Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. NY.

DENGAN DIAGNOSA
MEDIS MECONIUM ASPIRATION SYNDROME (MAS)

Diajukan untuk memenuhi tugas Stase Asuhan Keperawatan Anak

Dosen dan CI Pembimbing:

Maya Amalia, S.Kep., Ners.,

M.Kep Maya Afsari, S.Kep., Ners

Oleh:

Nurlena (402021003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG

2020/2021
A. IDENTITAS NEONATUS
1. Nama : By.Ny.A
2. Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 13 Desember 2021
3. Usia : 3 Jam 15 menit
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Tanggal Masuk : 13 Desember 2021 pukul 07.15 WIB
6. Tanggal Pengkajian : 13 Desember 2021 pukul 20.00 WIB
7. Diagnosa Medis : MAS

IDENTITAS ORANGTUA
1. Nama Ayah/Ibu : Tn. A / Ny. A
2. Usia : 28 tahun / 27 tahun
3. Pendidikan : SMA / SMA
4. Pekerjaan : Swasta/IRT
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jl. Margasari No 97

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Alasan masuk Rumah Sakit
Setelah lahir By.Ny. A tampak sesak
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
By.Ny.A lahir pada usia kehamilan 40 minggu G2P1A0 dengan PEB.
Pada kelahiran kedua ini dilakukan SC atas indikasi ibu post partum
operasi eksterpasi limfoma vagina dengan ketuban hijau kental. Bayi
lahir pada tanggal 13 Desember 2021 pukul 17:45 WIB dengan berat
badan 2970 gram dan panjang badan 49 cm ketuban keruh. Pada saat
lahir bayi tidak langsung menangis, diberikan resusitasi selama 15 menit
kemudian bayi menangis. APGAR score menit pertama 6 dan menit ke-5
9, bayi tampak pernapasan cuping hidung, nangis merintih dan ada
grunting. Bayi dipasang orogastrik tube, diberikan terapi oksigenasi
nasal kanul 0.5 liter.
Pada saat pengkajian, bayi tampak menangis lemah, terlihat sesak dengan
frekuensi nafas cepat dan dangkal. Terdapat pernapasan cuping hidung
(PCH), ronkhi minimal, retraksi dada minimal, pengguaan otot bantu
pernafasan minimal di bagian superior sternum, terdapat sianosiss
perifer, CRT < 3 detik, terdapat grunting saat bernafas dengan RR: 67
x/menit, SB: 36,5 0C, SPO2: 99%, HR 176x/menit, terpasang infus
Dextrose 10% + CA Gluconas via Umbical Vena chateter (UVC) untuk 7
cc/24jam, terpasang OGT decompresi residu (+), bayi masi dipuasakan,
BB: 2970gr, LP: 30cm, LK: 32,5cm, LD: 32cm. Bayi diindikasikan
mengalami Meconium Aspiration Syndrome (MAS)

Genogram :
Keterangan :
Perempuan Laki-laki

Alergi : Ya √Tidak Riwayat Kesehatan/Pengobatan/Perawatan


Sebutkan :- Sebelumnya :
Riwayat Imunisasi : Hb0 (-) Pernah dirawat : Ya √Tidak
Lain –lain :- Kapan : -.
Diagnosa: -
Riwayat Operasi : Ya √ Tidak
Kapan : -
Diagnosa:
Riwayat Kehamilan :
Kesehatan ibu saat hamil : Selama kehamilan merasa sehat

Pada saat hamil Ny. A rajin memeeriksakan kehamilannya ke bidan setempat,


juga telah mendapatkan imunsasi TT dan tidak mengalami permasalahan
mengancap pada prosese kehamilan.

Riwayat Kelahiran :

Usia kehamilan Ny. A dikatakan cukup bulan yaitu 40 minggu, berat badan bayi
baru lahir yaitu 2970 dengan panjang badan 49 cm, pada kelahiran yang kedua ini
Ny. A mengalami pre eklasi berat sebelum melahirkan serta eksterpasi limfoma
vagina yang membuat Ny.A harus dilakukan SC untuk pertama kalinya
dikarenakan kelahiran pertamanya spontan. Setelah lahir bayi Ny.A mengalami
masalah pasca partum seperti sesak, reflex hisap minimal, serta aspirasi cairan
meconium. Bayi tidak langsun menangis serta bayi dipuasakan. APGAR score
menit pertama 6 dan menit ke-5 9.
Pengobatan yang didapat :

Sagestam 1gtt, Cefotaxime 2x150 mg, pemberian, Dextrose 10%.


A. Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum
Penampilan umum : Lemah
Tanda-tanda vita : N : 176 x/mnt, irama: iregular.
RR : 67/mnt
S : 36,5 0C

Status Anopometri : PB: 155 cm LP: 30 cm

: BB: 53,5 kg LD: 32 cm

: LK: 32,5 cm
a. Pemeriksaan Fisik
1) Pernafasan
Pernafasan bayi spontan, Ppengembangan data simetris, napas
cepat dan dangkal, irama irregular, terdapat pernafasan cupin
hidung, retraksi dada minimal, pengguaan otot bantu pernafasan
minimal di bagian superior sternum, terdapat grunting saat
bernafas, terdapat ronkhi minimal dengan RR: 67 x/menit,
terpasang O2 nasal kanul 0.5 liter.
2) Sirkulasi
Warna kulit merah muda, terdapat sianosiss perifer, akral teraba
dingin, CRT < 3 detik, HR 176x/menit. Terdapat cairan meconium
yang menhalangi jalan nafas, terpasang O2 nasal kanul 0.5 liter.
3) Kardiovaskular
Bunyi Jantung I-II murni regular, tidak terdapat murmur, tidak
terdapat gallop, bunyi jantung regular, BJ: 176x/mnt, kualitas nadi
kuat.
4) Gastrointestinal
Mukosa bibir lembab, bising usus aktif 20 x/menit, abdomen
normal, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak terdapat
pembesaran tonsil, tidak ada muntah, tidak ada diet ASI, bayi masi
dipuasakan, keluaran mekonium spontan dalam 24 jam pertama,
frekuensi berkemih 1x, warna kuning jernih, kebutuhan cairan 7cc
x 24 jam yaitu 168cc/24 jam.
5) Muskuloskleletal
Tidak ada kelainan tulang, rentang gerak bebas, terpasang infus
tangan sebelah kiri,
6) Genitalia
Anus intak, labia mayora dan labia minora menutup, tidak ada
kelainan pada area genitalia
7) Neurologi
Bayi sadar penuh, pupil isokor, reflex cahaya ada, ubun-ubun datar,
tidak ada gangguan neurologis lainnya.
8) Istirahat Dan Tidur
Bayi tidur pulas dan tidak banyak terjaga. Bayi selalu tertidur,
bangun saat haus dan popok penuh. Tidak ada gangguan tidur.

MATURITAS

Ballard score
Maturitas Neuromuscular : 20

Maturitas Fisik : 20
Tingkat maturitas : Aterm di antara rentang 40 minggu
Tabel Down Score
Pemeriksaan
Skor

0 1 2

Frekuensi < 60x/menit 60-80 x/menit √ >80 x/menit


Napas

Retraksi Tidak ada retraksiRetraksi ringan √Retraksi berat

Sianosis hilang Tidak ada sianosisdengan


Sianosis
O² √menetap walaupun diberi O²
Sianosis

Penurunan udaraTidak
masukada udara masuk
Air Entry Udara masuk √ Dapat di dengar jelas tanpa alat
Saat di denar

Merintih Tidak meritih dengan stetoskop √ bantu

Interpretasi :
Skor Skor 4-7 : Gawat napas
E. SKRINING NYERI DAN KETIDAKNYAMANAN
SEKALA NERI – NIPS (NEONATAL INFANT PAIN SCORE)
NO KATEGORI SKOR SKOR
1 EKSPRESI WAJAH
Otot wajah rileks, ekspresi netral 0 0
Otot wajah tegang, alis berkerut, rahang dan dagu mengunci 1
2 TANGISAN
Tenang, tidak menangis 0
Mengerang, sebentar sebentar menangis 1 1
Terus menerus menangis, menangis kencang, melengking 2
Note : menangis dalam dapat di masukan dalam skor ini, jika bayi
terintubasi dengan dasar penilaian dasar penilaiannya pergerakan mulut
dan wajah
3 POLA NAFAS
Rileks, nafas reguler 0
Pola nafas berubah : tidak teratur, lebih cepat dari biasanya, tersedak, menahan 1
nafas 1
4 TANGAN 0
Rileks, otot tangan tidak kaku, kadang fleksi /ekstensi yang kaku, meluruskan 1
tangan tapi dengan cepat melakukan fleksi/ekstensi yang kaku 1
5 KAKI
Rileks, otot tangan tidak kaku, kadang bergerak tak beraturan 0 0
Fleksi/ekstensi yang kaku, meluruskan tangan tepi dengan cepat
melakukan 1
fleksi/ekstensi yang kaku
6 KESADARAN
Tidur pulas atau cepat bangun, alergi dan tenang 0 0
Rewel, gelisah dan meronta ronta 1
NILAI TOTAL SKOR 1-7 ……
catatan
1. skor > 3 mengindikasikan bahwa bayi mengalami nyeri
2. observasi dilakukan setiap shift pada saat pengukuran tanda vital,
pasien pertama kali dirawat dan pasien dengan paska tindakan
F. PENGKAJIAN PSIKOSPIRITUAL
1. Persepsi klien/orang tua terhadap kesehatan neonatus saat ini
Tn. A dan Ny. A mengatakan tidak menyangka kondisi anaknya akan seperti
ini, selama hamil ny. A rajin memeriksakan kehamilannya ke dokter dan tidak
ada masalah yang mengancam. Pada saat lahir anak nya tidak langsung
menangis. Tn.A dan Ny.A sangat senang menyambut kelahiran anak
keduanya karena lengkap anaknya laki-laki dan perempuan, Ny.A merasa
kebutuhan selama kehamilan tercukupi dan merasa tidak akan sampai ada
sakit. Setelah persalinan dan mendapati anaknya harus dirawat, Ny.A sangat
takut dengan kondisi anaknya. Perasaan seperti itu membuat Ny.A sangat
cemas. Tn.A dan Ny.A sangat ingin bertemu anaknya walaupun belum bisa
menggendong karena saat melahirkan anaknya langgung di rawat di ruang
perinatologi. Kondisi seperti ini sangat mengganggu hingga membuat Ny.A
merasa sedih dan tidak tenang selalu memikirkan kondisi anaknya. Tn.A dan
Ny.A selalu bertanya bagaimana kondisi naknya, sampai kapan dirawatnya?

2. Harapan orangtua terhadap perawatan dan pengobatan saat ini


Ny.A dan Tn.A berharap anaknya cepat sembuh dan bisa segera dibawa
pulang bersama keluarganya sehingga Ny.A dapat menetekin langsung
anaknya. Harapan Ny.A dan keluarga adalah ingin bayinya cepat sembuh dan
sehat.

G. PENGKAJIAN SOSIOKULTURAL
Status social

Tempat tinggal : √ Rumah Pant Tempat penitipan anak


i

Yang merawat klien : √ Ibu √ Nenek Pengasuh Lain – lain


Sebutkan
Kerabat terdekat yang dapat dihubungi : Nama : Tn.A

Hubungan: Ayah Telepon: 08**********


Suku : √ Sunda Batak Madura Betawi Lain – lain
Sebutkan
Aturan dalam budaya yang mempengaruhi kesehatan dalam hal : Tidak ada

Sebutkan : Tidak ada

H. KEBUTUHAN EDUKASI
√ Diagnosa Medis √ Tata laksana penyakit

Manajemen nyeri Rehabilitasi

Perawatan Luka Diet dan Nutrisi

I. PENGKAJIAN LINGKUNGAN PERAWATAN


1. Kebisingan ruangan : Ya √ Tidak, Alasan : ……………
2. Pencahayaaan ruang
: Ya √ Tidak, Alasan : ........………
redup
3. Suhu ruangan yang dingin : Ya √ Tidak, Alasan : ........………

4. Interupsi tidur : Ya √ Tidak, Alasan : ........………


5. Monitoring
: √ Ya Tidak, Alasan : ........………
pemasangan alat
invasive

J. PEMBERIAN TERAPI
Nama Obat Dosis Indikasi

Infus Dex 10% 7 cc/24jam Menangani hipoglikemia


Mengatasi kekurangan
cairan
Cefotaxime 2 x 150 mg Sebagai antibiotic untuk
infeksi saluran nafas
Vit K 1 mg Mengobati dan
mencegah infeksi akibat
baktemenminimalisisr
perdarahan
Sadestam 1 gtt Infeksi saluran nafas
Oksigenasi 0,5 L/mnt untuk memenuhi
kebutuhan oksigen pasien

K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen Thorax (13 Desember 2021) hasil: Meconium
Aspiration Syndrome (MAS)
2. Pemeriksaan laboratorium (14 Desember 2021)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Interpretasi

Hb 22,1 15.6 – 23.6 g/dl Normal

Ht 60 45.0 – 74.0 % Normal

Leukosit 27.800 5000 – 25.000 Sel/mm3 Meningkat

Trombosit 337.000 150.000 – Sel/mm3 Normal


400.000
Netrofil segmen 76 35,0 – 70,0 % Meningkat

Limfosit 19 20.0 – 40.0 % Menurun

Monosit 5 2.0 – 10 % Normal

GDS 115 <160 mg/ dl Normal

Golongan darah ABO A - - -

Golongan darah Positif - - -


rhesus
L. ANALISA DATA
No. Data Subjektif Etiologi Masalah
1. DO : Ibu dengan PEB & Bersihan jalan
 Bayi mengalami sesak eksterpasi limfoma nafas tidak
 Terdapat retraksi dada vagina efektif
 Pernafasan cuping
hidung Spasme pembuluh darah
 Granting minimal
 Terdapat ronkhi Suplai darah ke plasenta
 Sianosis menurun

 Takipneu (67x/mnt)
 Takikardi (167x/mnt) Perfusi uteroplasenta

 Saat lahir Bayi tidak


langsung menangis Suplai O2 dan nutrisi
pada janin berkurang
 APGAR 1menit pertam
6, 5 menit selanjutnya 9
 Terpasang O2 nasal Fetal distress (janin
mengalami stress)
kanul 0,5 liter
 Rontgen thorax
(Meconium Aspiration Hipoksia
Syndrome) Peningkatan aktivitas
DS : - usus dan melemahnya
sfingter anal

Bayi mengeluarkan
meconium dan
bercampur dengan
cairan amnion

Meconium aspiration
syndrome (MAS)
Teraspirasi oleh bayi
saat bernafas pertama
kali/saat di dalam
Rahim

Obstruksi parsial jalan


napas

Akumulasi cairan
amnion

Meconium dalam
saluran napas bayi

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
2. DO : Hipoksia Termoregulasi
 Suhu: 36,5oC tidak efektif
Peningkatan aktivitas
 Akral dingin usus dan melemahnya
 Suhu tubuh fluktuatif, sfingter anal
sesaat setelah lahir
Bayi mengeluarkan
suhunya 36,5
meconium dan
 Takikardi (167x/mnt)
bercampur dengan
DS : -
cairan amnion

Meconium aspiration
syndrome (MAS)

Teraspirasi oleh bayi


saat bernafas pertama
kali/ saat di dalam
Rahim

Obstruksi parsial jalan


napas

Udara terperangkap dan


hiperdistensi saluran nafas
distal (balvalve effect)

Mempengaruhi inaktivasi
surfaktan dan tegangan
permukaan paru

Atelectasis saat ekspirasi

RESPIRATORY
DISTRESS SYNDROME /
RDS

Kolaps paru

Gangguan ventilasi
pulmonal
Hipoksia

Kontriksi vaskularisasi
pulmonal

Penurunan oksigenasi
jaringan

Met. Anaerob

Timbunan asam

laktat

Asidosis metabolic
Kurangnya cadangan
glikogen dan lemak
coklat pada bayi

Bayi kehilangan panas


tubuh/ tdk dapat
meningkatkan panas tubuh

Termoregulasi tidak
efektif
3. DO : Ibu dengan PEB Risiko Infeksi

- Pada saat dalam


kandungan, ibu
Penurunan aliran darah
mengalami PEB, serta
ke janin
eksterpasi limfoma
vagina ketuban hijau
kental Menurunnya nutrisi dan
- Bayi lahir dengan SC O2 ke janin
- AFGAR skor menit
pertama 6 dan 5 menit
berikutnya 9 Fetal distress (janin
- Bayi menangis mengalami stress)
dengan merintih
DS :
Hipoksia
- Ibu bayi mengatakan
selama hamil rutin
melakukan ANC Peningkatan aktivitas
- Ibu merasa sehat dan usus dan
baik-baik saja selama melemahnya sfingter
hamil anal
Bayi mengeluarkan
meconium dan
bercampur dengan
cairan amnion

Janin menarik nafas,


meconium masuk ke
jalan nafas (
meconium aspirasi
syndrome)

Masuk ke paru-paru

Meconium bersifat
garam yang mudah
mengiritasi, bercampur
dengan air ketuban
yang terdapat bakteri

Risiko infeksi

M. Diagnosa Keperawatan berdasarkan priorotas


1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan asfiksia
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai
lemak subkutan
3. Risiko infeksi b.d aspirasi mekonium
N. Intervensi Keperawatan
Nama : By. Ny. A Ruang : Perinatologi
No Medrek : 854251 Dx Medis : MAS

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Manajemen jalan napas Manajemen jalan napas
tidak efektif b.d asfiksia tindakan keperawatan Observasi Observasi
selama 3x24 jam 1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Untuk mengetahui frekuensi
diharapkan bersihan kedalaman, usaha napas) pernapasan, ekspansi dada
jalan napas meningkat terbatas yang berhubungan
dengan kriteria hasil : atelektasis dan atau nyeri dada
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. 2. Penurunan bunyi napas indikasi
1. Meconium
Grunting, ronkhi, gurgling) atelektasis, ronkhi indikasi
menurun
akumulasi secret/mekonium atau
2. Tidak ada sesak
ketidakmampuan membersihkan
nafas
jalan napas, sehingga otot
3. Frekuensi napas
aksesori digunakan dan kerja
membaik (RR:
3. Monitor cairan mekonium (jumlah, pernapasan meningkat
30-60x/menit)
warna, aroma) 3. Adanya mekonium yang kental,
4. Pola napas
membaik tebal atau purulent bisa
menyebabkan terjadinya masalah
sekunder
Terapeutik Terapeutik
1. Posisikan bayi posisi prone dengan 1. Posisi prone dengan lateral dapat
lateral meningkatkan status oksigenasi
bayi. Posisi prone pada bayi
merupakan posisi yang
menghemat energy karena posisi
ini akan menurunkan kehilangan
panas, dengan posisi prone kaki
bayi fleksi sehingga menurunkan
metabolism tubuh. Selain itu
posisi prone juga dapat
meningkatkan kemampuan
bernafas dan saturasi oksigen.
Posisi lateral mempengaruhi
perubahan signifikan terhadap
saturasi, RR, HR, CaO2, dan CO
2. Lakukan penghisapan cairan (Supriatin, 2018).
mekonium tidak lebih dari 5 detik 2. Membebaskan jalan napas dari
3. Berikan oksigen, jika perlu amnion mekonial. Penghisapan
dengan suction pada bayi tidak
lebih dari 5 detik untuk mencegah
komplikasi dari tindakan tersebut
(Putra & Mutiara, 2017).
3. Untuk memenuhi kebutuhan
oksigen pada bayi.
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan radiologi dalam
1. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
melakukan foto thorax
mengetahui kondisi organ
didalam ronga dada

2. Termoregulasi tidak Setelah dilakukan Perawatan Bayi Perawatan Bayi


efektif b.d tindakan keperawatan Observasi Observasi
ketidakadekuatan suplai selama 3x24 jam 1. Monitor tanda-tanda vital bayi 1. Mengetahui keadaan umum pasien,
lemak subkutan. termoregulasi neonatus (terutama suhu 36,5-37,5) terutama pada suhu yang
membaik dengan meningkat mengindikasikan
kriteria hasil: terjadinya infeksi.
1. Suhu tubuh 36,5- Terapeutik Terapeutik
37,5˚ C 1. Mandikan bayi dengan suhu ruangan 1. Untuk mencegah hipotermi pada
2. Frekuensi nadi 130- 21-24˚C dan suhu bayi diatas 37 bayi.
160x/menit 2. Mandikan bayi dalam waktu 5-10 2. Menjaga bayi agar tetap hangat dan
menit dan 2 kali dalam sehari tercegah dari hipotermi serta
menjaga kebersihan bayi.
3. Rawat tali pusat secara terbuka (tali 3. Mengurangi resiko infeksi dan
pusat tidak dibungkus apapun) mencegah resiko infeksi.
4. Bersihkan pangkal tali pusat 4. Mencegah terjadinya kolonisasi
menggunakan lidi kapas yang telah bakteri.
diberi air matang.
5. Kenakan popok bayi dibawah 5. Agar tali pusat tetap terbuka.
umbilikus jika tali pusat belum
terlepas
6. Untuk menjaga agar kulit tetap
6. Ganti popok bayi jika basah.
bersih dan kering dan mencegah

7. Kenakan pakaian bayi dari bahan pelepasan panas secara evaporasi.


7. Proses hilangnya panas akan
katun.
terhalangi oleh pakaian tebal dan
tidak dapat menyerap keringat.
8. Memberikan terapi sentuhan
8. Dengan terapi sentuhan bayi akan
merasa hangat dan menyalurkan
energinpositif dari terapis ke bayi
baru lahir sehingga dapat
melancarkan sirkulasi peredaran
darah bayi dan meningkatkan suhu
tubuh di otak bayi (Anuhgera &
Ritonga, 2018).
9. Memberikan terapi nesting
9. Penggunaan nesting selama 30
menit mampu meningkatkan suhu
tubuh (Wong et all, 2009)
3. Risiko infeksi b.d Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi
aspirasi mekonium Observasi Observasi
Setelah dilakukan
1. Monitor tanda gejala infeksi 1. Mengidentifikasi kemungkinan
tindakan keperawatan
Terapeutik infeksi yang akan terjadi
selama 3x24 jam
Teraputik
diharapkan tingkat 1. Batasi jumlah pengunjung
1. Dengan membatasi
infeksi menurun, pengunjung meminimalkan
dengan kriteria hasil pasien kontak dengan orang
sebagai berikut : luar dan meminimalkan
terkena bakteri/virus yang
1. Badan tetap
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah dibawa oleh orang tersebut
bersih
kontak dengan pasien 2. Cuci tangan yang benar dapat
2. Kadar sel darah
membunuh bakteri dan virus,
putih leukosit
sehingga pasien tidak terkena
tetap dalam
bakteri atau virus dari perawat
batas normal
3. Jaga agar bayi tetap bersih, 3. Memandikan bayi dengan tidak
5000-19.500
mandikan dengan washlap membasahi tali pusat
Sel/uL
diperlukan untuk mencegah tali
pusat menjadi media
perkembangbiakan
mikroorganisme pathogen.
Selama tali pusat belum lepas,
sebaiknya bayi tidak
dimandikan dengan cara
beredam. Cukup dilap dengan
kain yang diendam air hangat
(Kartikasari, 2020)
4. Lakukan perawatan tali pusat
4. tali pusat dianjurkan untuk
dengan metode kolostrum
terbuka agar terkena udara
secar leluasa, cepat kering.
Perawtan tali pusat haruslah
bersih, steril, alami, terjaga
kelembabannya, kering sesuai
dengan perawatan tali pusat
terbuka. Akan tetapi jika
dioleskan kolostrum
menghindari infeksi tali pusat
karena kolostrum mengandung
zat anti inflamasi dan anti
bakteri sehingga tali pusat
yang dioleskan kolostrum akan
lebih terlindungi dari kuman

5. Tingkatkan asupan nutrisi (ASI) (Astari & Nurazizah, 2019)


5. asupan nutrisi yang adekuat
akan memperbaiki metabolism
dalam tubuh sehingga pasien
cepat pulih
6. Lakukan perawatan OGT 6. untuk mencegah penyebaran
mikrobacteri ke dalam tubuh
Edukasi :
Edukasi :
1. ibu dapat merawat tali pusat
1. Ajarkan ibu cara merawat tali
dirumah dengan benar
pusat ketika dirumah
sehingga meminimalisir
terjadinya infeksi
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antibiotic: 1. antibiotic digunakan untuk
Cefotaxime 2x150mg, Sadestam 1 membunuh bakteri yang masuk
gtt
ke dalam tubuh
O. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : By. Ny. A Ruang : Perinatologi
No Medrek : 854251 Dx Medis : MAS
NO
Tanda
DX. Tanggal/Jam DX Implementasi Catatan Perkembangan
Tangan
KEP

I 14/12/2021 1,2 Diagnosa 1 Diagnosa 1

14.00-21.00 1,2,3 1. Memonitor TTV S:-


a. 14.00 N: 167, R: 67, S: 36,5, Spo2: 100%
O : Tanda-tanda vitam masi
b. 15.00 N: 160, R: 68, S: 36,0, Spo2: 98%
ireguker
c. 16.00 N: 120, R: 67, S: 36,2, Spo2: 98%
d. 17.00 N: 94, R: 59, S: 36,0, Spo2: 100% - Suara nafas ronkhi minimal

e. 18.00 N: 99, R: 54, S: 36,4, Spo2: 98% - Irama nafas ireguler dan

f. 19.00 N: 96, R: 61, S: 35,5, Spo2: 99% dangkal

g. 20.00 N: 104, R: 58, S: 35,6, Spo2: 99% A : Bersihan jalan nafas tidak

h. 21.00 N: 114, R: 58, S: 35,4, Spo2: 97% efektif b.d asfiksia/teratasi

2. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan sebagian

sesak. P : Lanjutkan Intervensi


1,2 3. Memonitor intensitas sesak, suara, irama nafas. - Monitor TTV
4. Memonitor pola tidur suhu lingkungan - Pertahankan support O2
2
5. Monitor Diagnosa 2
6. Memonitor intake output cairan.
S:-
15.00 1 7. Memonitor resiko jatuh dan memberi tanda.
O : suhu klien masih naik turun
8. Memberikan terapi non farmakologi
tetapi dalam rentang rata-rata
yaitu terapi sentuhan
9. Mempertahankan selimut dan pakaian tebal A : Termoregulasi tidak efektif
2 10. Melakukan penghisapan cairan meconium b.d ketidakadekuatan suplai
11. Pertahankan saturasi dengan memberikan lemak subkutan/teratasi sebagian
16.00 1,2,3
O2 nasal kanul 0,5 liter
P : Lanjutkan Intervensi
12. Melakukan perawatan tali pusat
- Monitor TTV
dengan mengganti kassa 2x sehar
- Lanjutkan terapi sentuhan
13. Melakukan perawatan OGT
16.30 3 - Berikan terapi nesting
14. Mengganti popok jika sudah lembab
15. Mengganti pakaian 1x sehari
16. Bekolaborasi dalam pemberian
antibiotic (cefotaxime 2x150mg)
Diagnosa 3

S:-

O : tidak ada tanda kemerahan,


demam, ataupun sepsis
20.00
A : Resiko infeksi b.d aspirasi
mekonium/ tertasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

- Monitor TTV
- Lanjutkan perawatan tali
pusat, OTG, perawatan infus,
dan perawatan pakaian.
- Lanjutkan pemberian
antibiotik
2 15/12/2021 1,2 Diagnosa 1 Diagnosa 1

14.00-21.00 1,2,3 1. Memonitor TTV S:-


a. 14.00 N: 124, R: 48, S: 36,3, Spo2: 100%
O : Tanda-tanda vital masi
b. 15.00 N: 120, R: 46, S: 36,3, Spo2: 96%
c. 16.00 N: 115, R: 55, S: 36,0, Spo2: 97% ireguker
d. 17.00 N: 126, R: 58, S: 36,5, Spo2: 100%
- Suara nafas ronkhi minimal
e. 18.00 N: 115, R: 48, S: 36,5,
- Irama nafas ireguler dan
f. 20.00 N: 121, R: 40, S: 37,1
dangkal
g. 21.00 N: 104, R: 49, S: 36,4
A:
2. Memonitor intensitas sesak, suara, irama nafas.
3. Memonitor pola tidur suhu lingkungan - Bersihan jalan nafas tidak

4. Monitor efektif b.d asfiksia/teratasi

5. Memonitor intake output cairan. sebagian


1,2
6. Memonitor resiko jatuh dan memberi tanda. P : Lanjutkan Intervensi
2 7. Memberikan terapi non farmakologi - Monitor TTV
yaitu terapi sentuhan - Pertahankan support O2
8. Mempertahankan selimut dan pakaian tebal
15.00 1
9. Pertahankan saturasi dengan memberikan Diagnosa 2
O2 nasal kanul 0,5 liter
S:-
10. Melakukan perawatan tali pusat
dengan mengganti kassa 2x sehar O : suhu klien masih naik turun
2
11. Melakukan perawatan OGT tetapi dalam rentang rata-rata
16.00 1,2,3 12. Mengganti popok jika sudah lembab A : Termoregulasi tidak efektif
13. Mengganti pakaian 1x sehari b.d ketidakadekuatan suplai
14. Bekolaborasi dalam pemberian lemak subkutan/teratasi sebagian
antibiotic (cefotaxime 2x150mg)
P : Lanjutkan Intervensi
16.30 3
- Monitor TTV
- Lanjutkan terapi sentuhan
- Berikan terapi nesting

Diagnosa 3

S:-

O : tidak ada tanda kemerahan,


demam, ataupun sepsis
20.00
A : Resiko infeksi b.d aspirasi
mekonium/ tertasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

- Monitor TTV
- Lanjutkan perawatan tali
pusat, OTG, perawatan infus,
dan perawatan pakaian.
- Lanjutkan pemberian
antibiotik
3 16/12/2021 1,2 Diagnosa 1 Diagnosa 1

14.00-21.00 1,2,3 15. Memonitor TTV S:-


a. 13.00 N: 150, R: 48, S: 37,0
O : pernafasan sudah stabil, suara
b. 18.00 N: 128, R: 44, S: 36,8
namaf vesikuler, bunyi nafas
c. 21.00 N: 119, R: 51, S: 35,9
tambahan minimal.
16. Memonitor intensitas sesak, suara, irama nafas.
17. Memonitor pola tidur suhu lingkungan A :Bersihan jalan nafas tidak

18. Monitor efektif b.d asfiksia/teratasi

19. Memonitor intake output cairan. P : Lanjutkan Intervensi


20. Memonitor resiko jatuh dan memberi tanda.
- Monitor nafas (mandiri)
21. Mempertahankan selimut dan pakaian tebal
- Pertahankan jalan nafas
22. Melakukan penghisapan cairan meconium
(mandiri)
1,2 23. Pertahankan saturasi dengan memberikan
- Discharge planning
O2 nasal kanul 0,5 liter
2
24. Melakukan perawatan tali pusat dengan
mengganti kassa 2x sehar Diagnosa 2
25. Melakukan perawatan OGT
15.00 1 S:-
26. Mengganti popok jika sudah lembab
27. Memandikan bayi persiapan pulang O : suhu sudah mulai stabil

A : Termoregulasi tidak efektif


b.d ketidakadekuatan suplai
lemak subkutan/teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

- Discharge planning
Diagnosa 3

S:-

O : tidak ada tanda kemerahan,


demam, ataupun sepsis

A : Resiko infeksi b.d aspirasi


mekonium/ tertasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi
- Lanjutkan perawatan tali
pusat, dan perawatan
pakaian secara mandiri
- Discharge planning
P. PEMBAHASAN JURNAL
Jurnal Ilmu Kesehatan bakti Husada Pemasangan nesting atau sarang
Vol. 9 No. 2 2018 (Nanan safrudin) merupakan salah satu metode
Pengaruh pengunaan nesting terhadap pengelolaan lingkunan dalam
perubahan suhu tubuh, saturasi depelopmental care. Pengunaan
oksigen dan frekuensi nadi pada bayi nesting selama 30 menit mampu
berat badan lahir rendah di kota meningkatkan suhu tubuh responden.
cirebon Peneliti berpendapat karena dengan
mengunakan nesting mampu
memasilitasi responden kembali pada
posisi fleksi. Peningkatan aktivitas
seperti fleksi meningkatkan erakan
otot yan akan berbanding lurus
dengan metabolisme sehingga dapat
meningkatkan suhu tubuh.

Jurnal Kebidanan Volume 9 Perawatan tali pusat pada bayi baru


Nomor 1 Tahun 2019 (Elise Putri , lahir dengan menggunakan kassa
Megalina Limoy) Hubungan kering steril sesuai dengan SOP
Perawatan Tali PusatMenggunakan yang di tentukan sangat efektif
Kassa Kering Steril Sesuai Standar dalam proses pelepasan tali pusat,
Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Dimana tali pusat akan menjadi
Pada Bayi Baru Lahir Di cepat kering, dan tetap membuat
Puskesmas Siantan Hilir Tahun tali pusat tetap bersih sepanjang
2019 hari, sehingga tali pusat pada bayi
baru lahir akan terlepas dengan
normal tanpa ada efek samping
yang ditimbulkan. prinsip
perawatan tali pusat adalah sebagai
berikut: Jangan mengoleskan bahan
atau ramuan apapun ke puntung tali
pusat dan hal-hal berikut perlu
menjadi perhatian ibu dan
keluarga: Memperhatikan popok di
area puntung tali pusat, Jika
puntung tali pusat kotor, cuci
secara hati-hati dengan air dan
sabun. keringkan secara seksama
dengan kain bersih atau kassa steril
dan Jika pusat menjadi merah atau
mengeluarkan nanah atau darah,
harus
segara bawa bayi tersebut ke
fasilitas yang mampu memberikan
perawatan tali pusat secara
lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia Edisi I Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Edisi I Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

Yuliastati, & Nining. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai