KEPERAWATAN ANAK
“MECONIAL ASPIRATION SYNDROME”
Dosen Pengampu : Ika Arum D.S, S.Kep., Ners., M.Biomed
Disusun Oleh :
Shella Ayu Wandira
210814901341
Fetal distress
Hiposekmia
Penurunan O2 dalam
jaringan
2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Definisi :
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten
Penyebab :
Fisiologis
1) Spasme jalan napas
2) Hipersekresi jalan napas
3) Disfungsi neuromuskuler
4) Benda asing dalam jalan napas
5) Adanya jalan napas buatan
6) Sekresi yang tertahan
7) Hiperplasia dinding jalan napas
8) Proses infeksi
9) Respon alergi
10) Efek agen farmakologis (mis. anastesi)
Situasional
1) Merokok aktif
2) Merokok pasif
3) Terpajan polutan
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing dan atau
ronchi kering
5. Mekonium dijalan napas (pada
neonatus)
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)
efektif (D.0001) selama 8 jam diharapkan Observasi
bersihan jalan berkurang 1. Monitor pola napas (frekuensi,
dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha napas)
Bersihan jalan nafas (SLKI. 2. Monitor bunyi napas tambahan
01001) (mis. Gurgling, mengi, weezing,
1) Produksi sputum ronkhi kering)
menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
2) Mekonium menurun aroma)
3) Disnepa menurun Terapeutik
4) Sianosis menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan
5) Frekuensi napas napas dengan head-tilt dan
membaik chin-lift (jaw-thrust jika curiga
6) Pola napas membaik trauma cervical)
2. Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
5. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum
7. Penghisapan endotrakeal
8. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsepMcGill
9. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi (i.01014)
(D.0005) keperawatan selama 8 jam Observasi
diharapkan pola napas efektif 1. Monitor frekuensi, irama,
dengan kriteria hasil : kedalaman, dan upaya napas
Pola napas (SLKI. 01004) 2. Monitor pola napas (seperti
1) Kapasitas vital bradipnea, takipnea,
meningkat hiperventilasi, Kussmaul, Cheyn
2) Tekanan ekspirasi e-Stokes, Biot, ataksik0
meningkat 3. Monitor kemampuan batuk
3) Tekanan inspirasi efektif
meningkat 4. Monitor adanya produksi
4) Dispnea menurun sputum
5) Penggunaan otot 5. Monitor adanya sumbatan jalan
bantu napas menurun napas
6) Pemanjangan fase 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
ekspirasi menurun paru
7) Pernapasan cuping 7. Auskultasi bunyi napas
hidung menurun 8. Monitor saturasi oksigen
8) Frekuensi napas 9. Monitor nilai AGD
membaik 10. Monitor hasil x-ray toraks
9) Kedalaman napas Terapeutik
membaik 1. Atur interval waktu
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga
meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon
pasien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai
data yang baru
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati)
dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan. Tujuan dari evaluasi antara lain: mengakhiri
rencana tindakan keperawatan, memodifikasi rencana tindakan
keperawatan, serta meneruskan rencana tindakan keperawatan.
Setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada, evaluasi yang akan
dilakukan kepada pasien meliputi : pengeluaran sekret,
karakteristik sekret yang keluar, status pernafasan (irama
pernapasan, frekuensi, kedalaman, suara nafas tambahan), AGD
untuk mengetahui tingkat oksigen dalam darah arteri, tingkat
SPO2 dengan spirometer untuk mengetahui tingkat oksigen dalam
darah perifer, serta keluhan sesak pasien
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Anindita, A. Y., Hidayah, D., Hafidh, Y., Moelyo, A. G., & Dewi, M. (2019). Profil
Sindrom Aspirasi Mekonium pada Bayi Baru Lahir di RSUD Dr. Soetrasno
Rembang. Smart Medical Journal, 1(2), 42.
https://doi.org/10.13057/smj.v1i2.28692
Rohsiswatmo, R., & Kautsar, A. (2018). The Effectiveness of Surfactant Lavage
for Aterm Neonate with Meconium Aspiration Syndrome. Sari Pediatri, 19(6),
356–363.