Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Stase Keperawatan Anak

DISUSUN OLEH:
KASNIATI
A1C121040

CI INSTITUSI CI LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah
(glukosa) secara abnormal rendah. Istilah hipoglikemia digunakan bila
kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah kadar rata-rata.
Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl
pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya
gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus
umur 1–2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan
lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan
kadar glukosa darah yang menurun.
Hipoglikemia merupakan konsentrasi glukosa dalam darah
berkurangnya secara abnormal yang dapat menimbulkan gemetaran,
keringat dan sakit kepala apabila kronik dan berat, dapat menyebabkan
manifestasi susunan saraf pusat (Kamus Kedokteran Dorland:2000).
Hipoglikemia neonatorum adalah masalah pada bayi dengan kadar
glukosa darah kurang dari 40 -45mg/dl (Sudarti dkk: 2010).
Keadaan dimana bila kadar gula darah bayi di bawah kadar rata-
rata bayi seusia dan berat badan aterm (2500 gr atau lebih) < 30mg/dl
dalam 72 jam pertama, dan < 40mg/dl pada hari berikutnya.
Sel otak tidak mampu hidup jika kekurangan glukose.
Hypoglikemi dapat terjadi berkaitan dengan banyak penyakit, misalnya
pada neonatus dengan ibu diabetes dan mengalami Hyperglikemi in
utero, atau sebagai komplikasi cidera dingin. Selama masa menggigil
simpanan glikogen tubuh tidak mencukupi, tetapi jika dihangatkan
terjadi peningkatan kebutuhan glikogen. Simpanan glikogen menurun
dan cadangan tidak dapat memenuhi kebutuhan pada pemanasan.
Nilai kadar glukose darah/plasma atau serum untuk diagnosis
Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak :
2. Etiologi
Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu: kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan
produksi glukosa kurang.
1. Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan.
Hiperinsulinisme (bayi dari ibu penderita diabetes), hipoglikemia
hiperinsulinisme menetap pada bayi, tumor yang memproduksi
insulin dan child abuse. Hiperinsulinisme menyebabkan pemakaian
glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsangan penggunaan
glukosa oleh otot akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini
diketahui sebagai hipoglikemia hiperinsulin endogen menetap pada
bayi yang sebelumnya disebut sebagai nesidioblastosis. Defek pada
pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek ”respiratory chain”).
Kelainan ini sangat jarang, mengganggu pembentukan ATP dari
oksidasi glukosa, disini kadar laktat sangat tinggi. Defek pada
produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl transferase.
Kelainan ini mengganggu penggunaan lemak sebagai energi,
sehingga tubuh sangat tergantung hanya pada glukosa. Ini akan
menyebabkan masalah bila puasa dalam jangka lama yang
seringkali berhubungan dengan penyakit gastrointestinal. Sepsis
atau penyakit dengan hipermetabolik, termasuk hipertiroidism.
2. Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa
3. Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi,
hipoglikemia ketotik).
Kelainan ini sering sebagai penyebab hipoglikemia, disamping
hipoglikemia akibat pemberian insulin pada diabetes. Hal ini dapat
dibedakan dengan melihat keadaan klinis dan adanya hipoglikemia
ketotik, biasanya terjadi pada anak yang kurus, usia antara 18 bulan
sampai 6 tahun, biasanya terjadi akibat masukan makanan yang
terganggu karena bermacam sebab Penelitian terakhir mekanisme yang
mendasari hipoglikemia ketotik adalah gagalnya glukoneogenesis.
1. Kelainan pada produksi glukosa hepar.
Kelainan ini menurunkan produksi glukosa melalui berbagai defek,
termasuk blokade pada pelepasan dan sintesis glukosa, atau
blokade atau menghambat gluikoneogenesis. Anak yang menderita
penyakit ini akan dapat beradaptasi terhadap hipoglikemia,karena
penyakitnya bersifat kronik Kelainan hormonal
(panhypopituitarisme, defisiensi hormon pertumbuhan)
2. Defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder
Hal ini karena hormone pertumbuhan dan kortisol berperan
penting pada pembentukan energi alternative dan merangsang
produksi glukosa. Kelainan ini mudah diobati namun yang sangat
penting adalah diagnosis dini.
4. Patofisiologi
Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena
cadangan glukosa rendah. Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi
transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respons insulin
juga meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus
maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi
(transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena
dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak.
Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada
susunan syaraf pusat bahkan sampai kematian. Kejadian hipoglikemi
lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes mellitus.
Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan
hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir
Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada
karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada
asfiksia, hipotermi, gangguan pernafasan.
5. Klasifikasi
Neonatus – Hipoglikemia Sementara
1. Dihubungkan dengan ketidakcukupan substrat atau fungsi enzim
a. Prematuritas
b. Kecil menurut umur kehamilan
c. Kembar yang lebih kecil
d. Bayi distress dengan pernafasan berat
e. Bayi dari ibu toksemia
2. Dihubungkan dengan hiperinsulinemia
Neonatus – Hipoglikemia Infantil atau Masa Anak Persisten
1. Keadaan hiperinsulinemia
a. Nesidioblastosis
b. Sensitivitas leusin
c. Malaria falsifarum
2. Defisiensi hormon
a. Panhipopituitarisme
b. Defisiensi ACTH
c. Defisiensi glukagon
d. Defisiensi epinefrin
e. Defisiensi hormon pertumbuhan murni
3. Substrat terbatas
a. Hipoglikemia ketotik
b. Ketonuria rantai cabang
4. Penyakit penyimpanan glikogen
a. Defisiensi glukosa-6-fosfatase
b. Defisiensi amilo-1,6-difosfatase
c. Defisiensi glikogen
5. Gangguan glukoneogenesis
a. Intoksikasi alkohol akut
b. Intoksikasi salisilat

6. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis dari hipoglikemia yaitu pertama meliputi gejala
yang berkaitan dengan aktivasi sistem saraf autonom dan pelepasan
epinefrin yang disertai dengan penurunan kadar glukosa. Kedua
meliputi gejala yang disebabkan karena penurunan penggunaan
glukosa otak yang disertai dengan hipoglikemia yang lama. Pada
neonatus biasanya gejala disertai sianosis, apnea, hipotermia, hipotonia
dan kejang-kejang.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang disertai gejala klinis penting untuk
menentukan diagnosa hipoglikemia. Apabila terdapat gejala dari
hipoglikemia maka harus dilakukan pemeriksaan kadar gula darah
untuk memastikan. Kadar glukosa darah dapat diukur dengan
menggunakan glukometer. Bayi yang memiliki resiko harus dilakukan
pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah penting dilakukan secara berkala hingga
bayi dapat meminum ASI secara peroral dan tidak memakai infus
selama 24 jam. Bayi dengan hipoglikemia membutuhkan infus glukosa
selama 5 hari lebih untuk dilakukan evaluasi penyebabnya.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan serum
terhadap kadar insulin, kortisol, hormon pertumbuhan, elektrolit darah,
tes faal hati dan pemeriksaan formal gula darah puasa (OGTT).
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah menurunkan kadar
glukosa darah secepat mungkin agar kembali normal, menghindari
hipoglikemia yang berulang sampai homeostatis glukosa normal dan
mencari penyakit yang mendasari hipoglikemia
a. Medikamentosa
Pada neonatus, hipoglikemia yang terjadi pada aterm
asimptomatik, dapat diberikan larutan glukosa atau susu formula,
bila memungkinkan dapat diberikan ASI. Pengobatan akut
neonatus meliputi pemberian intravena 2 mL/kg disertai dengan
infus glukosa 6-8 mg/kg/menit, menyesuaikan kecepatan untuk
mempertahankan kadar glukosa darah agar menjadi normal.
Tatalaksana hipoglikemia pada neonatus adalah :
a) Memantau kadar glukosa darah Pada semua neonatus beresiko
tinggi:
1) Pada saat lahir.
2) 30 menit kemudian setelah lahir.
3) setiap 2-4 jam selama 48 jam sampai pemberian minum
berjalan baik dan kadar glukosa menjadi normal.
b. Pencegahan hipoglikemia
a) Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah seperti
hipotermia.
b) Apabila bayi tidak memungkinkan untuk menyusui maka
dengan pemberian minum menggunakan sonde dalam waktu 1-
3 jam setelah lahir.
c) Neonatus dengan resiko tinggi dipantau kadar glukosa serta
asupannya dan dilakukan tiga kali pengukuran hasilnya normal
sebelum pemberian minum diatas 45mg/dL
c. Hipoglikemia refraktori
Kebutuhan glukosa dengan >12mg/kg/menit menunjukan adanya
keadaan hiperinsulisme, yang dapat dilakukan dengan :
a) Hidrokortison 5 mg/kg/hari secara i.m diberikan dalam dosis
terbagi setiap 8 jam.
b) Prednison oral 1-2 mg/kg/hari diberikan setiap 6-12 jam
c) Glukagon 200µg secara i.v.
d) Diazoxide oral 10-25 mg/kg/hari diberikan dalam dosis setiap 6
jam.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
b. Keluhan utama meliputi alasan
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat kesehatan keluarga.
f. Riwayat kesehatan lingkungan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko aspirasi
b. Resiko ketidakstabilan glukosa darah
c. Risiko infeksi
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan yang harus dilakukan atau
penatalaksanaan dari sebuah intervensi yang telah ditentukan
sebelumnya pada intervensi berdasarkan diagnosa keperawatan.
Penatalaksanaan dilaksanakan dengan tindakan secara mandiri,
melakukan observasi, melakukan edukasi, dan kolaborasi dengan
tenaga medis lainnya.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap untuk melihat hasil atau menilai sejauh
mana tercapainya suatu intervensi yang dilakukan dan respon klien
terhadap pemberian asuhan keperawatan yang diberikan (Perry Potter,
2005).
Dalam evaluasi keperawatan terdapat beberapa langkah untuk
mengevaluasi keperatan yang sudah dilakukan, yakni:
a. Mengumpulakan data-data dalam pemberian asuhan keperawatan.
b. Membandingkan data dari hari kehari dari sebelum pemberian
asuhan keperawatan hingga sesudah pemberian asuhan
keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang sudah
ditetapkan.
c. Melihat perkembangan pasien setelah diberikan asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai