Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KETERAMPILAN DASAR DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


PEMERIKSAAAN NEUROLOGIS DAN REFLEK PADA IBU HAMIL

Disusun oleh:
Kelompok 2 :
1. Aulia fitrinisa(P05140320009)
2. tyas alya melindra(P0514032041)
3. Yunita(P05140230048)
4.Raisa khalida A.R(P05140320034)
5.Yulisa Adelia permata S(P05140320046)

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PROFESI
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keterampilan
dasar dalam praktik kebidanan dengan judul”PEMERIKSAAN NEUROLOGIS DAN
REFLEK PADA IBU HAMIL”

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak ,untuk itu dalam kesempatan ini
penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karena itu, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.Terima kasih
disampaikan kepada dosen yang telah membimbing dan memberikan materi demi lancarnya
tugas ini. Demikianlah tugas ini saya disusun semoga bermanfaat.

Bengkulu,15, Maret,2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………

a.Latar belakang…………………………………………………………

b.Rumusan masalah……………………………………………………..

c.Tujuan…………………………………………………………………..

BAB 11 PEMBAHASAN……………………………………………………….

a. Gangguan perkembangan neurologis……………………………..…


b. Kelainan neurologi yang sering dijumpai …………………………..
c. Parase obsetrik meternal……………………………………………..

BAB 11 PENUTUP………………………………………………………………

a.Kesimpulan………………………………………………………………

b.Saran……………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Refleks pada manusia dibedakan menjadi tiga terdiri dari refleks fisiologis, patologis
dan primitif. Pemeriksaan refleks fisiologis rutin dilakukan untuk mengevaluasi fungsi
sensorimotor pada tubuh. Hasil pemeriksaan dapat memberikan hasil normal, meningkat
(hiperefleks), menurun (hiporefleks) atau tidak ada refleks.

Untuk dapat menegakkan diagnosis kasus neurologis, diperlukan anamnesis yang


cermat serta ketrampilan pemeriksaan fisik neurologis yang baik. Anamnesis yang cermat
akan dapat membantu menegakkan diagnosis hampir 70%. Sedangkan pemeriksaan fisik
neurologis yang benar akan dapat melengkapi anamnesis untuk dapat menegakkan
diagnosis secara tepat.

Pemeriksaan fisik neurologis yang dilakukan dengan teknik yang benar akan
memberikan hasil yang benar dan sangat membantu dalam penegakan diagnosis.
Sebaliknya, pemeriksaan fisik neurologis yang dilakukan dengan teknik yang salah akan
memberikan hasil yang salah pula sehingga diagnosis yang ditegakkan menjadi kurang tepat.
Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa kedokteran untuk dapat menguasai ketrampilan
pemeriksaan fisik neurologis dengan teknik yang benar sebagai bekal dan sarana untuk
latihan sebelum menjalani tahap profesi dokter umum.

Salah satu pemeriksaan yang penting dalam bidang neurologi adalah penilaian tingkat
kesadaran. Pemeriksaan tingkat kesadaran berguna dalam menegakkan diagnosis maupun
menentukan prognosis penderita.

Kesadaran dapat didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan pengintegrasian


impuls eferen dan aferen. Dalam menilai kesadaran harus dibedakan antara tingkat
kesadaran dan isi kesadaran. Tingkat kesadaran menunjukkan kewaspadaan atau reaksi
seseorang dalam menanggapi rangsangan dari luar yang ditangkap oleh panca indera.
Sedangkan isi kesadaran berhubungan dengan fungsi kortikal seperti membaca, menulis,
bahasa, intelektual, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan neurologis?

2. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan reflek pada ibu hamil?


3. Bagaimana Faktor-faktor yang berpengaruh?

4. Bagaimana Kelainan neurologik yang sering dijumpai pada wanita hamil?

C. Tujuan

1. Mengetahui dan menambah pengetahuan tentang pemeriksaan neurologis dan reflek


pada ibu hamil

2. Melakukan anamnesis sistem terhadap pasien dengan keluhan di bidang neurologi

3. Mengetahui, melakukan pemeriksaan dan penilaian tingkat kesadaran

4. Mengetahui, melakukan pemeriksaan dan penilaian tanda-tanda rangsang meningeal

5. Mengetahui, melakukan pemeriksaan dan penilaian nyeri


BAB II

A.Gangguan Perkembangan Neurologis

Gangguan perkembangan neurologis adalah kegagalan untuk memiliki kemampuan fungsi


neurologis yang seharusnya dimiliki, yang disebabkan oleh adanya lesi (defek) dari otak yang
terjadi pada periode awal pertumbuhan otak. Penyebab gangguan terjadi pada masa
pranatal, perinatal ataupun pasca natal.1,2,3Perkembangan merupakan suatu proses yang
teratur dan berurutan yang dimulai dari beberapa hal sederhana, yang berkembang menjadi
semakin kompleks. Pertumbuhan dan perkembangan otak dimulai dengan pembentukan
lempeng saraf (neural plate), pada masa embrio yaitu sekitar hari ke-16 yang kemudian
menggulung membentuk tabung saraf (neural tube) pada hari ke-22. Pada minggu ke-5
mulailah terlihat cikal bakal otak besar di ujung tabung saraf. Selanjutnya terbentuklah
batang otak, serebelum dan bagian-bagian lainnya. Perkembangan otak yang kompleks
memerlukan beberapa seri proses perkembangan yang terdiri atas : pembentukan tabung
neural, kemudian neuron (sel saraf) berproliferasi pada regio yang berbeda, terjadi migrasi
neuron dari tempat pembentukannya ke tempat yang permanen, diikuti agregasi sel
sehingga membentuk bagian-bagian otak, selanjutnya neuron-neuron imatur
berdiferensiasi, dan terbentuk hubungan antar L neuron (sinaps), tahap berikutnya terjadi
kematian sel dan eliminasi selektif, penyempurnaan mielinasi (pembentukan mielin).

Pada umumnya dapat dipastikan bahwa gangguan perkembangan neurologis mempunyai


basis biologik yaitu basis serebral. Beberapa hal disebutkan dapat mempengaruhi dan
merusak otak pada masa awal dari pertumbuhannya sehingga terdapat lesi/defek pada otak
yang menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan neurologis, dimana terdapat
keterlambatan/kegagalan untuk memiliki kemampuan fungsi-fungsi neurologis yang
seharusnya dimiliki. 1,2 Sebelum anak berumur 2,5 tahun, gangguan perkembangan lebih
sering tampak terlihat karena anak terlambat dalam mencapai milestonenya (patokan
perkembangan). Misalnya anak belum bisa duduk, berjalan atau bicara. Dalam kehidupan
sehari-hari terdapat beberapa bidang dimana gangguan perkembangan menjadi tampak
jelas yaitu : problem dalam bahasa yang diucapkan, kepribadian/tingkah laku sosial, gerakan
motorik halus dan kasar, dan sebagainya. Problem yang timbul pada bidang-bidang ini
mempunyai akibat dalam kehidupan pribadi dan pekerjaan diwaktu kemudian.2,16

Faktor-faktor yang berpengaruh


Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan
neurologis dapat dibagi menjadi 3 golongan:1,17

1.Faktor pranatal

Termasuk dalam golongan ini adalah faktor genetik yaitu defek gen atau defek kromosom,
misalnya trisomi 21 pada sindrom Down. Banyak sekali defek kromosom yang dapat
menyebabkan gangguan perkembangan neurologis. Penyimpangan ini sudah ada sejak dini
dan dalam bermacam-macam fase, menyebabkan malformasi serebral, tergantung gen yang
bersangkutan1

Kesehatan ibu selama hamil, keadaan gizi dan emosi yang baik ikut mempengaruhi keadaan
bayi sebelum lahir. Faktor pranatal lain yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan
perkembangan neurologis adalah penyakit menahun pada ibu hamil seperti: tuberkulosis,
hipertensi, diabetes mellitus, anemia, penggunaan narkotik, alkohol serta rokok yang
berlebihan. Usaha untuk menggugurkan kandungan sering pula berakibat cacatnya bayi
yang lahir yang seringkali dapat disertai gangguan perkembangan neurologis. Infeksi virus
pada ibu hamil seperti rubella, citomegalovirus (CMV) dan toksoplasmosis dapat
mengakibatkan kerusakan otak yang potensial sehingga otak berkembang secara abnormal.
Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dalam kehamilan, abruptio placenta,
plasenta previa juga dapat mempengaruhi timbulnya gangguan perkembangan
neurologis.1,17

2. Faktor perinatal

Keadaan-keadaan penting yang harus diperhatikan pada masa perinatal adalah :

a.Asfiksia
Bila keadaan ini berat dapat menyebabkan kematian atau kerusakan permanen pada otak
(Hypoxic-Ischemic Encephalopathy/HIE), sehingga bayi dapat mengalami gangguan
perkembangan neurologis bahkan menderita cacat seumur hidup.4,8

b.Trauma lahir

Trauma lahir merupakan salah satu faktor potensial terjadinya gangguan perkembangan
neurologis karena terdapat risiko terjadinya kerusakan otak terutama akibat perdarahan.

c.Hipoglikemia

Dikatakan hipoglikemia bila kadar glukosa darah <45mg/dL (2,6 mmol/L). Keadaan ini bila
tidak ditanggulangi dengan segera dapat menyebabkan kerusakan otak berat bahkan
kematian.1,18

d.Bayi berat lahir rendah (BBLR)

Prognosis pada tumbuh-kembang termasuk perkembangan neurologis pada bayi kecil masa
kehamilan (KMK) lebih kurang baik daripada bayi prematur, karena pada KMK telah terjadi
retardasi pertumbuhan sejak didalam kandungan, lebih-lebih jika tidak mendapat nutrisi
yang baik sejak lahir.1

e.Infeksi.

Infeksi berat dapat memberi dampak gejala sisa neurologis yang jelas seperti : hidrosefalus,
buta, tuli, cara bicara yang tidak jelas dan retardasi mental. Gejala sisa yang ringan seperti
gangguan penglihatan, kesukaran belajar dan kelainan tingkah laku dapat pula terjadi.1,19

f.Hiperbilirubinemia

. Hiperbilirubinemia akan berpengaruh buruk apabila bilirubin indirek telah melalui sawar
otak, sehingga terjadi ensefalopati biliaris (Kern icterus) yang dapat mengakibatkan
gangguan perkembangan neurologis dikemudian hari.20

3.Faktor Pascanatal

Banyak sekali faktor pasca-natal yang dapat menimbulkan kerusakan otak dan
mengakibatkan terjadinya gangguan perkembangan neurologis. Termasuk diantaranya
adalah infeksi intra kranial, trauma kapitis, tumor otak, gangguan pembuluh darah otak,
kelainan tulang tengkorak (misalnya kraniosinostosis), kelainan endokrin dan metabolik,
keracunan otak, malnutrisi. Otak anak dengan.

Para pendukung intervensi dini mengemukakan pentingnya 3 tahun pertama kehidupan


dan periode kritis kehidupan anak. Pengalaman sensorik, stimulasi dan pajanan bahasa
selama periode ini dapat menentukan sinaptogenesis, mielinisasi, dan hubungan sinaptik.
Prinsip “gunakanlah atau

kehilangan” dan “gunakan serta kembangkanlah” didasarkan pada prinsip-prinsip plastisitas


otak. Satu lagi bukti relevan adalah seiring meningkatnya mielinisasi, plastisitas otak
berkurang. Kemampuan neuron untuk berubah, berproliferasi dan bersinaps tidak dibatasi
pada neuron imatur saja pada tahap perkembangannya. Implikasi neuroplastisitas diteliti
dengan luas pada orang dewasa, seperti peranannya pada pemulihan stroke, kecanduan
obat dan beberapa kelainan jiwa.21,22

Asfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum merupakan salah satu penyebab dari gangguan perkembangan
neurologis.4,8

.1 Definisi

Asfiksia Neonatorum ialah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera atau
beberapa saat sesudah lahir.4 Keadaan ini akan selalu diikuti dengan hipoksemia,
hiperkarbia dan asidosis.4,12
2. Etiologi
Bila terjadi keadaan hipoksia yang terjadi baik intrauterin, pada saat persalinan maupun
pasca persalinan maka akan terjadi keadaan asfiksia.4,24Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya Asfiksia :
Faktor ibu :

Keadaan Ibu yang dapat mengakibatkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang,
sehingga aliran oksigen ke janin berkurang akibatnya akan mengakibatkan Gawat Janin dan
akan berlanjut sebagai Asfiksia, a.l:
Preeklampsia dan eklampsia Perdarahan antepartum abnormal ( plasenta previa atau
solusio plasenta) Partus lama atau partus macet Demam sebelum dan selama persalinan
Infeksi berat ( malaria, sifilis, TBC, HIV) Kehamilan lebih bulan ( lebih 42 minggu
kehamilan )Faktor plasenta dan tali pusat Keadaan plasenta atau talipusat yang dapat
mengakibatkan asfiksia bayi baru lahir akibat penurunan aliran darah dan oksigen melalui
talipusat bayi

Infark plasenta

- Hematom plasenta

Lilitan tali pusat

- Tali pusat pendek


Simpul tali pusat

- Prolapsus tali pusat

Faktor bayi
Keadaan bayi yang dapat mengalami asfiksia walaupun kadang-kadang
tanpa didahului tanda gawat janin:
Bayi kurang bulan/prematur ( kurang 37 minggu kehamilan) Air ketuban bercampur
mekonium Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernapasan bayi 4,16,17
Patofisiologi dan gambaran klinis Pada saat awal proses kelahirannya setiap janin akan
mengalami keadaan hipoksia relatif dan akan menyesuaikan diri melalui proses adaptasi
sehingga bisa menangis atau bernafas. Bila terjadi gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan

Susunan Saraf Pusat:

Ensefalopati hipoksik iskemik. Sarnat dan Sarnat membagi HIE menjadi 3 stadium. Stadium 1
(ringan) ditandai gelisah, iritabel, tonus otot masih normal, hiperrefleksi, takikardi, sekresi
saluran nafas berkurang, motilitas gastrointestinal menurun, pupil dilatasi, belum terjadi
kejang. Stadium 2 (sedang) ditandai letargik, hipotoni, kelemahan otot proksimal, refleks
melemah, bradikardi, sekresi saluran nafas berlebihan, motilitas gastrointestinal meningkat,
pupil miosis, kejang. Pada stadium 3 (berat) ditandai stupor dan flaksid, hiporefleksi, tidak
dapat mengenyut, refleks moro menghilang, pupil anisokor, refleks pupil menurun, suhu
tidak stabil, dan kejang berulang. Ensefalopati hipoksik iskemik bisa terjadi pada 12 jam
sampai 3 hari pertama kehidupan.3,27,28,29

 Paru: Faktor penyebab keluarnya mekonium adalah stress intrauterin seperti


hipoksia, asfiksia, dan asidosis. Hipoksia meyebabkan peningkatan peristaltic
gastrointestinal dan relaksasi tonus otot spinkter ani, sehingga terjadi pengeluaran
mekonium. Apabila fetus mengalami gasping intrauterine, maka terjadilah aspirasi
mekonium.27,28
Ginjal : Perinatal hipoksemia menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal akibat
vasokonstriksi renal dan penurunan laju filtrasi glomerulus. Selain itu juga terjadi
aktivitasi sistem renin angiotensin-aldosteron dan sistem adenosin intrarenal yang
menstimulasi pelepasan katekolamin dan vasopresin. Semua faktor ini akan
mengganggu hemodinamik glomeruler.30,31,32
 Kardiovaskuler : Disfungsi miokard dan penurunan kontraktilitas, syok kardiogenik,
gagal jantung. Bayi dengan hipotensi dan curah jantung yang rendah akan
mengalami gangguan autoregulasi otak sehingga risiko kerusakan otak karena
hipoksi-iskemi meningkat.27
Hematologik : Trombositopeni, pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM).
Pembekuan intravaskuler menyeluruh dicetuskan oleh hipoksia, asidosis dan
 hipotensi.
Konsumsi trombosit dan faktor pembekuan terutama fibrinogen dan faktor V
mengakibatkan timbulnya perdarahan yang luas.27,30
Gastrointestinal : enterokolitas nekrotikan (EKN); hal ini disebabkan proliferasi
bakteri ke dalam mukosa usus yang mengalami hipoksia dan iskemia.27
 Metabolik :
pada asfiksia perinatal terjadi asidosis, hipoglikemi, hipokalsemi, hiponatremi,
hipomagnesemi.
 Infeksi / sepsis neonatal.
Asfiksia merupakan faktor yang mempermudah terjadinya infeksi sistemik. Cidera
sel akibat hipoksia akan memacu respon peradangan dan terjadi perubahan pada
sistem limfatik, yaitu peregangan sel pembatas pembuluh limfe terkecil, dengan
demikian akan mempermudah mikro organisme masuk ke dalam pembuluh limfe
dan diteruskan ke aliran pembuluh darah, menyebar ke tempat lain. Aktivitas
kemotaksis lekosit dan mekanisme mikrobisidal sel polimorfonuklear terhambat,
mengakibatkan mudahnya kuman berkembang biak.27,29
Ensefalopati Neonatal
Definisi Suatu sindroma klinis berupa gangguan fungsi neurologis pada hari-hari
awal kehidupan bayi aterm, ditandai oleh kesulitan memulai maupun
mempertahankan pernafasan, depresi tonus dan refleks, tingkat kesadaran
subnormal dan seringkali berhubungan dengan kejang.
 Etiologi
Selama bertahun-tahun, dianggap bahwa asfiksia janin selama persalinan Adalah
penyebab utama ensefalopati neonatal dini, namun makin lama makin dimengerti
bahwa selain asfiksia, ada sejumlah penyebab Ensefalopati Neonatal yang lainnya,
termasuk infeksi, kelainan-kelainan neuromuskular seperti distrofia miotonik,
trauma kelahiran yang berat dan kelainan metabolik yang semuanya dapat
menimbulkan gejala dan tanda yang hampir sama. Tingkat keparahan ensefalopati
bervariasi dan diklasifikasikan menjadi kategori ringan, sedang dan berat.

B. Kelainan neurologik yang sering dijumpai pada wanita usia reproduktif, dapat

pula dijumpai pada wanita hamil.Gejala yang ditemukan sangat kompleks, dapat melibatkan
kelainan fungsi luhur maupun kelainan fungsi neuromuskuler, oleh karena itu harus dapat
dibedakan dari penyakit psikiatrik.Diagnosis dan penanganan penyakit neurologik selama
kehamilan seringkali sangat sulit karena keluhan yang dialami dapat saling tumpang-tindih
dengan keluhan yang umum ditemukan pada kehamilan, di samping itu juga karena adanya
konsekuensi yang berbahaya dari penyakit ini, serta efek pengobatan terhadap ibu terhadap
janin.2 Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama akan memberikan dasar untuk
menegakkan diagnosis yang akurat untuk penanganan lebih lanjut.Prosedur pencitraan
(imaging) harus dipertimbangkan bila diduga ada lesi padasistem saraf pusat. Keterpaparan
sinar X terhadap janin bila kurang dari 1 rad masih dianggap aman. CT otak yang memakai
sinar X dan arteriografi bukan merupakan suatu kontraindikasi mutlak untuk mengevaluasi
penyakit ibu. Perut dapat dilindungi dariketerpaparan sinar X selama prosedur
neuroradiologik. Bahan kontras intravena dapatdigunakan tanpa efek nyeri. MRI yang tanpa
melibatkan radiasi ionisasi sangat bermanfaat untuk membantu pemeriksaan selama
kehamilan, sebab diketahui tidak berisiko terhadap janin. Penggunaan myelografi yang
melibatkan radiasi dosis tinggi sebagian telah digantikan oleh CT dan MRI, risiko terbesar
dari myelografi terutama pada awal kehamilan. C.NYERI KEPALA (HEADAACHE)

Nyeri kepala cukup sering ditemukan pada kehamilan, umumnya jinak tapikadang-kadang
serius bilamana nyeri kepala tersebut baru timbul sewaktu hamil, untuk itu perlu
dipertimbangkan keadaan serius yang mengakibatkan nyeri kepala tersebut antara lain
preeklampsia, eklampsia, hipertensi tak terkontrol, pheochromocytoma, perdarahan
subarakhnoid, pseudotumor serebri, tumor serebri, thrombosis vena serebral, infeksi otak
antara lain ensefaliti dan meningitis.4 Nyeri kepala yang paling sering ditemukan pada
kehamilan adalah nyeri kepala tipe tegang / NKTT (Tension type headache) yaitu nyeri
kepala kronik yang dirasakan seperti diikat, ditindih barang berat atau kadang kadang
berwujud rasa tidak enak dikepala, umumnya bilateral, ntensitasnya dari ringan sampai
sedang. NKTT sering merupakan bagian dari gejala depresi dan stres situasional, selain itu
dapat sebagai tanda depresi postpartum. Sebaliknya migren merupakan nyeri kepala
unilateral, berdenyut denyut dengan intensitas sedang sampai berat disertai mual, fotofobia
atau fonofobia,nyeri kepala diperberat dengan aktifitas fisik, gejala tambahan meliputi nyeri
kepala saat menstruasi. Insidens migren 3 – 5 % dari populasi umum namun pada 80 %
kasus membaik saat penderita hamil

D.GANGGUAN NEUROMUSKULER KRAM OTOT

Diperkirakan 25 % ibu hamil mengalami kram otot setiap pagi saat memulaiaktivitas selama
trimester akhir kehamilan. Kekurangan natrium (garam), kalium dan kondisi metabolik
lainnya dapat menyebabkan kram. Tablet magnesium laktat danmagnesium sitrat (122 mg
pada pagi hari dan 244 mg pada malam hari) dapat memberi perbaikan pada ± 80 %
penderita. Kalsium carbonat atau glukonat oral, 500 mg diberikan 3 –4 kali sehari juga dapat
memeberi perbaikan namun placebo tampaknya efektif pada 40 % penderita.4

E.RESTLESS LEGS

Keluhan penderita restless legs bukan nyeri melainkan perasaan tidak nyaman yang terus
menerus bilamana tungkai diam oleh karena itu penderita menggerak-gerakan atau
menggoyang-goyangkan tungkainya terus menerus sehingga tampak penderita seperti
gelisah.

F.MIASTENIA GRAVIS

Miastenia gravis adalah suatu penyakit autoimmun yang ditandai oleh kelemahanatau
kelumpuhan otot-otot lurik setelah melakukan aktivitas dan akan pulih kekuatannyasetelah
istirahat beberapa saat yaitu beberapa menit sampai beberapa jam, akibatpenurunan
jumlah reseptor asetilkolin pada neuromuscular junction. Gambaran klinik MG sangat jelas
yaitu dari kelemahan lokal yang ringan sampai pada kelemahan tubuh menyeleruh yang
fatal. Kira-kira 33 % hanya terdapat kelainan okular disertai kelemahan otot lainnya.
Kelemahan ekstremitas tanpa disertai kelainan okular jarang dijumpai, yang lainnya kira-kira
20 % ditemukan kesulitan mengunyah dan menelan.Selama kehamilan mempunyai
pengaruh yang bervariasi terhadap MG, 1/3 dapat memburuk, 1/3 menetap atau 1/3
membaik. Dari semua penderita MG yang eksaserbasi, penelitian terakhir melaporkan 41 %
terjadi selama kehamilan dan 30 % terjadi pada waktu nifas. MG meningkatkan risiko
abortus spontan dan 3 – 10 % menyebabkan kematian ibu. Timbulnya MG pada suatu
kehamilan bukan merupakan prediksi bahwa akan timbul pada kehamilan berikutnya. Aborsi
tidak menyebabkan remisi, kurang lebih setengahnya memburuk pada saat puerperium.
Minimal 12 - 19 % bayi yang lahir dari ibu MG menderita MG neonatal transitory dan harus
dimonitoor secara ketat paling kurang selama 4 hari dapat berlangsung 10 sampai dengan
15 minggu, gejala yang timbul antara lain gangguan menelan (87 %), kelemahan (69 %),
kesulitan pernapasan (65 %), feeble cry (60 %)dan parese facialis (54 %).

G. MYOPATI

Miopati merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan terdapatnya fungsiabnormal otot
(merupakan perubahan patologik primer) tanpa adanya bukti denervasi

H.: DISTROPI MYOTONIK

Myotonia merupakan kelainan genetik autosomal yang bersifat dominan yangditandai


dengan kelemahan otot dan wasting, keadaan ini disebabkan karena relaksasiyang tertunda
dari otot yang terkena akibat abnormalitas membran serabut otot.Fenomena klinik dicirikan
berupa kontraksi otot yang berkepanjangan mengikutikontraksi volunter, pukulan (mekanik)
atau elektrik pada otot tersebut, keluhan penderitaberupa tangan kaku, tidak mampu
mengendorkan genggaman, gangguan bicara, atrofi maseter dan sternokleidomastoideus,
ptosis, katarak dan suara melemah.Myotonia baik yangmerupakan distropi myopati maupun
myotonia congenita, sering meningkat selama pertengahan trimester dua kehamilan.
myotonic dystrophy ada kaitannya dengan penyakit jantung, dengan gejala berupa
gangguan sistem konduksi, aritma atau penyakit jantung kongestif, sedangkan myotonic
dystrophy kongenitalumumnya bersifat hipotonia dan kelemahan yang menyeluruh. Otot-
otot pernapasan mungkin terkena sehingga menyebabkan kesulitan bernapas pada
neonatus. Kematianneonatus sering ditemukan, tetapi bila dapat bertahan dalam minggu-
minggu awal kelahiran, umumnya akan memperlihatkan perbaikan. Walaupun demikian,
prognosis jangka panjang umumnya buruk. Myotonic distrophy kongenital umumnya
ditemukan pada bayi dengan ibu yang mengalami myotonic dystrophy. Kontraksi uterus
yang tidak efektif, persalinan prematur dan presentasi bokongsering merupakan komplikasi
dalam persalinan. Oxytocin dapat merangsang uterus yangmiotonik untuk memperbaiki
kontraksi. Anaestesi regional lebih disukai daripadaanaestesi umum. Setelah persalinan
disfungsi uteri hipotonik menyebabkanmeningkatnya risiko retensio plasenta dan
perdarahan post partum. Setengah dari anakyang lahir dari ibu dengan myotonia mewarisi
kelainan tersebut

I.MYOPATI INFLAMATORIK

Kehamilan memicu terjadinya polymyositis yaitu peradangan otot sebagai akibat proses
imunologik. Diperkirakan lebih dari setengah kehamilan pada ibu yang menderita miopati
inflamasi berakhir dengan aborsi, lahir mati atau kematian neonatal. Banyak obat-obat
immunosupresif menyebabkan gangguan yang berbahaya pada janin , namunbayi dapat
hidup dengan baik setelah persalinan.

J.NEUROPATI BELL’S PALSY Bell’

Palsy atau prosoplegia adalah Parese facialis tipe perifer terjadi secara akutdan
penyebabnya tidak diketahui atau tidak menyertai penyakit lain yang dapat mengakibatkan
lesi nervus fasialis.
Penyakit ini dapat mengenai semua umur namun demikian lebih sering terjadi pada umur
20 – 50 tahun. Pada kehamilan trimester ketiga dan 2 minggu pasca persalinan
kemungkinan timbulnya penyakit ini ditemukan 4 kali lebih banyak. Penyakit ini biasanya
sembuh dengan sendirinya namun terapi kortikosteroid jangka pendek tampaknya
memperbaiki prognosis pasien dengan parese facialis yang komplit.Pemeriksaan
elektromiografi dapat membentu untuk menilai prognosis, jikadenervasi melebihi 10 hari
maka penyembuhan lebih lama bahkan mungkin sembuh tidak sempurna

K. CARPAL TUNNEL SYNDROME

Carpal tunnel syndrome terjadi akibat kompresi atau terjebaknya nervus medianuspada
carpal tunnel dipergelangan tangan. Diperkirakan kurang lebih 1/5 ibu hamil mengalami CTS
sewaktu hamil utamanya pada akhir trimester ketiga, gejalanyaberuparasa baal / parestesia
pada jari ketiga dan keempat tangan pada malam hari saat ingin tidur. Faktor predisposisi
terhadap keadaan ini adalah peningkatan berat badan yang berlebihan dan retensi cairan.
Oleh karena ibu hamil dengan sindroma carpal Tunnel dapat diharapkan gejalanya membaik
setelah persalinan maka terapi konsevatif M merupakan pilihan berupa istirahat dan
membebat pergelangan tangal

L.MERALGIA PARESTHETICA

Parastesia unilateral atau bilateral pada distribusi nervus cutaneus femoralisateralis akibat
kompresi saraf itu di bawah ligamentun inguinale. Keluhan ini dapattimbul pada usia
kehamilan sekitar minggu ke 13 sesuai dengan meningkatnyapembesaranabdominal berupa
rasa baal, tidak enak, rasa terbakar atau nyeri pada paha bagian lateral dan tidak ditemukan
defisit neurologik lainnya, keluhan ini diperburukpada posisiberdiri atau berjalan. Obesitas,
lordosis dan partus lama dapat memicu timbulnya penyakit tersebut.Selama kehamilan
dapat diatasi dengan duduk. Parestesia umumnya membaik dalam 3 bulan setelah
persalinan. Pemberian carbamazepine, amitriptilin atau injeksisteroid – lidokain dapat
berguna.

M.GUILLIAN BARRE SYNDROME

Guillian Barre Syndrome (GBS) suatu kelainan immunobiologik baik secaraprimary immune
response maupun immune mediated process yang ditandai olehkelemahan / kelumpuhan
otot ekstremitas yang akut dan progresif biasanya munculsetelah infeksi. Penyebab infeksi
umumnya virus dari kelompok herpes namun dapat pula didahului oleh infeksi bakteri,
vaksinasi, gangguan endokrin, tindakan operasi anaestesi dan sebagainya.GBS yang timbul
bersamaan dengan kehamilan merupakan suatu koinsidental.GBS sendiri secara umum tidak
dipengaruhi oleh kehamilan demikian pula sebaliknyakehamilan dan persalinan tidak
dipengaruhi oleh GBS. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita GBS umumnya tidak
terpengaruh. Pemberian plasmapheresis cukup aman selama kehamilan meskipun ibu hamil
khususnya dengan disfungsi autonomik dapat menjadi sensitif terhadap perubahan dalam
volume plasma.

N.POLYNEUROPATI YANG LAIN

Angka kekambuhan “chronic Inflamatory demyelinating polyneuropathy” selamatrimester


ketiga kehamilan dan puerpuerium diperkirakan tiga kali lebih besar dari pada yang diduga,
sebaliknya bayi tidak terpengaruh. Untuk penyebab yang tidak diketahuiperburukan dapat
terjadi dengan pemakaian kontrasepsi oral pada saat post partum.Diperkirakan kurang lebih
setengah perempuan dengan penyakit “Charcot MarieTooth tipe 1yang onset terjadi pada
masa kanak-kanak, penyakitnya memburuk selama kehamilan. Risiko perburukan selama
kehamilan dapat berkurang jika onset terjadinya setelah dewasa. Perbaikan dapat terjadi
setelah persalinan. Kehamilan maupun hasil kehamilan tidak terpengaruh.

C.PARESE OBSTETRIK MATERNAL

Kepala bayi, pemakaian forcep dan posisi yang tidak sesuai pada sandaran tungkai dapat
menyebabkan jebakan saraf perifer (entrapment of peripheral nerve)intrapartum.
Disproporsi sefalopelvik dan dystosia sering mendahului penyakit ini.Umumnya ibu hamil
yang terkena adalah primipara dengan keluhan nyeri tajam atau terbakar.Parese obstetrik
maternal yang tersering adalah iritasi / kompresi unilateral pada pleksus lumbosacral (radiks
L4 dan L5) oleh kening janin saat melewati tepi posterior pelvis. Perbaikan biasanya terjadi
dalam waktu 6 minggu.

GANGGUAN CEREBRAL CHOREA GRAVIDARUM

Chorea gravidarum adalah suatu gerakan involunter berupa gangguan hiperkinetikyang


ditandai dengan gerakan tungkai yang kasar, cepat, tidak dapat dipertahankan, tanpatujuan,
ireguler dan tidak berirama.Penyebab yang paling sering adalah penyakit jantung rematik,
sistemik lupus eritamatosus, antiphospholipid antibodi. Selain itu dapat disebabkan oleh
Wilson”sdisease, Cerebrovascular disease, Meningovascular syphilis,
Hyperthyroidism,Neuroacanthocytosis, Huntington”s disease, Adult onset Tay Sachs, obat-
obatan :Antiepileptic drug, Neuroleptic, Theophylline derivates, Lithium, Tricyclic
antidepressants, Lead toxicity, Amphetamines, Cocaine, Metaclopramide,Chorea
gravidarum biasanya timbul pada trimester kedua kehamilan dan sembuhspontan dalam
waktu minggu sampai bulan, sering dalam waktu singkat setelah melahirkan. Pilihan terapi
tergantung pada penyebab dan beratnya penyakit. Haloperidol dan kortikosteroid dapat
digunakan untuk terapi jangka pendek.

KORIOKARSINOMA

Manifestasi serebral sering merupakan gejala dari tumor ini. Metastasis pertamake paru dan
kemudian ke otak yang dapat terjadi berbulan-bulan setelah kehamilan molaatau abortus,
tetapi kira-kira 15 % dari tumor ini timbul setelah kehamilan normal.Gambaran awal adalah
kejang, perdarahan, infark, defisit neurologis yang progreasifcepat. Tumor dapat menginvasi
pleksus sakralis, cauda equina atau canalis spinalis.Pengobatan dengan kemoterapi, radiasi
dan operasi dapat berhasil jika diagnosisditegakkan sedini mungkin.

HIPERTENSI INTRAKRANIAL IDIOPATIK (PSEUDO TUMOR SEREBRI)

Hipertensi Intrakranial Idiopatik (HII) memburuk pada kehamilan. Sebaiknyamenunda


kehamilan sampai semua gejala hilang. Pengakhiran kehamilan tidakdianjurkan. Bayi bisa
sehat meskipun HII timbul sebelum atau selama kehamilan. Hal biasanya berkembang pada
kehamilan 14 minggu dan menghilang setelah 1-3 bulan,tetapi kadang-kadang menetap
sampai awal puerpuralis. Penatalaksanaan sama denganwanita tidak hamil yaitu melakukan
punksi lumbal untuk menurunkan tekanan intra kranial dan mengurangi nyeri kepala,
Acetazolamide oral, 250 mg diberikan 2 kali sehari,selain itu elektolit hendak dimonitor
untuk menghindari acidosis metabolik. Biasanyatidak kambuh lagi pada kehamilan
berikutnya

EPILEPSI
Insidens kejang pada kehamilan adalah 0,3 – 0,6 %. Kira-kira 1/3 kasusfrekuensi serangan
meningkat, 1/3 tidak berubah dan 1/3 membaik pada saat kehamilan.Meningkatnya
frekuensi serangan terutama terjadi dalam trimester terakhir dan terutama pada penderta
epilepsi berat. Perubahan farmakokinetik antikonvulsan selama kehamilan dianggap
sebagaipenyebab meningkatnya frekuensi kejang selama kehamilan. Metabolisme hepar
yang meningkat, absorpsi gastrointestinal yang menurun serta peningkatan
konsentrasiestrogen dan progesteron mempercepat metabolisme enzim. Peningkatan
klirens ginjal dan volume distribusi menurunkan konsentrasi obat dalam serum, perubahan
inidiimbangi dengan penurunan protein-binding site yang disebabkan oleh penurunan
albumin plasma oleh karena itu Kadar konsentrasi obat antiepileptik serum seharusnya
dimonitor paling kurang 1 kali tiap trimester, dalam bulan terakhir kehamilan dan dalam8
minggu postpartum. Pemantauan kadar konsentrasi obat anti epileptik harus dilakukan lebih
sering pada frekuensi kejang yang tinggi, terdapat tanda dan gejala toksisitas, adanya
kecurigaan penderita tidak patuh, riwayat peningkatan frekuensi kejang atau status
epileptik sebelum hamil. Pengaturan pengobatan harus dibuat untuk mengontrolkejang dan
mempertahankan konsentrasi serum pada rentang terapeutik saat mendekati aterm. Untuk
menghindari toksistas dosis obat sebaiknya diturunkan setelah 1 bulanpostpartum.7Selama
kehamilan konsentrasi Carbamazepin, fenitoin, valproic acid dan fenobarbital menurun.
Hanya konssentrasi fenobarbital bebas menurun, dan konsentrasi valproic acid bebas jelas
meningkat. Penanganan Epilepsi Pada Kehamilan Protokol yang disetujui bersama dalam
penanganan wanita dengan epilepsi selama kehamilan adalah :

1. Gunakan obat pilihan pertama yang sesuai jenis kejang dan sindromepilepsi.

2. Gunakan prinsip monoterapi dengan dosis dan kadar dalam plasma yangpaling rendah
dan efektif untuk melindungi terhadap kejang tonik-klonik.

3. Hindari penggunaan valproate atau carbamazepine apabila ada riwayat keluarga tentang
defek neural tube.

4. Hindari politerapi, khususnya kombinasi dengan valproate, carbamazepine dan


fenobarbital.
5. Monitor kadar OAE dalam plasma secara teratur dan apabila mungkin,periksalah kadar
OAE bebas atau terikat.

6. Pemakaian suplemen asam folat setiap hari dan pastikan kadar plasma normal dan kadar
folat sel darah merah selama periode organogenesis pada trimester pertama.

7. Apabila diberikan valproat, hindarilah kadar dalam plasma yang tinggi. Bagilah obat tadi 3
– 4 kali pemberian setiap harinya.

8. Pada kasus-kasus yang diberi valproat atau carbamazepine, tawarkanlah untuk


pemeriksaan alfa fetoprotein pada umur kehamilan 16 minggu dan pemeriksaan
ultrasonografi pada kehamilan 18 – 19 minggu, untuk mencari defek neuraltube.
Ultrasonografi pada kehamilan 22-24 minggudapat mendeteksi sumbing dan kelainan
jantung.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Refleks pada manusia dibedakan menjadi tiga terdiri dari refleks fisiologis,
patologis dan primitif. Pemeriksaan refleks fisiologis rutin dilakukan untuk
mengevaluasi fungsi sensorimotor pada tubuh. Hasil pemeriksaan dapat memberikan
hasil normal, meningkat (hiperefleks), menurun (hiporefleks) atau tidak ada refleks.
Untuk dapat menegakkan diagnosis kasus neurologis, diperlukan anamnesis yang
cermat serta ketrampilan pemeriksaan fisik neurologis yang baik.
Pemeriksaan fisik neurologis yang dilakukan dengan teknik yang benar akan
memberikan hasil yang benar dan sangat membantu dalam penegakan diagnosis.
Sebaliknya, pemeriksaan fisik neurologis yang dilakukan dengan teknik yang salah
akan memberikan hasil yang salah pula sehingga diagnosis yang ditegakkan menjadi
kurang tepat.

B. SARAN
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi semua kalangan.
Pada makalah ini memang masih banyak terdapat kekurangan sehingga diharapkan
supaya dilanjutkan dengan penelitian – penelitian yang serupa pada kasus ini yang
jauh lebih sempurna.

Anda mungkin juga menyukai