjadinya bahaya pada diri sendiri atau orang lain, atau terutama
jika terdapat gangguan psikosis.
d. Episode ini tidak berhubungan dari efek psikologi substansi tertentu (seperti
penyalahgunaan obat, obat-obatan atau pengobatan lainnya) atau kondisi
medis lainnya

Episode Depresi Berat4


a. Lima (atau lebih) dari gejala berikut sudah dialami selama 2 minggu dan
menunjukkan perubahan dari fungsi sebelumnya, paling sedikit salah satu
dari (1) mood terdepresi atau (2) hilangnya keinginan atau kesenangan.
a. Mood terdepresi sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang
ditunjukkan oleh laporan subyektif (seperti merasa sedih, kosong,
atau tidak ada harapan) atau berdasarkan pengamatan orang lain
(seperti menangis)
b. Berkurangnya keinginan atau kesenangan pada semua, atau hampir
semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti yang
ditunjukkan oleh keterangan subjektif atau hasil pengamatan orang
lain)
c. Penurunan Berat badan yang signifikan ketika tidak berdiet atau
bertambahnya berat badan (perubahan lebih dari 5 % berat badan
selama satu bulan), atau berkurangnya atau meningkatnya nafsu
makan hampir setiap hari
d. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


e. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (diamati oleh
orang lain, bukan perasaan subyektif dari rasa gelisah)
f. Kelelahan atau berkurangnya energi hampir setiap hari
g. Perasaan tidak berguna yang berlebihan atau merasa bersalah
(mungkin delusional), hampir setiap hari (menyalahkan diri atau
bersalah karena sakit)
h. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi hampir
setiap hari (baik dari keluhan subyektif atau berdasarkan pengamatan
orang lain)
i. Berpikir untuk meninggal berulang-ulang (tidak takut mati), adanya
percobaan bunuh diri berulang dengan rencana yang spesifik
b. Gejala ini menyebabkan masalah klinis yang signifikan atau perburukan
fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya
c. Episode ini tidak berhubungan dengan efek psikologi dari substansi atau
kondisi medis lainnya

Kriteria diagnostik Gangguan bipolar 14


a. Ditemukan setidaknya satu kriteria dari episode mania (kriteria a-d dari
episode mania)
b. Kejadian pada episode mania dan depresi berat tidak bisa dijelaskan sebagai
gangguan skizoafektif, Skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan
delusional, atau skizofrenia spesifik dan tidak spesifik dan gangguan
psikosis lainnya.
Episode manik Episode Episode Depresi
Gangguan Bipolar I sekarang atau Hipomanik sekarang atau
terakhir sekarang atau terakhir
terakhir
Ringan 296.41 (F31.11) NA 296.51 (F31.31)
Sedang 296.42 (F31.12) NA 296.52 (F31.32)
Berat 296.43 (F31.13) NA 296.53 (F31.33)
Dengan gejala 296.44 (F31.2) NA 296.55 (F31.5)
Psikotik
Dengan remisi parsial 296.45 (F31.73) 296.45 (F31.73) 296.55 (F31.75)
Dengan remisi 296.46 (F31.74) 296.46 (F31.74) 296.56 (F31.76)
sepenuhnya
Tidak Spesifik 296.40 (F31.9) 296.40 (F31.9) 296.50 (F31.9)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


b. Gangguan Bipolar II (296.89 (F31.81))
Gangguan bipolar II, membutuhkan setidaknya satu episode depresi berat dan
setidaknya satu episode hipomanik, tidak lagi dianggap sebagai kondisi "lebih
ringan" daripada gangguan bipolar I, terutama karena individu dengan kondisi ini
mengalami depresi berkepanjangan dan karena ketidakstabilan suasana hati yang
dialami oleh individu dengan gangguan bipolar II biasanya disertai dengan
penurunan dalam fungsi pekerjaan dan sosial yang serius.4
Episode Hipomania
a. Keadaan yang jelas ditandai adanya suasana perasaan/ mood
yangabnormal meningkat, ekspansif, dan iritabel dan adanya
peningkatan aktivitas bertujuan atau energi yang persisten, dipertahankan
sekurangnya 4 hari berturut-turut dan terjadi sepanjang hari, hampir setiap
hari.
b. Selama periode terjadinya gangguan mood dan peningkatan energi dan
aktivitas, tiga (atau lebih) dari gejala tambahan (empat jika mood hanya
iritabel), gejala menetap dan menunjukkan adanya perubahan perilaku dari
biasanya, dan dapat ditunjukkan dalam derajat yang berbeda :
1. Harga diri yang meningkat atau grandiose
2. Pengurangan kebutuhan tidur (contohnya merasa puas setelah hanya
tidur 3 jam)
3. Lebih banyak berbicara dari biasanya atau adanya dorongan untuk
selalu berbicara
4. Flight of ideas (lompat gagasan) atau individu secara subyektif
merasakan percepatan pikiran
5. Distraktibilitas (contohnya : perhatian mudah dialihkan pada hal
yang tidak penting atau rangsangan eksternal yg tidak sesuai),
seperti yang dilaporkan oleh orang lain atau saat diamati.
6. Peningkatan dalam aktivitas (bisa dalam bidang sosial seperti
pekerjaan atau sekolah atau aktivitas seksual) atau agitasi
psikomotor.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14


7. Keterlibatan yang berlebihan pada aktivitas yang beresiko
tinggi (seperti membeli barang yang berlebihan, tidak berhati-hati
dalam hubungan sexual, atau investasi bisnis yang bodoh)
c. Episode ini dihubungkan dengan perubahan yang jelas pada fungsional
yang tidak dapat dijelaskan dari individu ketika tidak mengalami gejala.
d. Gangguan mood dan perubahan fungsi dapat dilihat oleh orang lain
e. Episode ini tidak cukup berat untuk menyebabkan lemahnya fungsi sosial
atau pekerjaan atau membutuhkan perawatan rumah sakit. Jika terdapat
gangguan psikosis, maka episode ini dikatakan mania.
f. Episode ini tidak berhubungan dari efek psikologi substansi tertentu
( seperti penyalahgunaan obat, obat-obatan atau pengobatan lainnya ) atau
kondisi medis lainnya
Episode Depresi Berat4
a. Mengikuti kriteria depresif berat pada DSM-V mulai dari A-C.

Kriteria diagnostik Gangguan bipolar II4


a. Ditemukan setidaknya satu kriteria dari episode hipomania (kriteria A-F dari
episode hipomania), dan minimal satu episode depresif berat (kriteria A-C
dari episode depresif berat).
b. Tidak pernah ditemukan episode mania.
c. Kejadian pada episode hipomania dan depresi berat tidak bisa dijelaskan
sebagai gangguan skizoafektif, Skizofrenia, gangguan skizofreniform,
gangguan delusional, atau skizofrenia spesifik dan tidak spesifik dan
gangguan psikosis lainnya.
d. Gejala depresi atau perubahan yang tidak dapat diramalkan disebabkan oleh
perubahan cepat antara periode depresi dan hipomania, sehingga
menimbulkan penurunan fungsi sosial, pekerjaan dan fungsi lainnya.

c. Gangguan siklotimik (301.13 (F34.0))


Kriteria diagnostik4
a. Selama minimal 2 tahun (minimal 1 tahun saat masa kanak-kanak dan remaja)
terdapat beberapa periode dengan gejala hipomania namun tidak memenuhi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15


kriteria diagnostik untuk episode hipomania dan beberapa periode dengan
gejala depresif namun tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk episode
depresif berat.
b. Selama >2 tahun (minimal 1 tahun saat masa kanak-kanak dan remaja),
periode hipomania dan depresif timbul minimal setengah periodenya, dan
individu tersebut tidak bebas dari gejala selama lebih dari 2 bulan.
c. Episode mania, depresif berat, atau hipomania tidak memenuhi kriteria
diagnostik.
d. Kejadian pada gejala kriteria A, tidak bisa dijelaskan sebagai gangguan
skizoafektif, Skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan delusional,
atau skizofrenia spesifik dan tidak spesifik dan gangguan psikosis lainnya.
e. Episode ini tidak berhubungan dengan efek psikologi dari substansi atau
kondisi medis lainnya.
f. Gejala yang dirasakan menimbulkan penurunan fungsi sosial, pekerjaan dan
fungsi lainnya.

d. Gangguan Bipolar akibat diinduksi Zat / Obat dan Gangguan Terkait


Kriteria diagnostik4
a. Gangguan mood yang menonjol dan terus-menerus yang mendominasi
gambaran klinis dan ditandai dengan suasana hati yang meningkat, meluas,
atau mudah tersinggung, dengan atau tanpa depresi, atau berkurangnya minat
atau kesenangan dalam semua, atau hampir semua, aktivitas.
b. Ada bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
mengenai:
 Gejala sesuai Kriteria A berkembang selama atau segera setelah
keracunan zat atau penarikan atau setelah terpapar obat.
 Zat / obat yang terlibat mampu menghasilkan gejala sesuai Kriteria A
c. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan sebagai bipolar atau gangguan terkait
yang bukan diakibatkan oleh substansi /diinduksi obat. Bukti seperti bipolar
independen atau gangguan terkait dapat mencakup hal berikut:
 Gejala-gejalanya mendahului permulaan penggunaan zat / obat;
gejalanya menetap untuk jangka waktu yang substansial (misalnya,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16


sekitar 1 bulan) setelah penghentian akut atau keracunan parah; atau
ada bukti lain yang menunjukkan keberadaannya dari gangguan
bipolar independen yang diinduksi zat/obat dan gangguan terkait
(misalnya, riwayat episode berulang yang tidak berhubungan dengan
zat / obat).
d. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama delirium.
e. Gangguan tersebut menyebabkan gangguan atau gangguan yang signifikan
secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya.

2.5 Diagnosis Banding


Diagnosis banding pada gangguan afektif bipolar dapat sebagai berikut:

Gambar 1 Diagnosis Banding Gangguan Bipolar11

2.6 Tatalaksana
2.6.1 Non-Farmakologi
a. Psikoedukasi11
Psikoedukasi secara luas mencakup penyediaan informasi tentang sifat
penyakit, perawatannya, dan strategi koping utama untuk pasien dan keluarga. Model
psikoedukasi terkini untuk gangguan bipolar mengajarkan pengembangan
keterampilan dalam mendeteksi dan mengelola akibat dari depresi dan mania,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


manajemen stres berkelanjutan, masalah pemecahan, bagaimana mengurangi efek
stigma dan penolakan penyakit, dan memberikan tip untuk meningkatkan kepatuhan
pengobatan dan mengembangkan gaya hidup sehat (misalnya, meminimalkan
penggunaan alkohol, tembakau, obat-obatan, stimulan seperti kafein; berolahraga
secara teratur; dan mengatur waktu tidur dan bangun). Tujuan utamanya adalah
menciptakan strategi penanggulangan yang disesuaikan untuk mencegah
kekambuhan mood. Pendidikan psikologis dapat diberikan secara individu atau
dalam kelompok.11
b. Terapi Perilaku Kognitif 2,11
Tujuannya dari terapi ini adalah menghilangkan episode depresi dan
mencegah rekurennya dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif
negative dan mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel dan positif, serta
melatih kembali respon kognitif dan perilaku yang baru.2 Terapi kognitif tetap
direkomendasikan sebagai pengobatan lini kedua pada gangguan bipolar episode
depresi akut (level 2) dan juga lini kedua dalam terapi pemeliharaan (level 2) untuk
pasien dengan episode lebih sedikit dan tidak terlalu parah.11
c. Family Focused Therapy (FFT)
Terapi keluarga meneliti peran suasana hati teratur dalam keseluruhan
kesejahteraan psikologis dari seluruh keluarga, tetapi juga mengkaji peran seluruh
keluarga dalam pemeliharaan gejala pasien.2 Terapi keluarga mengasumsikan bahwa
hasil pada GB dapat ditingkatkan dengan dukungan dan kerja sama keluarga atau
orang penting lainnya, terutama dalam keluarga yang ditandai dengan tingkat
ekspresi emosi yang tinggi. FFT berfokus pada gaya komunikasi antara pasien dan
keluarga atau hubungan perkawinan, dengan tujuan meningkatkan fungsi hubungan,
dan disampaikan kepada keluarga dan pasien dalam 21 sesi selama 9 bulan. Secara
keseluruhan, FFT direkomendasikan sebagai pengobatan lini kedua tambahan untuk
depresi akut (level 2) dan untuk pemeliharaan (level 2). Tidak ada bukti untuk FFT
untuk mania.11
d. Terapi Interpersonal
Terapi ini difokuskan pada satu atau dua problem interpersonal pasien saat ini.
Diasumsikan bahwa, problem interpersonal yang ada saat ini merupakan akar
terjadinya disfungsi hubungan interpersonal. Problem interpersonal saat ini berperan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18


dalam terjadinya gejala depresi. Biasanya sesi berlangsung antara 12 sampai 16
minggu dan ditandai dengan pendekatan terapeutik yang aktif. Tidak ditujukan pada
fenomena intrapsikik seperti mekanisme defensif dan konflik internal. Keterbatasan
asertif, gangguan kemampuan sosial, serta penyimpangan pola berpikir hanya
ditujukan bila memang mempunyai efek pada hubungan interpersonal tersebut.2
Secara keseluruhan, IPSRT direkomendasikan sebagai pengobatan lini ketiga
tambahan untuk depresi akut dan untuk pemeliharaan. Tidak ada bukti IPSRT untuk
terapi mania.11
e. Terapi berorientasi psikoanalitik
Tujuan terapi ini untuk mencapai kepercayaan dalam hubungan interpersonal,
keintiman, mekanisme penyesuaian, kapasitas dalam merasakan kesedihan serta
kemampuan dalam merasakan perubahan emosional secara luas.2
f. Terapi Fisik : Electro Convulsive Therapy (ECT)
ECT adalah cara pengobatan yang efektif untuk episode depresif, manik, atau
episode campuran. Terapi dengan melewatkan arus listrik ke otak melalui 2 elektrode
yang ditempatkan pada bagian temporal kepala. Indikasi ECT dilakukan pada bipolar
depresi atau manik yang tidak respon dengan pengobatan, gejala katatonik, resisten
terhadap pengobatan, episode depresi berat atau manik pada ibu hamil.2,12

2.6.2 Farmakologi
a. Terapi gangguan bipolar, agitasi akut11
Lini I  Injkesi IM Aripiprazol efektif untuk pengobatan agitasi pada pasien
dengan episode mania atau campuran akut., dosis adalah 9,75 mg/mL
injeksi, maksimum adalah 29,25mg/hari (tiga kali injeksi per hari
dengan interval dua jam).
 Injeksi IM Olanzapin, dosis 10 mg/injeksi, maksimum adalah 30
mg/hari. Interval pengulangan injeksi adalah dua jam.
 Injeksi IM Lorazepam dosis 2 mg
 Inhalasi Loxapine 5 mg maksimal 10 mg/hari
Lini II  Injeksi IM Haloperidol yaitu 5 mg/kali injeksi. Dapat diulang setelah
30 menit. Dosis maksimum adalah 15 mg/hari.
 Injeksi IM Haloperidol + Midazolam dosis 2.5 mg (haloperidol) + 7.5
mg (midazolam) maksimal 5 mg (haloperidol) + 15 mg (midazolam)
 Asenapin sublingual dosis 10 mg
Lini III  PO haloperidol 5 mg maksimal 20 mg/hari

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


b. Terapi Gangguan Bipolar, Episode Mania Akut11
Lini I Litium, divalproat, risperidon, paliperidon, quetiapin, quetiapin
XR, aripiprazol, asenapin, paliperidone, quetiapin +
litium/divalproat, litium /divalproat +risperidon,
litium/divalproat+ asenapin, litium/divalproat + aripiprazol
Lini II Karbamazepin, olanzapine, olanzapine + litium/divalproate,
litium+divalproat, terapi kejang listrik (TKL)
Lini III Haloperidol + litium/divalproat, klorpromazin, klonazepam,
litium/divalproate +karbamazepin/oxcarbazepin, klozapin
Tidak Allopurinol, Gabapentin, topiramat, lamotrigin, omega-3 fatty
direkomendasikan acids

Gambar 2 Algoritma Terapi Mania Akut GB.13


Ket: Li = litium; DVP = divalproat, AA = antipsikotika atipik

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


c. Terapi Gangguan Bipolar, Episode Depresi Akut11
Lini I Quetiapin, Litium, lamotrigin, quetiapin XR, lurasidon,
lurasidon + litium/divalproate
Lini II Divalproat, SSRIs/bupropion, ECT, olanzapine+fluoxetine,
cariprazine
Lini III Aripiprazol (adj), asenapin (adj), olanzapine, SNRI/MAOI(adj),
carbamazepine, armodafinil (adj), light therapy +/- total sleep
deprivation (adj)
Tidak Aripiprazole, antidepresan monoterapi, lamotrigin+asam folat,
direkomendasikan mifepristone (adj)

Gambar 3 Algoritma Terapi GB I Episode Depresi13

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21


d. Terapi Rumatan pada Gangguan Bipolar I11
Lini I Litium, quetiapin, divalproat, lamotrigin, asenapin, quetiapin +
litium/divalproate, aripiprazole + litium/divalproat, aripiprazole
Lini II Olanzapine, risperidon LAI, karbamazepin, lurasidone +
litium/divalproat, ziprasidone + litium/divalproat
Lini III Aripiprazole + lamotrigin, clozapine (adj), gabapentin (adj),
olanzapine + fluoxetine
Tidak Perphenazine, antidepresan trisiklik
direkomendasikan
e. Terapi Gangguan Bipolar II, Episode Depresi Akut11
Lini I Quetiapin
Lini II Litium, lamotrigin, bupropion (adj), sertraline, ECT
Lini III Divalproat, fluoxetine, bupropion (adj), pramipexole (adj), n-
acetylcystein (adj), ziprasidone
Tidak Paroxetine
direkomendasikan

f. Terapi Rumatan Gangguan Bipolar II11,14


Lini I Quetiapine, Litium, lamotrigin
Lini II Venlafaxine
Lini III Karbamazepin, divalproate, fluoxetine, risperidon, antidepresan
lain
Tidak Gabapentin
direkomendasikan

Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan pada gangguan bipolar:


A. Mood stabilizer14
1. Litium14
Litium sudah digunakan sebagai terapi mania akut sejak 50 tahun yang lalu.
Memiliki efek akut dan kronis dalam pelepasan serotonin dan norepineprin di neuron
terminal sistem saraf pusat.
 Farmakologi: Sejumlah kecil litium terikat dengan protein. Litium
diekskresikan dalam bentuk utuh hanya melalui ginjal.
 Indikasi : Episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat
sebagai terapi rumatan GB.5
 Dosis : Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan
menitrasi dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0-
1,4 mEq/L. Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis untuk mengatasi keadaan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22


akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan terapi rumatan. Untuk terapi
rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEq/L. Dosis kecil dari 0,4 mEq/L,
tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya, gejala toksisitas litium dapat
terjadi bila dosis 1,5 mEq/L.
 Perbaikan klinis : 7-14 hari
 Efek samping : adalah mual, muntah, tremor, somnolen, penambahan berat
badan, dan penumpulan kognitif. Neurotoksisitas, delirium, dan ensefalopati
dapat pula terjadi akibat litium. Neurotoksisitas bersifat irreversible misalnya,
ataksia, deficit memori, dan gangguan pergerakan. Untuk mengatasi
intoksikasi litium, hemodialisis harus segera dilakukan.
 Pemeriksaan laboratorium : Sebelum memberikan litium, fungsi ginjal
(ureum dan kreatinin) dan fungsi tiroid, pemeriksaan EKG di atas 40 tahun,
Fungsi ginjal harus diperiksa setiap 2-3 bulan dan fungsi tiroid dalam 6 bulan
pertama.
 Wanita hamil: dapat menimbulkan malformasi janin. Kejadiannya meningkat
bila janin terpapar pada kehamilan yang lebih dini. Wanita dengan GB yang
derajatnya berat, yang mendapat rumatan litium, dapat melanjutkan litium
selama kehamilan bila ada indikasi klinis.
2. Valproat14
Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai antimania.
Valproat tersedia dalam bentuk:
1. Preparat oral;
a. Sodium divalproat, tablet salut, proporsi antara asam valproat dan
sodium valproat adalah sama (1:1)
b. Asam valproat
c. Sodium valproat
d. Sodium divalproat, kapsul yang mengandung partikel-partikel salut
yang dapat dimakan secara utuh atau dibuka dan ditaburkan ke dalam
makanan.
2. Divalproat dalam bentuk lepas lambat, dosis sekali sehari.
3. Preparat intravena
4. Preparat supositoria

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 23


 Farmakologi : Terikat dengan protein. Diserap dengan cepat setelah
pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma valproat sodium dan asam
valproat dicapai dalam dua jam sedangkan sodium divalproat dalam 3-8 jam.
Awitan absorbsi divalproat lepas lambat lebih cepat bila dibandingkan
dengan tablet biasa. Absorbsi menjadi lambat bila obat diminum bersamaan
dengan makanan. Ikatan valproat dengan protein meningkat bila diet
mengandung rendah lemak dan menurun bila diet mengandung tinggi lemak.
 Dosis : Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat dalam
serum berkisar antara 45 -125 mg/mL. Untuk GB II dan siklotimia diperlukan
divalproat dengan konsentrasi plasma < 50 mg/mL. Dosis awal untuk mania
dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari atau 250 – 500 mg/hari dan dinaikkan
setiap 3 hari hingga mencapai konsentrasi serum 45- 125 mg/mL. Untuk
terapi rumatan, konsentrasi valproat dalam plasma yang dianjurkan adalah
antara 75-100 mg/mL.
 Indikasi : mania akut, campuran akut, depresi mayor akut, terapi rumatan GB,
mania sekunder, GB yang tidak berespons dengan litium, siklus cepat, GB
pada anak dan remaja, serta GB pada lanjut usia.
 Efek Samping : anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan
(derajat ringan) enzim transaminase, sedasi, dan tremor. Efek samping ini
sering terjadi pada awal pengobatan dan bekurang dengan penurunan dosis
atau dengan berjalannya waktu. Efek samping gastrointestinal lebih sering
terjadi pada penggunaan asam valproat dan valproat sodium bila
dibandingkan dengan tablet salut sodium divalproat.
3. Lamotrigin14
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi dengan menghambat
kanal Na+. Selain itu juga menghambat pelepasan glutamat.
 Farmakokinetik : Lamotrigin oral diabsorbsi dengan cepat. Ia dengan cepat
melewati sawar otak dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2-3 jam.
Sebanyak 10% lamotrigin dieksresikan dalam bentuk utuh.
 Indikasi : Efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut
maupun rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat.
 Dosis : Berkisar antara 50-200 mg/hari.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 24


 Efek Samping : Sakit kepala, mual, muntah, pusing, mengantuk, tremor, dan
berbagai bentuk kemerahan di kulit.

B. Antipsikotika Atipik14
Antipsikotika atipik, baik monoterapi maupun kombinasi terapi, efektif sebagai
terapi lini pertama untuk GB. Beberapa antipsikotika atipik tersebut adalah olanzapin,
risperidon, quetiapin, dan aripiprazol.
1. Risperidon14
Risperidon adalah derivat benzisoksazol. Ia merupakan antipsikotika atipik pertama
yang mendapat persetujuan FDA setelah klozapin.
 Absorbsi : Risperidon diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Ia
dimetabolisme oleh enzim hepar yaitu CYP 2D6.
 Dosis : Untuk preparat oral, risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan
yaitu tablet dan cairan. Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan
besoknya dapat dinaikkan hingga mencapai dosis 4 mg/hari. Sebagian besar
pasien membutuhkan 4-6 mg/hari. Risperidon injeksi jangka panjang (RIJP)
dapat pula digunakan untuk terapi rumatan GB. Dosis yang dianjurkan untuk
orang dewasa atau orang tua adalah 25 mg setiap dua minggu. Bila tidak
berespons dengan 25 mg, dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg - 50 mg per
dua minggu.
 Indikasi : mania akut dan efektif pula untuk terapi rumatan.
 Efek Samping : Sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitasi, peningkatan berat
badan, berkurangnya gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada
risperidon bila dibandingkan dengan pada plasebo. Peningkatan berat badan
dan prolaktin dapat pula terjadi pada pemberian risperidon.
2. Olanzapin14
Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas terhadap
dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2); muskarinik, histamin
1(H1), dan a1- adrenergik.
 Indikasi : bipolar episode akut mania dan campuran, serta efektif untuk terapi
rumatan GB.
 Dosis : 5-30 mg/hari.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25


 Efek Samping : Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang
setelah beberapa lama. Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi
kejadiannya sangat rendah dan tidak menyebabkan penghentian pengobatan.
Risiko terjadinya diabetes tipe-2 relatif tinggi bila dibandingkan dengan
antipsikotika atipik lainnya. Keadaan ini dapat diatasi dengan melakukan
psikoedukasi, misalnya merubah gaya hidup, diet dan latihan fisik.
3. Quetiapin14
Quetiapin merupakan suatu derivat dibenzotiazepin yang bekerja sebagai antagonis
5-HT1A dan 5 -HT2A, dopamin D1, D2, histamin H1 serta reseptor adrenergik a1
dan a2. Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih tinggi terhadap
serotonin 5-HT2A.
 Dosis : gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari. Tersedia dalam
bentuk tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg,
dan 300 mg, dengan pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia
quetiapin-XR dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.
 Indikasi : efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran, siklus
cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.
 Efek Samping : Sedasi merupakan efek samping yang sering dilaporkan dan
berkurang dengan berjalannya waktu. Perubahan dalam berat badan dengan
quetiapin adalah sedang dan tidak menyebabkan penghentian pengobatan.
Peningkatan berat badan lebih kecil bila dibandingkan dengan antipsikotika
tipikal.
4. Aripiprazol14
Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamin-serotonin.
 Farmakologi :Aripiprazol merupakan agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-
HT1A serta antagonis 5- HT2A. Ia juga mempunyai afinitas yang tinggi pada
reseptor D3, afinitas sedang pada D4, 5-HT2c, 5-HT7, a1-adrenergik,
histaminergik (H1), dan serotonin reuptake site (SERT), dan tidak terikat
dengan reseptor muskarinik kolinergik.
 Dosis : Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg. Dosis
per hari yaitu antara 10-30 mg. Dosis awal yang direkomendasikan yaitu
antara 10 - 15 mg dan diberikan sekali sehari. Apabila ada rasa mual,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 26


insomnia, dan akatisia, dianjurkan untuk menurunkan dosis. Beberapa
klinikus mengatakan bahwa dosis awal 5 mg dapat meningkatkan tolerabilitas.
 Indikasi : efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut, terapi
rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi tambahan pada GB I,
episode depresi.
 Efek Samping :Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anksietas, dan
mual. Efek samping ekstrapiramidalnya tidak berbeda secara bermakna
dengan plasebo. Akatisia dan insomnia dapat pula ditemui.

C. Antidepresan14,15
Antidepresan efektif untuk mengobati GB, episode depresi. Penggunaannya
harus dalam jangka pendek. Penggunaan jangka panjang berpotensi meginduksi
hipomania atau mania. Untuk menghindari terjadinya hipomania dan mania,
antidepresan hendaklah dikombinasi dengan stabilisator mood atau dengan
antipsikotika atipik.14
1. Derivat trisiklik15
 Imipramin (dosis anjuran 75-150 mg/hari, sediaan tab 25 mg)
 Amitriptilin (dosis anjuran: 75-150 mg/hari, sediaan tab 25 mg)
2. Derivat tetrasiklik15
 Maproptilin (dosis anjuran: 75-150 mg/hari, sediaan tab 10 mg, 25 mg, 50 mg,
75 mg)
 Mianserin (dosis anjuran: 30-60 mg/hari, sediaan tab 10 mg)
3. Derivat MAOI (MonoAmine Oksidase-Inhibitor)15
 Moclobemide (dosis anjuran: 300 mg/hari terbagi dalam 2-3 dosis dapat
dinaikkan sampai dengan 600 mg/ hari).
4. Derivat SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)15
 Sertralin (dosis anjuran : 50-100 mg/hari, sediaan tab 50 mg)
 Fluoxetine ( dosis anjuran : 20-40 mg sehari, sediaan cap 20 mg)
 Fluvoxamine (dosis anjuran : 50-100 mg, sediaan tab 50 mg)
 Paroxetine, Citalopram (dosis anjuran : 20-40 mg/hari, sediaan tab 20 mg).
5. Derivat SNRI (Serotonin Norepineprin Reuptake Inhibitor)15
 Venlafaxine (dosis lazim: 75-150 mg/hari. Sediaan cap 75 mg)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 27


 Duloxetine (dosis anjuran: 30-60 mg/hari, sediaan caplet 30 mg, 60mg)

2.7 Prognosis
Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk
dibandingkan gangguan depresi mayor. Sekitar 40-50% pasien dengan bipolar 1
memiliki kemungkinan mengalami episode manik kedua dalam 2 tahun episode
pertama. Walaupun dengan penggunaan litium sebagai profilaksis meningkatkan
prognosis bipolar I, kemungninan hanya 50-60% pasien dapat diatasi gejalanya
dengan litium. Sekitar 7% pasien dengan gangguan bipolar tidak memiliki gejala
rekuren; 45% memiliki lebih dari 1 episode, dan 40% memiliki gangguan kronik.
Sekitar 40% dari keseluruhan pasien mengalami lebih dari 10 episode. Pada follow
up jangka panjang 15% dari seluruh pasien dengan bipolar I dapat hidup dengan baik,
45% hidup dengan baik namun memiliki multirelaps, 30% pasien dengan remisi
parsial, dan 10% pasien dengan sakit kronis. Untuk prognosis gangguan bipolar II,
sampai saat ini masih dilakukan penelitian.2
Pasien bipolar I dengan premorbid status pekerjaan yang tidak mendukung,
ketergantungan alkohol, gejala psikotik, gejala depresi dan jenis kelamin laki-laki
juga mempengaruhi prognosis yang kurang baik. Durasi pendek dari manik, usia
yang tidak terlalu muda saat onset menghasilkan prognosis yang lebih baik.2
Berdasarkan penelitian di AS terdapat beberapa faktor yang dapat mengakibatkan
prognosis buruk terjadi pada sebagian besar pasien AS, diantaranya banyak episode
kekambuhan, siklus cepat, onset dini gangguan bipolar pada masa anak-anak atau
remaja (<19 tahun), penundaan >4 tahun sejak onset onset penyakit hingga
pengobatan pertama untuk mania dan depresi, riwayat penyalahgunaan zat, dan
komorbiditas medis; stress pada masa kecil, dan memiliki anxietas. Faktor lain juga
dapat menyebabkan kemunduran penyakitdan memperbesar beban stressor seperti
memiliki ≥2 komorbiditas medis, kesulitan pengangguran, kurangnya akses
perawatan kesehatan, kurangnya dukungan sosial yang telah dikaitkan dengan
peningkatan insiden upaya bunuh diri pada pasien gangguan bipolar yang dimiliki
lebih dari 50% pasien di AS.16

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 28


BAB III
KESIMPULAN
Gangguan afektif bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat
episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran,
biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup. Klasifikasi gangguan
bipolar berdasarkan DSM-5 dibagi menjadi gangguna bipolar I, gangguan bipolar II,
siklotimia, dan gangguan bipolar yang diinduksi substansi/obat dan gangguan terkait.
Tatalaksana terkini berdasarkan Canadian Network for Mood and Anxiety
Treatments (CANMAT) 2018 pada gangguan bipolar dapat diberikan dengan
farmakologi yang dibagi menjadi lini 1, lini 2, dan lini 3 tergantung dari episode saat
ini. Intervensi psikososial seperti terapi berfokus pada keluarga, CBT dan
psikoedukasi juga bermanfaat dalam meningkatkan kepatuhan pasien terhadap
pengobatan. Prognosis bipolar pada setiap pasien tidak sama tergantung dari
beberapa faktor seperti, onset awal penyakit, kapan dimulai terapi, etiologi,
dukungan keluarga dan terapi yang diberikan. Diagnosis dini yang diikuti tatalaksana
dini dapat memberikan hasil terapi yang lebih baik dan mencegah timbulnya bahaya
yang tidak dapat diperbaiki pada pasien dengan gangguan bipolar.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 29


DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. 2nd ed. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2015.
2. Sadock BJ, Kaplan HI. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. 2nd ed.
Jakarta: EGC; 2012.
3. Rowlan TA, Steven M. Epidemiology and risk factors for bipolar disorder.
Therapeutic Advances in Psychopharmacology. 2018;8(9):251.
4. American Phsyciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders. 5th Ed. Washington DC: APA; 2013.
5. William V, Bobo MD. The Diagnosis And Management Of Bipolar I And II
Disorders: Clinical Practice Update. . Mayo Foundation For Medical Education
And Research. 2017;92(10):1532-51.
6. Jann MW. Diagnosis and treatment of bipolar disorders in adults: a review of the
evidence on pharmacologic treatments. Am Health Drug Benefits.
2014;7(9):489-99.
7. WHO. Mental Disorders 2019. Available from: https://www.who.int/news-
room/factsheets/detail/mental-disorders.
8. Soreff S. Bipolar Disorder. 2019 [November 2020]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/286342-overview.
9. Rosenblat JD, Mclntyre RS. Bipolar disorder and immune dysfunction:
epidemiological findings, proposed pathophysiology and clinical implications.
Brain Sci. 2017;7(11):144.
10. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III). Jakarta: FK
Unika Atmajaya; 2001.
11. Yatham LN, Kennedy SH, Parikh SV, et al. Canadian Network for Mood and
Anxiety Treatments (CANMAT) and International Society for Bipolar Disorders
(ISBD) 2018 guidelines for the management of patients with bipolar disorder.
Bipolar Disord. 2018;20:97–170.
12. Shah N, Grover S, Rao GP. Clinical Practice Guidelines for Management of
Bipolar Disorder. Indian J Psychiatry. 2017;59:51-66.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 30


13. Amir N. Gangguan mood bipolar: kriteria diagnostic dan tatalaksana dengan
obat antipsikotik atipik. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2010. 3-32 p.
14. Konsesus Nasional Terapi Gangguan Bipolar. Panduan tatalaksana gangguan
bipolar. Jakarta: Konsesus Nasional Terapi Gangguan Bipolar; 2010. 2-21 p.
15. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi 3. Jakarta:
Bagian ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2007.
16. Post R, Altshuler L, Leverich G, Nolen W, Kupka R, Grunze H, et al. Illness
Progression as a Function of Independent and Accumulating Poor Prognosis
Factors in Outpatients With Bipolar Disorder in the United States. Prim care
companion CNS Disord. 2014;18:16.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 31

Anda mungkin juga menyukai