Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang serius bagi negara
maju maupun negara berkembang di dunia. Pertumbuhan dapat dilihat dari berat badan,
tinggi badan, dan lingkar kepala, sedangkan perkembangan dapat dilihat dari kemampuan
motorik, sosial, emosional, kemampuan berbahasa serta kemampuan kognitif. Pada dasarnya
setiap anak akan melewati proses tumbuh kembang sesuai tahapan usianya, akan tetapi
banyak faktor yang memengaruhinya.
Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Pertumbuhan dan
perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini, yaitu 0 sampai 5 tahun.
Laju tumbuh pesat pada enam bulan pertama bayi,kemudian berkurang pada usia 1 tahun dan
kembali mengalami kenaikan pada usia 2 tahun. Selanjutnya mengalami pengurangan yang
drastis pada usia 3 tahun dan bertambah kembali sampai usia remaja hingga dewasa.
Pengukuran lingkar kepala perlu dilakukan secara rutin yang merupakan indikator
pertumbuhan dan ukuran otak anak. Lingkar kepala secara klinis didapatkan dengan
melakukan pengukuran dengan menggunakan pita ukur dari bagian paling menonjol dari
supra orbita sampai ke occipital yang sering disebut occipitofrontal circumference.
Makrosefali adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan adanya
pembesaran atau ukuran kepala yang berlebihan, sedangkan untuk menunjukkan pembesaran
ukuran tengkorak digunakan istilah makrokrania. Maskrosefali secara klinis didefenisikan
sebagai ukuran lingkar kepala di atas 2 Standar Deviasi (SD), sedangkan ukuran lingkar
kepala dibawah 2 SD disebut mikrosefali.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan masalah
masalah ini :
1. Apa yang dimaksud dengan makrosefali ?
2. Apa penyebab terjadinya makrosefali ?
3. Bagaimana patofisiologi dari makrosefali?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari makrosefali ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari makrosfali ?
6. Bagaimana pencegahan dari makrosefalii ?
1.3 Tujuan
Diharapkan mahasiswa mampu memahami :
1. Pengertian makrosefali
2. Penyebab terjadinya makrosefali
3. Patofisiologi dari makrosefali
4. Tanda dan gejala dari makrosefali
5. Penatalaksanaan dari makrosfali
6. Pencegahan dari makrosefalii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Makrosefali


Makrosefali adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan adanya
pembesaran atau ukuran kepala yang berlebihan. Makrosefali secara klinis didefenisikan
sebagai ukuran atau lingkar kepala diatas 2 Standar Deviasi (SD), sedangkan lingkar kepala
dibawah 2 SD disebut mikrosefali.

2.2 Penyebab
Beberapa penyebab terjadinya makrosefali yaitu :
a. Pembesaran tulang tengkorak
b. Peningkatan volume cairan serebrospinal
c. Megalencephaly
d. Peningkatan tekanan intrakranial
e. Lesi massa dan peningkatan volume darah

2.3. Patofisiologi

Hidrosefalus Sebelum Sutura kranial


mengakibatkan Makrosefali
menutup

setelah

Sutura kranial mengakibatkan  Kenaikan TIK


menutup  Pembesaran ventrikel
 Ukuran kepala tetap

2.4. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala anak yang mengalami makrosefali yaitu :
a. Kepala membesar
b. Penonjolan fontanella
c. Sutura melebar
d. Mata kearah bawah
e. Keterlambatan perkembangan sesuai tahapan
f. Keterbelakangan mental
g. Pertumbuhan kepala cepat
h. Keterlambatan pertumbuhan bagian tubuh lain

2.5. Penatalaksanaan
Saat ini tidak ada pengobatan kuratif untuk makrosefali. Secara umum,
pengobatannya simtomatik dan akan tergantung pada diagnosis etiologi yang tepat. Setelah
deteksi makrosefali adalah untuk menentukan penyebab yang mendasari untuk merancang
pendekatan terapi terbaik, karena dalam kasus di mana ada hidrosefalus sebagai penyebab
utama makrosefali akan diperlukan untuk menggunakan intervensi bedah.
Pendekatan farmakologis untuk mengendalikan komplikasi medis dapat digunakan,
sebagai pendekatan non-farmakologis untuk mengatasi gejala sisa neurologis dan kognitif.
Dalam semua kasus makrosefali dan jenis perubahan lain dalam perkembangan kranial,
penting dilakukan pemeriksaan neurologis dan / atau neuropsikologis untuk memeriksa
tingkat fungsi umum: defisit perkembangan, fungsi kognitif, defisit linguistik, keterampilan
motorik, dll. (National Institute of Neurological Disorder and Stroke, 2016) Beberapa
intervensi non-farmakologis yang dapat digunakan dalam kasus simtomatik makrosefali
adalah (Martí Herrero dan Cabrera López, 2008) :
- Rehabilitasi neuropsikologis.
- Stimulasi dini.
- Pendidikan khusus.
- Terapi okupasi

2.6. Pencegahan
Makrosefali adalah patologi neurologis yang dapat dideteksi selama fase
kehamilan.Pemeriksaan kesehatan rutin melalui USG dapat mendeteksi kelainan pada
pertumbuhan kranial selama tahap awal kehamilan, ketika makrosefali menunjukkan asal
bawaan atau prenatal. Adapun kemungkinan tidak selalu mungkin untuk mendeteksinya
sebelum kelahiran, karena banyak kasus makrosefali terjadi sekunder akibat kondisi medis
lainnya.Biasanya terdeteksi dalam konsultasi pediatrik melalui pengukuran perimeter kranial.
Selain itu, tes neurologis yang berbeda juga harus dilakukan untuk menentukan penyebab
etiologis.Secara khusus, pemeriksaan klinis harus mencakup (Martí Herrero dan Cabrera
López, 2008):
a. Eksplorasi fisik tengkorak: pengukuran yang tepat dari perimeter kranial dan
perbandingan dengan standar pertumbuhan harus dilakukan.
b. Pemeriksaan neurologis: juga akan diperlukan untuk mengevaluasi berbagai faktor
neurologis (berjalan, koordinasi motorik, defisit sensorik, tanda-tanda serebelar, refleks,
dll.).
c. Pemeriksaan pediatrik: dalam hal ini akan berorientasi pada studi penyebab etiologis
makrosefali melalui analisis genetik, patologi neurologis, dll..
d. Ujian tambahan Selain pemeriksaan fisik dan neurologis, mungkin perlu menggunakan
beberapa eksplorasi tambahan seperti pencitraan resonansi magnetik, computed
tomography, sinar-X, pungsi lumbal, electroencephalography, dll. Terutama pada
makrosefali yang asalnya tidak ditentukan.

Dapus :

- Behrman, Kliegman, Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Editor Edisi Bahasa
Indonesia : A. Samik Wahab. Edisi 15. Jakarta : EGC
- Sadler TW. 2009. Embriologi kedokteran Langman. 10th ed. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai