Oleh :
Zaki Ulfikri 2110070200090
M. Reza Ramdhika 2110070200091
PRESEPTOR
SMF PSIKIATRI
RSJ HB SAANIN PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan. Namun
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
Latar Belakang........................................................................................... 1
Tujuan Penulisan....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 5
2.1 Obat Antidepresan .............................................................................. 5
2.1.1 Cara Kerja................................................................................... 6
2.1.2 Indikasi Penggunaan................................................................... 7
2.1.3 Efek Samping............................................................................. 8
2.1.4 Interaksi Obat.............................................................................. 8
2.1.5 Cara Penggunaan........................................................................ 9
2.1.6 Pengaturan Dosis........................................................................ 12
2.1.7 Perhatian Khusus........................................................................ 13
2.1.8 Kontraindikasi............................................................................. 13
2.2. Obat Antiansietas................................................................................ 14
BAB III KESIMPULAN ........................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini,
al., 1997). Depresi dapat terjadi pada anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua.
seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan, ketakutan, dendam dan
memiliki rasa bersalah yang dapat disertai dengan berbagai gejala fisik (Korff and
Simon., 1996). WHO (2012) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan
keempat penyakit paling sering di dunia. Depresi sering ditemui dalam kasus
gangguan jiwa. Pravalensi pada wanita diperkirakan 10-25% dan laki-laki 5-12%.
Walaupun depresi lebih sering pada wanita, bunuh diri lebih sering terjadi pada
laki-laki terutama usia muda dan usia tua (Nurmiati, 2005). Prevalensi gangguan
jiwa berat pada penduduk Indonesia sebesar 1,7 per mil. Penderita gangguan jiwa
berat paling banyak terdapat di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali dan
Jawa Tengah. Proporsi rumah tangga yang pernah memasung anggota rumah
tangga gangguan jiwa berat sebesar 14,3% serta pada kelompok penduduk dengan
Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur (Depkes RI, 2013).
1
Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk pengobatan depresi.Kadar
berpengaruh dalam keadaan depresi dan gangguan Sistem Safar Pusat. Rendahnya
depresi, dan apabila kadarnya terlalu tinggi menyebabkan mania. Oleh karena itu
serotonin di dalam otak (Prayitno, 2008). Salah satu masalah dari penggunaan
obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki (adverse drug reactions). Adverse
Drug Reactions (ADR) dapat memperburuk penyakit dasar yang sedang diterapi
dan syok anafilatik merupakan contoh ADR berat yang dapat menimbulkan
kematian. Rasa gatal dan mengantuk adalah sebagian contoh ringan akibat ADR.
Sebuah penelitian di Perancis dari 2067 orang dewasa berusia 20-67 tahun yang
14,7% memiliki efek samping terhadap satu atau lebih obat (Mariyono dan
dilaporkan 26,87 % mengalami ADR. ADR paling banyak disebabkan oleh obat
utama. Kecemasan adalah bagian gangguan mental yang paling sering terjadi di
2
pemulihan, dan meningkatkan risiko gangguan mental lainnya. Bahkan
2019). Menurut Stuart (2016) kecemasan adalah bentuk kekhwatiran yang tidak
jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kecemasan dialami secara
berupa perasaan khawatir/takut yang tidak rasional akan kejadian yang akan
terjadi, sulit tidur, rasa tegang dan cepat marah, sering mengeluh akan gejala yang
ringan atau takut dan khawatir terhadap penyakit yang berat dan sering
merupakan masalah yang serius, dengan prevalensi 14,9% atau sekitar 264 juta
orang mengalami kecemasan di dunia. Lebih dari 300 juta orang menderita
depresi dan 260 juta orang yang mengalami gangguan kecemasan (WHO, 2012).
tahun 2018 melaporkan bahwa prevalensi gangguan jiwa karena depresi dan
yang berarti lebih dari 14 juta jiwa penduduk Indonesia menderita gangguan
akan suatu hal yang tidak menyenangkan dan dapat terjadi pada siapa saja, tidak
3
antiansietas dibagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan benzodiazepine dan
antiansietas
antiansietas
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1.1 Cara Kerja
Obat-obat antidepresan digunakan untuk mengatasi gejala depresi yang
terjadi karena rendahnya kadar serotonin di neuron pasca sinap. Secara umum anti
depresan bekerja di sistem neurotransmiter serotonin dengan cara meningkatkan
jumlah serotonin di neuron pasca sinaps. Golongan Trisiklik dan tetrasiklik
bersifat serotonergik dengan menghambat ambilan kembali neurotransmiter yang
dilepaskan dari neuron prasinaps ke celah sinaps, tetapi ambilan kembali tersebut
tidak bersifat selective. Dengan demikian kemungkinan muncul berbagai efek
samping yang tidak diharapkan dapat terjadi. Sementara Selective Serotonin
Reuotake Inhibitor (SSRI) bekerja dengan cara yang sama , tetapi dengan
hambatan yang bersifat selektif hanya pada neurotransmiter serotonin (5HT2).
kelompok MAOI bekerja di presinap dengan cara menghambat enzim
monoaminase yang memecah atau memetabolisme serotonin sehingga jumlah
serotonin yang dilepaskan ke celah sinap bertambah dan dengan demikian yang
diteruskan ke pasca sinap juga akan bertambah. Kelompok SNRI selain bekerja
dengan menghambat ambilan kembali serotonin juga menghambat ambilan
kembali neurotransmiter norepinerpin , sehingga kadar serotonin dan norepineprin
pasca sinap meningkat.
6
2.1.2 Indikasi Penggunaan
Gejala Sasaran (target syndrome) : Sindrom Depresi.
Butir-butir diagnostik Sindrom Depresi
Selama paling sedikit 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami :
1. Rasa hati yang murung
2. Hilang minat dan rasa senang
3. Kurang tenaga hingga mudah lelah dan kendur kegiatan
Keadaan di atas disertai gejala-gejala :
1. Penurunan konsentrasi pikiran dan perhatian
2. Pengurangan rasa harga diri dan percaya diri
3. Pikiran perihal dosa dan diri tidak berguna lagi
4. Pandangan suram dan pesimistik terhadap masa depan
5. Gagasan atau tindakan mencederai diri / bunuh diri
6. Gangguan tidur
7. Pengurangan nafsu makan
7
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala :
penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin.
8
MAOI + senyawaan mengandung “tyramine” (contohnya keju, anggur) =
dapat terjadi krisis hipertensi (Hypertenive Crisis) dengan risiko serangan
stroke pada pasien usia lanjut.
Obat anti depresi + “CNS Depressants” (morphine, benzodiazepine, alcohol)
= potensiasi efek sedasi dan penekanan terhadap pusat napas risiko timbulnya
“respiratory failure”.
9
Pemilihan jenis obat anti-depresi tergantung pada toleransi pasien terhadap
efek samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien (usia,
penyakit fisik tertentu, jenis depresi). Misalnya :
- Trisiklik (Amitriptyline, Imipramine) → efek samping sedatif, otonomik,
kardiologi relatif besar → diberikan pada pasien usia muda (young healthy) yang
lebih besar toleransi terhadap efek samping tersebut, dan bermanfaat untuk
meredakan “agitated depression”.
- Tetrasiklik (Maprotiline, Mianserin) dan Atipikal (Trazodone, Mirtazapine) →
efek samping otonomik, kardiologik relatif kecil, efek sedasi lebih kuat →
diberikan pada pasien yang kondisinya kurang tahan terhadap efek otonomik dan
10
kardiologik (usia lanjut) dan sindrom depresi dengan gejala anxietas dan insomnia
yang menonjol.
- SSRI (Fluoxetine, Sertraline, dan lain-lain) → efek sedasi, otonomik,
kardiologik sangat minimal → untuk pasien dengan “retarded depression”. Pada
usia dewasa & usia lanjut, atau yang dengan gangguan jantung, berat badan lebih,
dan keadaan lain yang menarik manfaat dari efek samping yang minimal tersebut.
- MAOI – Reversible (Meclobemide) → efek samping hipotensi ortostatik (relatif
sering) → pasien usia lanjut mendadak bangun malam hari ingin miksi → risiko
jatuh dan trauma lebih besar. Perubahan posisi tubuh dianjurkan tidak mendadak,
dengan tenggang waktu dan gradual.
- Mengingat profil efek sampingnya, untuk penggunaan pada Sindrom Depresi
ringan dan sedang yang datang berobat jalan pada fasilitas pelayanan kesehatan
umum, pemilihan obat anti-depresi sebaiknya mengikuti urutan (step care) :
Step 1 = Golongan SSRI (Fluoxetine, Sertraline, dll.)
Step 2 = Golongan Trisiklik (Amitriptyline, dll.)
Step 3 = Golongan Tetrasiklik (Maprotiline, dll), Golongan “Atypical”
(Trazodone, dll), Golongan MAOI Reversible (Moclobemide)
Pertama-tama menggunakan golongan SSRI yang efek sampingnya sangat
minimal (meningkatkan kepatuhan minum obat, bisa digunakan padaa berbagai
kondisi medik), spektrum efek anti-depresi luas, dan gejala putus obat sangat
minimal, serta “lethal dose” yang tinggi (>6000 mg) sehingga relatif aman.
Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu yang
cukup (sekitar 3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua, golongan
Trisiklik, yang spektrum anti-depresinya juga luas tetapi efek sampingnya relatif
lebih berat.
Bila kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan spektrum anti-
depresi yang lebih sempit, dan juga efek samping lebih ringan dibandingkan
Trisiklik, yang spektrum anti-depresinya juga luas tetapi efek sampingnya lebih
berat. Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan spektrum
antidepresi yang lebih sempit, dan juga efek samping lebih ringan dibandingkan
Trisiklik, yang teringan adalah golongan MAOI reversible.
11
Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke MAOI
atau sebaliknya membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk “washout period”
guna mencegah timbulnya “Serotonin Malignant Syndrome”. Lithium sering
digunakan pada “Unipolar Recurrent Depression”, yaitu untuk mencegah
kekambuhan sebagai “mood stabilizers”, dibutuhkan kadar serum lithium 0,4 –
0,8 mEq/L (kadar profilaksis). Untuk efek Anti-mania, kadar serum lithium 0,8 –
1,2 mEq/L (kadar terapeutik). Sedangkan kadar toksik adalah > 1,5 mEq/L.
Rentang kadar serum terapeutik dan toksik sempit, sehingga membutuhkan
monitoring kadar serum Lithium secara terus menerus untuk deteksi dini
intoksikasi. Dosis obat Lithium sekitar 250 – 500 mg/h untuk mencapai kadar
serum Lithium Profilaksis.
12
75 mg/h (1 minggu), 75 mg/h – 50 mg/h (1 minggu), 50 mg//h → 25 mg/h (1
minggu).
Dengan demikian obat anti-depresi dapat diberhentikan total. Kalau
kemudian Sindrom Depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan
seterusnya. Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari
(single dose one hour before sleeping) untuk golongan Trisiklik dan Tetrasiklik.
Untuk golongan SSRI diberikan dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan pagi.
2.1.8 Kontraindikasi
- Penyakit jantung koroner, MCI, khususnya pada usia lanjut
- Glaukoma, retensi urin, hipertrofi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsi.
- Pada penggunaan obat Lithium, kelainan fungsi jantung, ginjal, dan kelenjar
thyroid.
- Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan menggunakan TCA oleh karena
risiko teratogenik besar (khususnya trimester 1) dan TCA dieksresi melalui ASI.
13
1. TCA (Tricyclic Antidepressant)
Obat dalam golongan ini bekerja sebagai inhibitor reuptake norepinefrin,
dan beberapa sebagai penghambat reuptake serotonin.
a. Amitriptyline
14
epilepsy, hamil, menyusui, lansia, gangguan faal
hati, penyakit tiroid, psikosis, glaucoma sudut
sempit, retensi urine, bersamaan dengan terapi
elektrokonvulsif, hindari pemutusan obat
mendadak, hati-hati pada anesthesia, porfiria
Efek Samping Mulut kerin, sedasi, pandangan kabur, konstipasi,
mual, sulit buang ainr kecil, efek pada
kardiovaskular(aritmia, hipotensi postural,
takikardia, sinkop, terutama pada dosis tinggi),
berkeringat, tremor, ruam, gangguan perilaku
(terutama anak), hipomania, bingung(terutama
lansia), gangguan fungsi seksual, perubahan gula
darah
Dosis 100-200 mg/oral/hari
Sediaan Tablet 25mg: amitriptilin, trilin.
b. Imipramine
15
a. Diazepam
16
cerna, ruam, gangguan penglihatan, perubahan
libido, retensi urin, dilaporkan juga kelainan darah
dan sakit kuning, pada injeksi intravena terjadi :
nyeri, tromflebitis dan jarang apneu atau hipotensi
Dosis Dosis anjuran diazepam sebagai anti anxietas :
- oral : 2-3 X 2-5 mg/ hari
- Injeksi : 5-10 mg (intravena/IM)
Sediaan Tablet 2 mg, tablet 5 mg, rectal supp 5 mg/2,5 ml ,
injeksi 5 mg/ml
b. Alprazolam
17
lansia dan debil, hindari pemakaian jangka
panjang, peringatan khusus untuk injeksi
intravena, porfiria
Efek Samping Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, rekasi
paradoxical dalam agresi, gangguan mental,
amnesia, ketergantungan, deperesi pernapasan,
kepala terasa ringan hari berikutnya, bingung.
Kadang-kadang terjadi : nyeri kepala, vertigo,
hipotensi, perubahan salivasi, gangguan saluran
cerna, ruam, gangguan penglihatan, perubahan
libido, retensi urin, dilaporkan juga kelainan darah
dan sakit kuning, pada injeksi intravena terjadi :
nyeri, tromflebitis dan jarang apneu atau hipotensi
Dosis Gangguan cemas: 3x 0,25 - 0,5mg/hari
Gangguan panic: 2-4 mg/hari
Sediaan Tablet 0,25 mg, tablet 0,5 mg, tablet lepas lambat
0,5 mg.
c. Clobazam
18
gangguan tidur
- Dapat menganggu kemampuan
mengemudi/mengoperasikan mesin
- Hati-hati pada menyusui, bayi, lansia,
penyakit hati dan ginjal, penyakit
pernapasan, kelemahan otot, riwayat
penyalahgunaan obat/alcohol, kelainan
kepribadian yang nyata, kurangi dosis pada
lansia dan debil, hindari pemakaian jangka
panjang, peringatan khusus untuk injeksi
intravena, porfiria
Efek Samping Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, rekasi
paradoxical dalam agresi, gangguan mental,
amnesia, ketergantungan, deperesi pernapasan,
kepala terasa ringan hari berikutnya, bingung.
Kadang-kadang terjadi : nyeri kepala, vertigo,
hipotensi, perubahan salivasi, gangguan saluran
cerna, ruam, gangguan penglihatan, perubahan
libido, retensi urin, dilaporkan juga kelainan darah
dan sakit kuning, pada injeksi intravena terjadi :
nyeri, tromflebitis dan jarang apneu atau hipotensi
Dosis Gangguan cemas: 2-3 x 10mg/hari
Sediaan Tablet 10 mg.
d. Chlordiazepoxide
19
dengan depresi
Peringatan - Pada penderita usia lanjut dan anak dapat
terjadi reaksi yang berlawanan (paradoxical
reaction) berupa kegelisahan, iritabilitas,
disinhibisi, spastisitas otot meningkat, dan
gangguan tidur
- Dapat menganggu kemampuan
mengemudi/mengoperasikan mesin
- Hati-hati pada menyusui, bayi, lansia,
penyakit hati dan ginjal, penyakit
pernapasan, kelemahan otot, riwayat
penyalahgunaan obat/alcohol, kelainan
kepribadian yang nyata, kurangi dosis pada
lansia dan debil, hindari pemakaian jangka
panjang, peringatan khusus untuk injeksi
intravena, porfiria
Efek Samping Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, rekasi
paradoxical dalam agresi, gangguan mental,
amnesia, ketergantungan, deperesi pernapasan,
kepala terasa ringan hari berikutnya, bingung.
Kadang-kadang terjadi : nyeri kepala, vertigo,
hipotensi, perubahan salivasi, gangguan saluran
cerna, ruam, gangguan penglihatan, perubahan
libido, retensi urin, dilaporkan juga kelainan darah
dan sakit kuning, pada injeksi intravena terjadi :
nyeri, tromflebitis dan jarang apneu atau hipotensi
Dosis Dosis anjuran Gangguan cemas: 2-3 x
5-10mg/hari
Sediaan Tablet 5 mg;10 mg.
e. Lorazepam
Indikasi Anxietas
Kontraindikasi Pasien yang hipersensitif terhadap benzodiazepine,
20
glaucoma, myasthenia gravis, insufisiensi
pulmonal kronik, penyakit hati atau ginjal kronik,
depresi pernapasan, serang asma akut, trisemester
pertama kehamilan, persalinan. Tidak boleh
digunakan sendirian pada depresi atau ansietas
dengan depresi
Peringatan - Pada penderita usia lanjut dan anak dapat
terjadi reaksi yang berlawanan (paradoxical
reaction) berupa kegelisahan, iritabilitas,
disinhibisi, spastisitas otot meningkat, dan
gangguan tidur
- Dapat menganggu kemampuan
mengemudi/mengoperasikan mesin
- Hati-hati pada menyusui, bayi, lansia,
penyakit hati dan ginjal, penyakit
pernapasan, kelemahan otot, riwayat
penyalahgunaan obat/alcohol, kelainan
kepribadian yang nyata, kurangi dosis pada
lansia dan debil, hindari pemakaian jangka
panjang, peringatan khusus untuk injeksi
intravena, porfiria
Efek Samping Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, rekasi
paradoxical dalam agresi, gangguan mental,
amnesia, ketergantungan, deperesi pernapasan,
kepala terasa ringan hari berikutnya, bingung.
Kadang-kadang terjadi : nyeri kepala, vertigo,
hipotensi, perubahan salivasi, gangguan saluran
cerna, ruam, gangguan penglihatan, perubahan
libido, retensi urin, dilaporkan juga kelainan darah
dan sakit kuning, pada injeksi intravena terjadi :
nyeri, tromflebitis dan jarang apneu atau hipotensi
Dosis Dosis anjuran Gangguan cemas: 2-3 x 1mg/hari
21
Sediaan Tablet 0,5 mg, tablet 2 mg
3. Non-Benzodiazepin
a.) Buspirone
22
Efek Samping Diare, mual, muntah, dyspepsia, sakit kepala,
insomnia, pusing, anoreksia, kelelahan, tremor,
gangguan cemas, hiponatremia.
Dosis Dosis anjuran untuk depresi: 20-40mg/hari
Sediaan Kapsul 10mg: Antiprestin, Kalxetin
Kapsul 20mg: antiprestin, courage, deproz,
deprezac, elizac, foransi, kalxetin, napres,
noxatine, Prozac
b. Sertraline
23
Iglodep, Serlop, Semade, Zerlin
c. Escitalopram
24
kali sehari, maksimal 20 mg satu kali sehari
- Gangguan obsesif konvulsif: 10 mg satu kali
sehari, maksimal 20 mg satu kali sehari
Sediaan Tablet 10mg,dan 20 mg, cairan oral sebesar 5
mg/sdt
25
BAB III
KESIMPULAN
Obat anti ansietas adalah obat – obat yang digunakan untuk mengatasi
kecemasan dan juga mempunyai efek sedative, relaksasi otot, amnestic, dan
antiepileptic. Obat antiansietas dibagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan
benzodiazepine dan golongan non-benzodiazepin. Antiansietas yang terutama
adalah benzodiazepine. Efek samping obat antiansietas dapat berupa Sedasi (rasa
mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan
kognitif melemah , Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll).
26
DAFTAR PUSTAKA
27