PENDAHULUAN
2.2 Penyebab
Beberapa penyebab terjadinya makrosefali yaitu :
a. Pembesaran tulang tengkorak
b. Peningkatan volume cairan serebrospinal
c. Megalencephaly
d. Peningkatan tekanan intrakranial
e. Lesi massa dan peningkatan volume darah
2.3. Patofisiologi
setelah
2.5. Penatalaksanaan
Saat ini tidak ada pengobatan kuratif untuk makrosefali. Secara umum,
pengobatannya simtomatik dan akan tergantung pada diagnosis etiologi yang tepat. Setelah
deteksi makrosefali adalah untuk menentukan penyebab yang mendasari untuk merancang
pendekatan terapi terbaik, karena dalam kasus di mana ada hidrosefalus sebagai penyebab
utama makrosefali akan diperlukan untuk menggunakan intervensi bedah.
Pendekatan farmakologis untuk mengendalikan komplikasi medis dapat digunakan,
sebagai pendekatan non-farmakologis untuk mengatasi gejala sisa neurologis dan kognitif.
Dalam semua kasus makrosefali dan jenis perubahan lain dalam perkembangan kranial,
penting dilakukan pemeriksaan neurologis dan / atau neuropsikologis untuk memeriksa
tingkat fungsi umum: defisit perkembangan, fungsi kognitif, defisit linguistik, keterampilan
motorik, dll. (National Institute of Neurological Disorder and Stroke, 2016) Beberapa
intervensi non-farmakologis yang dapat digunakan dalam kasus simtomatik makrosefali
adalah (Martí Herrero dan Cabrera López, 2008) :
- Rehabilitasi neuropsikologis.
- Stimulasi dini.
- Pendidikan khusus.
- Terapi okupasi
2.6. Pencegahan
Makrosefali adalah patologi neurologis yang dapat dideteksi selama fase
kehamilan.Pemeriksaan kesehatan rutin melalui USG dapat mendeteksi kelainan pada
pertumbuhan kranial selama tahap awal kehamilan, ketika makrosefali menunjukkan asal
bawaan atau prenatal. Adapun kemungkinan tidak selalu mungkin untuk mendeteksinya
sebelum kelahiran, karena banyak kasus makrosefali terjadi sekunder akibat kondisi medis
lainnya.Biasanya terdeteksi dalam konsultasi pediatrik melalui pengukuran perimeter kranial.
Selain itu, tes neurologis yang berbeda juga harus dilakukan untuk menentukan penyebab
etiologis.Secara khusus, pemeriksaan klinis harus mencakup (Martí Herrero dan Cabrera
López, 2008):
a. Eksplorasi fisik tengkorak: pengukuran yang tepat dari perimeter kranial dan
perbandingan dengan standar pertumbuhan harus dilakukan.
b. Pemeriksaan neurologis: juga akan diperlukan untuk mengevaluasi berbagai faktor
neurologis (berjalan, koordinasi motorik, defisit sensorik, tanda-tanda serebelar, refleks,
dll.).
c. Pemeriksaan pediatrik: dalam hal ini akan berorientasi pada studi penyebab etiologis
makrosefali melalui analisis genetik, patologi neurologis, dll..
d. Ujian tambahan Selain pemeriksaan fisik dan neurologis, mungkin perlu menggunakan
beberapa eksplorasi tambahan seperti pencitraan resonansi magnetik, computed
tomography, sinar-X, pungsi lumbal, electroencephalography, dll. Terutama pada
makrosefali yang asalnya tidak ditentukan.
Dapus :
- Behrman, Kliegman, Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Editor Edisi Bahasa
Indonesia : A. Samik Wahab. Edisi 15. Jakarta : EGC
- Sadler TW. 2009. Embriologi kedokteran Langman. 10th ed. Jakarta: EGC