TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hidrosefalus, menurut Whaley & Wong (1991) adalah kondisi
dikarenakan adanya ketidakseimbangan dalam produksi dan absorbsi cairan
serebrospinal (CSS) di sistem ventrikuler. Ketika produksi lebih besar dari
absorbsi, terjadi akumulasi CSS didalam sistem ventrikuler., biasanya
dibawah tekanan yang meningkat, menghasilkan dilatasi ventrikel pasif.
Menurut Anik (2009), hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani, Hidro
artinya air, Sefalus artinya kepala. Maka Hidrosefalus adalah penimbunan
cairan di ruang yang secara normal terdapat dalam otak. Hidrosefalus
merupakan suatu keadaan dimana terdapat timbunan cairan serebrospinal
yang terdapat timbunan cairan serebrospinalis yang berlebihan dalam
ventrikel-ventrikel, yang disertai dengan kenaikan tekanan intrakranial.
Hidrosefalus bukan merupakan penyakit yang spesifik, tetapi terjadi
akibat gangguan otak yang mendasari. Terjadi akibat ketidakseimbangan
produksi dan absorpsi cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal
terakumulasi di dalam sistem ventrikular dan menyebabkan ventrikel
membesar dan menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial. Gangguan
atau kesakitan yang umum berkaitan dengan hidrosefalus meliputi defek
tuba neural, seperti mielomeningokel; hemoragi intraventrikular pada bayi
prematur; meningitis; infeksi virus intrauterus; lesi atau malformasi otak,
seperti tumor otak fosa posterior; malformasi Chiari; dan cedera bukan
kecelakaan. (Terri dan Susan, 2015)
Hidrosefalus , menurut Amin dan Hardhi (2015), merupakan
penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang menyebabkan dilatasi
sistem ventrikel otak; walaupun pada kasus hidrosefalus eksternal pada nak-
anak cairan akan berakumulasi di dalam rongga araknoid. Ada beberapa
istilah dalam klasifikasi hidrosefalus :
1. Hidrosefalus interna : menunjukkan adanya dilatasi ventrikel
1
2. Hidrosefalus eksternal : cenderung menunjukkan adanya pelebaran
rongga subarachnoid diatas permukaan korteks
3. Hidrosefalus komunikans : keadaan hidrosefalus dimana ada hubungan
antara sistem ventrikel dengan rongga subarachnoid otak dan spinal
4. Hidrosefalus nonkomunikas : bila ada blok didalam sistem
ventrikel atau salurannya kerongga subarachnoid
2
ventrikel serebrum. Obstruksi atau gangguan absorpsi mengakibatkan
peningkatan bendungan cairan otak, terjadi peningkatan tekanan intrakranial
(TIK), jika tidak mengalami perbaikan, dapat mengakibatkan kerusakan
otak dan meninggal. Hidrosefalus dapat bersifat konginetal atau akibat
tumor, infeksi, atau perdarahan.
B. Etiologi
Menurut Anik (2009), hidrosefalus terjadi apabila terdapat penyumbatan
aliran cairan serebrospinal pada salah satu tempat antara tempat
pembentukan cairan serebrospinal dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam ruang subarachnoid. Pada bayi, penyebab penyumbatan
aliran cairan serebrospinal yang sering terjadi adalah karena :
a. Kelainan kongenital : adanya stenosis akuaduktus Sylvii
(merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi), spina bifida
dan kranium bifida, Sindrom Dandy Walker, kista araknoid dan anomali
pembuluh darah.
b. Infeksi : timbul pada pasca meningitis, TORCH
c. Neoplasma : hidrosefalus terjadi karena obstruksi mekanis yang dapat
terjadi pada setiap aliran cairan serebrospinal, antara lain tumor
ventrikel III, tumor fossa posterior, limfoma dan lain-lain
d. Perdarahan : perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat
menyebabkan fibrosis yang akan menimbulkan penyumbatan
Menurut Suriadi dan Rita (2010), penyebab hidrosefalus terbagi menjadi
dua, yaitu :
1. Konginetal : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam
rahim (misalnya Malformasi Arnold Chiari) atau infeksi
intrauterine
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau
perdarahan
Menurut Amin dan Hardhi (2015), hidrosefalus dapat terjadi karena
gangguan sirkulasi likuor di dalam sistem ventrikel atau oleh produksi
3
berlebihan likuor. Hidrosefalus obstruktif atau nonkomunikans terjadi bila
sirkulasi likuor otak terganggu, yang kebanyakan disebabkan oleh stenosis
akuaduktus Sylvius, Atresia foramen magendi dan luscha, malformasi
vaskuler, atau tumor bawaan. Hidrosefalus komunikans yang terjadi karena
produksi berlebihan atau gangguan penyerapan juga jarang ditemukan.
C. Patofisiologi
Menurut Terri dan Susan (2015), cairan serebrospinal dibentuk,
terutama di sistem ventrikular oleh pleksus koroid. Cairan serebrospinal
mengalir akibat gradien tekanan yang ada diantara sistem ventrikular dan
saluran vena. Cairan serebrospinal diabsorpsi, terutama di vili araknoid.
Hidrosefalus terjadi ketika terdapat obstruksi dalam sitem ventrikular atau
kerusakan atau malfungsi vili araknoid. Kondisi ini menyebabkan gangguan
absorpsi atau sirkulasi cairan serebrospinal. Pada kasus yang jarang terjadi,
hidrosefalus dapat disebabkan oleh produksi cairan serebrospinal yang
berlebihan oleh pleksus koroid.
Menurut Cecil dan Linda (2009) Hidrosefalus terjadi karena :
1. Obstruksi aliran cairan serebrospinal (CSS)
2. Gangguan absorpsi CSS
3. Produksi CSS yang berlebihan
4
rongga subarachnoid karena infeksi, neoplasma, perdarahan, atau kelainan
bentuk perkembangan otak janin (noncommunicating hidrosefalus).
D. Manifestasi Klinis
1. Pembesaran tengkorak, hipotrofi otak
2. Kelainan neurologi (mata selalu mengarah ke bawah, gangguan
perkembangan motorik, gangguan penglihatan)
3. Terjadi penipisan korteks cerebrum yang permanen bila penimbunan
cairan dibiarkan
4. Vena kulit kepala sering terlihat menonjol
5. Pada bayi yang suturanya masih terbuka akan terlihat lingkar kepala
frontoosipital yang makin membesar, sutura yang meregang dengan
fontanel cembung dan tegang
Bayi
5
1. Perubahan tanda-tanda vital (penurunan denyut jenatung,
penurunan frekuensi pernapasan, peningkatan tekanan darah;
peningkatan suhu)
2. Pembesaran kepala secara progresif (diatas persentil ke-95);
fontanel membesar, menonjol, tegang (khususnya yang tidak
berdenyut); sutura melebar,; distensi vena kulit kepala superfisial;
penonjolan tengkorak bagian frontal
3. Iritabilitas atau letargi
4. Menyusu sedikit, muntah
5. Aktivitas kejang
6. Tahapan perkembangan terlambat atau mengalami regresi
7. Transiluminasi melalui tengkorak meningkat secara simestris
8. Mata turun ke bawah (“sunset eyes”)
Masa bayi
6
- Kepala membesar, fontanel anterior menonjol, vena pada kulit kepala
dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat bunyi
creckedpot (tanda Macewen), mata melihat ke bawah (tanda setting
sun), mudah terstimulasi, lemah, kemampuan makan kurang, perubahan
kesadaran, opisthotomus, dan spatik pada ekstremitas bawah
- Pada bayi dengna malformasi Arnold Chiari, bayi mengalami kesulitan
menelan, bunyi nafas stridor, kesulitan bernafas, apnea, aspirasi, dan
tidak ada refleks muntah
Masa kanak-kanak
7
E. Pathways
Sakit dan nyeri kepala Desakan pada jaringan otak Peningkatan TIK
Desakan pada medulla Hambatan Mobilitas Fisik Desakan pada otak &
oblongata selaput meningen
Anoreksia
Pemasangan VP Shunt
Keterlambatan Pertumbuhan Krisis pada keluarga
dan Perkembangan
Defisiensi Pengetahuan
Resiko Infeksi
Ansietas
8
F. Terapi
Menurut Amin dan Hardhi (2015), pada sebagian penderita,
pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested hydrocephalus) mungkin oleh
rekanalisasi ruang subarachnoid atau kompensasi pembentukan CSS yang
berkurang. Tindakan bedah belum ada yang memuaskan 100 %, kecuali bila
penyebabnya adalah tumor yang masih bisa diangkat.
Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus, yaitu :
1. Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus
koroidalis, dengan tindakan resekdi atau koagulasi, akan tetapi
hasilnya tidak memuaskan
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorpsi yakni menghubungkan ventrikel dengan ruang subarachnoid.
Misalnya, ventrikulo-sisternostomi Torkildsen pada stenosis
akuaduktus. Pada anak hasilnya kurang memuaskan, karena sudah ada
insufisiensi fungsi absorpsi
3. Pengeluaran CSS ke dalam organ ekstrakranial
Penanganan sementara
9
pengobatan jangka panjang mengingat adanya resiko terjadinya
gangguan metabolik
2. Drainase liquor eksternal; dilakukan dengna memasang kateter
ventrikuler yang kemudian dihubungkan dengan suatu kantong drain
eksternal. Keadaan ini dilakukan untuk penderita yang berpotensi
menjadi hidrosefalus (hidrosefalus transisi) atau yang sedang
mengalami infeksi. Keterbatasan tindakan ini adalah adanya ancaman
kontaminasi liquor dan penderita harus selalu dipantau secara ketat.
Cara lain yang mirip dengan metode ini adalah puksi ventrikel yang
dilakukan berulang kali untuk mengatasi pembesaran ventrikel yang
terjadi.
Penanganan Alternatif
10
walaupun kadang lebih rumit daripada memasang shunt, mengingat restorasi
aliran liquor menuju keadaan atau mendeteksi normal selalu lebih baik
daripada suatu drainase yang artifisial. Penanganan yang dapat dilakukan
antara lain :
11
ke runag ekstra kranial misalnya ke rongga peritoneum, atrium kanan,
dan rongga pleural.
G. Komplikasi
Menururt Suriadi dan Rita (2010), komplikasi dari hidrosefalus yaitu :
1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Kerusakan otak
3. Infeksi : septikemia, endokarditis, infeksi luka, nefritis, meningitis,
ventrikulitis, abses otak
4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
5. Hematomi subdural, peritonitis, abses abdomen, perforasi organ dalam
rongga abdomen, fistula, hernia, dan ileus
6. Malfungsi pirau
7. Keterlambatan perkembangan kognitif, psikososial, dan fisik
8. IQ menurun
9. Kematian
H. Prognosis
Menurut Anik (2009), prognosis hidrosefalus tergantung banyak
faktor diantaranya adalah : tindakan upaya pencegahan, faktor resiko,
komplikasi, progresifitas penyakit dan tindakan pembedahan yang
dikerjakan.
Menurut Terri dan Susan (2015), prognosis bagi anak yang mengalami
hidrosefalus bergantung, terutama pada penyebabnya dan apakah kerusakan
otak telah terjadi atau belum sebelum identifikasi dan penanganan. Anak
tersebut beresiko tinggi mengalami ketunadayaan perkembangan, masalah
penglihatan, abnormalitas dalam memori, dan penurunan kecerdasan.
Tindak lanjut jangka panjang dan perawatan multidisiplin diperlukan.
12
BAB III
A. Pengkajian Keperawatan
Menurut Donna L. Wong (2004) pengkajian yang dilakukan pada
penderita hidrosefalus yakni :
1. Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai cedera kepala atau
infeksi serebral.
2. Lakukan pengkajian fisik, khususnya untuk bukti-bukti perbaikan
mielomeningokel, pengukuran lingkar oksipitofrontal
3. Observasi adanya manifestasi hidrosefalus
Pemeriksaan Fisik :
Bayi muda
Bayi lanjut
Bayi, umum
- Peka rangsang
13
- Letargi
- Bayi menangis bila diangkat atau diayunkan dan diam bila
dibiarkan berbaring
- Kerja refleks dini bayi menetap
- Respos normal tidak terlihat
- Dapat menunjukkan hal-hal berikut : perubahan tingkat kesadaran,
opistotonos (seringkali bersifat ekstrem)
- Spastisitas ekstremitas bawah
- Kasus-kasus parah : sulit menghisap dan makan, mengangis
melengking, singkat dan bernada tinggi, kesulitan kardiopulmonal
Masa kanak-kanak
Menurut Terri dan Susan (2015), data yang perlu dikaji yakni :
- Infeksi intrauterus
- Prematuritas dengan hemoragi intrakranial
- Meningitis
- Ensefalitis gondong
14
- Iritabilitas
- Letargi
- Pemberian makan yang buruk
- Muntah
- Keluhan sakit kepala pada anak yang lebih besar
- Modifikasi, kehilangan, atau perubahan tingkat kesadaran
15
B. Diganosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial
2. Risiko infeksi yang berhubungan dengan proses pembedahan untuk
pemasangan pirau
3. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan gangguan
status nutrisi saat prabedah dan pascabedah
4. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan penyakit dan perawatan
di rumah
C. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial
Hasil yang diharapkan
Anak akan mempertahankan fungsi otak dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda lebih lanjut peningkatan tekanan intrakranial
INTERVENSI Rasional
1. Lakukan pengkajian neurologis 1. Pengkajian yang dilakukan
setiap 2-4 jam meliputi respons sesering mungkin, memberi data
pupil, cengkraman, untuk menentukan perubahan
menggenggam, respons nyeri, data dasar tentang keadaan
respons interaktif (senyum, neurologis anak, yang
bicara, mengoceh) pada anak, mengindikasikan TIK. Bila
dan disposisi (tidak keadaan ini terjadi, anak sudah
menyenangkan dan iritabilitas) memiliki tekanan intrakranial
yang bermakna.
2. Kaji tanda vital setiap 2-4 jam, 2. Pengkajian tanda vital yang
catat ketidakateraturan frekuensi sesering mungkin, akan
pernafasan, frekuensi dan irama membantu mendeteksi tanda
16
jantung, serta pelebaran tekanan dini peningkatan TIK (seperti
nadi. takikardi, fluktusa tekanan
darah, dan pernafasan Cheyne-
stokes) atau tanda TIK yang
lebih lanjut (Trias Cushing:
pelebaran tekanan nadi,
bradikardia, dan apnea)
3. Lakukan pengkajian saraf kranial 3. Perubahan fungsi saraf kranial
setiap 2-4 jam. menunjukkan refleksi langsung
dari TIK. Kebanyakan, saraf C3
dan C6 dipengaruhi oleh
perubahan pupil dan gerakan
ekstraokular. Terjadi pula
perubahan pada C7, C9 dan
C10, yang dimanifestasikan
dengan, gerakan wajah yang
tidak simetris, ketidakmampuan
berbicara dan menelan, dan
stridor atau bunyi berkokok saat
inspirasi.
4. Tinggikan kepala tempat tidur 4. Peninggian kepala tempat tidur
30° memungkinkan terjadinya
gravitasi untuk meningkatkan
drainase aliran vena serebrum
sehingga membantu penurunan
TIK.
5. Jika bayi, kaji ubun-ubun 5. Penonjolan ubun-ubun yang
terhadap kemungkinan terjadi tampak penuh, secara langsung
penonjolan setiap 4 jam. merefleksikan peningkatan TIK.
Yakinkan untuk melakukan
pengkajian selama periode yang
17
tenang, sebab ubun-ubun
biasanya menonjol selama anak
mengangis.
6. Jika usia anak di bawah 2 tahun, 6. Pembesaran kepala yang tidak
ukur lingkar kepala setiap hari. normal pada anak di bawah usia
2 tahun terutama bayi,
berindikasi peningkatan TIK.
Normalnya, pertumbuhan
kepala bayi rata-rata 2 cm per
bulan hingga usia 3 bulan,
selanjutnya 0,3 cm per bulan
hingga usia 1 tahun.
7. Kaji dan laporkan adanya 7. Pembengkakan sepanjang
pembengkakan sepanjang saluran saluran pirau, atau sekitar
pirau setiap 8 jam. pompa pirau dapat berindikasi
bahwa pirau tersumbat.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Risiko infeksi yang berhubungan dengan proses pembedahan untuk
pemasangan pirau
Hasil yang diharapkan
Anak akan menunjukkan tidak ada infeksi karena penempatan pirau, yang
ditandai oleh suhu tubuh kurang dari 37,8° C, dan tidak ada tanda
pembengkakan pada luka insisi, atau tidak ada drainase, iritabilitas, letargi,
arau kehilangan nafsu makan.
INTERVENSI Rasional
1. Kaji suhu tubuh anak yang tidak 1. Tanda ini memberikan informasi
stabil, penurunan tingkat terjadinya infeksi, biasanya
kesadaran, kehilangan nafsu terjadi dalam bulan pertama
makan, muntah, peningkatan setelah insersi pirau.
18
hitung sel darah putih, dan
pembengkakan atau kemerahan
sepanjang saluran pirau.
2. Pantau suhu tubuh anak setiap 4 2. Penurunan suhu tubuh
jam. merupakan tanda awal infeksi
pada neonatus, dan peningkatan
suhu tubuh merupakan tanda
awal infeksi pada anak.
3. Posisikan kepala anak sehingga 3. Memosisikan kepala dengan cara
berat tidak dikonsentrasikan ke ini mencegah kerusakan kulit di
sisi katup saat 24-48 jam pertama atau pada sekitar pompa pirau
setelah pembedahan. sehingga menghilangkanrisiko
infeksi. Pada neonatus, yang
merupakan kelompok khusus
yang rentan terhadap infeksi
karena pemasangan pirau,
mungkin memerlukan posisi
khusus untuk waktu yang lama.
4. Kaji area insisi setiap 4 jam, 4. Pembengkakan di sekitar pompa,
pantau drainase cairan atau saluran pirau, atau insisi
pembengkakan. Cata jumlah dan pembedahan - dengan atau tanpa
jenis drainase dari luka insisi. drainase - mungkin merupakan
tanda awal infeksi karena pirau.
5. Beri obat antibiotik sesuai saran. 5. Antibiotik yang bersifat
profilaksis biasanya diberikan
saat pembedahan, dan
dilanjutkan selama 48-72 jam
setelah pembedahan.
19
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan gangguan
status nutrisi saat prabedah dan pascabedah.
Hasil yang diharapkan
Anak akan mendemonstrasikan tidak ada tanda dehidrasi yang ditandai
dengan berat badan stabil, turgor kulit baik, kadar elektrolit stabil, air mata
dalam jumlah cukup, membran mukosa lembap, haluaran urine 1 sampai 2
ml/kg/jam.
INTERVENSI Rasional
1. Pantau asupan dan haluaran cairan 1. Pemantauan kehilangan cairan
secara teliti. secara teliti mendeteksi
kehilangan cairan.
2. Timbang berat badan pada waktu 2. Peningkatan atau berkurangnya
yang sama setiap hari. berat badan merefleksikan
status hidrasi.
3. Catat frekuensi dan jumlah 3. Muntah merupakan tanda
muntah. umum peningkatan tekanan
intrakranial (TIK), dapat
berpengaruh terhadap status
hidrasi anak. Nutrisi parenteral
mungkin diperlukan untuk
membantu memperbaiki
kehilangan cairan, terutama
bayi yang tidak dapat menerima
makan per oral.
4. Pantau kadar elektrolit serum pada 4. Kehilangan natrium, kalium,
anak, setiap hari jika muntah dan elektrolit lainnya dalam
terjadi. Berikan perhatian saksama jumlah besar dapat terjadi
pada kadar natrium dan kalium. sebagai akibat muntah.
5. Berikan nutrisi parenteral sesuai 5. Pemberian cairan parenteral
saran, dan pantau pemberiannya akan membantu
20
setiap jam. mengembalikan jumlah cairan
secara normal serta
keseimbangan elektrolit.
6. Jika anak mengalami pembedahan 6. Menunggu paling sedikit 24
yaitu dengan menempatkan pirau jam setelah kembalinya bisisng
ventrikuloperitoneal, tunggu lebih usus, pastikan bahwa anak tidak
dari 24 jam setelah bunyi usus mengalami paralitik ileus akibat
aktif barulah mulai memberikan pembedahan.
makanan cair.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan tindakan pirau
ventrikuloatrium
Hasil yang diharapkan
Anak akan memperlihatkan tanda dan gejala beban jantung berlebihan yang
ditandai dengan tidak adanya dispnea, ronki kasar, takipnea, takikardia, dan
sianosis.
INTERVENSI Rasional
1. Kaji pernafasan bayi atau anak, 1. Selama pemasangan pirau
dan status kardiovaskular setiap ventrikuloatrium, bagian ujung
2-4 jam, kemungkinan terhadap distal pirau ditempatkan dalam
tanda penurunan curah jantung atrium kanan, tempat cairan otak
dan gagal nafas, termasuk akan terdrainase. Karena
takipnea, takikardia, dispnea, dan peningkatan volume cairan dalam
aritmia (pengkajian ini penting atrium kanan, akan menyebabkan
pada bayi) beban berlebihan pada jantung,
dan gagal pernapasan.
2. Timbang berat badan anak setiap 2. Peningkatan berat badan dapat
hari. mengindikasikan retensi cairan,
yang berhubungan dengan beban
21
berlebihan pada jantung.
3. Pantau asupan dan haluaran 3. Tindakan pemantauan semacam
cairan anak. ini akan mengevaluasi status
cairan anak.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Defist pengetahuan yang berhubungan dengan penyakit dan perawatan di
rumah.
Hasil yang diharapkan
Orangtua akan mengekspresikan pemahaman tentang penyakit dan instruksi
perawatan di rumah, dan mendemosntrasikan prosedur perawatan di rumah.
INTERVENSI Rasional
1. Kaji pemahaman orangtua 1. Pengkajian semacam ini sebagai
terhadap penyakit, dan bagaimana dasar untuk memulai pendidikan
fungsi pirau. kesehatan.
2. Instruksikan orangtua bagaimana 2. Orangtua perlu mengetahui
merawat pirau, termasuk hal yang bagaimana merawat anak yang
terperinci tentang tanda dan dipasang pirau serta tanda dan
gejala malfungsi pirau, dan gejala apa yang harus dilaporkan.
terjadinya infeksi serta perawatan
khusus dari pirau.
3. Jelaskan pentingnya melakukan 3. Anak akan mendapatkan kajian
pemeriksaan neurologis secara dan pengawasan sepanjang
kontinu sebagai tindak lanjut. hidupnya untuk mengkaji fungsi
pirau dan slang serta kondisi
kesejahteraan anak.
4. Beri waktu pada orangtua untuk 4. Mengajukan pertanyaan dan
mengajukan pertanyaan dan mengekspresikan kekhawatiran
mengekspresikan kekhawatiran. akan membantu orangtua
22
memahami instruksi lebih lanjut.
5. Jelaskan bahwa pirau dapat 5. Panjangnya pirau harus diperluas
dimodifikasi sesuai dengan bersamaan dengan pertumbuhan
perkembangan anak. anak.
6. Jelaskan berbagai pengobatan 6. Cedera otak dapat membuat anak
kejang, seperti karbamazepin mudah mengalami kejang; dengan
(Tegretol) atau fenitoin pengobatan dapat membantu
(Dilantin). Kaji kemungkinan mengontrol kejang.
efek sampingnya.
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan sesuai perencanaan yang
sudah diterapkan. Pelaksanaan tersebut bersifat mandiri dan kolaboratif
dengan tenaga medis lain serta tiap pelaksanaan harus di awasi dan
dimonitor perkembangan kesehatan klien.
Perawatan Prabedah
23
d. Siapkan oksigen dan alat pengisap di sisi tempat tidur
2. Siapkan anak dan orangtua untuk menghadapi prosedur pembedahan
a. Berikan penjelasan yang sesuai dengan usia
b. Berikan dan kuatkan keterangan yang diberikan pada orang tua
tentang kondisi dan pengobatan anak
Perawatan Pascabedah
24
Perencanaan Pulang dan Perawatan di Rumah
E. Evaluasi
1. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda dan gejala peningkatan TIK
2. Anak dan orangtua memahami prosedur pembedahan
3. Anak dan orangtua memahami cara memantau dan melaporkan
adanya komplikasi pirau
4. Anak mencapai fungsi perkembangan yang optimal
25
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn dan Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta : EGC
Kyle, Terri dan Susan Carman. 2015. Buku Praktik Keperawatan Pediatri. Jakarta
: EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction
Suriadi dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV.
SAGUNG SETO
Whaley, Lucille F. & Donna L. Wong. 1991. Nursing Care of Infants And
Children. USA: Year Book, Inc
26