Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH KELOMPOK 1

“OBAT ANTI DEPRESAN”


Dosen Pembimbing : Miftakhul Ulfa, S.Kep.,
Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
Ardianus Melki Ende 170914201547
Dyah Santika Sari 170914201554
Ella Lutfiana 170914201555
Jeckson Leba Niga 170914201569
Majiyatul Hana 170914201572
Noor Indalestari 170914201578
Shella Ayu Wandira 170914201587
Yongky Ady Setyawan 170914201593

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Obat Anti Depresan”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada ibu Miftakhul Ulfa,
S.Kep., Ners., M.Kep yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Obat Anti Depresan
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 10 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1

1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Definisi Depresi.....................................................................................................3

2.2 Klasifikasi Depresi................................................................................................4

2.3 Kriteria Depresi......................................................................................................6

2.4 Etiologi Depresi.....................................................................................................8

2.5 Manifestasi Klinis Depresi.................................................................................10

2.6 Komplikasi Depresi.............................................................................................11

2.7 Patofisiologi Depresi...........................................................................................11

2.8 Pathway Depresi.................................................................................................12

2.9 Antidepresan........................................................................................................12

2.10 Asuhan Keperawatan Depresi........................................................................17


BAB III STUDI KASUS.......................................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................24
4.1 Kajian Tanaman Obat Indonesia yang Berpotensi sebagai Antidepresan. .24

BAB V PENUTUP..............................................................................................32
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................32

5.2 Saran....................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
LAMPIRAN JURNAL.........................................................................................34

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama
saat ini, yang mendapatkan perhatian serius. Orang yang mengalami
depresi umumnya mengalami gangguan yang meliputi keadaan emosi,
motivasi, fungsional, dan tingkah laku serta kognisi bercirikan
ketidakberdayaan yang berlebihan (Kaplan et al., 1997). Depresi dapat
terjadi pada anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Orang yang
mengalami depresi akan memunculkan emosi-emosi yang negatif seperti
rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan, ketakutan, dendam dan
memiliki rasa bersalah yang dapat disertai dengan berbagai gejala fisik
(Korff and Simon., 1996)
WHO (2012) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan
keempat penyakit paling sering di dunia. Depresi sering ditemui dalam kasus
gangguan jiwa. Pravalensi pada wanita diperkirakan 10-25% dan laki-laki 5-
12%. Walaupun depresi lebih sering pada wanita, bunuh diri lebih sering
terjadi pada laki-laki terutama usia muda dan usia tua (Nurmiati, 2005).
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia sebesar 1,7 per
mil. Penderita gangguan jiwa berat paling banyak terdapat di Yogyakarta,
Aceh, Sulawesi Selatan, Bali dan Jawa Tengah. Proporsi rumah tangga yang
pernah memasung anggota rumah tangga gangguan jiwa berat sebesar
14,3% serta pada kelompok penduduk dengan indeks kepemilikan
terbawah sebesar 19,5%. Prevalensi gangguan mental emosional pada
penduduk Indonesia sebesar 6%. Provinsi dengan prevalensi gangguan
emosional paling tinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa
Barat, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur (Depkes RI, 2013).
Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk pengobatan
depresi. Kadar neurotransmiter terutama norepinefrin dan serotonin dalam
otak sangat berpengaruh dalam keadaan depresi dan gangguan Sistem
Safar Pusat. Rendahnya kadar norepinefrin dan serotonin didalam otak yang
menyebabkan gangguan depresi, dan apabila kadarnya terlalu tinggi
menyebabkan mania. Oleh karena itu antidepresan adalah obat yang
mampu meningkatkan kadar norepinefrin dan serotonin di dalam otak
(Prayitno, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan depresi ?

1
2) Sebutkan klasifikasi depresi !
3) Sebutkan kriteria depresi !
4) Bagaimana etiologi depresi ?
5) Sebutkan manifestasi klinis depresi !
6) Apa komplikasi depresi ?
7) Bagaimana patofisiologi depresi ?
8) Gambarkan pathway depresi !
9) Apa yang dimaksud dengan antidepresan ?
10) Bagaimana asuhan keperawatan depresi ?
11) Apakah tanaman obat berpotensi sebagai antidepresan ?
1.3 Tujuan
Umum :
Untuk mampu dan memahami asuhan keperawatan depresi dan mekanisme
antidepresan
Khusus :
1) Untuk mengetahui definisi depresi
2) Untuk mengetahui klasifikasi depresi
3) Untuk mengetahui kriteria depresi
4) Untuk mengetahui etiologi depresi
5) Untuk mengetahui manifestasi klinis depresi
6) Untuk mengetahui komplikasi depresi
7) Untuk mengetahui patofisiologi depresi
8) Untuk mengetahui pathway depresi
9) Untuk mengetahui antidepresan
10) Untuk mengetahui asuhan keperawatan depresi
11) Untuk mengetahui tanaman obat berpotensi sebagai antidepresan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Depresi


Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai
komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak
bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa
dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit
infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor
psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.

2
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang
pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya
depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala
psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas,
tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain
Depresi adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai
masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode
depresif, gangguan distimik, gangguan depresif mayor dan gangguan
depresif unipolar serta bipolar (Depkes, 2007). Depresi dapat juga diartikan
sebagai suatu periode terganggunya fungsi manusia yang dikaitkan dengan
perasaan yang sedih serta gejala penyertanya yang mencakup hal-hal
seperti perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, rasa
lelah, murung, rasa tak berdaya, putus asa dan bunuh diri (Kaplan et al.,
1997). Gambaran penting pada kelainan depresi mayor adalah keadaan
klinis yang ditandai dengan satu atau lebih episode depresi tanpa riwayat
mania, gabungan depresi mania atau hipomania. Kelainan distimik adalah
gangguan suasana hati (mood) kronis yang melibatkan depresi suasana
hati dan sekurangnya dua gejala yang lain, kelainan ini biasanya lebih ringan
dibandingkan kelainan depresi mayor (Dipiro et al., 2008).

2.2 Klasifikasi Depresi


Penggolongan depresi dapat dibedakan (Wilkinson,1995:18 - 26):
1) Menurut gejalanya
a. Depresi neurotic
Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang
menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya.
Penderitanya seringkali dipenuhi trauma emosional yang
mendahului penyakit misalnya kehilangan orang yang dicintai,
pekerjaan, milik berharga, atau seorang kekasih. Orang yang
menderita depresi neurotik bisa merasa gelisah, cemas dan
sekaligus merasa depresi. Mereka menderita hipokondria atau

3
ketakutan yang abnormal seperti agrofobia tetapi mereka tidak
menderita delusi atau halusinasi.
b. Depresi psikotik
Secara tegas istilah 'psikotik' harus dipakai untuk penyakit depresi
yang berkaitan dengan delusi dan halusinasi atau keduanya.
c. Psikosis depresi manik
Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali
disertai gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami
gangguan ini menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas
tetapi kadang-kadang hal ini dapat diganti dengan perasaan
gembira, gairah, dan aktivitas secara berlebihan gambaran ini
disebut 'mania'.
d. Pemisahan diantara keduanya
Para dokter membedakan antara depresi neurotik dan psikotik tidak
hanya berdasarkan gejala lain yang ada dan seberapa
terganggunya perilaku orang tersebut.
2) Menurut Penyebabnya
a. Depresi reaktif
Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stres luar seperti
kehilangan seseorang atau kehilangan pekerjaan.
b. Depresi endogenus
Pada depresi endogenous, gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh
faktor lain

c. Depresi primer dan sekunder


Tujuan penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang
disebabkan penyakit fisik atau psiatrik atau kecanduan obat atau
alkohol (depresi 'sekunder') dengan depresi yang tidak mempunyai
penyebab-penyebab ini (depresi 'primer'). Penggolongan ini lebih
banyak digunakan untuk penelitian tujuan perawatan
3) Menurut arah penyakit
a. Depresi tersembunyi
Diagnosa depresi tersembunyi (atau atipikal) kadang-kadang dibuat
bilamana depresi dianggap mendasari gangguan fisik dan mental
yang tidak dapat diterangkan, misalnya rasa sakit yang lama tanpa

4
sebab yang nyata atau hipokondria atau sebaliknya perilaku yang
tidak dapat diterangkan seperti wanita lanjut usia yang suka
mengutil.
b. Berduka
Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan
terhadap suatu kehilangan. Proses ini membuat orang yang
kehilangan itu mampu menerima kenyataan tersebut, mengalami
rasa sakit akibat kesedihan yang menimpa, menderita putusnya
hubungan dengan orang yang dicintai dan penyesuaian kembali.
c. Depresi pascalahir
Banyak wanita kadang-kadang mengalami periode gangguan
emosional dalam 10 hari pertama setelah melahirkan bayi ketika
emosi mereka masih labil dan mereka merasa sedih dan suka
menangis. Seringkali hal itu berlangsung selama satu atau dua hari
kemudian berlalu.
d. Depresi dan manula
Usia tua merupakan saat meningkatnya kerentanan terhadap
depresi. Namun, kadang-kadang depresi pada manula ditutupi oleh
penyakit fisik dan cacat tubuh seperti penglihatan atau pendengaran
yang terganggu. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk
mengingat kemungkinan terjadinya penyakit depresi pada orang
tua.

2.3 Kriteria Depresi


Kriteria Depresi menurut Diagnostic And Statistical Manual Of Mental
Disorder, Fifth Edition (DSM-5), yang menggunakan istilah Major Depressive
Disorder (MDD) atau selanjutnya disebut Gangguan Depresi Mayor (GDM)
yaitu harus memenuhi kriteria :
A. Lima atau lebih dari gejala dibawah ini yang sudah ada bersama-sama
selama 2 minggu dan memperlihatkan perubahan fungsi dari
sebelumnya; minimal terdapat 1 gejala dari (1) mood yang depresi atau
(2) hilangnya minat.
Catatan : Jangan memasukkan gejala yang merupakan bagian dari
gangguan kondisi medis lainnya.

5
1) Mood depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, yang ditunjukkan
oleh baik laporan subyektif (misalnya perasaan sedih, kosong,
tidak ada harapan) atau observasi orang lain (misalnya terlihat
menangis). (catatan pada anak-anak dan remaja, bisa mood yang
iritabel).
2) Secara nyata terdapat penurunan minat atas seluruh rasa senang,
aktifitas harian, hampir setiap hari (yang ditandai oleh perasaan
subyektif atau objektif).
3) Kehilangan atau peningkatan berat badan yang nyata tanpa usaha
khusus (contoh : perubahan 5% atau lebih berat badan dalam 1
bulan terakhir), atau penurunan dan peningkatan nafsu makan
yang hampir terjadi setiap hari. (catatan : Pada anak-anak,
perhatikan kegagalan mencapai berat badan yang diharapkan).
4) Sulit tidur atau tidur berlebih hampir setiap hari.
5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (teramati oleh
orang lain, bukan semata-mata perasaan gelisah atau
perlambatan yang subyektif)
6) Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari
7) Perasaan tidak berguna atau rasa bersalah yang mencolok (bisa
bersifat waham) hampir setiap hari (bukan semata-mata
menyalahkan diri atau rasa bersalah karena menderita sakit)
8) Penurunan kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, atau
penuh keragu-raguan hampir setiap hari (baik sebagai hal yang
dirasakan secara subyektif atau teramati oleh orang lain)
9) Pikiran berulang tentang kematian (bukan sekedar takut mati),
pikiran berulang tentang ide bunuh diri dengan atau tanpa rencana
yang jelas, atau ada usaha bunuh diri atau rencana bunuh diri
yang jelas.
B. Gejala-gejala ini secara klinis nyata menyebabkan distress atau
hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting
kehidupannya.
C. Episodenya tidak terkait dengan efek fisiologis zat atau kondisi
medis lainnya (Sadock, et al., 2015).
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa (PPDGJ) III episode depresi harus memenuhi kriteria-kriteria

6
sebagai berikut :
1) Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat)
a. Afek depresif
b. Kehilangan minat dan kegembiraan
c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit
saja) dan menurunnya aktivitas
2) Gejala lainnya
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
3) Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk
penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat
4) Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang
(F32.1) dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi
tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus
diklasifikasikan dibawah salah satu diagnosis gangguan depresif
berulang (F33,-) (Maslim, 2013).

2.4 Etiologi Depresi


a. Faktor Predisposisi
Terdapat 2 teori untuk menjelaskan faktor pendukung terjadinya depresii
(Townsend,1998:181 - 183)
1) Teori Biologis
a) Genetik
Dari sejumlah penyelidikan yang telah dilakukan ditemukan bahwa
terdapat dukungan keterlibatan herediter dalam penyakit depresi.
Luasnya akibat pada pokoknya tampak menjadi lebih tinggi
diantara individu-individu yang memiliki hubungan keluarga

7
dengan kelainan tersebut daripada diantara populasi umum
(DSM-III-R, 1987).
b) Biokimia
Ketidakseimbangan elektrolit tampak memainkan peranan
dalam penyakit depresif. Suatu kesalahan hasil metabolisme
dalam perubahan natrium dan kalium di dalam neuron (Gibbons,
1960).
Teori biokimia yang lainnya menyangkut biogenik amin
norepinefrin, dopamin, dan serotinin. Tingkatan zat-zat kimia ini
mengalami defisiensi dalam individu dengan penyakit depresif
(Janowsky et al, 1988).
2) Teori Psikososial
a) Psikoanalisa
Teori ini (Klein, 1934) melibatkan suatu ketidakpuasan dalam
hubungan awal ibu-bayi sebagai suatu predisposisi untuk penyakit
depresif. Kebutuhan bayi tidak terpenuhi, suatu kondisi yang
digambarkan sebagai suatu kehilangan. Respons berduka belum
terpecahkan, dan kemarahan dan permusuhan ditunjukkan
kepada diri sendiri. Ego tetap lemah, sementara superego meluas
dan menjadi menghukum.
b) Kognitif
Ahli teori-teori ini (Beck et al, 1979) yakin bahwa penyakit depresif
terjadi sebagai suatu hasil dari kelainan kognitif. Kelainan proses
pikir membantu perkembangan evaluasi diri individu. Persepsi
merupakan ketidakadekuatan dan ketidakberhargaan. Pandangan
untuk masa depan merupakan suatu kepesimisan keputusasaan
3) Teori Pembelajaran
Teori ini (seligman, 1973) mengemukakan bahwa penyakit depresif
dipengaruhi oleh keyakinan individu bahwa ada kurang kontrol atau
situasi-situasi kehidupannya. Ini dianggap bahwa keyakinan ini
muncul dari pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan
kegagalan (baik yang dirasakan atau yang nyata). Setelah sejumlah
kegagalan, individu merasa tidak berdaya untuk berhasil dalam
usaha-usaha yang keras, dan oleh karena itu berhenti mencoba.

8
Pembelajaran ketidakberdayaan ini digambarkan sebagai suatu
predisposisi untuk penyakit depresif.
4) Teori Kehilangan Objek
Teori ini (Bowly, 1973) menyatakan bahwa penyakit depresif terjadi
jika pribadi tersebut terpisah dari atau ditolak orang terdekat selama 6
bulan pertama kehidupan. Proses ikatan diputuskan, dan anak
menarik diri dari orang lain dan lingkungan.
b. Faktor Pencetus
Ada empat sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan
alam perasaan (Sundeen,Stuart,1998:260)
1) Kehilangan keterikatan
Yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta,
seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen
aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi
pasien merupakan hal yang sangat penting.
2) Peristiwa besar dalam kehidupan
Sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan
mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi
sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3) Peran dan ketegangan peran
Telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi, terutama
pada wanita.

4) Perubahan fisiologik
Diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti
infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan 9etabolic, dapat
mencetuskan gangguan alam perasaan.

2.5 Manifestasi Klinis Depresi


Depkes (2007) menyatakan bahwa gejala gangguan depresif
berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya, dipengaruhi juga oleh
beratnya gejala. Gangguan depresif mempengaruhi pola pikir, perasaan, dan
perilaku seseorang serta kesehatan fisiknya. Gangguan depresif tidak
mempunyai simptom fisik yang sama dan pasti pada satu orang dan

9
bervariasi dari satu orang ke orang lain. Keluhan yang banyak ditampilkan
adalah sakit, nyeri bagian atau seluruh tubuh, keluhan pada sistem
pencernaan. Kebanyakan gejala dikarenakan penderita mengalami stres
yang besar, kekuatiran dan kecemasan terkait dengan gangguan
depresifnya.
Simptom dapat digolongkan dalam kelompok terkait perubahan dalam
cara pikir, perasaan, dan perilaku. Gejala fisik yang biasanya muncul adalah
kelelahan, nyeri (terutama sakit kepala), gangguan tidur (sulit tidur, terbangun
di malam hari), gangguan nafsu makan, keluhan pada sistem pencernaan,
keluhan pada sistem kardiovaskuler (terutama palpilasi) dan hilangnya gairah
seksual (Teter et al., 2007). Menurut Sukandar et al (2009) gejala intelektual
atau kognitif, meliputi : penurunan kemampuan untuk konsentrasi, ingatan
yang lemah terhadap kejadian yang baru terjadi, kebingungan, dan
ketidakyakinan. Gejala psikomotorik yang biasanya muncul yaitu retardasi
psikomotorik (perlambatan gerakan fisik, proses berpikir, dan bicara) atau
agitasi psikomotor.
Tanda – tanda gangguan depresif yang melanda jutaan orang di
Indonesia setiap tahun, seringkali tidak dikenali. Beberapa orang merasakan
perasaan sedih dan murung dalam jangka waktu cukup lama dengan latar
belakang yang berbeda-beda. Variasi tanda sangat luas dari satu orang ke
orang lain, dari satu waktu ke waktu pada diri seseorang. Gejalanya sering
tersamar dalam berbagai keluhan sehingga seringkali tidak disadari juga oleh
dokter. Tanda gangguan depresif itu adalah :

1) Pola tidur yang abnormal atau sering terbangun termasuk diselingi


kegelisahan dan mimpi buruk
2) Sulit konsentrasi pada setiap kegiatan sehari-hari.
3) Selalu kuatir, mudah tersinggung dan cemas.
4) Aktivitas yang tadinya disenangi menjadi makin lama makin dihentikan
5) Bangun tidur pagi rasanya malas.

2.6 Komplikasi Depresi


Gangguan ini bukan hanya mengimbas orang yang mengalaminya
tetapi juga membuat dampak pada anggota keluarga dan lingkungan. Karena
gangguan depresif, seseorang menjadi kehilangan minat, termasuk minat

10
pada pemeliharaan diri sampai aktivitas pekerjaan. Dengan demikian akan
membuat kerugian ekonomi di tempat kerja karena seseorang tak lagi dapat
bekerja, sementara itu keluarga yang perlu merawatnya juga kehilangan
waktu dan tenaga, serta terganggu aktivitas kesehariannya. Gangguan
depresif yang serius akan merusak hubungan antar orang termasuk dalam
keluarga. Dampaknya adalah mengganggu kehidupan sosial ekonomi,
meningkatkan angka ketidak hadiran di sekolah dan tempat kerja sehingga
produktivitas menurun. Menurut penelitian National Institute of Mental Health
(NIMH), di Amerika kehilangan 44 juta dollar setahun karena gangguan
depresif. Selain itu gangguan depresif juga mengganggu kehidupan
berkeluarga serta dapat menimbulkan gangguan emosional yang hebat
sehingga dapat mengancam keselamatan diri, orang lain, dan lingkungannya.
Gangguan depresif merupakan kondisi psikologik yang berasal dari
gangguan otak, mengubah cara pikir dan perasaan, mengubah perilaku
sosial, mengganggu rasa sehat pada fisik seseorang, seperti :
1) Letih tanpa bekerja apapun atau hanya sedikit beraktivitas
2) Malas bekerja ketika mengalami masalah serius.
3) Kehilangan minat apapun yang mendalam dan berlangsung lama
4) Bermanifestasi sebagai gangguan fisik yang diwujudkan dalam bentuk
kunjungan ke dokter yang selalu berganti-ganti (shopping doctor).

2.7 Patofisiologi Depresi


Depresi dapat disebabkan oleh penurunan jumlah neurotransmiter
norepineprin (NE), serotonin (5-HT) dan dopamin (DA) dalam otak (Dipiro et
al, 2008). Ketidakseimbangan kimiawi otak yang bertugas menjadi penerus
komunikasi antar serabut saraf membuat tubuh menerima komunikasi
secara salah dalam pikiran, perasaan, dan perilaku. Oleh karena itu pada
terapi farmakologik maka terapinya adalah memperbaiki kerja
neurotransmitter norepinefrin, serotonin dan dopamin. Berbagai faktor
psikologik memainkan peran terjadinya gangguan depresif. Kebanyakan
gangguan depresif karena faktor psikologik terjadi pada gangguan depresif
ringan dan sedang, terutama gangguan depresif reaktif. Gangguan depresif
reaktif biasanya didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian diri selama
masa pengobatan (Depkes, 2007)

11
2.8 Pathway Depresi
Resiko Mencederai Diri

Gangguan alam perasaan : depresi

Koping maladaptif

2.9 Antidepresan
Merupakan obat-obat yang efektif pada pengobatan depresi,
meringankan gejala gangguan depresi, termasuk penyakit psikis yang
dibawa sejak lahir. Antidepresan digunakan untuk tujuan klinis dalam
sejumlah indikasi termasuk yang berikut ini :
1) Untuk mengurangi perasaan gelisah, panik, dan stres.
2) Meringankan insomnia
3) Untuk mengurangi kejang / serangan dalam perawatan epilepsi.
4) Menyebabkan relaksasi otot pada kondisi ketegangan otot
5) Untuk menurunkan tekanan darah dan atau denyut jantung
6) Untuk meningkatkan mood dan atau meningkatkan kesupelan
Obat antidepresan yaitu obat-obatan yang mampu memperbaiki
suasana jiwa (mood) atau obat untuk mengatasi atau mencegah depresi
mental (Anonim, 2007). Berdasarkan mekasnisme aksinya dibedakan
menjadi :

1. Golongan Trisiklik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat ambilan kembali
(reuptake) neurotransmiter di otak. Dari beraneka jenis antidepresi
trisiklik terdapat perbedaan potensi dan selektivitas hambatan ambilan
kembali (reuptake) berbagai neurotransmiter. Ada yang sangat sensitif
terhadap norepinefrin, ada yang sangat sensitif terhadap serotonin dan
ada pula yang sensitive terhadap dopamin. Efek samping Obat depresi
golongan ini biasanya menyebabkan mulut kering, tremor ringan, detak
jantung cepat, konstipasi dan mengantuk. Contoh Obat golongan ini
yaitu, Imipramine, Amitriptiline, dan Nortriptilin (Anonim, 2007).

12
a. Imipramine
Mekanisme kerja : Menghambat reuptake norepinefrin dan pada
tingkat yang lebih rendah, serotonin di SSP.
Farmakokinetik : Imipramin diabsorpsi secara cepat di saluran
cerna walau tidak sempurna (50%). Kadar plasma puncak terjadi
pada 0,5 – 1 jam setelah pemberian per oral. Dengan waktu paruh
16 jam. Pemberian dosis adalah 100 – 200 mg/hari.
Efek samping : mempunyai efek samping muskarinik dan efek
samping pada jantung.
b. Amitriptiline
Mekanisme Kerja : Amitriptilin bekerja dengan cara menghambat
ambilan kembali (reuptake) neuron transmitter seperti norepinefrin
dan serotonin di ujung saraf pada sistem saraf pusat. Amitriptilin
digunakan terutama untuk pengobatan depresi berat dan depresi
klinis.
Farmakokinetik : Mudah diabsorbsi per oral dan karena bersifat
lipofilik, tersebar luas dan mudah masuk SSP, obat mempunyai
waktu paruh yang panjang. Obat ini dimetabolisme di hati. dosis
awal 75 mg 1 kali (lansia dan remaja 30-75 mg/hari), dosis terbagi,
atau dosis tunggal menjelang tidur. Naikkan bertahap bila perlu,
maksimal 150 mg.
Efek Samping : Mulut kering, mata kabur, konstipasi, takikardia dan
hipotensi.

2. Golongan Tetrasiklik
Meningkatkan aktifitas noradrenergik dan serotonergik sentral melalui
efek antagonis terhadap autoreseptor dan heteroreseptor adrenergik α
2 presenaptik sentral. Contoh obatnya yaitu Mirtazapin
a. Mirtazapin
Mekanisme Obat : Mekanisme kerjanya sebagai antagonis pada
presinaptic α 2 adrenergic autoreseptor dan heteroreseptor,
sehingga meningkatkan aktivitas nonadrenergik dan seratonergik.
Efek Samping : Berupa mulut kering, peningkatan berat badan, dan
konstipasi

13
3. Golongan Aminoketone
Mekanisme kerja obat golongan ini yaitu antidepresan yang memiliki
efek yang tidak begitu besar dalam reuptake norepinefrin dan serotonin.
Bupropion merupakan satu – satunya obat golongan aminoketon.
a. Bupropion
Bupropion bereaksi secara tidak langsung pada sistem serotonin,
dan efikasi Bupropion mirip dengan antidepresan trisiklik dan SSRI
(Mann, 2005). Bupropion digunakan sebagai terapi apabila pasien
tidak berespon terhadap antidepresan SSRI (Mann, 2005). Dosis
lazim bupropion adalah 150-300 mg/hari (Mann, 2005). Efek
samping yang ditimbulkan Bupropion yaitu mual, muntah, tremor,
insomnia, mulut kering, dan reaksi kulit.
4. Golongan SSRI (Selective Serotonin Uptake Inhibitors)
Obat ini bekerja dengan mengahmbat reuptake serotonin menuju ke
ujung syaraf, namun tidak mempengaruhi reuptake norefinefrin maupun
dopamin. Efek samping dari obat ini adalah mulut kering, mual,
kecemasan, insomnia, masalah seksual dan sakit kepala. Contoh
obatnya adalah Fluoksetin (paling sering digunakan), Sitalopram,
Fluvoksamin, Paroksetin dan Sertalin (Nugroho, 2012).
a. Fluoksetin
Fluoxetin khusus menghambat saraf pengambilan kembali
(reuptake) serotonin, sehingga meningkatkan konsentrasi serotonin
pada sinapsis dan memperkuat transmisi saraf serotonergik. Untuk
pemberian awal, biasanya dosis fluoxetine dimulai 20 mg per hari
pada pagi hari. Selanjutnya, dosis lazim untuk mengatasi depresi
berkisar 20-40 mg per hari.
Farmakokinetik : Fluoksetin diabsorbsi mudah secara per oral dari
saluran pencernaan dengan konsentrasi plasma puncak 6-8 jam
setelah pemberian oral. Fluoksetin didistribusikan ke seluruh tubuh.
Waktu paruh antara 1 sampai 4 hari setelah dosis tunggal dan rata-
rata hampir 70 jam. Fluoksetin dimetabolisme di hati.
Efek Samping : Efek samping fluoxetin bermacam-macam. Efek
yang sering timbul antara lain efek seretogenik dan sindroma
serotonin. Efek seretogenik yang timbul berupa mual ,muntah,
malaise umum, nyeri kepala,gangguan tidur dan nervositas.

14
Sindroma serotonin adalah gejala berupa kegelisahan, demam, dan
menggigil, konvulsi,dan kekakuan hebat, tremor, diare, gangguan
koordinasi.
b. Paroksetin
Farmakokinetik : Pada pengobatan depresi, pemberian paroxetine
diawali dengan dosis 20 mg per hari. Pasien tua bisa memulai
dengan dosis 10 mg per hari. Batas atas dosis adalah 40 -60 mg
per hari.
Efek Samping : Efek samping paroxetine secara umum mirip
dengan SSRI lainnya. Tapi paroxetine lebih cenderung menimbulkan
sedasi dan konstipasi. Hal ini disinyalir sebagai akibat aktivitas
antikolinergiknya.
c. Sertaline
Sertraline adalah penghambat ambilan (uptake) serotonin (5HT)
yang poten dan spesifik.
Farmakokinetik : Pada pemberian dosis tunggal antara 50–200
mg, maka didapatkan kadar puncak plasma 4,5–8,4 jam setelah
pemberian peroral. Waktu paruh plasma berkisar antara 26 jam.
Ikatan protein plasma adalah 98%. Sertraline mengalami
metabolisme pertama di hati.
Efek Samping : Pada umumnya adalah anoreksia, mual, diare,
dispepsia, tremor, sakit kepala, insomnia, kantuk, berkeringat, mulut
kering, disfungsi seksual.

5. Golongan Monoamine Oxidase (MAO) inhibitors


Jenis obat golongan ini beraksi dengan menghambat kerja enzim MAO
sehingga meningkatkan konsentrasi norefinefrin (noradrenalin atau NA),
serotonin dan dopamin dalam otak. Efek samping termasuk mulut
kering, tremor, insomnia, delirium, konvulsi, hipotensi postural dan
konstipasi. Contoh obatnya adalah Fenelzin, Selegillin, dan
Tranilsipromin (Nugroho, 2012).
a. Fenelzin
Dosis lazim 30-90 mg/hari. Efek samping dari obat ini yang sering
muncul yaitu postural hipotensi. Efek samping ini lebih sering
muncul pada penggunaan fenelzin dan tranilsipromin.

15
6. Golongan Triazolopiridin
Mekanisme kerja obat golongan ini yaitu antagonis pada reseptor 5-HT2
dan menghambat ambilan kembali 5-HT, contoh obatnya yaitu
Trazodon dan nefazodon.
7. Golongan SNRI (Serotonin /Norepinephrin Reuptake Inhibitor)
Antidepresan golongan Serotonin /Norepinephrin Reuptake Inhibitor
(SNRI) mekanisme kerjanya mengeblok monoamin dengan lebih
selektif daripada antidepresan trisiklik, serta tidak menimbulkan efek
yang tidak ditimbulkan antidepresan trisiklik (Mann, 2005). Obat yang
termasuk golongan SNRI yaitu Venlafaxine dan Duloxetine..
a. Venlafaxine
Cara kerja menginhibisi reuptake norepinefrin dan serotonin secara
kuat. Dosis awal venlafaxine XR yang direkomendasikan adalah
37.5 mg -75 mg per hari. Dosis bisa dinaikkan dengan penambahan
hingga 75 mg per hari, setiap 4-7 hari, sampai dengan dosis
maksimum per hari 225 mg. Profil keamanan vanlafaxine sebanding
dengan SSRI dan lebih rendah dari TCA. Efek samping yang paling
umum dijumpai adalah nausea, pusing, insomnia, mengantuk, dan
mulut kering. Efek antikolinergik secara signifikan lebih ringan
dibandingkan dengan antidepresan lainnya.

No Golongan Contoh Mekanisme

menghambat ambilan kembali


Trisiklik
1. Imipramine dan Amitriptiline (reuptake) neurotransmiter di
otak

mengeblok pengambilan kembali


Amoxapine, Maptrotiline,
(reuptake) amina biogenik dan
2. Heterosiklik Trazodone, Bupropion,
norefinefrin dan serotonin pada
Mirtazapine, Nefazodone
ujung syaraf

3. SSRI (Selective Fluoksetin (paling sering mengahmbat reuptake serotonin


Serotonin Uptake digunakan), Sitalopram, menuju ke ujung syaraf, namun
Inhibitors) Fluvoksamin, Paroksetin dan tidak mempengaruhi reuptake

16
Sertalin norefinefrin maupun dopamin

menghambat kerja enzim MAO


Monoamine
sehingga meningkatkan
Oxidase (MAO) Fenelzin, Tranilsipromid,
4. konsentrasi norefinefrin
inhibitors Isokarboksasid dan Iproniazid
(noradrenalin atau NA), serotonin
dan dopamin dalam otak

SNRI (Serotonin
Venlafaxine, Trazodone,
Norephinephrine memblok ambilan kembali
5. Nefazodone, Mirtazapine dan
Reuptake serotonin dannorepinefrin
Bupropion
Inhibitor)

2.10 Asuhan Keperawatan Depresi


b. Pengkajian
1) Riwayat klinik / anamnesis
a) Riwayat keluarga
b) Gangguan psikiatri yang lampau
c) Kepribadian
d) Riwayat social
e) Ide / percobaan bunuh diri
f) Gangguan-gangguan somatic
g) Perkembangan gejala-gejala depresi
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien depresi sangat penting karena
gejala-gejala depresi sering disertai dengan penyakit fisik.
3) Pemeriksaan kognitif
Penilaian Mini Mental State Examination (MMSE) pada usia lanjut
yang menunjukkan gejala depresi bermanfaat dalam tindak lanjut
penatalaksanaan pasien. Perbaikan pada MMSE setelah
dilakukan terapi terhadap depresi, menunjukkan bahwa pasien
dengan depresi mengalami masalah konsentrasi dan memori yang
mempengaruhi fungsi kognitifnya.
4) Pemeriksaan status mental

17
 Penampilan dan perilaku
 Mood / suasana perasaan hati
 Pembicaraan
 Isi pikiran
 Gejala ansietas
 Gejala hipokondriakal
5) Pemeriksaan lainnya
Mengingat pasien usia lanjut rentan terhadap gangguan metabolik
sekunder akibat penyakit depresi yang berat, seperti tidak
adekuatnya asupan cairan, maka perlu dipertimbangkan
pemeriksaan sebagai berikut :
 Ureum dan elektrolit
 Darah lengkap dan hitung jenis
 Vitamin B12 dan Folat
 Tes fungsi Tiroid
 Foto dada
 Lain-lain : serum sifilis,Electro Cardio Graphy ( ECG),Electro
Encephalo Graphy ( EEG), CT-scan dst.
c. Gangguan alam perasaan: depresi
1) Data subyektif
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas
berbicara.Sering mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya
sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup,
merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
2) Data obyektif
a) Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan
bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah
murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang
diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak
malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering
menangis
Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong,
konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat
berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa

18
depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak
masuk akal (irasional), waham.
Data Obyektifsa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-
kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan
(hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka
diganggu.
b) Koping maladaptive
1) Data Subyektif : menyatakan putus asa dan tak berdaya,
tidak bahagia, tak ada harapan.
2) Data Obyektif : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak
dapat mengontrol impuls.
c. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi
2) Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping
maladaptif.
d. Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri.
Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Perkenalkan diri dengan klien
b. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan
sikap empat
c. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan
lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya:
memberikan sentuhan, anggukan
d. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai
dengan keinginannya
e. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat,
sederhana dan mudah dimengerti
f. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan
orang lain.
2) Klien dapat menggunakan koping adaptif
Tindakan :

19
a. Beri Data Obyektifrongan untuk mengungkapkan perasaannya
dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang
dirasakan pasien.
b. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi
perasaan sedih/menyakitkan
c. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa
digunakan
d. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
e. Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk memilih koping
yang paling tepat dan dapat diterima
f. Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk mencoba
koping yang telah dipilih
g. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam
menyelesaikan masalah.
3) Klien terlindung dari perilaku mencederai dir
Tindakan :
a. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri
sendiri.
b. Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch
pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang
aman dan terkunci.
c. Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
d. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah
dipantau oleh peramat/petugas.

4) Klien dapat meningkatkan harga diri


Tindakan :
a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya
b. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
c. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk
diselesaikan).
5) Klien dapat menggunakan dukungan social
Tindakan :

20
a. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-
orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang dianut).
b. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa
lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
c. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka
agama).
6) Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan :
a. Diskusikan tentang obat (nama, Data Obyektifsis, frekuensi,
efek dan efek samping minum obat)
b. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
pasien, obat, Data Obyektifsis, cara, waktu)
c. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang
dirasakan
d. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan
benar.

BAB III
STUDI KASUS
Ibu Nita berusia 46 tahun mengeluh sering merasa gelisah, kehilangan nafsu
makan dan mood yang jelek selama dua bulan. Selama pemeriksaan matanya
berkaca-kaca, Ibu Nita menyatakan bahwa pada malam hari ia sering tidak bisa
tidur dan kehilangan minat atau ketertarikan melakukan pekerjaan. Dia menduga
bahwa ia telah mengalami stres dan tidak dapat bekerja dengan baik di tempat Ia
bekerja saat ini. Ibu Nita selalu melawan setiap pikiran untuk bunuh diri.
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya menunjukkan keadaan
ibu Nita normal.

21
Data Pasien
Nama : Nita
Jenis Kelamin : Perempuan
Pemeriksaan fisik : Normal
Gejala Klinis :
1. Gelisah
2. Kehilangan nafsu makan
3. Mood jelek/Bad mood
4. Mata berkaca-kaca
5. Tidak bisa tidur pada malam hari
6. Kehilangan ketertarikan/minat melakukan pekerjaan
7. Mempunyai pikiran untuk unuh diri
8. Tidak bisa bekerja dengan baik
Diagnosis : Depresi
Tujuan Terapi : Menurunkan atau mengurangi gejala depresi dan
mengembalikan pasien untuk ke kondisi normal.
Terapi Farmakologi yang Diberikan :
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)
Antidepresan SSRI digunakan untuk mengobati depresi. Antidepresan
SSRI mulai menimbulkan efek 2-4 minggu untuk bekerja terhadap penderita
depresi. Antidepresan SSRI memiliki efek samping yang dapat terjadi, namun
hanya dalam jumlah kecil.
SSRI adalah selective serotonin reuptake inhibitor. SSRI adalah kelompok
obat antidepresan yang digunakan untuk mengobati depresi dengan memblok
reuptake serotonin di Otak sehingga lebih banyak serotonin yang beredar di
dalam tubuh untuk menimbulkan efek bahagia/good mood. Antidepresan SSRI
mengubah keseimbangan dari neurotransmitter serotonin di dalam otak.
Antidepresan SSRI diberikan setidaknya selama enam bulan setelah
gejala mereda. Jika pasien berhenti obat terlalu cepat, gejala depresi mungkin
dapat cepat kembali. Beberapa orang dengan depresi berulang disarankan untuk
menjalani pengobatan hingga dua tahun atau lebih.
Antidepresan SSRI memiliki lebih sedikit efek samping antimuskarinik dan
kurang kardiotoksik jika overdosis. Antidepresan SSRI yang dapat diberikan :
a. Fluoxetin

22
Dosis lazim : 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari dalam dosis
tunggal atau terbagi. Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap fluoxetin, gagal
ginjal yang berat, penggunaan bersama MAO.
Interaksi Obat : MAO, Lithium, obat yang merangsang aktivitas SSP, anti
depresan, triptofan, karbamazepin, obat yang terkait dengan protein plasma.
Perhatian : penderita epilepsi yang terkendali, penderita kerusakan hati dan
ginjal, gagal jantung, jangan mengemudi / menjalankan mesin.
b. Sertralin
Dosis lazim : 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200 mg/hr. Kontra
Indikasi : Hipersensitif terhadap sertralin.
Interaksi Obat : MAO, Alkohol, Lithium, obat seretogenik.
Perhatian : pada gangguan hati, terapi elektrokonvulsi, hamil, menyusui,
mengurangi kemampuan mengemudi dan mengoperasikan mesin.
c. Citalopram
Dosis lazim : 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari. Kontra indikasi :
hipersensitif terhadap obat ini. Interaksi Obat : MAO, sumatripan, simetidin.
Perhatian : kehamilan, menyusui, gangguan mania, kecenderungan bunuh
diri.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Kajian Tanaman Obat Indonesia yang Berpotensi sebagai Antidepresan


Depresi merupakan penyakit psikologis yang dapat terjadi pada manusia
tidak tergantung jenis kelamin, umur, dan latar belakang. Depresi adalah penyakit
mental yang mempengaruhi mood seseorang, kesehatan fisik, dan perilaku.
Depresi diprediksi menjadi penyakit prevalensi kedua pada tahun 2020. Hampir
30% pasien depresi tidak memberikan respon terhadap terapi obat dan 70%
pasien gagal mencapai kesembuhan total. Selain itu obat antidepresan sangat

23
erat kaitannya dengan banyaknya efek samping dan interaksi obat-obat atau
obat-makanan.
Gejala-gejala depresi terdiri darigejala biologis dan emosional. Gejala-
gejala biologis termasuk di dalamnya retardasi pemikiran dan gerak, kehilangan
gairah, gangguan tidur, dan kehilangan ketertarikan terhadap kesenangan.
Gejala- gejala emosional mencakup perasaan sengsara, tidak acuh, pesimis,
rendah diri, perasaan bersalah, perasaan tidak puas, tidak dapat memutuskan,
dan kehilangan motivasi. Gejala depresi lainnya adalah kehilangan berat badan,
hilangnya konsentrasi, meningkatnya keinginan bunuh diri. Pada awalnya,
depresi merupakan penyakit yang menyerang orang lanjut usia, namun saat ini
persentase penderita depresi yang berusia muda makin meningkat. Bahkan,
depresi dapat menyebabkan peristiwa bunuh diri sebanyak 850.000 kematian
setiap tahunnya dan merupakan penyebab kedua DALY (Disability-Adjusted
Life Year) pada rentang umur 15-44 tahun tanpa memandang pria maupun
wanita.
Obat Antidepresan Sintetik
Obat-obat antidepresan sintetik memiliki sembilan (9) mekanisme farmakologi,
antara lain yaitu :
1. Monoamine Oxidase Inhibitor (MAOI)
2. Tricyclic Antidepressant (TCA)
3. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI)
4. Dual Serotonin and Norepinephrine Reuptake Inhibitor
(SNRI)
5. Serotonin-2 Antagonist and Reuptake Inhibitors
(SARIs)
6. Norepnephrine and Dopamine Reuptake Inhibitor
(NDRI)
7. Noradrenergic and Specific Serotonergic
Antidepressant (NaSSAs)
8. Noradrenalin Specific Reuptake Inhibitor (NRI)
9. Serotonin Reuptake Enhancer
Contoh obat- obat antidepresan adalah fluoksetin, imipramin, venlafaksin,
bupropion, trazodon, moklobemid, amoksapin, dan tianeptine. Walaupun obat-obat
sintetik telah digunakan untuk penanganan standar bagi pasien antidepresan namun
obat sintetik ini memiliki efek samping yang dapat memberikan efek tidak nyaman

24
(beberapa efek samping tersebut meliputi mulut kering, kaku otot, masalah
pernapasan dan pencernaan, perasaan gelisah, mengantuk, dan aritmia jantung).
Kondisi-kondisi inilah yang menciptakan peluang bagi tanaman obat sebagai
penanganan alternatif bagi penyakit depresi dengan menjadikannya suatu formula
atau racikan.
Di sisi lain, penggunaan bahan alami sebagai obat tradisional telah lama
diterima di hampir seluruh negara di dunia. Satu dari tiga orang Amerika telah
menggunakan pengobatan herbal, dan 50 juta orang menggunakan pengobatan
herbal selama berbulan-bulan. Di Indonesia pengobatan menggunakan tanaman
obat juga sering digunakan oleh masyarakat. Oleh karenanya, perlu ada data
saintifik yang lebih akurat untuk mendukung pengobatan menggunakan herbal
agar dosis yang diberikan kepada pasien lebih akurat dan efek samping yang
membahayakan dapat dihindari. Tujuan dari kajian ini adalah untuk menemukan
obat antidepresan sebagai co-therapy atau alternative dari tanaman obat
Indonesia.
Beberapa tanaman obat asli Indonesia yang memiliki aktivitas antidepresan
adalah Valeriana javanica, Areca catechu Linn, Piper longumBl., Curcuma longaLinn,
Momordica charantia,Clitoria ternatea, Morinda citrifolia,Myristica fragrans, dan
Ocimum basilicum.
Nama Gambar
Valeriana javanica

Areca catechu Linn

Piper longum Bl

25
Curcuma longaLinn

Momordica charantia

Clitoria ternatea

Morinda citrifolia

Myristica fragrans

Ocimum basilicum

26
No Nama Tanaman Nama Bagian yang Kandungan Senyawa Aktif Senyawa aktif Mekanisme kerja
Obat Lokal bermanfaat antidepresan

Valeriana javanica  Seskuiterpen (Asam  Agonis parsial


1 Valerian Akar dan Asam valerenat 6-
atau Valeriana valerenat dan derivatnya, terhadap reseptor
rimpang metilapigenin dan
hardwickii Wall valeranon, valeranal, kessyl 5-HT5a sehingga
hesperidin
ester) menurunkan cAMP
 valepotriat (valtrat, (in vitro)
didrovaltrat, asevaltrat,  Menghambat
isovaleroksihidroksivaltrat) enzim pemecah
GABA sehingga
menyebabkan efek
sedasi Berikatan
dengan sisi ikatan
benzodiazepin
alkaloid (arecaidine dan
2 Areca catechu Linn Pinang Buah Belum diketahui Menghambat MAO-A
arecoline), pilocarpine,
muscarine,(+)-katekin dan (–)-
epikatekin
Metilpiperat, guinensin, Metilpiperat, Guinensin, Menghambat MAO-A
3 Piper longum Bl Cabai jawa Buah
piperlonguminin, piperin. Piperlonguminin Piperin dan MAO-B
Kurkuminoid(kurkumin, menghambat MAO-A
4 Curcuma longa Linn Kunyit Rimpang Kurkumin

27
desmetoksikumin dan dan MAO-B, Mengatur
bisdesmetoksikurkumin) dan tingkat norepinefrin,
Minyak asiri / Volatil oil (Keton dopamin, dan
sesquiterpen, turmeron, serotonin.
tumeon, Zingiberen felandren, Meningkatkan
sabinen, borneol dan sineil) serotonin dan
dopamine,
Menghambat
pelepasan glutamate
Momordisin, momordin,
5 Momordica Pare Daun Belum diketahui Belum diketahui
momorkarin, momordisinin,
charantia Linn
karantin, asam trikosanik, resin,
asam resinat, saponin, vitamin
A dan C serta minyak lemak
(asam oleat, asam linoleat,
asam stearat dan
L.oleostearat).17
Saponin, Alkaloid, Mengatur system
6 Clitoria ternatea Kembang Akar Belum diketahui
Flavonoid(anonim), Asam serotonergik dan
telang
lemak, delfinidin 3,3’,5’- asetikolin
triglukosida, fenol, beta-

28
sitosterol
Kaempferol, kuersetin, 3,4,3',4'- Kaempferol
7 Morinda citrifolia Noni Buah Menghambat MAO-A
tetrahidro-9,7'ὰ-epoksilignan- Kuersetin dan dan MAO-B
7ὰ,9'-lakton, pinoresinol,
3,4,3',4'-tetrahidro-
skopoletin, vanillin, tetrindol,
9,7'ὰ-epoksilignan-
isoskopoletin, 3,3’-
7ὰ,9'-lakton
bisdemetiltanegol,3,3’-
bisdemetilpinoresinol.

8 Myristica fragrans Pala Biji Minyak astiri, minyak lemak, Miristisin, Elemisin, Menghambat MAO dan
saponin, miristisin, elemisin, safrol, dan isoeugenol belum diketahui
safrol, isoeugenol, enzim
lipase, pektin, hars, zat samak,
lemonena, dan asam oleanolat

9 Ocimum basilicum Kemangi Daun Monoterpen(alfa-pinen, beta- Eugenol Menghambat MAO-A


pinen), Seskuiterpen(beta- dan MAO-B
betakariofilen, beta-elemen,
isokariofilen, cis-3-
heksanol,linalol, fenkol,
eugenol, metil-eter fenol (metil-

29
kavikol), 1,8-sineol.

30
Tanaman obat yang paling berpotensi sebagai antidepresan adalah Valeriana
javanica atau Valeriana hardwickii Wall, Piper longumBl., Curcuma longa Linn, dan
Morinda citrifolia. Keempat tanaman obat ini sudah diketahui senyawa aktif yang
berperan sebagai antidepresan dan mekanisme kerja senyawa aktif
tersebut.Mayoritas mekanisme kerja antidepresan dari tanaman-tanaman obat
Indonesia melalui penghambatan enzim Mono Amine Oxidase (MAO).
Mekanisme kerja lainnya yaitu dengan penghambatan pelepasan glutamate,
penghambatan enzim pemecah GABA, agonis parsial reseptor 5-HT5a,
mengatur sistem serotonergik dan asetilkolin.

BAB V

31
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Depresi adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai
masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode
depresif, gangguan distimik, gangguan depresif mayor dan gangguan
depresif unipolar serta bipolar (Depkes, 2007).
Obat antidepresan yaitu obat-obatan yang mampu memperbaiki
suasana jiwa (mood) atau obat untuk mengatasi atau mencegah depresi
mental (Anonim, 2007).
Sembilan tanaman obat Indonesia yang berpotensi sebagai co-therapy
atau alternatif obat antidepresan adalah Valeriana javanica, Areca catechu
Linn, Piper longum Bl., Curcuma longa Linn, Momordica charantia Linn, Clitoria
ternatea, Morinda citrifolia, Myristica fragrans, dan Ocimum basilicum.
Lima Tanaman obat yang memiliki referensi lengkap hingga mekanisme
kerja antidepresan adalah Valeriana javanica atau Valeriana hardwickii Wall, Piper
longum Bl., Curcuma longa Linn, Morinda citrifolia, dan Ocimum basilicum.
Sedangkan untuk tanaman Areca catechu Linn dan Clitoria ternatea masih
memerlukan penelitian mendalam terkait senyawa aktif yang berperan sebagai
antidepresan. Momordica charantia Linn dan Myristica fragrans masih
memerlukan penelitian mengenai mekanisme aksi senyawa aktif.

5.2 Saran
Kelompok berharap semoga penyusunan makalah tentang Asuhan
Keperawatan ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang
pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat
menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

32
Pravita, B. (2010, januari 23). about us : ASKEP LP DEPRESI. Retrieved from
ASKEP LP DEPRESI:
https://www.academia.edu/5804596/ASKEP_LP_DEPRESI (diakses
tanggal 04 desember 2019

Wijaya, P. (2017, Juni 15). About us : Makalah Obat-obat Antidepresan –


Antiinflamasi. Retrieved from Makalah Obat-obat Antidepresan –
Antiinflamasi: https://asikcoratcoret.wordpress.com/2017/06/15/makalah-
obat-obat-antidepresan-antiinflamasi/ (diakses tanggal 03 desember
2019)

Pharmacist, D. (2017, Maret 24). about us : MAKALAH INTERAKSI OBAT


ANTIDEPRESAN . Retrieved from MAKALAH INTERAKSI OBAT
ANTIDEPRESAN :
https://apotekermudaindonesia.blogspot.com/2017/03/makalah-interaksi-
obat-antidepresan.html (diakses tanggal 24 november 2019)

LAMPIRAN JURNAL

33
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG
2019

34

Anda mungkin juga menyukai