Anda di halaman 1dari 9

Tugas Individu

LAPORAN PENDAHULUAN

APGAR SCORE DENGAN ASFIKSIA

OLEH:

NAMA : SRI RAHAYU

NIM : P201601081

KELAS : Q2 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA

KENDARI

2019
Laporan Pendahuluan Apgar Score dengan Asfiksia

A. Defenisi
Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan
teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000).
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
(Saiffudin, 2001).

B. Klasifikasi
Tabel penilaian APGAR SCORE
Skor APGAR
Tanda
0 1 2
Frekuensi Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
Jantung
Usaha Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat
bernafas
Tanus otot Lumpuh Ekstremitas agak Gerakan aktif
fleksi
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan
kuat/melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
eks biru kemerahan
Klasifikasi klinis APGAR SCORE :
a. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau < 100 x/ menit,
tonus otot buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada reaksi, respirasi tidak ada.

b. Asfiksia ringan – sedang (Nilai APGAR 4 – 6)


Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 / menit, tonus otot kurang
baik atau baik , sianosis (badan merah, anggota badan biru), menangis. Respirasi
lambat, tidak teratur.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia 7 – 9
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 / menit, tonus otot baik/
pergerakan aktif , seluruh badan merah, menangis kuat. Respirasi baik.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Bayi dianggap sehat, tidak perlu tindakan istimewa.

C. Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang
dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
a. Faktor ibu
    Preeklampsia dan eklampsia
    Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
    Partus lama atau partus macet
    Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,
HIV)
    Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
    Lilitan tali pusat
    Tali pusat pendek
    Simpul tali pusat
    Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
    Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
    Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia
bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
    Kelainan bawaan (kongenital)
    Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi
untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut
maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan
perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit
dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi.
Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap
pertolongan persalinan.

D. Tanda dan Gejala


   Pernapasan terganggu
  Detik jantung menurun
   Refleks/ respons bayi melemah
   Tonus otot menurun
   Warna kulit biru atau pucat
   Kejang
   Penurunan kesadaran

E. Patofisiologi
Pada penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan pertukaran
gas serta transport 02 akan menyebabkan berkurangnya penyediaan 02 dan
kesulitan pengeluaran C02. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan
tergantung dari berat dan lamanya asfiksia fungsi tadi dapat reversibel atau
menetap, sehingga menimbulkan komplikasi, gejala sisa, atau kematian penderita.
Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan 02 dan pengeluaran C02
tubuh ini mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan
tersebut berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa
glikolisis glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk akibat metabolisme ini
menyebabkan terjadinya keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik.
Keadaan ni akan menganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin terjadi
penurunan sirkulasi kardiovaskuler yang ditandai oleh penurunan tekanan darah
dan frekwensi denyut jantung

F. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun
akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang
berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang
disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih
banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal
yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran
gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena
perfusi jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

G. Pemeriksaan Diagnostik
   Analisis gas darah ( ph kurang dari 7,20 )
   Penilaian apgar scor meliputi ( warna kulit, usaha bernafas, tonus otot)
   Pemeriksaan EEG dan CT scan jika sudah terjadi komplikasi
   Pengkajian spesifik

H. Penatalaksanaan
Sebelum bayi lahir dicatat data penyakit ibu, obat yang didapat ibu, tanda-
tanda gawat janin (bila ada) keadaan air ketuban. Segera setelah lahir, bayi
diletakkan diatas meja resusitasi yang datar, kemudian keringkan dengan kain
secara cepat (kurang dari 20 menit) resusitasi bayi asfiksia tergantung dari hasil
evaluasi : pernafasan, denyut jantung dan warna kulit bayi.
Tindakan-tindakan yang digunakan untuk mencegah asfiksia pada bayi :
a. Tindakan Umum
Tindakan ini dikerjakan pada setiap bayi tanpa memandang nila
APGAR. Segera setelah bayi lahir, diusahakan agar bayi mendapat
pemanasan yang baik. Harus dicegah atau dikurangi kehilangan panas dari
tubuhnya. Penggunaan sinar lampu untuk pemanasan luar dan
untuk mengeringkan tubuh bayi mengurangi evaporasi.

Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dan penghisapan


saluran pernapasan bagian atas segera dilakukan. Hal ini harus dikerjakan
dengan hati-hati untuk menghindari timbulnya kerusakan-kerusakan
mukosa jalan napas, spasmus laring, atau kolaps paru-paru. Bila bayi
belum memperlihatkan usaha bernapas, rangsangan terhadapnya harus
segera dikerjakan. Hal ini dapat berupa rangsangan nyeri dengan cara
memukul kedua telapak kaki, menekan tendon Achilles, atau pada bayi-
bayi tertentu diberi suntikan vitamin K.

b. Tindakan Khusus
Tindakan ini dikerjakan setelah tindakan umum diselenggarakan
tanpa hasil prosedur yang dilakukan disesuaikan dengan beratnya asfiksia
yang timbul pada bayi, yang dinyatakan oleh tinggi-rendahnya Apgar.
1) Asfiksia berat (nilai Apgar 0 – 3)
Resusitasi aktif dalam keadaan ini harus segera dilakukan.
Langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru-paru dengan
memberikan O2 secara tekanan langsung dan berulang-ulang. Cara yang
terbaik ialah melakukan intubasi endotrakeal dan setelah kateter
dimasukkan ke dalam trakea, O2 melalui kateter tadi. Untuk mencapai
tekanan 30 ml air peniupan dapat dilakukan dengan kekuatan kurang lebih
1/3 – ½ dari tiupan maksimal yang dapat dikerjakan.
Secara ideal napas buatan harus dilakukan dengan terlebih dahulu
memasang manometer. Dapat digunakan pompa resusitasi. Pompa ini
dihubungkan dengan kateter trakea, kemudian udara dengan O2
dipompakan secara teratur dengan memperhatikan gerakan-
gerakan dinding toraks, bila bayi telah memperlihatkan pernapasan
spontan, kateter trakea segera dikeluarkan.
Keadaan asfiksia berat ini hampir selalu disertai asidosis yang
membutuhkan perbaikan segera; karena itu, bikarbonas natrikus 7,5%
harus segera diberikan dengan dosis 2 – 4 ml/kg berat badan. Obat-obatan
ini harus diberikan secara berhati-hati dan perlahan-lahan. Untuk
menghindari efek samping obat, pemberian harus diencerkan dengan air
steril atau kedua obat diberikan bersama-sama dalam satu semprit melalui
pembuluh darah umbilikus.
Bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak timbul dan
frekuensi jantung menurun (kurang dari 100 permenit) maka pemberian
obat-obatan lain serta massage jantung sebaiknya segera dilakukan.
Massage jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas tulang dada
secara teratur 80-100 kali permenit. Tindakan diikuti dengan satu kali pemberian
napas buatan. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan kemungkinan timbulnya
komplikasi pneumotoraks atau pneumomediastinum apabila tindakan dilakukan
secara bersamaan. Disamping massage jantung ini obat-obat yang dapat diberikan
antara lain ialah larutan 1/10.000 adrenalin dengan dosis 0.5 – 1cc secara
intravena / intrakardial (untuk meningkatkan frekuensi jantung) dan kalsium
glukonat 50 – 100 mg/kg berat badan secara perlahan-lahan melalui intravena
berupa plasma, darah atau cairan pengganti lainnya (volume expander) harus
segera diberikan.
Bila tindakan-tindakan tersebut diatas tidak memberi hasil yang
diharapkan, keadaan bayi harus dinilai lagi karena hal ini mungkin disebabkan
oleh gangguan keseimbangan asam dan basa yang belum diperbaiki secara
semestinya, adanya gangguan organik seperti hernia diafragmatika, atresia atau
stenosis jalan napas, dan lain-lain.
2) Asfiksia ringan – sedang (nilai Apgar 4 – 6)
Disini dapat dicoba melakukan rangsangan untuk menimbulkan refleks
pernapasan. Hal ini dapat dikerjakan selama 30 – 60 detik setelah penilaian
menurut Apgar 1menit. Bila dalam waktu tersebut pernapasan tidak timbul,
pernapasan buatan harus segera dimulai. Pernapasan aktif yang sederhana dapat
dilakukan secara pernapasan kodok (frog breathing). Cara ini dikerjakan dengan
memasukkan pipa ke dalam hidung, dan O2 dialirkan dengan kecepatan 1 – 2 liter
dalam satu menit. Agar saluran napas bebas, bayi diletakkan dengan kepala dalam
dorsofleksi. Secara teratur dilakukan gerakan membuka dan menutup lubang
hidung dan mulut dengan disertai menggerakan dagu ke atas dan kebawah dalam
frekuensi 20 kali semenit. Tindakan ini dilakukan dengan memperhatikan gerakan
dinding toraks dan abdomen. Bila bayi mulai memperlihatkan gerakan
pernapasan, usahakanlah supaya gerakan tersebut diikuti. Pernapasan ini
dihentikan bila setelah 1 – 2 menit tidak juga dicapai hasil yang diharapkan. Dan
segera dilakukan pernapasan buatan dengan tekanan positif secara tidak langsung.
Pernapasan ini dapat dilakukan dahulu dengan pernapasan dari mulut ke mulut.
Sebelum tindakan dilakukan, kedalam mulut bayi dimasukkan pharyngeal airway
yang berfungsi mendorong pangkal lidah ke depan, agar jalan napas berada dalam
keadaan sebebas-bebasnya. Pada pernapasan dari mulut ke mulut, mulut penolong
diisi terlebih dahulu dengan O2 sebelum peniupan. Peniupan dilakukan secara
teratur dengan frekuensi 20 -30 kali semenit dan diperhatikan gerakan pernapasan
yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil bila setelah dilakukan
beberapa saat, terjadi penurunan frekuensi jantung atau pemburukan tonus otot.
Dalam hal demikian bayi harus diperlakukan sebagai penderita asfiksia berat.

Anda mungkin juga menyukai