Anda di halaman 1dari 106

TUGAS KKPMT 3

Diseses Of The Nervous System

Blok G80 G83

Disusun Oleh :

1. Ratih Wulandari (G41150483)


2. Malika Regina Adjani (G41150488)
3. Rizkiningtyas Dwi Anggreini (G41150489)
4. Dwi Rosita (G41150490)
5. Moch. Rizqi Putra Mahendra (G44150492)
6. Maria Veronika Dyah A.I.P (G41150471)

Golongan B

Semester 4

PROGRAM STUDI D-IV REKAM MEDIK

JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2017

KATA PENGANTAR

I
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmatnya kepada Kami, sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas KKPMT3
Makalah Blok G80 G83 dengan baik dan dengan segala kemampuan yang
Kami miliki. Kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dikarenakan
bimbingan dari dosen Kami yang telah banyak bersabar dalam mengajar dan
selalu memberikan pemahaman langkah demi langkah sehingga kami dapat
mengerti sedikit Anatomi, Fisiologi, Patologi Sistem Saraf Pada Manusia.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
memohon saran dan kritiknya. Terima kasih.

Jember, 5 Mei 2017

Penulis

DAFTAR ISI

II
COVER.................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................. II

DAFTAR ISI.......................................................................................................... III

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang


kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain.
Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi
antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem saraf manusia
dibagi 2 yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.Sistem tubuh yang
penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh
lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi
antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi
sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal segala
fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi
kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon
terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari sistem
saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku
individu.
Gangguan sistem saraf bisa terjadi pada sistem saraf pusat dan
perifer. Dengan kata lain, otak, sumsum tulang belakang, saraf kranial,
saraf perifer, akar saraf, sistem saraf otonom, neuromuscular junction,
dan otot. Salah satu masalah yang muncul pada penderita gangguan
saraf yaitu adanya gangguan pada fungsi motoriknya. Pada kode G80-
G80.3 membahas gangguan sistem saraf tentang cerebral palsy dan
paralytic syndrome.
Cerebral palsy merupakan brain injury yaitu suatu kondisi yang
mempengaruhi pengendalian sistem motorik sebagai akibat lesi dalam
otak, atau suatu penyakit neuromuskuler yang disebabkan oleh gangguan
perkembangan atau kerusakan sebagian dari otak yang berhubungan
dengan pengendalian fungsi motorik. Gangguan ini ditandai dengan
perkembangan motorik yang abnormal atau terlambat. Cerebral palsy
dapat menyebabkan gangguan sikap (postur), control gerak, gangguan
kekuatan otot yang biasanya disertai gangguan neurologic berupa

IV
kelumpuhan, spastic, gangguan basal ganglia, cerebellum, dan kelainan
mental (mental retardation). American Academy for Cerebral Palsy
mengemukakan klasifikasi gambaran klinis cerebral palsy sebagai
berikut : klasifikasi neuromotorik yaitu, spastic, atetois, rigiditas, ataxia,
tremor, dan mixed. Sedangkan berdasarkan bagian tubuh yang terkena
CP dibedakan menjadi hemiplegia, diplegi, dan quadriplegia.
Paralytic syndromes merupakan kelumpuhan paling sering
disebabkan oleh luka atau stroke. Menyebarkan kelumpuhan dapat
mengindikasikan penyakit degeneratif, penyakit inflamasi seperti sindrom
guillain-barre atau CIPD, gangguan metabolik, atau penyakit demi
kelestarian warisan.

B. Rumusan masalah
- Apa saja gangguan yang ada pada kode G80-G80.3 ?
- Apa definisi, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan dan terapi
tentang gangguan sistem saraf yang ada pada kode G80-G80.3 ?

C. Tujuan
- Untuk mengetahui macam-macam gangguan pada sistem saraf yang
ada pada kode G80-G80.3
- Untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan
dan terapi tentang gangguan yang ada pada kode G80-G80.3

V
BAB II
PEMBAHASAN

G80 Cerebral Palsy


Definisi
Cerebral palsy merupakan brain injury yaitu suatu kondisi
yang mempengaruhi pengendalian sistem motorik sebagai akibat
lesi dalam otak, atau suatu penyakit neuromuskuler yang
disebabkan oleh gangguan perkembangan atau kerusakan
sebagian dari otak yang berhubungan dengan pengendalian
fungsi motorik.
Etiologi
Cerebral palsy dapat disebabkan faktor genetik maupun
faktor lainnya. Apabila ditemukan lebih dari satu anak yang
menderita kelainan ini dalam suatu keluarga, maka kemungkinan
besar disebabkan faktor genetik. Waktu terjadinya kerusakan otak
secara garis besar dapat dibagi pada masa prenatal, perinatal dan
post natal.
a. Prenatal
Potensi yang mungkin terjadi pada tahap
prenatal adalah infeksi pada masa kehamilan. Infeksi
merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan
kelainan pada janin, misalnya infeksi oleh toksoplasma,
rubela dan penyakit inklusi sitomegalik.
b. Perinatal
Pada masa bayi dilahirkan ada beberapa resiko
yang dapat menimbulkan cerebral palsy, antara lain:
Brain injury atau cidera pada kepala bayi dapat
mengakibatkan Anoksia atau Hipoksia, pendarahan
otak
c. Post natal
Pada masa postnatal bayi beresiko
mendapatkan paparan dari luar yang dapat

1
mempengaruhi perkembangan otak, yang mungkin
dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada otak.
Patofisiologi
Patofisiologi dari cerebral palsy sangat berkaitan dengan
proses perkembangan otak manusia dan hal-hal yang dapat
mempengaruhi perkembangan tersebut. Perkembangan otak
manusia dan waktu puncak terjadinya meliputi berikut :
1. Neurulasi primer = Minggu 3-4 kehamilan
2. Perkembangan Prosensefalik = Bulan 2-3 kehamilan
3. Proliferasi neuronal = Bulan 3-4 kehamilan
4. Migrasi neuronal = Bulan 3-5 kehamilan
5. Organisasi = Bulan 5 dari kehamilan sampai bertahun-
tahun pasca kelahiran
6. Mielinisasi = Lahir sampai bertahun-tahun pasca kelahiran
Penelitian kohort telah menunjukan peningkatan risiko
pada anak yang lahir sedikit prematur atau postterm (42 minggu)
dibandingkan dengan anak yang lahir pada 40 minggu.
Penatalaksanaan
a. Medik
Pengobatan kausal tidak ada, hanya
simtomatik. Pada keadaan ini perlu kerja sama yang
baik dan merupakan suatu tim dokter anak, neurolog,
psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi,
psikolog, fisioterapi, occupatiional therapist, pekerja
sosial, guru sekolah luar biasa dan orangtua pasien.
b. Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara
intensif. Orang tua turut membantu program latihan
dirumah. Untuk mencegah kontraktur perlu
diperhatikan posisi pasien pada waktu istirahat atau
tidur. Bagi pasien yang berat dianjurkan untuk
sementara tinggal dipusat latihan. Fisioterapi ini
dilakukan sepanjang pasien hidup.
c. Tindakan bedah

2
Bila terdapat hipertonus otot atau
hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan
pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi
kelainan tersebut. Pembedahan stereotatik dianjurkan
pada pasien dengan pergerakan koreotetosis yang
berlebihan.
d. Obat-obatan
Pasien cerebral palsy (CP) yang dengan gejala
motorik ringan adalah baik, makin banyak gejala
penyertanya dan makin berat gejala motoriknya makin
buruk prognosisnya. Bila di negara maju ada tersedia
institute cerebral palsy untuk merawat atau untuk
menempung pasien ini.
e. Tindakan keperawatan
Mengobservasi dengan cermat bayi-nayi baru
lahir yang beresiko (baca status bayi secara cermat
mengenai riwayat kehamilan/kelahirannya). jika
dijumpai adanya kejang atau sikap bayi yang tidak
biasa pada neonatus segera memberitahukan dokter
agar dapat dilakukan penanganan semestinya.
Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko
terjadi gangguan pada otak walaupun selama di ruang
perawatan tidak terjadi kelainan agar dipesankan
kepada orangtua/ibunya jika melihat sikap bayi tidak
normal supaya segera dibawa konsultasi ke dokter.
f. Occupational therapy
g. Ditujukan untuk meningkatkan kemampuan untuk
menolong diri sendiri, memperbaiki kemampuan
motorik halus, penderita dilatih supaya bisa
mengenakan pakaian, makan, minum dan
keterampilan lainnya.
h. Speech therapy
Diberikan pada anak dengan gangguan wicara
bahasa, yang ditangani seorang ahli.

3
G80.0 Spastic Quadriplegic Cerebral Palsy
Definisi
Cerebral palsy spastik quadriplegia adalah gangguan
postur badan gangguan gerakan yang bersifat non progresif yang
disebabkan oleh karena lesi atau perkembangan abnormal pada
otak yang sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya
yang ditandai dengan peningkatan reflex tendon,
hiperkontraktilitas pada keempat ekstremitas dan klonus yang
terjadi pada anggota gerak bawah.
Etiologi
Periode terjadinya kerusakan otak dikelompokan dalam 3
katergori yaitu:
- Prenatal
Potensi yang mungkin terjadi pada tahap
prenatal adalah infeksi pada masa kehamilan.
- Perinatal
Pada masa bayi dilahirkan ada beberapa resiko
yang dapat menimbulkan cerebral palsy, antara lain :
Brain injury atau cidera pada kepala bayi dapat
mengakibatkan Anoksia/hipoksia, Pendarahan otak.
- Post natal.
Pada masa postnatal bayi beresiko
mendapatkan paparan dari luar yang dapat
mempengaruhi perkembangan otak, yang mungkin
dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada otak.
Patofisiologi
Penyebab cerebral palsy spastik quadriplegia yaitu pada
waktu kehamilan antara minggu ke 26 sampai dengan minggu ke
34 masa kehamilan, area periventricular white matter yang
mendekati dengan lateral ventricles sangat rentan terhadap
cidera. Apabila area ini membawa fiber yang bertanggung jawab
terhadap control motorik dan tonus otot pada kaki, cedera dapat
menyebabkan spastic diplegi. Saat lesi yang lebih besar

4
menyebar sebelum area fiber berkurang dari korteks motorik, hal
ini dapat melibatkan centrum semiovale dan corona radiate, yang
dapat menyebabkan spastic quadriplegia.
Penatalaksanaan
Pelaksanaan pada kondisi spastic quadriplegic cerebral
palsy ini dilakukan dengan metode Neuro Development Treatmen
(NDT) sebagai berikut:
1. Inhibisi spastisitas
a. Inhibisi flexi elbowdan jari-jari
Posisi pasien duduk long sitting. Posisi
terapis duduk dibelakang pasien. Kemudian terapis
memposisikan tangan pasien ke belakang seperti
menyangga tubuh pasien, jari-jari yang
menggenggam dibuka dijadikan sebagai tumpuan,
elbow di ekstensikan pegangan terapis pada elbow
pasien, dilakukan 8 kali hitungan dan 8 kali
pengulangan.
b. Inhibisi adductor dan endorotasi Hip
Posisi pasien duduk long sitting, posisi
terapis duduk dibelakang pasien. Kemudian terapis
memegang pada bagian medial lutut, lalu tungkai di
gerakan keluar dan punggung pasien di dorong ke
depan seperti posisi duduk tegak. Dilakukan 8 kali
hitungan dan 8 kali pengulangan.
c. Inhibisi plantar flexi Ankle
Posisi pasien duduk long sitting, posisi
terapis duduk dibelakang pasien dan terapis yang
satunya duduk didepan kaki pasien (caudal).
Terapis yang di depan kaki pasien (caudal)
menggerakan kaki pasien ke arah dorsi flexi
dengan pengangan pada tumit dan jari-jari kaki.
Dilakukan 8 kali hitungan dan 8 kali pengulangan.
d. Inhibisi flexi, ekstensor Hip dan Knee

5
Posisi pasien dipangkuan terapis, posisi
terapis duduk dibelakang pasien. Terapis
menggerakan kaki pasien kearah flexi dan ekstensi
bergantian dengan kaki kiri, pengang terapis pada
lutut kanan dan kiri pasien. Dilakukan 8 kali
hitungan dan 8 kali pengulangan.
2. Stimulasi
Teknik yang digunakan dalam stimulasi yaitu
proprioseptif dan taktil dengan menggunakan tepukan
(tapping), penekanan sendi (kompresi/aproximasi),
traksi sendi, penahanan berat (weigh bearing),
gosokan es secara cepat dan stroking.
3. Fasilitasi
- Fasilitasi dari tidur ke duduk
- Fasilitasi dari tengkurap ke merangkak
- Fasilitasi dari duduk ke berdiri
- Fasilitasi dari berdiri ke berjalan

G80.1 Spastic Diplegic Cerebral Palsy


Definisi
Cerebral palsy spastik diplegia adalah gangguan pada otak
yang bersifat non-progresif yang disebabkan oleh adanya lesi atau
perkembangan abnormal pada otak yang ditandai dengan
spasme, otot-otot dan gerakan kaku yang menyertai kedua sisi
tubuh dan bagian yang terkena adalah kedua belah kaki.

Etiologi
Spastic diplegic cerebral palsy disebabkan oleh adanya
lesi atau perkembangan abnormal pada otak.
Patofisiologi
Cerebral Palsy spastik diplegi dari beberapa literature
disebabkan karena adanya haemorage dan periventricular
leukomalacia pada area subtanstia alba yang merupakan area
terbesar dari kortek motor. Periventricular leukomalacia adalah

6
necrosis dari substasia alba sekitar ventrikel akibat dari
menurunnya kadar oksigen dan arus darah pada otak yang
biasanya terjadi pada spastik diplegi. Periventricular leukomalacia
sering terjadi bersamaan dengan lesi haemoragic dan potensi
terjadi selama apnoe pada bayi prematur. Baik periventricular
leukomalacia maupun lesi haemoragic dapat menyebabkan
Cerebral palsy spastik diplegi.
Penatalaksanaan
- Terapi fisik
Terapi fisik dapat membantu melonggarkan otot
kaku, meningkatkan penyembuhan fisik dan kesehatan,
membantu keseimbangan dan masalah postur tubuh,
membangun stamina dan kekuatan, dan banyak lagi.
- Obat
Obat untuk membantu anak mengatasi rasa sakit
dan mengurangi kejang.
- Terapi pijat atau yoga
Terapi pijat dan yoga, yang membantu melemaskan
otot melalui pijat yang dalam dan membangun kekuatan
dan kedamaian batin.
- Rhizotomy dorsal selektif (SDR)
Adalah jenis operasi yang lebih baru yang
memerlukan pemotongan talil saraf akar saraf abnormal di
sumsum tulang belakang, yang dapat membantu
mencegah kelainan bentuk dan memperbaiki fungsi
penglihatan, bicara, dan kaki. Bentuk operasi ini biasanya
diperuntukkan bagi anak-anak yang lebih muda berusia
antara dua sampai empat tahun.
Congenital Spastic Paralysis (Cerebral)
Definisi
Cerebral palsy adalah kelainan yang berasal dari otak dan
mengganggu pergerakan. 90% - 95% kasus cerebral palsy adalah
congenital cerebral palsy. Bawaan berarti bahwa kelainan terjadi
saat lahir. Kelumpuhan otak kongenital terjadi saat otak bayi tidak

7
berkembang secara normal di dalam rahim atau bila kerusakan
otak telah terjadi selama perkembangan.
Etiologi
Penyebabnya sering tidak diketahui. Diperkirakan terjadi
dengan kejadian spesifik pada masa kehamilan atau sekitar
kelahiran dimana terjadi kerusakan motorik pada otak yang
sedang berkembang. Beberapa penyebab congenital spastic
paralysis (cerebral) yaitu :
- Infeksi selama kehamilan
- Ikterus neonatorum
- Kekurangan oksigen berat (hipoksik iskemik) pada
otak atau trauma kepala selama proses persalinan.
- Stroke
Patofisiologi
Congenital cerebral palsy pada satu sisi lainnya tampak
pada saat kelahiran. Pada banyak kasus, penyebab congenital
cerebal palsy sering tidak diketahui . Diperkirakan terjadi dengan
kejadian spesifik pada masa kehamilan atau sekitar kelahiran
dimana terjadi kerusakan motoric pada otak yang sedang
berkembang .
Congenital cerebral palsy disebabkan oleh :
- Infeksi selama kehamilan
Rubella dapat menginfeksi ibu hamil dan fetus
dalam uterus, hal ini akan menyebabkan kerusakan sistem
saraf yang sedang berkembang, infeksi lain yang dapat
menyebabkan cedera otak fetus meliputi cytomegalovirus
dan toxoplasmosis. Pada saat ini sering dijumpai infeksi
meternal lain yang dihubungkan dengan cerebral palsy.
- Ikterus neonatorum
Pigmen bilirubin merupakan komponen yang
secara normal dijumpai dalam jumlah kecil dalam darah,
itu merupakan hasil produksi dari pemecahan eritsosit. Jika
banyak eritrosit mengalami kerusakan dalam waktu yang
singkat, misalnya dalam keadaan Rh/ABO inkompatibilitas,

8
bilirubin indirek akan meningkat dan menyebabkan ikterus.
Ikterus berat dan tidak diterapi dapat merusak sel otak
secara permanen.
- Kekurangan oksigen berat (hipoksik iskemik) pada otak
atau trauma kepala selama proses persalinan.
Asphixia sering dijumpai pada bayi-bayi dengan
kesulitan persalinan. Asphixia menyebabkan rendahnya
suplai oksigen pada otak bayi pada periode lama,
sehingga anak tersebut akan mengalami kerusakan otak
yang dikenal hipoksik iskemik encephalopathy. Angka
mortalitas meningkat pada kodisi asphixia berat, tetapi
beberapa bayi yang bertahan hidup dapat menjadi cerebral
palsy, dimana dapat bersama dengan gangguan mental
dan kejang.
- Stroke
Kelainan koagulasi pada ibu atau bayi dapat
menyebabkan stroke pada fetus atau bayi lahir.
Pendarahan di otak terjadi pada beberapa kasus. Stroke
yang terjadi pada fetus atau bayi baru lahir, akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak dan meyebabkan
masalah neurologis.
Penatalaksanaan
- Terapi fisik
Memperkuat otot lemah dan membantu mencegah
kontraksi otot. Banyak pasien cerebral palsy membuat
kemajuan substansial dengan terapi fisik dan dapat
melakukan berbagai aktivitas yang mungkin tidak dapat
mereka lakukan tanpa bantuan ekstra ini.
- Obat
Obat digunakan untuk mengendurkan otot spastik.
Obat anti-kejang digunakan untuk mengendalikan kejang.
Obat lain digunakan untuk mencegah atau mengendalikan
masalah lain yang terkait dengan cerebral palsy, seperti
masalah usus.

9
- Pembedahan
Pembedahan mungkin diperlukan untuk
memperbaiki kontraktur atau masalah sendi seperti
pergelangan kaki equinus.
- Kawat gigi juga dapat membantu mencegah
atau memperbaiki beberapa masalah sendi.
- Bentuk dukungan ortopedi lainnya dapat
membuat hidup lebih mudah bagi pasien
cerebral palsy.
Spastic Cerebral Palsy
Definisi
Adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh kerusakan
otak , baik sebelum atau selama kelahiran, atau pada tahun-tahun
pertama kehidupan anak.
Etiologi
Spastic cerebral palsy disebabkan oleh kerusakan otak,
baik sebelum atau selama kelahiran, atau pada tahun-tahun
pertama kehidupan anak.
Patofisiologi

Spastic cerebral palsy adalah bentuk gangguan yang


paling umum, yang mempengaruhi sekitar 70% sampai 80% dari
semua orang yang didiagnosis. Bentuk cerebral palsy ini terutama
menyerang kelompok otot, namun bisa juga menciptakan kelainan
terkait.

Spastic cerebral palsy adalah suatu kondisi yang


disebabkan oleh kerusakan otak , baik sebelum atau selama
kelahiran, atau pada tahun-tahun pertama kehidupan anak. Ini
biasanya lebih jelas setelah tahun pertama, karena gejalanya
menjadi lebih menonjol. Ini adalah gangguan perkembangan yang
mempengaruhi perkembangan fungsi motorik normal. Fungsi
motor yang terganggu membuat anak sulit untuk mengambil
benda kecil.

10
Otot membutuhkan nada yang cukup untuk
mempertahankan postur tubuh yang benar, untuk membantu
seseorang berjalan dengan benar, dan untuk menjaga kecepatan
dan fleksibilitas. Serabut saraf sensorik, melalui sumsum tulang
belakang dan saraf, berinteraksi dengan otot dan membantu
mengendalikan bagaimana mereka bergerak.

Bagi seseorang dengan spastic cerebral palsy, kerusakan


otak cenderung mempengaruhi gerakan kontrol otot, terutama
pada lengan dan tungkai. Pada gilirannya, ini mempengaruhi
sumsum tulang belakang dan reaksi saraf terhadap kontrol otot,
membuatnya kaku, tegang, dan kejang. Semakin cepat seseorang
bergerak, semakin kaku ototnya.

Anak-anak yang lahir dengan otak spastik tidak memiliki


bentuk-bentuk kelainan pada saat lahir, namun seiring waktu
dapat berkembang, karena kekentalan otot dan keterbatasan
peregangan. Kelumpuhan cerebral spastik dapat dikaitkan dengan
cerebral palsy quadriplegic, dipurnic, atau hemiplegia.

Spastic Cerebral palsy ditandai dengan hipertonia, yang


berarti peningkatan tonus otot. Nada otot yang meningkat
menyebabkan anggota badan kaku dan kadang terasa sakit.
Gejala lainnya meliputi:

Gerakan anggota tubuh tidak disengaja


Kontraksi otot kontinyu

Berjalan tidak normal, ditandai dengan lutut bersilang atau


saling bersentuhan

Kontraktur bersama

Kelemahan otot

Lengan dan / atau tangan terselip di sisi tubuh

11
Kemampuan peregangan limite

Fleksi pada siku, pergelangan tangan, dan jari

Anak-anak dengan spastic cerebral palsy juga dapat


mengembangkan gejala sistem saraf dan saraf, yang dapat
mencakup:

Masalah bicara (ucapan yang tidak jelas dan gerakan lisan


yang lamban)
Masalah pendengaran

Masalah visi

Mempelajari ketidakmampuan

Kejang

Gejala tambahan mungkin termasuk:

Drooling
Pernafasan tak bernafas

Kesulitan dengan mengunyah dan menelan

Suara serak atau terdengar kencang

Penatalaksanaan

Meskipun tidak ada obat untuk segala bentuk cerebral


palsy, ada sejumlah pilihan pengobatan yang tersedia untuk
membantu mengendalikan gejala, termasuk:

Obat anti kejang


Terapi fisik, bahasa, perilaku, dan pekerjaan

Pompa Baclofen (untuk membantu mengendalikan kejang


otot dan gerakan tersentak)

12
Operasi sumsum tulang belakang (untuk mengurangi
kejang)

Kendala-induced therapy (CIT)

Prosedur operasi pelepasan otot

Prosedur operasi pemanjangan tendon

Papan komunikasi

Pilihan pengobatan akan tergantung pada usia anak,


seberapa parah gejalanya, dan gangguan yang terkait.
G80.2 Spastic Hemiplegic Cerebral Palsy
Definisi
Hemiplegia spastik adalah salah satu jenis cerebral palsy
yang lebih umum. Hemiplegia berarti bahwa kondisinya hanya
mempengaruhi satu sisi tubuh.
Etiologi

Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap


perkembangan hemiplegia spastik. Stroke adalah salah satu
penyebabnya, namun banyak orang tidak menyadari anak-anak,
bayi yang belum lahir, dan bayi yang baru lahir dapat menderita
stroke yang mengakibatkan kerusakan otak dan perkembangan
cerebral palsy. Beberapa faktor lain yang bisa menyebabkan
hemiplegia spastik antara lain:

Cedera pada kepala atau kekurangan oksigen selama


kelahiran (penyebab paling umum).
Tumor otak.

Sindrom Sturge-Weber (kondisi bawaan).

Sindrom migrain (ini adalah kumpulan gejala yang berbeda


yang meliputi sakit kepala, gangguan pada penglihatan,
dan mual meskipun ini biasanya bersifat sementara).

13
Meningitis, ensefalitis, dan infeksi otak lainnya. Jika ibu
mengalami infeksi selama kehamilan, hal itu juga bisa
menyebabkan kerusakan otak pada janin.

Multiple sclerosis dan myelitis (sering akibat vaskulitis).

Koma hiperkmolar nonketotik, komplikasi diabetes.

Penyakit keturunan disebut leuokodystorphies.

Arteri dan vena yang tidak terbentuk dengan benar juga


bisa menyebabkan hemiplegia spastik.

Patofisiologi
Hemiplegia ditandai dengan fleksi hip lemah dan
dorsofleksi pergelangan kaki,sebuah otot tibialis posterior yang
terlalu aktif, kaki supinasi dalam sikap, sikapekstremitas atas
(yaitu, sering diadakan dengan bahu adduksi, siku tertekuk,
lenganbawah terpronasi, pergelangan tangan tertekuk, tangan
mengepal dalam tinju denganibu jari di telapak tangan), sensasi
terganggu, 2-titik diskriminasi terganggu, dan/ataurasa posisi
terganggu. Beberapa gangguan kognitif ditemukan pada sekitar
28% daripasien tersebut. Dengan demikian, cerebral palsy spastik
hemiplegia meliputipresentasi fisik klasik berikut:
Defisit satu sisi upper motor neuron
Lengan umumnya dipengaruhi lebih dari kaki; mungkin
tangan preferensi awalatau kelemahan relatif pada satu
sisi; gaya berjalan mungkin ditandai dengancircumduction
dari ekstremitas bawah pada sisi yang terkena
ketidakmampuan belajar spesifik
Oromotor disfungsi
Kemungkinan defisit sensorik sepihak
Defisit medan penglihatan (misalnya, hemianopsie
homonymous) dan strabismus
Kejang

14
Penatalaksanaan
- Terapi fisik

Sama seperti bentuk cerebral palsy lainnya. Ini


bisa melibatkan sejumlah metode yang semuanya
memfokuskan perhatian mereka pada membangun
kekuatan otot dan mencegah kekakuan otot lebih
lanjut. Pasien dengan hemiplegia spastik juga
menerima pengobatan untuk mengendurkan otot
kejang dan mengobati kejang dan komplikasi lain yang
mungkin terjadi. Jika ada kelainan pada tungkai,
operasi mungkin bisa membantu.
- Terapi rintangan dan jenis perangkat ortopedi lainya
Terapi rintangan dan jenis perangkat ortopedi
lainnya yang membantu mendukung gerakan anak
dan mencegah agar anggota badan tidak berubah
bentuk.

G80.3 Dyskinetic Cerebral Palsy


Athetoid Cerebral Palsy
Definisi
Athetoid Cerebral Palsy (juga dikenal sebagai cerebral
palsy diskinetic) adalah gangguan gerakan yang disebabkan oleh
kerusakan pada otak yang sedang berkembang. Athetoid cerebral
palsy ditandai oleh fluktuasi otot yang antara keduanya terlalu
ketat dan terlalu longgar. Fluktuasi otot sering menyebabkan
kejang. Atetoid cerebral palsy biasanya mempengaruhi
keseluruhan tubuh dan bukan daerah tertentu. Menariknya,
sebagian besar orang dengan athetoid cerebral palsy memiliki
kecerdasan di atas rata-rata.
Etiologi
Athetoid cerebral palsy disebabkan oleh kerusakan pada
ganglia basal dan atau otak kecil.
Patofisilogi

15
Athetoid cerebral palsy, seperti semua jenis cerebral palsy,
disebabkan oleh kerusakan otak. Kerusakan yang membuat gejala
cerebral palsy diskinetik terletak di serebelum atau ganglia
basalis. Daerah otak ini membantu mengendalikan gerakan.
Secara khusus, serebelum dan ganglia basal bertanggung jawab
untuk memproses sinyal saraf yang memungkinkan gerakan
terkoordinasi dan lancar serta menjaga postur tubuh. Kerusakan
pada area ini bisa membuat orang berkembang lamban, acak,
gerakan tak disengaja.
Kerusakan otak yang menyebabkan athetoid cerebral
palsy dapat terjadi dalam berbagai cara. Kerusakan otak yang
menyebabkan cerebral palsy pada umumnya biasanya akibat
kekurangan oksigen yang sampai ke otak selama perkembangan
janin. Cara lain kerusakan otak dapat terjadi meliputi : Perawatan
pra-kelahiran yang buruk, penyalahgunaan alkohol atau obat-
obatan saat hamil, trauma kepala, infeksi virus selama kehamilan
atau pendarahan di otak.
Penelitian telah menunjukkan athetoid cerebral palsy
memiliki hubungan yang lebih tinggi dari normal dengan
kerusakan otak yang berpotensi disebabkan oleh penyakit kuning.
Kerusakan otak terjadi akibat peningkatan jumlah bilirubin dalam
darah bayi. Bila peningkatan bilirubin meningkat ke konsentrasi
tinggi, hal itu menyebabkan penyakit kuning. Akhirnya bisa
menyebabkan kerusakan otak jenis tertentu yang disebut
kernicterus, yang juga menyebabkan gangguan pendengaran.
Bilirubin dapat meningkat pada bayi akibat efek obat tertentu,
infeksi dan ketidakstabilan darah faktor Rh antara ibu dan bayi.
Penatalaksanaan
- Terapi fisik
Terapi fisik biasanya menggabungkan serangkaian
latihan, latihan kekuatan, pita resistensi dan mesin untuk
membantu memperbaiki nada otot rendah. Terapis fisik
bekerja dengan anak-anak dan orang dewasa dengan
cerebral palsy untuk mengatasi gangguan sensorik, seperti

16
sentuhan dan persepsi mendalam, yang membuat gerakan
lebih sulit.
Terapis fisik akan menggunakan berbagai latihan
untuk meningkatkan kekuatan otot-otot ini dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
- Terapi okupasi
Terapi okupasi digunakan untuk meningkatkan
kemampuan anak untuk bermain dan belajar mandiri.
Latihan khusus yang digunakan dalam terapi okupasi
untuk athetoid cerebral palsy termasuk peregangan
dengan bobot dan peralatan resistif, serta menggabungkan
aktivitas fungsional dan aktivitas bermain untuk membuat
anak tetap tertarik. Terapi okupasi akan memungkinkan
anak membentuk hubungan dan merespons tuntutan
kehidupan sehari-hari dengan peningkatan mobilitas dan
kepercayaan diri.
- Terapi berbicara
Digunakan untuk mengatasi masalah ini, juga
meningkatkan perkembangan bahasa dan kosakata,
artikulasi dan pengendalian pernapasan.
- Obat
Sebagian besar obat yang diresepkan untuk
athetoid cerebral palsy digunakan untuk mengobati kondisi
sekunder yang diakibatkan oleh kerusakan otak
perkembangan.
- Operasi
Pembedahan untuk anak-anak dengan cerebral
palsy digunakan untuk memperbaiki dan mencegah
timbulnya persendian, otot dan tendon dengan
menyelaraskan bagian tubuh dengan benar untuk
mendorong pertumbuhan yang sehat. Meski tidak umum di
athetoid cerebral palsy, operasi bisa digunakan untuk
memperbaiki kelainan bentuk sendi dan dislokasi karena
tingginya kadar otot.

17
Dystonic Cerebral Palsy
Definisi
Dystonic cerebral palsy ditandai dengan dominasi gerakan
lambat dengan kekakuan otot dan postur tubuh yang tidak normal.
Dystonic cerebral palsy sering terjadi pada pasien yang juga
memiliki irregular (tinggi atau rendah) otot.
Etiologi

Dystonic cerebral palsy umumnya disebabkan oleh


kerusakan pada ganglia basal, bagian otak yang terlibat dalam
perekrutan otot gerakan. Apa pun yang mengubah atau
mempengaruhi perkembangan normal otak dapat menyebabkan
masalah dengan cara mentransmisikan informasi ke otot, dan
karena itu dapat menyebabkan cerebral palsy.

Patofisiologi

Dystonic cerebral palsy umumnya disebabkan oleh


kerusakan pada ganglia basal, bagian otak yang terlibat dalam
perekrutan otot gerakan.

Seorang anak dengan jenis cerebral palsy ini bisa tampak


gelisah dan terus beraktivitas. Kejang otot dapat menyebabkan
gerakan memutar, gerakan berulang atau postur tubuh yang tidak
normal (distonia) tiba-tiba, tidak beraturan, gerakan tersentak
(korea) atau gerakan berliku lebih lambat (athetosis) atau kadang
kombinasi gerakan ini (koreoathetosis). Anak mungkin juga
mengalami kesulitan menahan dirinya tegak saat duduk atau
berjalan.

Anak juga mungkin mengalami kesulitan mengendalikan


gerakan wajah, lidah, bibir, rahang, tenggorokan dan otot
pernapasan. Hal ini akan mempengaruhi ekspresi wajah
seseorang, ucapan, makan, minum dan kontrol air liur.

18
Gerakan abnormal sering meningkat dengan mengangkat
emosi, seperti kegembiraan atau stres. Relaksasi bisa membantu
mengurangi gejala tersebut. Gerakan biasanya hilang sama sekali
saat seseorang tertidur.

Penatalaksanaan

- Terapi fisik

- Terapi bicara dan bahasa

- Terapi okupasi.

- Obat merupakan solusi potensial bagi beberapa pasien. Ini


bisa membantu pasien mengatasi rasa sakit, dan untuk
mengatasi kejang lebih baik. Jika pasien masih memiliki
otot, beberapa obat dapat membantu untuk
melemaskannya. Orangtua dan pasien harus berbicara
dengan dokter tentang semua jenis terapi dan terapi yang
dapat mereka manfaatkan saat mencoba menghadapi
kondisi tersebut.

G80.4 Ataxic Cerebral Palsy


Definisi
Ataxic cerebral palsy adalah gangguan perkembangan
yang mempengaruhi fungsi motorik. Ataksis cerebral palsy
ditandai dengan masalah keseimbangan dan koordinasi.
Etiologi

Ataxic cerebral palsy umumnya disebabkan oleh


kerusakan otak atau perkembangan otak yang tidak normal.
Masalah otak bisa berkembang dari berbagai alasan, diantaranya:

Infeksi maternal dan paparan toksin


Lesi di otak berwarna putih, dikenal sebagai leukomalacia
periventrikular

19
Pendarahan otak bayi saat masih dalam kandungan,
disebabkan oleh stroke janin
Tekanan darah tinggi ibu, yang menempatkan bayi pada
kemungkinan stroke lebih besar

Kekurangan oksigen, yang terkadang bisa terjadi sebelum


atau selama persalinan yang sulit di mana bayi tidak ditarik
keluar pada waktunya.

Kesalahan medis, seperti tidak menjadwalkan dan


melakukan operasi darurat C-section, mengakibatkan
hilangnya oksigen.

Ruptur uterus, yang bisa menyebabkan kekurangan


oksigen

Kerusakan kabel plasenta atau umbilikalis

Patofisiologi

Ataxic cerebral palsy adalah suatu bentuk yang jarang dari


cerebral palsy mempengaruhi 4% sampai 5% dari anak-anak
dengan cerebral palsy. Ataxic cerebral palsy disebabkan oleh
kerusakan otak atau perkembangan otak abnormal. Infeksi pada
ibu atau bayi yang belum lahir dan paparan toksin dapat
menyebabkan otak janin tidak berkembang dengan baik. Selama
dua trimester pertama, otak janin sangat rentan untuk
berkembang secara tidak normal.

Ataxic cerebral palsy mungkin disebabkan oleh lesi


(lubang) pada materi putih otak; Ini disebut leukomalacia
periventrikular. Kerusakan pada materi putih mempengaruhi
seluruh tubuh karena bagian otak ini mengirimkan sinyal ke
seluruh sistem saraf, serta sinyal di dalam otak. Masalah putih
otak sangat rentan selama trimester ketiga.

20
Perdarahan pada otak bayi yang belum lahir bisa
menyebabkan kerusakan otak. Perdarahan di otak umumnya
disebabkan oleh stroke. Sebagian besar stroke janin adalah tipe
yang menyebabkan pendarahan. Mereka mungkin disebabkan
oleh pembuluh darah otak yang lemah. Kadang bekuan darah
terbentuk di plasenta, menyebabkan stroke iskemik dengan cara
menghalangi sirkulasi bayi.

Bila seorang ibu memiliki tekanan darah tinggi, bayi yang


belum lahir berisiko lebih besar terkena stroke. Tekanan darah
tinggi selama kehamilan sering terjadi, karena bayi yang sedang
tumbuh memberi tekanan ekstra pada sistem wanita. Tekanan
darah harus diperiksa dengan teliti selama kehamilan untuk
memastikan hasil yang sehat bagi ibu dan anak. Infeksi pada ibu
merupakan penyebab lain stroke pada bayi yang belum lahir;
Penyakit pelvis inflamasi sangat berisiko bagi janin.

Rahim dan plasenta mungkin terinfeksi oleh infeksi virus


maternal. Selama infeksi, tubuh memproduksi lebih banyak sitokin
(sejenis sel kekebalan) yang pada gilirannya menghasilkan
peradangan. Peradangan melawan infeksi, tapi bisa merusak otak
janin. Kerusakan otak janin juga terjadi jika otak kekurangan
oksigen untuk jangka waktu tertentu. Ketika cerebral palsy
awalnya digambarkan pada 1800-an, diperkirakan bahwa
kekurangan oksigen selama persalinan yang sulit menyebabkan
sebagian besar insiden kelainan tersebut. Saat ini, para ilmuwan
percaya bahwa kurang dari sepuluh persen kasus cerebral palsy
disebabkan oleh kekurangan oksigen selama persalinan.
Kekurangan oksigen bisa terjadi sewaktu-waktu selama
kehamilan; Bayi lebih cenderung dilukai bila berada di dalam
rahim. Merobek atau pecahnya rahim dapat menyebabkan
kekurangan oksigen, sehingga bisa merusak plasenta atau tali
pusar. Kekurangan oksigen juga disebabkan saat tekanan darah
ibu turun terlalu rendah.

21
Penatalaksanaan

- Terapi fisik

Karena ataxic cerebral palsy menyebabkan


masalah otot dan inkoordinasi, terapi fisik hampir selalu
direkomendasikan sebagai bagian dari keseluruhan
rencana perawatan. Terapi fisik akan membantu anak
Anda tidak hanya mengembangkan refleks yang lebih baik,
tetapi juga mempelajari teknik keseimbangan dan jalan
kaki yang lebih baik, dan menghentikan otot menyusut dan
menjadi kaku.

- Terapi Kondusif

Membantu anak memperbaiki baik keterampilan


baik dan motorik melalui berbagai latihan. Beberapa
contoh latihan meliputi lagu dan permainan sesuai usia
yang membuat terapi ini menarik dan menyenangkan bagi
anak-anak.
G80.8 Other cerebral palsy
Mixed cerebral palsy syndromes
Definisi
Palsi serebral adalah terminologi yang digunakan untuk
mendeskripsikan kelompok penyakit kronik yang mengenai pusat
pengendalian pergerakan dengan manifestasi klinis yang tampak
pada beberapa tahun pertama kehidupan dan secara umum tidak
akan bertambah buruk pada usia selanjutnya. Istilah cerebral
ditujukan pada kedua belahan otak, atau hemisfer, dan palsy
mendeskripsikan bermacam penyakit yang mengenai pusat
pengendalian pergerakan tubuh. Jadi, penyakit tersebut tidak
disebabkan oleh masalah pada otot atau jaringan saraf tepi,
melainkan terjadi perkembangan yang salah atau kerusakan
pada area motorik otak yang akan mengganggu kemampuan
otak untuk mengontrol pergerakan dan postur secara adekuat.

22
Etiologi
Palsi serebral adalah penyakit dengan berbagai macam
penyebab Hal-hal yang diperkirakan sebagai penyebab palsi
serebral adalah sebagai berikut :

a) Prenatal
Penyebab utama palsi serebral pada periode ini
adalah malformasi otak kongenital. Sedangkan
penyebab lainnya adalah: infeksi intrauterin (infeksi
Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes virus
dan sifilis), trauma, asfiksia intrauterin (abrupsio
plasenta, plasenta previa, anoksia maternal, kelainan
umbilikus, perdarahan plasenta, ibu hipertensi, dan
lain- lain), toksemia gravidarum, maternal seizure
disorder, dan sangat jarang yaitu faktor genetik,
kelainan kromosom.
b) Perinatal
Penyebab palsi serebral dalam periode ini antara
lain: anoksia / hipoksia yang dialami bayi selama
proses kelahiran, trauma (disproporsi sefalopelvik,
sectio caesaria), prematuritas, dan hiperbilirubinemia.
c) Postnatal
Penyebab palsi serebral dalam periode ini antara
lain: trauma kepala, infeksi (meningitis / ensefalitis yang
terjadi 6 bulan pertama kehidupan), anoksia , dan luka
parut pada otak setelah operasi.
Patofisiologi
Patofisiologi dari palsi serebral sangat berkaitan dengan
prosesperkembangan otak manusia dan hal-hal yang dapat
mempengaruhi perkembangan tersebut. Perkembangan otak
manusia dan waktu puncak terjadinya meliputi berikut:
1. Neurulasi primer Minggu 3-4 kehamilan
2. Perkembangan Prosensefalik Bulan 2-3 kehamilan

23
3. Proliferasi neuronal Bulan 3-4 kehamilan
4. Migrasi neuronal Bulan 3-5 kehamilan
5. Organisasi Bulan 5 dari kehamilan sampai bertahun-
tahun pasca kelahiran
6. Mielinisasi Lahir sampai bertahun-tahun pasca kelahiran
Penelitian kohort telah menunjukan peningkatan risiko
pada anak yang lahir sedikit prematur atau postterm (42 minggu )
dibandingkan dengan anak yang lahir pada 40 minggu.
a. Cedera otak atau perkembangan otak abnormal
Mengingat kompleksitas perkembangan
otak prenatal dan bayi, cedera atau perkembangan
abnormal dapat terjadi setiap saat, sehingga
presentasi klinis palsi serebral bervariasi ( apakah
karena kelainan genetik, etiologi toksin atau infeksi,
atau insufisiensi vaskular). Misalnya, cedera otak
sebelum 19 minggu kehamilan dapat
mengakibatkan defisit migrasi neuronal; cedera
antara minggu ke-19 dan 34 dapat mengakibatkan
leukomalasia periventrikular (foci nekrosis
coagulative pada substantia alba yang berdekatan
dengan ventrikel lateral); cedera antara minggu ke-
34 dan ke-40 dapat mengakibatkan cedera otak
fokal atau multifokal. Cedera otak akibat insufisiensi
vaskular tergantung pada berbagai faktor pada saat
cedera, termasuk distribusi pembuluh darah ke
otak, efisiensi aliran darah otak dan regulasi aliran
darah, serta respon biokimia jaringan otak untuk
oksigenasi.
b. Prematuritas
Stres fisik pada bayi prematur dan
ketidakmatangan pembuluh darah otak dan otak
dapat menjelaskan mengapa prematuritas
merupakan faktor resiko yang signifikan untuk palsi

24
serebral. Sebelum matur, distribusi sirkulasi janin
masih kurang baik, sehingga terjadi hipoperfusi
pada substantia alba periventrikular. Hipoperfusi
dapat mengakibatkan perdarahan matriks germinal
atau leukomalasia periventrikular. Antara minggu
ke-19 dan 34 usia kehamilan, daerah substantia
alba periventrikular yang berdekatan dengan
ventrikel lateral adalah daerah yang paling rentan
mengalami cedera. Karena daerah-daerah tersebut
membawa serat yang bertanggung jawab atas
kontrol motorik dan tonus otot kaki. Cedera ini
dapat terjadi dengan manifestasi klinik seperti
diplegi spastik (yaitu, kelemahan tungkai, dengan
atau tanpa keterlibatan lengan ).
c. Periventrikular leukomalasia
Ketika lesi lebih besar yang menjangkau
daerah saraf descenden dari korteks motor dan
melibatkan centrum semiovale dan korona radiata,
manifestasi klinik dapat terjadi pada ekstremitas
bawah dan atas.
Leukomalasia periventrikular umumnya
simetris dan menyebabkan cedera iskemik
substantia alba pada bayi prematur. Cedera
asimetris pada substantia alba periventrikular dapat
menghasilkan satu sisi tubuh yang lebih
terpengaruh dari yang lain. Hasilnya hampir sama
dengan hemiplegi spastik tetapi lebih terlihat
sebagai kejang diplegia asimetris. Matriks germinal
di daerah periventrikular sangat rentan terhadap
cedera hipoksiaiskemik karena lokasinya di zona
perbatasan vaskular antara zona akhir arteri striata
dan thalamik.14

25
d. Perdarahan periventrikular - intraventrikular
Banyak ahli telah menentukan berat
ringannya perdarahan periventrikular-perdarahan
intraventrikular menggunakan sistem klasifikasi,
yang pada awalnya dijelaskan oleh Papile dkk pada
19711 sebagai berikut:
1. Grade I perdarahan subependimal
dan/atau matriks germinal
2. Grade II perdarahan subependimal
dengan ekstensi ke dalam ventrikel
lateral tanpa pembesaran ventrikel
3. Grade III perdarahan subependimal
dengan ekstensi ke dalam ventrikel
lateral dengan pembesaran ventrikel
4. Grade IV sebuah perdarahan
matriks germinal yang meluas ke
parenkim otak yang berdekatan,
terlepas dari ada atau tidak adanya
perdarahan intraventrikular
e. Cedera vaskuler serebral dan hipoperfusi
Saat matur, ketika sirkulasi ke
otak hampir menyerupai sirkulasi serebral
dewasa, cedera pembuluh darah pada saat ini
cenderung terjadi paling sering pada distribusi arteri
serebral tengah, mengakibatkan palsi serebral tipe
spastik hemiplegi. Ganglia basal juga dapat
terkena, sehingga terjadi palsi serebral tipe
ekstrapiramidal atau diskinetik.
Terapi
Tujuan utama neurorehabilitasi pada anak dengan palsi
serebral adalah untuk mengerti kekuatan dan kelemahan tiap-tiap
anak berdasarkan pada kombinasi spesifik gangguan motorik dan
gangguan terkait yang ditemukan, serta untuk membangun
rencana perawatan komprehensif untuk anak dan keluarga.

26
Tujuan akhir adalah untuk memperoleh tingkat kebebasan tertinggi
yang masih mungkin dicapai anak-anak ini di dalam keluarga
mereka, kelompok teman sebaya, dan masyarakat yang lebih
luas.
Terapi fisik dan okupasional sering bermanfaat dalam
menangani gangguan motorik. Menempatkan dan menangani
anak ini sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk
meminimalkan kesulitan dengan postur tubuh, kontrol badan, dan
makan. Tendon yang kuat dapat diregangkan dengan latihan pasif
dan aktif, sehingga dapat mempertahankan kesegarisan
(alignment) tulang, sendi, dan jaringan lunak untuk mencegah
kontraktur. Pada kasus yang lebih berat, pembidaian dapat
diperlukan untuk mencegah kontraktur pada ekstremitas. Prosedur
ortopedik digunakan untuk memperbaiki kontraktur yang tidak
memberikan respon terhadap tindakan medis dan untuk
membangun kembali keseimbangan motorik di antara kelompok
otot yang berlawanan. Tujuan lain terapi fisik dan okupasional
adalah untuk meningkatkan kekuatan otot pada otot yang lemah
dan untuk menimbulkan pola perkembangan normal. Analisis gaya
jalan terkomputerisasi dapat untuk membantu identifikasi
kelompok otot spastik spesifik yang mempengaruhi gaya berjalan.
Pengobatan sering tidak berhasil dalam mengurangi
spastisitas dan mempengaruhi gerakan abnormal. Diazepam
meningkatkan penghambatan prasinaptik melalui reseptor
benzodiazepin dan dapat mengurangi spastisitas yang berasal
dari serebral. Pengobatan ini dapat efektif terutama bagi anak
dengan status emosional yang dapat berpengaruh juga pada
keparahan spastisitas atau gerakan abnormal, dan bermanfaat
juga untuk menghilangkan nyeri akibat spasme. Dantrolene
sodium, suatu derivat fenitoin memiliki efek relaksasi langsung
pada otot rangka. Dosis awal sebaiknya diberikan 1 mg/kg dua kali
sehari dengan peningkatan secara bertahap hingga dicapai hasil
yang baik, tetapi dosis total sebaiknya tidak melebihi 110 mg
empat kali sehari. Baclofen dapat menurunkan spastisitas tetapi

27
secara umum kurang efektif untuk ensefalopati statik daripada
untuk cedera medula spinalis. Dosis obat ini harus disesuaikan
secara teliti pada tiap-tiap individu, dimulai dengan 5 mg tiga kali
sehari yang ditingkatkan hingga dosis harian total 60 mg. Toksin
botulinum bermanfaat dalam pengobatan distonia fokal dan
sekarang sedang dievaluasi untuk pengobatan spastisitas yang
berasal dari serebral. Serangan kejang sebaiknya ditangani
dengan antikonvulsan.
Pembedahan dilakukan jika terjadi kontraktur berat dan
menyebabkan masalah pergerakan yang parah. Dokter bedah
akan mengukur panjang otot dan tendon, menentukan dengan
tepat otot mana yang bermasalah. Jika otot yang dibedah tidak
tepat, akan menyebabkan masalah baru. Maka, dibutuhkan alat
yang bisa menganalisa gait secara tepat.
Teknik bedah lain adalah selektif dorsal root rhizotomy.
Teknik ini ditujukan untuk menurunkan spastisitas pada otot
tungkai, dengan menurunkan jumlah stimulasi yang mencapai otot
tungkai melaui syaraf. Dalam prosedur tersebut, dokter berupaya
melokalisir dan memilih untuk memotong saraf yang terlalu
dominan yang mengendalikan otot tungkai, walaupun disini
terdapat kontroversi dalam pelaksanaannya.
G80.9 Cerebral palsy, Unspesified
Cerebral palsy NOS
Cerebral palsy yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi
pengendalian sistem motorik yang tidak spesifik
G81 Hemiplegia
Definisi
Hemiplegia adalah kelumpuhan total pada lengan, kaki,
dan bagasi di sisi yang sama dari tubuh. Hemiplegia lebih berat
dibanding dengan hemiparesis , dimana satu setengah tubuh telah
menandai kelemahan kurang. Ketidakmampuan untuk
menggerakkan sekelompok otot di satu sisi tubuh. Ketika
hemiplegia disebabkan oleh stroke, sering melibatkan otot-otot di

28
wajah, lengan dan kaki.kelumpuhan yang terjadi pada satu sisi
anggota gerak
Pengendapan lemak yang lama-lama menebal dan
menyubat pembuluh darah kemudian mengganggu peredaran
darah ke otak. Sehingga menyebabkan kepala kekurangan suplai
O2 dan darah.Apabila seseorang mengalami demikian
menyebabkan sulit berbicara, mulut merot ke sisi atau samping,
mata sulit melihat, kesulitan berfikir, hilang kesadaran dan salah
satu sisi muka atau tubuhnya mengalami kelayuan. Kondisi seperti
itu jika tidak di atasi dengan baik maka pembuluh nadi bisa pecah,
darah keluar mendesak otak dan akan mengakibatkan
kelumpuhan.
Etiologi
a. Pada bayi :
- Proses kehamilan
- Pengaruh forseps atau trauma persalinan yang
penyebabkan cidera otak
b. Pada orang dewasa
- Trauma
- Perdarahan
- Infeksi otak
- Kanker
- Stroke (hipertensi, perokok)
c. Disebabkan oleh beberapa penyakit :
- Vascular: pendarahan otak , stroke
- Infektif: ensefalitis , meningitis , abses otak
- Neoplastik: glioma - meningioma
- Demielinasi: sclerosis disebarluaskan , lesi ke kapsul
internal
- Trauma: laserasi otak, hematoma subdural jarang
menyebabkan hemiplegia adalah karena suntikan bius
lokal diberikan intra-arterially cepat, bukan diberikan
dalam cabang saraf.
- Bawaan: cerebral palsy

29
- Disebarluaskan: multiple sclerosis
- Psikologis: Parasomnia ( nokturnal hemiplegia)
Patofisiologi
Secara sederhana patofisiologi penyakit hemiplegia adalah
sebagai berikut :
- Kekurangan suplai oksigen pada otak
- Kematian neuron
- Saluran kortikospinal rusak
- Cidera dimanefestasikan sisi berlawanan tubuh
- Hemiplegia dextra atau hemiplegia sinistra
Hemiplegia paling banyak terjadi karena adanya rupture
arteri yang memperdarahi korteks motorik primer. Darah yang
seharusnya berada di dalam arteri merembes keluar sehingga
mengurangi suplai nutrisi terutama supai oksigen, hal itu
memungkinkan sel saraf untuk mengalami kematian yang dapat
menyebabkan kelumpuhan sesisi.
Selain itu, darah yang keluar dari arteri meneken sistem
piramidalis yang mengganggu impuls saraf atau perintah yang di
berikan oleh girus presentralis. Tekanan darah ini mengganggu
kapsula interna sebagai tempat di bentuknya jaras kortikospinalis
dan kortikobular di daerah genu sampai krus posterior, gangguan ini
juga dapat menyebabkan lesi di daerah kapsula interna sehingga
kapsula interna ini tidak dapat meneruskan perintah yang di berikan
untuk sampai di kornu anterior dorsalis untuk di teruskan ke otot
yang di tujukan demi menghasilkan gerakan yang di inginkan
Hemiplegia yang di terjadi pada batang otak sesisi dinamakan
hemiplegia alternans. Hemplegia alternans mempunyai 3 jenis yang
berbeda dan mempengaruhi saraf cranial yang berbeda pula. Jenis-
jenisnya adalah sebagai berikut,
1. Sindrom hemiplegia alternans di mesensefal
o Sindrom Benedik
Sindrom Benedik merupakan akibat tersumbatnya
cabang-cabang penetrasian arteri basilaris di otak
tengah. Ini digambarkan sebagai suatu kelumpuhan

30
Nervus III (Okulomotorius) ipsilateral yang disertai oleh
tremor kontralateral (cerebelar). Sebuah tremor
berirama (ritmik) pada tangan atau kaki bagian
kontralateral yang ditingkatkan oleh adanya gerakan
mendadak atau tanpa disengaja, menghilang ketika
beristirahat. Merupakan akibat dari kerusakan pada
nukleus red (nukleus ruber.pen) yang menuju keluar
dari sisi yang berlawanan pada hemisfer cerebelum.
Bisa juga terdapat hiperestesiakontralateral.
Sindrom Benedik terjadi bila salah satu cabang dari
rami perforantes paramedial arteri basilaris yang
tersumbat, maka infark akan ditemukan di daerah yang
mencakup 2/3 bagian lateral pedunkulus cerebri dan
daerah nukleus ruber. Maka hemiparesis alternans
yang ringan sekali tidak saja disertai oleh hemiparesis
ringan Nervus III, akan tetapi dilengkapi juga dengan
adanya gerakan involunter pada lengan dan tungkai
yang paretik ringan (di sisi kontralateral) itu. Sindrom
Benedik Terjadi jika lesi menduduki kawasan nukleus
ruber sesisi yang ikut rusak bersama-sama radiks
Nervus Okulomotorius ialah neuron-neuron dan
serabut-serabut yang tergolong dalam susunan
ekstrapiramidal. Maka gejala yang muncul ialah
paralisis Nervus Olulomotorius ipsilateral, ataksia dan
tremor pada lengan sesisi kontralateral.3,4Sindrom
benedik merupakan lesi pada area nukleus red
memotong saraf fasikuler dari Nervus III pada saat
mereka melewati otak tengah bagian ventral, beberapa
lesi menyebabkan kelumpuhan okulomotorius, dengan
diskinesia (hiperkinesia, ataksia) kontralateral dan
tremor yang menetap terjadi hanya pada lengan.
Sindrom benedik (paramedial midbrain syndrome)
merupakan hasil dari penggabungan dan pelunakan
fasikuler dari satu Nervus Okulomotor pada regio

31
nukleus red ipsilateral. Maka pasien akan mengalami
kelumpuhan N.III tipe perifer dengan diskinesia
(hiperkinesia dan ataksia) kontralateral dan tremor
yang menetap pada lengan.1,4 Sindrom Benedik
adalah bila pada otak tengah tingkat kerusakan sampai
di nukleus red atau di fasikulus Nervus III akan
menyebabkan kelumpuhan pada Nervus III yang
komplit atau parsial; kerusakan sampai pada nukleus
red (diluar dari sisi lain hemisfer cerebelum) juga akan
menyebabkan tremor kontralateral.2,6 Sindrom
Benedik adalah sindrom neurologi paralisis Nervus III
karena trauma pada Nervus Okulomotor dan nukleus
red.12
o Sindrom Weber
Sindrom Weber adalah suatu sindrom yang terdiri dari
paralysis okulomotor pada sisi yang sama dengan lesi,
yang mengakibatkan ptosis, strabismus, dan hilangnya
refleks cahaya serta akomodasi, juga hemiplegi spastik
pada sisi yang berlawanan dengan lesi dengan
peningkatan refleks-refleks serta hilangnya refleks
superfisial. Sindrom Weber disebut juga Alternating
oculomotor hemiplegia atau Webers paralysis atau
hemiparesis alternans nervus okulomotorius.
Sindrom Weber dapat disebabkan oleh hal sebagai
berikut:
1. Penyumbatan pembuluh darah cabang samping
yang berinduk pada ramus perforantes medialis
arteria basilaris.
2. Insufisiensi peredarah darah yang mengakibatkan
lesi pada batang otak.
3. Lesi yang disebabkan oleh proses neoplasmatik
sebagai akibat invasi dari thalamus atau serebelum.
Lesi neoplasmatik sukar sekali memperlihatkan
keseragaman oleh karena prosesnya berupa

32
pinealoma, glioblastoma dan spongioblastoma dari
serebelum.
4. Lesi yang merusak bagian medial pedunkulus
serebri.
5. Stroke (perdarahan atau infark) di pedunkulus
serebri.
6. Hematoma epiduralis.
7. Tumor lobus temporalis. (1,3,4)
Manifestasi yang ditimbulkan dapat dengan mudah
dimengerti oleh karena setiap gejala dan tanda
mencerminkan disfungsi sistema sarafi yang terlibat
alam lesi tertentu. Lesi yang disebabkan oleh proses
neoplasmatik dapat merusak bangunan-bangunan
mesensefalon sebagai akibat invasi dari thalamus atau
serebelum. Oleh karena proses tersebut berupa
pinealoma, glioblastoma dan spongioblastoma dari
serebelum, maka tiap corakan kerusakan dapat terjadi,
sehingga lesi neoplasmatik sukar sekali
memperlihatkan suatu keseragaman. Lesi unilateral di
mesensefalon mengakibatkan timbulnya hemiparesis
atau hemiparesis kontralateral.Lesi yang merusak
bagian medial pedunkulus serebri akan menimbulkan
hemiparsis yang disertai paresis nervus okulomotorius
ipsilateral. Kombinasi kedua jenis kelumpuhan ini
dikenal dengan nama hemiparesis alternans nervus
okulomotorius atau Sindroma dari weber. Lesi pada
daerah fasikulus longitudinalis medialis akan
mengakibatkan timbulnya hemiparesis alternans
nervus okulomotorius yang diiringi juga dengan gejala
yang dinamakan oftalmoplegia interneklearis.
2. Sindrom hemplegia alternans di pons
Sindroma Foville adalah suatu sindroma yang
ditandai dengan defisit gerakan abduksi, horizontal gaze
dan kelemahan fasialis, kehilangan pengecapan, analgesia
fasialis, horner sindroma, ketulian ipsilateral.

33
Sindroma Raymond adalah suatu kombinasi parese
N.VI dengan hemiplegi kontralateral, sebagai akibat
keterlibatan traktus piramidalis yang berdekatan dengan
N.VI.
Sindroma Millard-Gubler adalah kombinasi defisit
abduksi hemiplegi kontralateral, parese fasialis ipsilateral.
Struktur yang dikenal adalah fasikulus N.VI, piramidalis
dan fasikulus N.VI.
3. Sindrom hemiplegia alternans di medulla spinalis
Stroke terjadi di medula dan cerebellum. Medula
mengontrol fungsi-fungsi penting seperti menelan, artikulasi
bicara, rasa, bernaas, kekuatan, dan sensasi. Cerebellum
penting untuk koordinasi. Suplai darah ke daerah-daerah ini
adalah melalui sepasang arteri vertebralis dan cabang,
yang disebut arteri cerebellum posterior inferior (Pica).
Awalnya, Pica dianggap sebagai arteri utama yang
diblokir, namun hal ini telah dibuktikan dari studi
otopsi. Dalam delapan dari 10 kasus, arteri vertebralislah
yang tersumbat akibat penumpukan plak atau
karena perjalanan dari bekuan yang berasal dari jantung.
Pada pasien yang lebih muda, diseksi arteri vertebralis
menyebabkan infark. Luas stroke hanya sekitar 0,39 dalam
(1 cm) secara vertikal di bagian lateral medula dan tidak
melintasi garis tengah.
Sepenuhnya 50% dari pasien melaporkan gejala-
gejala neurologis sementara selama beberapa minggu
sebelumnya stroke. Selama 48 jam pertama setelah
stroke, defisit neurologis berlangsung dan
berfluktuasi Pusing, vertigo, nyeri wajah,.penglihatan
ganda , dan kesulitan berjalan adalah gejala awal yang
paling umum.Rasa sakit wajah bisa sangat aneh dengan
jabs tajam atau sengatan sekitar mata, telinga, dan
dahi. Pasien merasa "mabuk laut" atau "off-balance"
dengan mual dan muntah. Objek yang tampil ganda,

34
miring, atau bergoyang. Seiring dengan
ketidakseimbangan gaya berjalan, menjadi hampir
mustahil bagi pasien untuk berjalan meskipun kekuatan
otot yang baik. Gejala lain termasuk suara serak, bicara
cadel, hilangnya rasa, kesulitan menelan, cegukan, dan
sensasi diubah pada tungkai sisi yang berlawanan.
Mata pada sisi yang terkena memiliki kelopak mata
sayu dan seorang murid kecil.Para goncang mata ketika
orang bergerak di sekitar, ini disebut nistagmus . Ada
penurunan rasa sakit dan persepsi suhu pada sisi yang
sama dari wajah. Anggota tubuh pada sisi yang
berlawanan menunjukkan penurunan persepsi
sensorik .Gerakan sukarela dari lengan pada sisi yang
terkena yang canggung. Kiprah adalah "mabuk," dan
pasien kesukaran dan mengarah ke satu sisi.
Hemiplegi termasuk paralysis pada bagian sebelah
tubuh dan menimbulkan efek pada arm, leg, dan trunk.
Yang paling utama yaitu pada limb dan trunk dilihat dari
posisi dan luas lesi, dan wajah yang terkena.
Hemiplegi adalah suatu keadaan spastik/flaccid
paralysis lengan dan tungkai separuh badan akibat
gangguan kontralateral fungsi otak. Keadaan yang lebih
ringan dari penyakit ini disebut hemipharesis.
Penyebabnya antara lain:
1. CVD = emboli, trombus, macam-macam tumor dan
infeksi
2. CVA = trsums / perdarahan intracerebral dan
subarachnoid sangat erat kaitannya dengan faktor
resiko seperti hipertensi , kolesterol, pola hidup
stress, diabetes dan kegemukan.
Proses patologi diawali oleh gangguan sirkulasi
darah seperti perdarahan di otak di daerah sirkulasi willici.
Tempat-tempat yang sering mengalami gangguan :
capsula interna, corpus striatum, dan thalamus.

35
Hemiplegia umumnya terjadi pada usia >40 tahun, karena
kualitas pembuluh darah mulai menurun (degenerasi)
bersamaan dengan pertambahan usia, dalam hal ini
tekanan intravusal cenderung meninggi sehingga
pembuluh darah di otak suatu saat pecah menyebabkan
hemiplegia.
Pada penyumbatan peredaran darah di batang otak
(pons) menyebabkan kelumpuhan sekitar wajah sisi
homolateral serta lengan dan tungkai sisi kontralateral.
Berdasarkan tempat kerusakan, hemiplegia terbagi
menjadi 3 jenis :
1. Hemiplegi akibat hemilesi di cortex mototrik primer
2. Hemiplegi akibat hemilesi di capsula interna
3. Hemiplegi Alternans akibat hemilesi di batang otak,
dapat terjadi di mesencephalon, Pons.
Pada penderita hemiplegi, reflex yang diperiksa
adalah reflex patologi dan fisiologi, seperti : refleks
babinsky.
Posisi umum penderita hemiplegi:
1. Kepala penderita fleksi dan rotasi ke arah yg sakit.
dan wajah miring ke sisi yang sakit.
2. Lengan: scapula retraksi dan shoulder girdle
depresi, shoulder tertarik ke arah belakang dan
bawah, elbow fleksi serta pronasi dari lengan
bawah, wrist joint fleksi serta ulnar deviasi, jari-jari
fleksi dan adduksi, thumb fleksi dan adduksi.
3. Vertebra : trunk berotasi ke belakang le sisi yang
sakit disertai dengan side fleksi ke arah yg sakit.
4. Pelvic rotasi ke arah belakang ke sisi hemiplegi,
jika terjadi kompressi saat berjalan yang
mengganggu tubuh yang sehat dapat
menimbulkan skoliosis.
Tungkai: hip adduksi dan internal rotasi, knee
ekstensi, kaki plantar dan inversi, jari-jari kaki fleksi

36
5. dan adduksi (kadang-kadang ekstensi yang
membuat suatu gejala babinskys sign positif).
Stadium hemiplegia terdiri dari 3 tingkatan, yaitu:
1. Stadium akut :
Gejala ditandai dengan hilangnya kesadaran
secara tiba-tiba atau apoflasic yang diawali dengan
sakit kepala, pusing tapi kadang-kadang tidak
disertai kelelahan, nafas bersuara berat karena
saluran nafas terhalang oleh lidah yang paralysis.
Semua refleks hilang dan bola mata berputar ke
arah sisi yang rusak. Waktunya 2-3 minggu (lumpuh
total).
2. Stadium recovery/flaccid :
Gejalanya nadi cepat, penderita sadar, tidak
dapat tidur, suhu tubuh naik, mudah terkejut, sistem
reflex mulai ada sedikit, otot yang terkena flaccid
dalam waktu 2-3 minggu akan kembali utamanya
pada lengan dan jari-jari. Di dalam tubuh ada 2 otot
yang paling berfungsi pada penderita hemiplegia
yaitu M.latissimus dorsi dan M.gluteus maximus.
3. Stadium residual spastik
Otot dan refleks pada stadium residual spastik
mulai kembali. Refleks kembali akan tetapi
hyperrefleks, kemudian akan timbul ankle clonus
dan babinskys sign. Perasaan penderita tidak stabil,
selalu khawatir akan jatuh, pada saat berjalan tubuh
yang sehat akan menyangga berat badan sehingga
akan terjadi imbalance muscles. Cara berjalannya
condong ke arah sisi yang sehat dan pada saat
berjalan tungkainya membentuk pola setengah
lingkaran karena bantuan dari M.latissimus dorsi dan
M. gluteus maximus yang berfungsi mengangkat
pelvic dan mengekstensikan hip joint.

37
Apoxia sensorik dan motorik terjadi gangguan
bicara karena terkenanya area broca atau area-44
yang terletak di samping kanan. Sensasi
mengalami gangguan terutama rasa kinestetik.
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain :
statik pneumonia chest terjadi karena immobilisasi
misx slama 2-3 minggu, kontraktur, frozen shoulder,
drop foot, scoliosis, drop hand, atropi otot,
gangguan psikis, decubitus, dan gangguan
perkemihan.
Penatalaksanaan
Pengobatan harus didasarkan pada penilaian oleh para
profesional kesehatan yang relevan, termasuk :
Obat dapat digunakan untuk mengobati masalah-
masalah yang berkaitan dengan tubuh. Obat
seperti Librium atau Valium dapat digunakan sebagai
suatu relaksan. Obat-obatan juga diberikan kepada
individu yang mengalami kejang berulang, yang
mungkin menjadi masalah tersendiri tetapi terkait
setelah cedera otak .
Pembedahan mungkin digunakan jika individu
mengembangkan masalah sekunder contracture ,
dari ketidakseimbangan parah aktivitas otot. Dalam
kasus seperti ini, ahli bedah dapat
memotong ligamen dan meringankan kontraktur
sendi. Individu yang tidak mampu menelan mungkin
memiliki tabung dimasukkan ke dalam perut. Hal ini
memungkinkan makanan yang akan diberikan
langsung ke dalam perut. Makanan dalam bentuk
cair dan ditanamkan pada tingkat rendah. Beberapa
individu dengan hemiplegia akan mendapatkan
keuntungan dari beberapa
jenis prostetik perangkat.. Ada banyak jenis :

38
kawat gigi, dan splints tersedia untuk
menstabilkan sendi, membantu dengan
berjalan dan menjaga tubuh bagian atas
tegak.
Rehabilitasi adalah pengobatan utama dari
individu dengan hemiplegia. Dalam semua
kasus, tujuan utama dari rehabilitasi adalah
untuk mendapatkan kembali fungsi maksimum
dan kualitas hidup. Baik fisik dan terapi
okupasi secara signifikan dapat meningkatkan
kualitas hidup. Terapi fisik dapat membantu
meningkatkan kekuatan otot, mobilitas seperti
berdiri dan berjalan, dan fungsi fisik
lainnya. terapi Kerja dapat membantu individu
kereta kegiatan hidup sehari-hari seperti
menyikat gigi, menyisir rambut atau dressing.
Terapi
1. Elektro Terapi
Elektro terapi yang digunakan pada kondisi ini
adalah Continuous Electro Magnetic 27 MHz (CEM).
Merupakan arus AC dengan frekuensi terapi 27 MHz yang
memproduksi energi elektromagnetik dengan panjang
gelombang 11,6 meter, di gunakan untuk menimbulkan
berbagai efek terapeutik melalui suatu proses tertentu
dalam jaringan tubuh. Arus CEM ini menghasilkan energi
internal kinetika di dalam jaringan tubuh sehingga timbul
panas; energi ini akan menimbulkan pengaruh biofisika
tubuh misalnya pada thermosensor lokal maupun sentral
(kulit dan hipotalamus) dan juga terhadap struktur
persendian. Tujuan yang diharapkan dan arus CEM ini
adalah menurunkan aktifitas noxe sehingga nyeri
berkurang, meningkatkan elastisitas aringan dan sebagai
pendahuluan sebelum exercises.
2. Terapi Manipulasi

39
Terapi manipulasi yang diberikan adalah gerakan
roll dan slide pada gerakan-gerakan sendi bahu yang
mengalami keterbatasan. Tujuan metode ini adalah
membebaskan perlengketan pada permukaan sendi,
sehingga jarak gerak sendi akan bertambah. Dasar teknik
ini adalah memperhatikan bentuk kedua permukaan sendi
dan mengikuti aturan Hukum Konkaf dan Konveks suatu
persendian.
3. Exercises Therapy
Exercises therapy yang diberikan pada kondisi
tersebut adalah latihan Resistance Exercises dan Metode
Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) yang
bertujuan meningkatkan kekuatan otot daerah bahu baik
manual maupun dengan menggunakan beban. Selain itu
juga dapat diberikan latihan dengan teknik Hold Relax
yang bertujuan untuk mengulur otot -otot yang memendek
pada daerah bahu. Latihan tersebut sebaiknya
dilaksanakan setelah penderita mendapatkan modalitas
elektro terapi.

40
1. Latihan aktivitas sehari-hari
Bentuk aktivitas yang bermanfaat bagi penderita
frozen shoulder adalah menyisir rambut, mengambil
sesuatu yang tinggi, mengambil dompet, memutar
lengan, dan mengangkat beban yang kecil-kecil.
Pendekatan Motor Relearning Programme pada
gangguan jalan pasca stroke.
Langkah 1 Analisa jalan
- Problem utama jalan pada pasien stroke
- Fase menapak tungkai sisi sakit
- Terbatasnya ekstensi hip dan dorsifleksi ankle
- Terbatasnya kontrol fleksi-ekstensi lutut pada
lingkup gerak sendi 0-15 (dapat berupa
hiperekstensi lutut atau fleksi lutut yang
berlebihan)
- Terlalu besarnya (atau terbatasnya) geseran
horizontal lateral pelvis
- Terbatasnya plantarfleksi ankle saat toe off
- Terlalu besarnya gerakan pada sisi sehat
berupa pelvis tilt kearah bawah dan geseran
horizontal lateral kearah sisi sakit.
- Fase mengayun tungkai sisi sakit
- Terbatasnya fleksi lutut saat mau mengayun
(toe off)
- Terbatasnya fleksi hip
- Terbatasnya ekstensi lutut dan dorsifleksi
ankle saat heel strike
Menurut Knuttson dan Richards, 1979, ada 3 tipe
jalan penderita hemiplegia, yaitu:
Type I
- Hiperaktif stretch reflex
- Gangguan jalan sedang
- Hiperekstensi lutut saat fase menapak
- Mampu berjalan cukup jau
Type II

41
- Sangat minim aktivasi kontrol motorik
- Hiperekstensi lutut yang ekstrim
- Terbatasnya fleksi lutut
- Tidak adanya aktivitas otot calf dan tibialis
anterior
- Kemampuan jalannya bervariasi
- Kebanyakan memerlukan splint
Type III
- Sangat berlebihan (ngoyo), stereo type
- Disorganisasi pada fase menapak dan
mengayun
Adaptasi jalan sekunder:
- Berkurangya amplitudo gerakan
- Berkurangnya dan atau tidak seimbangnya
step length dan stride length
- Bertambahnya stride width
- Berkurangnya kecepatan atau meningkatnya
waktu tempuh
- Meningkatnya pemanfaatan lengan sebagai
support dan keseimbangan (misalnya
memakai alat bantu)
Langkah 2 Latihan komponen yang hilang
- Fase menapak
a. Melatih ekstensi hip selama fase menapak
b. Melatih kontrol lutut untuk fase manapak
c. Melatih geseran ke arah horizontal-lateral
pelvis
- Fase mengayun
a. Melatih fleksi lutut pada awal fase
mengayun
b. Melatih ekstensi lutut dan dorsifleksi kaki
pada saat heel strike

Langkah 3 Latihan jalan


- Latihan jalan itu sendiri
- Meningkatkan kompleksitas latihan

42
Langkah 4 Mentransfer latihan ke kehidupan sehari-
hari
Pasien diberikan motivasi untuk banyak
berjalan dn melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-
harinya. Meski demikian pemakaian alat bantu jalan
tidak dianjurkan.
G81.0 Flaccid Hemiplegia
Definisi
Hemiplegia flaccid adalah kelumpuhan total pada lengan,
kaki, dan bagasi di sisi yang sama dari
tubuh. Hemiplegia Hemiplegia lebih berat dibanding
dengan hemiparesis , dimana satu setengah tubuh telah
menandai kelemahan kurang pada bagian yang terkena Flaccid.
Hemiplegia Flaccid adalah penyakit akut kedua dari
penyakit hemiplegia yaitu Stadium Recovery.
Etiologi
a. Pada bayi :
- Proses kehamilan
- Pengaruh forseps atau trauma persalinan
yang ,enyebabkan cidera otak
b. Pada orang dewasa
- Trauma
- Perdarahan,
- Infeksi otak
- Kanker
- Stroke (hipertensi, perokok)
b. Disebabkan oleh beberapa penyakit :
- Vascular: pendarahan otak , stroke
- Infektif: ensefalitis , meningitis , abses otak
- Neoplastik: glioma - meningioma
- Demielinasi: sclerosis disebarluaskan , lesi
ke kapsul internal

43
- Trauma: laserasi otak, hematoma
subdural jarang menyebabkan hemiplegia
adalah karena suntikan bius lokal diberikan
intra-arterially cepat, bukan diberikan dalam
cabang saraf.
- Bawaan: cerebral palsy
- Disebarluaskan: multiple sclerosis
- Psikologis: Parasomnia (nokturnal hemiplegia)
Patofisiologi
Secara sederhana patofisiologi penyakit hemiplegia flaccid
adalah sebagai berikut :
1. Kekurangan suplai oksigen pada otak
2. Kematian neuron
3. saluran kortikospinal rusak
4. Cidera dimanefestasikan pada sisi berlawanan tubuh
5. Hemiplegi dextra / hemiplegi sinis
Penatalaksnaan
1. Pengobatan harus didasarkan pada penilaian oleh para
profesional kesehatan yang relevan, termasuk :
- Obat dapat digunakan untuk mengobati masalah-
masalah yang berkaitan dengan tubuh. Obat
seperti Librium atau Valium dapat digunakan
sebagai suatu relaksan. Obat-obatan juga
diberikan kepada individu yang mengalami kejang
berulang, yang mungkin menjadi masalah
tersendiri tetapi terkait setelah cedera otak .
- Pembedahan mungkin digunakan jika individu
mengembangkan masalah sekunder contracture ,
dari ketidakseimbangan parah aktivitas
otot. Dalam kasus seperti ini, ahli bedah dapat
memotong ligamen dan meringankan kontraktur
sendi. Individu yang tidak mampu menelan
mungkin memiliki tabung dimasukkan ke dalam
perut. Hal ini memungkinkan makanan yang akan
diberikan langsung ke dalam perut. Makanan

44
dalam bentuk cair dan ditanamkan pada tingkat
rendah. Beberapa individu dengan hemiplegia
akan mendapatkan keuntungan dari beberapa
jenis prostetik perangkat.. Ada banyak jenis kawat
gigi, dan splints tersedia untuk menstabilkan sendi,
membantu dengan berjalan dan menjaga tubuh
bagian atas tegak.
- Rehabilitasi adalah pengobatan utama dari
individu dengan hemiplegia. Dalam semua kasus,
tujuan utama dari rehabilitasi adalah untuk
mendapatkan kembali fungsi maksimum dan
kualitas hidup. Baik fisik dan terapi okupasi secara
signifikan dapat meningkatkan kualitas
hidup. Terapi fisik dapat membantu meningkatkan
kekuatan otot, mobilitas seperti berdiri dan
berjalan, dan fungsi fisik lainnya. terapi
Kerja dapat membantu individu kereta kegiatan
hidup sehari-hari seperti menyikat gigi, menyisir
rambut atau dressing.
Terapi
1. Elektro Terapi
Elektro terapi yang digunakan pada kondisi ini
adalah Continuous Electro Magnetic 27 MHz (CEM).
Merupakan arus AC dengan frekuensi terapi 27 MHz yang
memproduksi energi elektromagnetik dengan panjang
gelombang 11,6 meter, di gunakan untuk menimbulkan
berbagai efek terapeutik melalui suatu proses tertentu
dalam jaringan tubuh. Arus CEM ini menghasilkan energi
internal kinetika di dalam jaringan tubuh sehingga timbul
panas; energi ini akan menimbulkan pengaruh biofisika
tubuh misalnya pada thermosensor lokal maupun sentral
(kulit dan hipotalamus) dan juga terhadap struktur
persendian. Tujuan yang diharapkan dan arus CEM ini
adalah menurunkan aktifitas noxe sehingga nyeri

45
berkurang, meningkatkan elastisitas aringan dan sebagai
pendahuluan sebelum exercises.
2. Terapi Manipulasi
Terapi manipulasi yang diberikan adalah gerakan
roll dan slide pada gerakan-gerakan sendi bahu yang
mengalami keterbatasan. Tujuan metode ini adalah
membebaskan perlengketan pada permukaan sendi,
sehingga jarak gerak sendi akan bertambah. Dasar teknik
ini adalah memperhatikan bentuk kedua permukaan sendi
dan mengikuti aturan Hukum Konkaf dan Konveks suatu
persendian.
3. Exercises Therapy
Exercises therapy yang diberikan pada kondisi
tersebut adalah latihan Resistance Exercises dan Metode
Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) yang
bertujuan meningkatkan kekuatan otot daerah bahu baik
manual maupun dengan menggunakan beban. Selain itu
juga dapat diberikan latihan dengan teknik Hold Relax
yang bertujuan untuk mengulur otot -otot yang memendek
pada daerah bahu. Latihan tersebut sebaiknya
dilaksanakan setelah penderita mendapatkan modalitas
elektro terapi.
4. Latihan aktivitas sehari-hari

46
Bentuk aktivitas yang bermanfaat bagi penderita frozen
shoulder adalah menyisir rambut, mengambil sesuatu yang
tinggi, mengambil dompet, memutar lengan, dan mengangkat
beban yang kecil-kecil. Pendekatan Motor Relearning
Programme pada gangguan jalan pasca stroke.
Langkah 1 Analisa jalan
- Problem utama jalan pada pasien stroke
- Fase menapak tungkai sisi sakit
- Terbatasnya ekstensi hip dan dorsifleksi ankle
- Terbatasnya kontrol fleksi-ekstensi lutut pada
lingkup gerak sendi 0-15 (dapat berupa
hiperekstensi lutut atau fleksi lutut yang
berlebihan)
- Terlalu besarnya (atau terbatasnya) geseran
horizontal lateral pelvis
- Fase mengayun tungkai sisi sakit
- Terbatasnya fleksi lutut saat mau mengayun
(toe off)
- Terbatasnya fleksi hip
- Terbatasnya ekstensi lutut dan dorsifleksi
ankle saat heel strike
Menurut Knuttson dan Richards, 1979, ada 3
tipe jalan penderita hemiplegia, yaitu:
Type I
- Hiperaktif stretch reflex
- Gangguan jalan sedang
- Hiperekstensi lutut saat fase menapak
- Mampu berjalan cukup jau
Type II
- Sangat minim aktivasi kontrol motorik
- Hiperekstensi lutut yang ekstrim
- Terbatasnya fleksi lutut
- Tidak adanya aktivitas otot calf dan tibialis
anterior
- Kemampuan jalannya bervariasi

47
- Kebanyakan memerlukan splint
Type III
- Sangat berlebihan (ngoyo), stereo type
- Disorganisasi pada fase menapak dan
mengayun
Adaptasi jalan sekunder:
- Berkurangya amplitudo gerakan
- Berkurangnya dan atau tidak seimbangnya
step length dan stride length
- Bertambahnya stride width
- Berkurangnya kecepatan atau meningkatnya
waktu tempuh
- Meningkatnya pemanfaatan lengan sebagai
support dan keseimbangan (misalnya
memakai alat bantu)
Langkah 2 Latihan komponen yang hilang
1.Fase menapak
b. Melatih ekstensi hip selama fase menapak
c. Melatih kontrol lutut untuk fase manapak
d. Melatih geseran ke arah horizontal-lateral
pelvis
2. Fase mengayun
c. Melatih fleksi lutut pada awal fase
mengayun
d. Melatih ekstensi lutut dan dorsifleksi kaki
pada saat heel strike
Langkah 3 Latihan jalan
1. Latihan jalan itu sendiri
2. Meningkatkan kompleksitas latihan
Langkah 4 Mentransfer latihan ke kehidupan sehari-hari
Pasien diberikan motivasi untuk banyak berjalan dn
melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-harinya. Meski
demikian pemakaian alat bantu jalan tidak dianjurkan.
G81.1 Spastic hemiplegia
Definisi

48
Hemiplegia spastik berarti gerakan di satu sisi tubuh
terpengaruh. Hemi berasal dari bahasa Yunani
setengahnya,sementara plegia berasal dari bahasa Yunani untuk
bentuk kelumpuhan. Istilah yang serupa hemiparesis spastik,
berarti separuh dari tubuh menderita kelemahan, namun tidak
lumpuh. Hemiplegia spastik disebabkan oleh kerusakan otak yang
terjadi di rahim atau saat kelahiran. Hal ini juga bisa terjadi sesaat
setelah lahir. Pada kebanyakan orang, satu belahan (sisi) otak
mengendalikan sisi berlawanan dari tubuh. Jadi jika sisi kiri otak
mengalami kerusakan, gejalanya akan muncul di sisi kanan badan
dan sebaliknya.Anak-anak dengan hemiplegia spastic CP
mengembangkan kemampuan untuk berjalan di kemudian hari
dan biasanya berjalan di ujung jari kaki karena tendon tumit ketat
mereka.Anggota badan (lengan dan kaki) yang terkena dampak
seringkali lebih kurus dan lebih pendek dari pada sisi normal,
bukan karena kurangnya penggunaan atau kejantanan namun
karena perkembangan terbelakang yang penyebabnya serebral.
Bila ekstremitas atas terkena, lengan akan dipegang tegak lurus
ke arah bagian tengah bodi, lengan bawah, pergelangan tangan
dan jari ditekuk dan ibu jari ditekan ke telapak tangan. Lengan
biasanya bisa menjadi tetap dan tidak berguna dalam posisi itu.
Hilangnya sensorik pada lengan yang terkena bisa sangat parah
sehingga orang tersebut akan menggunakan tangannya yang
tidak terpengaruh (seperti berpakaian) tanpa pernah
menggunakan anggota badan yang terkena dampak untuk
mendapatkan bantuan.

Etiologi
Hemiplegia spastik memiliki beberapa penyebab. Stroke
jenis apapun dapat menyebabkan hemiplegia spastik. Banyak
orang tidak menyadari bahwa anak-anak dapat menderita stroke.
Bayi yang belum lahir dan bayi baru lahir dapat mengalami stroke
yang menyebabkan kerusakan otak dan menyebabkan bentuk

49
cerebral palsy seperti cerebral palsy ataxic . Penyebab lainnya
meliputi:
1) Cedera kepala dan tumor otak
2) Sindrom Sturge-Weber, kondisi bawaan yang ditandai
dengan masalah vaskular dan tanda lahir wajah yang
dikenal dengan sebutan port wine stains.
3) Sindrom migren - kumpulan gejala, termasuk sakit kepala,
gangguan penglihatan, dan mual, terkait dengan
perubahan saraf dan vaskular, terkadang dapat
menyebabkan bentuk sementara dari kelumpuhan spastik
Toddy's Paralysis, yang menyerang beberapa pasien
epilepsi, juga kadang-kadang menyebabkan kejang
sementara. Hemiplegia
4) Meningitis, ensefalitis, dan infeksi otak lainnya: Infeksi
pada ibu selama kehamilan dapat menyebabkan
kerusakan otak pada bayi yang belum lahir dan
menyebabkan adanya bentuk CP termasuk hemiplegia
spastik.
Multiple sclerosis dan kelainan terkait myelitis dapat
menyebabkan hemiplegia spastik juga. Vaskulitis-radang
5) pembuluh darah atau getah bening terkadang juga menjadi
sumber masalah ini.
6) Sesekali hemiplegia spastik disebabkan oleh komplikasi
diabetes, yang dikenal sebagai koma hyperosmolar
nonketotik.
7) Beberapa kasus hemiplegia spastik disebabkan oleh
penyakit keturunan yang dikenal sebagai leukodystorphies.
8) Selain itu, jika malformasi arteri dan vena yang disebut
malformasi arteromia (AVM) ada di otak, mereka dapat
menyebabkan hemiplegia spastik: Malformasi arteromial
dapat terjadi di manapun di tubuh dan hadir saat lahir.
Hanya jarang AVM menyebabkan gejala yang mencolok,
seperti hemiplegia spastik.
Patofisiologi

50
1) Seseorang dengan hemiplegia spastik mungkin memiliki
banyak kesulitan,tidak semua penderita hemiplegia spastik
mengalami setiap masalah yang berkaitan dengan
kondisinya. Beberapa orang terpengaruh secara relatif
ringan, sementara yang lainnya sangat terpengaruh.
2) Penting untuk dicatat bahwa kadang-kadang hemiplegia
spastik mungkin bersifat sementara. Hemiplegia spastis
dapat menyebabkan masalah saat berjalan. Seorang
pasien mungkin mengalami kesulitan dengan
keseimbangan. Tugas menggunakan tangan seperti
menulis, atau menjahit mungkin sulit dilakukan. Otot di satu
sisi tubuh mungkin kaku dan lemah
3) Anak-anak dengan hemiplegia spastik dapat tertunda
secara progresif.Mereka mungkin tidak duduk, merangkak,
berjalan atau berbicara segera setelah anak-anak lain
melakukannya (ini adalah gejala lain yang sangat umum).
Beberapa individu dengan hemiplegia spastik mungkin
mengalami kejang. Bentuk CP ini juga bisa mempengaruhi
kecerdasan. Kira-kira seperempat dari semua anak dengan
hemiplegia spastik memiliki IQ di bawah 70
(keterbelakangan mental).

Terapi
1) Terapi fisik adalah pengobatan standar untuk hemiplegia
spastik, seperti pada bentuk cerebral palsy lainnya . Ada
banyak metode terapi ini, yang ditujukan untuk
menguatkan otot dan mencegah otot lebih lanjut kaku.
Obat untuk mengendurkan otot kejang digunakan pada
hemiplegia spastik. Obat-obatan juga digunakan untuk
mengobati kejang dan komplikasi lainnya dari bentuk CP
ini. Pembedahan dapat membantu dalam kasus kelainan
bentuk anggota tubuh, namun perawatan terbaik untuk

51
2) jenis masalah ini adalah pencegahan. Kawat gigi dan
perangkat ortopedi lainnya dapat mendukung gerakan dan
membantu mencegah anggota badan yang cacat.
3) Periset terus berupaya memperbaiki pengobatan
hemiplegia spastik dan untuk mencegah terjadinya.
Pengobatan alternatif seperti pijat dan yoga membantu
beberapa pasien hemiplegia spastik untuk rileks, tapi
mereka tidak dapat menyembuhkan CP. Jika Anda memiliki
hemiplegia spastik atau merawat orang yang dicintai yang
melakukannya, pastikan untuk mengeksplorasi semua
pilihan pengobatan Anda; Meskipun tidak ada obat untuk
segala bentuk CP, banyak perawatan dapat memberikan
kelegaan yang signifikan.

G81.9 Hemiplegia,unspecified
Definisi
Hemiplegia adalah bentuk kelumpuhan yang hanya
mempengaruhi satu sisi tubuh, seringkali hanya satu lengan dan
satu kaki, tapi kadang-kadang disertai gejala yang membesar
sebagian ke badan yang tidak spesifik

G82 Paraplegia and tetraplegia


Definisi
Paraplegia terjadi pada cedera tulang belakang di bawah
tingkat tulang belakang toraks pertama (T1-L5). Orang lumpuh
dapat sepenuhnya menggunakan tangan dan tangan mereka,
namun sejauh mana kaki mereka dinonaktifkan tergantung pada
cedera tersebut. Beberapa paraplegics benar-benar lumpuh dari
pinggang ke bawah. Yang lain hanya menderita masalah mobilitas
ringan, kesemutan di kaki, atau penurunan sensasi di tubuh
bagian bawah.Tidak semua cedera tulang belakang menyebabkan
tetraplegia (quadriplegia) atau paraplegia. Cedera tulang belakang
yang lebih rendah dapat menyebabkan berbagai masalah.
Misalnya, luka di daerah lumbalis tulang belakang dapat

52
menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai sindroma cauda
equina, yang mengganggu fungsi kandung kemih, seksual, dan
kaki.Paraplegia hampir selalu akibat kerusakan otak, sumsum
tulang belakang, atau keduanya. Dalam kebanyakan kasus,
cedera tulang belakang pada sumsum tulang belakang toraks,
lumbal, atau sakral harus disalahkan. Ketika luka-luka ini terjadi,
sinyal tidak dapat berjalan ke dan dari daerah bawah tubuh, dan
tubuh dicegah mengirim sinyal kembali ke sumsum tulang
belakang ke otak. Jadi pembusukan tidak hanya bergumul dengan
gerakan di bawah pinggang; Mereka juga mengalami kehilangan
sensasi yang luas. Kehilangan sensasi ini bervariasi dari perasaan
kesemutan atau berkurangnya perasaan di pinggang dan tungkai,
hingga ketidakmampuan untuk merasakan apapun di bawah
pinggang.

Etiologi
Mayoritas paraplegics memiliki kaki yang sangat sehat.
Masalahnya terletak pada otak atau sumsum tulang belakang.
Saraf tulang belakang mirip dengan sistem relay tubuh,
mengirimkan sinyal ke tubuh dari otak dan menyampaikan
sinyaldari tubuh ke otak. Otak memproses dan memahami sinyal
ini, sebelum mengirimkan informasi penting tentang bagaimana
bereaksi dan merasakan ke bawah sumsum tulang belakang dan
kembali ke tubuh. Bila otak atau sumsum tulang belakang tidak
bekerja dengan benar, sinyal ini mungkin lemah atau tidak ada
sama sekali. Akibatnya, cedera tulang belakang - yang menyerang
lebih dari 200.000 orang Amerika, dengan lebih dari 2.500 kasus
baru setiap tahun - merupakan penyebab utama kelumpuhan,
termasuk paraplegia . Penyebab utama cedera tulang belakang
meliputi:
1. Kecelakaan mobil dan motor (38%)
2. Jatuh (30%)
3. Kekerasan, sumber yang paling umum adalah luka
tembak (14%)

53
4. Olahraga dan kegiatan rekreasi, dengan kecelakaan
menyelam yang memimpin (9%)
5. Cedera medis atau bedah (5%)
6. Sebagian besar cedera tulang belakang dan otak
bersifat traumatis, yang berarti akibat dari pukulan
mendadak ke daerah tersebut, biasanya
7. karena kecelakaan. Beberapa cedera, meskipun, tidak
traumatis, dan biasanya disebabkan oleh penyakit atau
anomali genetik.
8. Stroke, penyebab paling umum dari paraplegia non-
traumatis.
9. Gangguan genetik, seperti paraplegia kejang turun-
temurun.
10. Oksigen kekurangan otak atau sumsum tulang
belakang karena tersedak, komplikasi persalinan, dan
luka lainnya.
11. Gangguan autoimun.
12. Infeksi otak atau sumsum tulang belakang.
13. Tumor, lesi, atau kanker otak atau sumsum tulang
belakang
14. Gangguan sumsum tulang belakang seperti syrinx.

Patofisiologi
Dalam beberapa kasus, gejala membaik saat
pembengkakan di daerah yang cedera hilang. Pengobatan infeksi
dan proses yang berhubungan dengan penyakit juga dapat
mengurangi atau membalikkan gejala, atau memperlambat
perkembangan paraplegia. Dengan demikian, sumber informasi
terbaik tentang bagaimana paraplegia dapat mempengaruhi hidup
Anda adalah dokter Anda. Namun, ketahuilah bahwa dokter
terbaik sekalipun tidak dapat dipastikan mengenai prognosisnya,
dan Anda seharusnya tidak membiarkan prognosis suram
sekalipun untuk melemahkan motivasi Anda agar tetap bekerja
menuju pemulihan.

54
Beberapa efek paraplegia yang paling umum meliputi:
1. Kehilangan sensasi di bawah lokasi cedera. Luka yang
lebih tinggi biasanya akan menghasilkan sensasi
kehilangan yang lebih besar.
2. Sensasi phantom di tubuh, rasa sakit yang tidak dapat
dijelaskan , sensasi listrik, atau perasaan terputus-putus
lainnya di bagian bawah tubuh.
3. Penurunan atau hilangnya fungsi seksual, libido, atau
kesuburan.
4. Sulit dengan kandung kemih dan fungsi usus .
5. Kehilangan mobilitas di bawah pinggang.
6. Perubahan mood: Depresi adalah umum di antara orang-
orang dengan diagnosis paraplegia baru.
7. Berat badan, terutama jika asupan kalori tidak disesuaikan
untuk memperhitungkan tingkat aktivitas Anda yang
berkurang.
8. Infeksi sekunder di bagian bawah tubuh, terutama luka
baring dan masalah kulit .
9. Masalah sekunder di lokasi luka, seperti infeksi atau lesi.
10. Sakit kronis.
Penunjang pemeriksaan
Dokter Anda perlu melihat otak dan / atau sumsum tulang
belakang Anda untuk melihat apakah ada kerusakan saraf atau
jaringan yang menghalangi kemampuan sinyal untuk melakukan
perjalanan ke dan dari kaki. Tes tersebut bisa meliputi:
1. Tes darah untuk menilai apakah infeksi, kanker, atau masalah
lain berkontribusi pada paraplegia.
2. Tusukan lumbal untuk mengeluarkan sejumlah kecil cairan dari
sumsum tulang belakang Anda dan menilai fungsinya.
3. CT scan atau MRI untuk melihat otak dan sumsum tulang
belakang Anda.
4. Myelography X-ray untuk membayangkan sumsum tulang
belakang dan otak Anda.

55
Terapi
Setiap pasien berbeda, dan perawatan yang bekerja
dengan baik untuk Anda mungkin tidak bekerja untuk orang lain.
Secara umum, perawatan intensif memberi kesempatan terbaik
saat pemulihan, terutama saat mulai menerima perawatan segera
setelah cedera. Spinal Cord Injury Model Systems menawarkan
perawatan yang komprehensif dan berperingkat tinggi, jadi jika
fasilitas seperti itu ada di dekat, pertimbangkan untuk
memindahkan lokasi ke lokasi semula.
Beberapa pilihan pengobatan meliputi:
1. Pembedahan untuk mengatasi pembengkakan di lokasi
luka, lepaskan lesi, atau lepaskan benda yang
tersemat.
2. Operasi pelurusan kabel spinal.
3. Operasi sekunder untuk mengatasi masalah lain,
seperti cedera otot akibat paraplegia .
4. Obat untuk mengurangi risiko infeksi, pembekuan
darah, dan masalah sekunder lainnya.
5. Terapi fisik untuk membantu mendapatkan kembali
fungsi sebanyak mungkin dengan mengajarkan otak
dan sumsum tulang belakang bagaimana mengatasi
cedera. Terapi fisik juga bisa membantu
memperlambat hilangnya nada otot di bawah luka
6. Terapi latihan untuk membantu tetap dalam kondisi fisik
yang baik dan mengurangi rasa sakit kronis.
7. Psikoterapi untuk membantu menerapkan keterampilan
mengatasi baru untuk mengelola luka
8. Pendidikan tentang luka-luka , program advokasi, dan
kelompok pendukung keluarga.
9. Pelatihan dan terapi kerja untuk membantu
mempelajari keterampilan baru, mendapatkan yang
lama, dan menemukan cara baru untuk mengatasi
cedera

56
10. Modalitas alternatif, hanya menggunakan ini dengan
persetujuan dokter, tetapi beberapa orang lumpuh
memiliki keberuntungan yang sangat baik dengan
akupunktur, pijat, chiropractic, dan perawatan holistik
lainnya.

G82.0 Flaccid paraplegia


Definisi
Kondisi fisik dimana tubuh manusia mengalami kelemahan
ekstrim pada jaringan otot serta atrofi otot. Kelumpuhan lembek
bisa kronis, dengan onset progresif, atau akut, yang ditandai
dengan onset yang lebih cepat. Kelemahan otot bisa
mempengaruhi aktivitas fisiologis biasa seperti menelan dan
bernafas. Menurut Queensland Health, istilah "flaccid"
menunjukkan adanya spastisitas atau gejala lain yang akan
menjadi tanda adanya sistem saraf pusat yang tidak teratur.

Etiologi
Salah satu penyebab umum kelumpuhan lembek adalah
apa yang dikenal sebagai sindroma arteri spinal anterior, yang
merupakan hasil dari arteri spinal primer yang diblokir.
Penyumbatan ini bisa disebabkan oleh beberapa kejadian,
termasuk kanker, penyakit arterial, trombosis atau trauma tulang
belakang.
Ada alasan lain, yang meliputi:
1. Hiperkalemia - akibat dari kelebihan kadar potassium
dalam tubuh
2. Kelumpuhan periodik hipotalamus - adalah kondisi otot
yang diturunkan secara genetis yang ditandai dengan
serangan kelumpuhan episodik dan kelemahan otot.
Episode ini bisa berlangsung berjam-jam atau bahkan
berhari-hari.
3. Myelinolisis pontin sentral - terjadi ketika lapisan
pelindung yang mengelilingi sel saraf otak mengalami

57
kerusakan, kemudian mencegah otak mengirimkan
sinyal ke saraf di tubuh.

Patofisiologi
Mengetahui gejala yang berhubungan dengan kelumpuhan
lembek akan membantu memperlancar diagnosis dan pengobatan
kondisi ini. Gejala umum dari kondisi ini adalah kelumpuhan akut
pada ekstremitas. Tanda dan gejala kondisi ini sangat tergantung
pada penyebabnya, namun beberapa gejala umum adalah:
1. Atrofi otot
2. Demam mulai
3. Insufisiensi pernafasan
4. Kesemutan telapak tangan dan telapak kaki, kram, dan
kehilangan sensoris
5. Hilangnya kontrol kandung kemih
Seseorang yang mengalami gejala ini seharusnya tidak
menganggapnya ringan; Mereka harus segera mencari bantuan
dari seorang profesional berpengalaman yang mampu
mendiagnosa penyebabnya.

Terapi
Tindakan pertama dalam proses pengobatan adalah
menentukan penyebab dan lokasi aktivitas yang mengelilingi
kondisinya. Setelah ini telah ditentukan melalui proses evaluasi
dan pengujian, pengobatan, yang kemungkinan akan mencakup
terapi fisik, akan ditentukan.

G82.1 Spastic paraplegia

Definisi
Spastic paraplegia adalah kelompok penyakit warisan yang
ciri utamanya adalah kelainan gaya berjalan progresif. Penyakit ini
hadir dengan kekakuan progresif (spastisitas) dan kontraksi pada
tungkai bawah. spastic paraplegia juga dikenal sebagai
paraparesis kejang herediter, paraplegi spastik keluarga, penyakit

58
pemukiman Prancis, atau penyakit Strumpell-Lorrain. Gejalanya
adalah akibat disfungsi akson panjang di sumsum tulang belakang.
Sel yang terkena adalah neuron motorik utama, oleh karena itu
penyakit ini merupakan penyakit neuron motorik atas]. spastic
paraplegia bukanlah bentuk cerebral palsy meski secara fisik
tampak dan berperilaku sama seperti diplegia spastik. Asal usul
spastic paraplegia berbeda dengan cerebral palsy. Meskipun
demikian, beberapa obat anti-spastisitas yang sama yang
digunakan pada cerebral palsy spastik kadang-kadang digunakan
untuk mengobati gejala spastic paraplegia.

Etiologi

Spastic paraplegia menyebabkan degenerasi ujung saluran


kortikospinalis di dalam sumsum tulang belakang. Ujung serat
terpanjang, yang memasok ekstremitas bawah, terpengaruh pada
tingkat yang jauh lebih besar daripada serat pada tubuh bagian
atas. Meskipun beberapa degenerasi serat yang memasok lengan
biasanya terjadi, kebanyakan orang dengan HSP tidak memiliki
gejala di tangan atau lengan.

Patofisiologi

Ciri utama HSP adalah degenerasi aksonal panjang yang


bergantung. Ini termasuk saluran kortikospinal yang disilangkan
dan tidak disilangkan ke kaki dan fasciculus gracilis. Saluran
spinocerebellar terlibat pada tingkat lebih rendah. Tubuh sel

59
neuron dari akson degenerasi dipertahankan dan tidak ada bukti
demyelination primer. Hilangnya sel tanduk anterior dari sumsum
tulang belakang diamati pada beberapa kasus. Ganglion akar dasi
punggung, akar posterior dan saraf perifer tidak terpengaruh
secara langsung.
Spastic paraplegia mempengaruhi beberapa jalur di
neuron motorik. Banyak gen diidentifikasi dan dikaitkan dengan
HSP. Ini tetap menjadi tantangan untuk secara akurat
mendefinisikan pemain kunci di masing-masing jalur yang terkena
dampak, terutama karena banyak gen memiliki banyak fungsi dan
terlibat dalam lebih dari satu jalur.
1. Axon pathfinding
Pathfinding penting untuk pertumbuhan akson ke
tempat yang tepat (misalnya sel saraf atau otot lainnya).
Signifikan terhadap mekanisme ini adalah gen L1CAM,
glikoprotein permukaan sel dari superfamili imunoglobulin.
Mutasi yang menyebabkan hilangnya fungsi pada L1CAM
juga ditemukan pada sindrom X lainnya. Semua gangguan
ini menunjukkan kerusakan pada saluran kortikospinalis
(karakteristik HSP). L1CAM berpartisipasi dalam
serangkaian interaksi, mengikat molekul L1CAM lainnya
serta perekat sel ekstraselular, integrin, dan proteoglikan
atau protein intraseluler seperti ankrin.
Patofinding cacat terjadi melalui hubungan L1CAM
dengan neuropilin-1. Neurofilin-1 berinteraksi dengan
protein Plexin-A untuk membentuk kompleks reseptor
Semaporin3A. Semaporin3A kemudian dilepaskan di
sumsum tulang belakang ventral untuk mengarahkan
neuron kortikospinalis dari garis tengah meduler. Jika
L1CAM tidak bekerja dengan baik karena mutasi, neuron
kortikosospinal tidak diarahkan ke posisi yang benar dan
ada penurunan nilai.
2. Metabolisme lipid
Akson di sistem saraf pusat dan perifer dilapisi
dengan insulasi, lapisan myelin, untuk meningkatkan laju
aksi propagasi potensial. Miel abnormal di SSP terdeteksi

60
dalam beberapa bentuk HSP HSP. Beberapa gen dikaitkan
dengan malformasi myelin, yaitu PLP1, GFC2 dan FA2H.
Mutasi mengubah komposisi myelin, ketebalan dan
integritas.
3. Endosomal trade
Neuron mengambil substansi dari sekitarnya
dengan endositosis. Vesikula endositik bergabung dengan
endosome untuk melepaskan isinya. Ada tiga
kompartemen utama yang memiliki perdagangan
endosomal: Golgi ke / dari endosom; Membran plasma ke /
dari endosom awal (melalui daur ulang endoskop) dan
endosom endosom sampai akhir. Disfungsi perdagangan
endosomal dapat mempengaruhi neuron motorik dengan
akson panjang, seperti yang dilaporkan dalam HSP. Mutasi
pada AP4B1 dan KIAA0415 berhubungan dengan
penurunan pembentukan vesikula dan perdagangan
lapisan otak termasuk penyerapan selektif protein ke
dalam vesikula. Kedua gen tersebut mengkodekan protein
yang berinteraksi dengan beberapa protein lain dan
mengganggu jalur sekretori dan endositik.
4. Mitochondrial function
Mitochondrial function telah dikaitkan dengan
gangguan neurologis perkembangan dan degeneratif.
Hanya sedikit gen HSP yang mengkodekan protein
mitokondria. Dua protein populasi mitokondria bermutasi di
HSP: paraplegin dan chaperonin 60. Paraplegin adalah
metaloprotease m-AAA dari membran mitokondria bagian
dalam. Ini berfungsi dalam perakitan ribosom dan kontrol
kualitas protein. Aktivitas chaperonin yang terganggu
menyebabkan gangguan pengendalian kualitas
mitokondria. Dua gen DDHD1 dan CYP2U telah
menunjukkan perubahan dalam arsitektur mitokondria dari
fibroblas pasien. Gen ini mengkode enzim yang terlibat
dalam metabolisme asam lemak.

Terapi

61
1. Alat bantu gerak seperti kursi roda, tongkat, atau ortosis
lutut-pergelangan kaki-kaki.
2. Mengobati otot-otot yang kaku dan kejang, dengan
memberikan relaksan otot, suntikan botox, atau
pemasangan pompa kecil yang mengalirkan obat ke tulang
belakang.
G82.2 Paraplegia, unspecified
Definisi
Paraplegia adalah hilangnya kemampuan untuk
menggerakkan anggota tubuh bagian bawah yang tidak spesifik

G82.3 Flaccid Tetraplegia

Definisi
Hilangnya atau kehilangan fungsi motorik di keempat
tungkai yang mungkin disebabkan oleh penyakit otak, penyakit
kecerdasan spinal,penyakit penyakit berpengaruh, penyakit
neuromuscular atau jarang penyakit muscular. Sindrom terkunci
ditandai dengan quadriplegia dalam kombinasi dengan
kelumpuhan otot kranial. Kesadaran terhindar dan aktivitas motor
sukarela hanya dipertahankan mungkin gerakan mata terbatas.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh lesi pada bagian atas
Brainstem yang melukai saluran cortico-spinal dan cortico-bulbar
yang menurun.

Etiologi
Kelumpuhan bisa terjadi sejak lahir akibat
kelainan bawaan. Di lain pihak, berkembang kemudian akibat
kecelakaan atau penyakit tertentu. Stroke merupakan salah satu
contoh penyakit yang sering menyebabkan kelumpuhan. Penyakit
ini bertanggung jawab di hampir 30 persen kasus. Sedangkan
cedera tulang belakang menyumbang sekitar 23 persen kasus.
Multiple sclerosis menyebabkan sekitar 17 persen kasus.
Penyebab Faccid Tetraplagia lainnya:
1. cerebral palsy, Kondisi neurologis (otak dan sistem
saraf) yang mempengaruhi koordinasi dan gerakan

62
anak. Cerebral palsy disebabkan oleh kerusakan otak,
yang biasanya terjadi sebelum, selama atau segera
setelah lahir.
2. sindrom pasca polio. Merupakan kelumpuhan yang
terjadi akibat infeksi virus polio, terutama pada anak-
anak. Kondisi ini dapat dicegah dengan melakukan
imunisasi polio.
3. cedera otak atau cedera kepala. Benturan atau
pukulan akibat kecelakaan lalu lintas merupakan
penyebab tersering. Cedera kepala bisa menimbulkan
pendarahan otak sehingga fungsi gerak tubuh bisa
terganggu sesuai daerah otak yang terkena.
4. neurofibromatosis. merupakan kelainan genetik dimana
pertumbuhan sel terganggu sehingga tumbuh tumor-
tumor pada jaringan saraf. Umumnya tumor-tumor ini
bersifat jinak dan bisa muncul di berbagai bagian dari
sistem saraf, seperti otak, sum-sum tulang belakang
hingga saraf-saraf tepi.
5. cacat lahir. Misalnya gangguan pembentukan tulang
belakang pada kasus sipina bifida. kanker.
6. Kanker yang berkembang di otak dapat menyebabkan
kelumpuhan, biasanya pada satu sisi tubuh.Kanker
otak juga bisa terjadi akibat penyebaran kanker dari
organ tubuh lainnya (metastasis) yang juga bisa
menyebabkan kelumpuhan.
Patofisiologi
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu kita ketahui
tentang Faccid Tetraplagia atau di masyarakat umum lebih dikenal
dengan lumpuh Layuh.
Bukan merupakan diagnosis suatu penyakit tetapi
penyakit apapun yang mempunyai gejala lumpuh layuh akut pada
saat ditemukan tanpa memperhatikan penyebabnya. Kelumpuhan
yang layuh / lemas / tonus otot menurun atau hilang sehingga
kekuatan otot menurun (paresis) atau tidak ada kekuatan otot

63
(paralysis). Faccid Tetraplagiadapat merupakan gejala penyakit
utama, gejala penyakit penyerta, atau gejala komplikasi penyakit.
Faccid Tetraplagia adalah setiap kelemahan atau kelumpuhan
yang bersifat flaccid yang terjadi secara akut pada anak usia
kurang dari 15 tahun dan bukan karena ruda paksa.

Terapi
Terapi atau pengobatan yang tepat akan tergantung pada
penyebab kelumpuhan, serta gejala yang muncul. Misalnya,
dokter mungkin merekomendasikan:
1. operasi atau mungkin amputasi
2. terapi fisik (fisioterapi)
3. pekerjaan yang berhubungan dengan terapi
4. alat bantu mobilitas, seperti kursi roda, tongkat, atau
perangkat lain
5. obat-obatan, seperti Botox atau pelemas otot, jika Anda
memiliki paralisis spastik Dalam banyak kasus,
paralisis tidak dapat disembuhkan. Akan tetapi tim medis
Anda dapat merekomendasikan berbagai perawatan, alat,
dan strategi untuk membantu mengelola gejala. Banyak
orang yang mengalami kelumpuhan tidak pernah
mendapatkan kembali fungsi gerak ataupun sensasi di
daerah tubuh yang terkena. Meskipun begitu, dokter akan
mengupayakan berbagai intervensi terapi, atau strategi lain
untuk membantu meningkatkan kualitas hidup. Misalnya,
kursi roda, tongkat, atau perangkat robot pada
tubuh memungkinkan Anda untuk bergerak secara
independen. Terapis okupasi dan profesional lainnya dapat
membantu memodifikasi benda-benda seperti pakaian,
rumah, mobil, dan lain-lain agar sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan Anda. Dokter mungkin juga
merekomendasikan perubahan gaya hidup, obat-obatan,
operasi, atau perawatan lainnya untuk membantu
mengelola potensi komplikasi. Tanyakan kepada dokter
untuk informasi lebih lanjut tentang diagnosis spesifik,

64
rencana pengobatan, dan prospek jangka panjang.

G82.4 Spastic Tetraplegia

Definisi
Tetraplegia spastik, juga dikenal sebagai Quadriplegia
spastik, adalah subset dari cerebral palsy spastik yang
mempengaruhi keempat tungkai (kedua lengan dan kaki).
Dibandingkan dengan quadriplegia, tetraplegia spastik
didefinisikan oleh spastisitas tungkai yang berlawanan dengan
kelumpuhan yang ketat. Hal ini dapat dibedakan dari bentuk
cerebral palsy lainnya sehingga orang-orang yang terkena kondisi
ini tampak kaku, gerakan tersendat yang berasal dari hipertonia
pada otot. Quadriplegia spastik, sementara mempengaruhi
keempat anggota badan kurang lebih sama, masih bisa
menghadirkan bagian tubuh lebih kaku dari yang lain, seperti satu
lengan lebih erat dari lengan yang lain, dan sebagainya. Triplegia
spastis, sementara itu, melibatkan tiga anggota badan (seperti
satu lengan dan dua kaki, atau satu kaki dan dua lengan, dll.);
Dipastik spastik mempengaruhi dua anggota badan (biasanya
hanya pada kaki), hemiplegia spastik mempengaruhi satu atau
seluruh sisi tubuh (kiri atau kanan); Dan monoplegia kejang
melibatkan satu anggota badan.

Etiologi
Tetraplegia Spastik / Quadriplegia spastik disebabkan oleh
kerusakan otak yang luas akibat malformasi kongenital di otak.
Banyak faktor, termasuk infeksi ibu dan janin dan paparan toksin,
dapat menyebabkan otak bayi yang belum lahir berkembang
dengan tidak normal. Otak sangat rentan terhadap perkembangan
abnormal selama dua minggu pertama kehamilan. Selama minggu
ke dua puluh enam sampai tiga puluh empat minggu kehamilan,
masalah putih otak bayi sangat rentan terhadap kerusakan. Sinyal
putih otak menandakan di dalam otak dan bagian tubuh lainnya,
jadi bila sudah rusak, hal itu dapat mempengaruhi keseluruhan

65
tubuh secara signifikan. Spincarat quadriplegia dan bentuk
cerebral palsy lainnya dapat disebabkan oleh lubang leukomalacia
periventrikular atau lesi pada materi putih.
Bayi yang belum lahir mungkin menderita kerusakan otak
akibat stroke yang menyebabkan pendarahan di otak. Stroke janin
terkadang disebabkan oleh bekuan darah di plasenta yang
menghalangi aliran darah. Pembuluh darah yang lemah atau tidak
terbentuk di otak juga bisa menyebabkan stroke janin dan
kelainan sirkulasi. Kesehatan ibu juga bisa mempengaruhi
kesehatan bayinya yang belum lahir. Bayi wanita yang memiliki
tekanan darah tinggi selama kehamilan memiliki risiko stroke lebih
besar. Tekanan darah tinggi ibu adalah masalah yang umum dan
perlu dipantau secara ketat baik untuk wanita maupun anak.
Infeksi maternal, terutama penyakit radang panggul, dapat
menyebabkan stroke janin. Infeksi maternal yang disebabkan oleh
virus dapat menginfeksi rahim dan plasenta. Sel kekebalan yang
disebut sitokin meningkat sebagai respons terhadap infeksi dan
menghasilkan peradangan untuk melawan masalah. Sayangnya,
sementara radang merupakan bagian dari proses pertarungan
infeksi, hal itu juga bisa merusak otak bayi. Kurangnya oksigen ke
otak bayi juga bisa menyebabkan kerusakan. Dokter awalnya
berpikir bahwa kekurangan oksigen karena penyerahan sebagian
besar kasus CP. Periset sekarang berpikir bahwa kurang dari
sepuluh persen kasus CP disebabkan oleh kekurangan oksigen
selama persalinan. Kurangnya oksigen dapat terjadi pada setiap
titik dalam kehamilan dan hal ini lebih cenderung menyebabkan
kerusakan pada rahim. Pecahnya rahim, kerusakan pada tali
pusar atau plasenta dapat menyebabkan kekurangan oksigen
sehingga tekanan darah rendah ibu bisa parah.

Patofisiologi
Penyebab cerebral palsy spastik quadriplegia yaitu pada
waktu kehamilan antara minggu ke 26 sampai dengan minggu ke
34 masa kehamilan, area periventricular white matter yang
mendekati dengan lateral ventricles sangat rentan terhadap

66
cidera. Apabila area ini membawa fiber yang bertanggung jawab
terhadap control motorik dan tonus otot pada kaki, cedera dapat
menyebabkan spastic diplegi. Saat lesi yang lebih besar
menyebar sebelum area fiber berkurang dari korteks motorik, hal
ini dapat melibatkan centrum semiovale dan corona radiate, yang
dapat menyebabkan spastic quadriplegia.
Penatalaksanaan
1. Medik
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik. Pada
keadaan ini perlu kerja sama yang baik dan merupakan
suatu tim antara dokter anak, neurolog, psikiater,
dokter mata, dokter THT,ahli ortopedi, psikolog,
fisioterapi, occupational therapist, pekerja sosial, guru
sekolah luar biasa dan orang tua pasien.
2. Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif.
Orang tua turut membantu program latihan dirumah.
Untuk mencegah kontraktur perlu dipehatikan posisi
pasien pada waktu istirahat atau tidur. Bagi pasien
yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal dipusat
latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang pasien
hidup.
3. Tindakan bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas,
dianjurkan untuk dilakukan pembedahan otot, tendon,
atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut.
Pembedahan stereotatik dianjurkan pada pasien
dengan pergerakan koreotetosis yang berlebihan.
4. Obat-obatan
Pasien cerebral palsy yang dengan gejala motorik
ringan baik makin banyak gejala penyertaannya dan
makin berat gejala motoriknya makin buruk
prognosisnya. Bila dinegara maju ada tersedia institute
cerebral palsy untuk merawat atau untuk menampung
pasien ini.
5. Keperawatan

67
Masalah bergantung dari kerusakan otak yang terjadi.
Pada umumnya dijumpai adanya gangguan
pergerakan sampai retardasi mental, dan seberapa
besarnya gangguan yang terjadi bergantung pada
berat ringannya asfiksia yang terjadi pada otak.
Dewasa ini gangguan dari pertumbuhan atau
perkembangan janin dirumah-rumah bersalin yang
telah maju sudah dapat dideteksi sejak dini bila
kehamilan dianggap berisiko. Juga ramalan mengenai
ramalan bayi dapat diduga bila mengetahui keadaan
pada saat perinatal (lihat penyebab). Selain itu setelah
diketahui dari patologi anatomi palsy cerebal bahwa
gejala dini ini dapat terlihat pada bulan-bulan pertama
setelah lahir, sebenarnya beratnya gejala sisa mungkin
dapat dikurangin jika dilakukan tindakan lebih dini.
Disinilah peranan perawat dapat ikut mencegah
kelainan tersebut.
Tindakan yang dapat dilakukan ialah:
a) Mengobservasi dengan cermat bayi-bayi baru
lahir yang berisiko (baca status bayi secera
cermat mengenai riwayat
kehamilan/kelahirannya). Jika dijumpai adanya
kejang atau sikap bayi yang tidak biasa pada
neonatus segera memberitahukan dokter agar
dapat dilakukan penanganan semestinya.
b) Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko
terjadi gangguan pada otak walaupun selama
diruang perawatan tidak terjadi kelainan agar
dipesankan pada orang tua atau ibunya jika
melihat sikap bayi yang tidak normal supaya
segera dibawa konsultasi kedokter.

Terapi

68
Meningkatkan mobilitas pasien dan membuat pasien lebih
nyaman adalah dua tujuan utama dalam pengobatan
quadriplegia spastik. Tidak ada obatnya, tapi hidup bisa
menjadi lebih mudah bagi pasien melalui kombinasi berbagai
perawatan.
Seperti bentuk CP lainnya, quadriplegia spastik selalu
diobati dengan terapi fisik. Tujuan terapi fisik adalah untuk
menguatkan tungkai dan mencegah kontraktur-suatu kondisi di
mana otot menjadi sangat kaku sehingga tidak bergerak dan
justru menyebabkan anggota badan membungkuk dan menjadi
cacat. Ada banyak metode terapi fisik
Obat-obatan digunakan untuk mengurangi spastisitas pada
quadriplegia spastik. Obat juga digunakan untuk
mengendalikan kejang yang terkadang menyertai gangguan ini.
Pembedahan kadang-kadang dapat digunakan untuk
memperbaiki kelainan anggota badan dan memungkinkan
pasien bergerak lebih mudah.
Bentuk obat alternatif seperti terapi pijat membantu
meningkatkan kualitas hidup beberapa penderita spikum
quadriplegia. Perhatian harus digunakan saat
mempertimbangkan terapi alternatif untuk CP, karena orang
yang tidak bermoral dapat menawarkan apa yang disebut
"obat" yang mungkin tidak aman. Pengobatan alternatif
berkualitas sangat membantu, tapi pengobatannya bukan
pengobatan quadriplegia spastik. Jika Anda ingin mencari
pengobatan alternatif, lakukan hanya dengan saran dari dokter
yang berkualitas dan pilihlah penyedia profesional untuk
mengelola terapi ini.
G82.5 Tetraplegia,unspecified
Definisi
Kelumpuhan lengan, tungkai, dan batang tubuh di bawah
tingkat cedera yang terkait dengan sumsum tulang belakang yang
tidak spesifik

G83 Other Paralytic Syndromes

69
Definisi
Kelumpuhan mendadak paling sering disebabkan oleh luka
atau stroke. Menyebarkan kelumpuhan dapat mengindikasikan
penyakit degeneratif, penyakit inflamasi seperti sindrom Guillain-
Barr atau CIDP, gangguan metabolik, atau penyakit demi
kelestarian warisan.

Incl : Paralysis (complete)(incomplete), terkecuali di G80-G82.

Definsi
Paralysis (kelumpuhan) didefinisikan sebagai kehilangan
kekuatan lengkap pada anggota tubuh atau otot yang terkena.
Penyebab. Kelumpuhan paling sering disebabkan oleh kerusakan
pada sistem saraf, terutama sumsum tulang belakang. Penyebab
utama lainnya adalah stroke, trauma dengan cedera saraf,
poliomielitis, cerebral palsy, neuropati perifer, penyakit Parkinson,
ALS, botulisme, spina bifida, multiple sclerosis, dan sindrom
Guillain-Barr.
G83.0 Diplegia of upper limbs
Definisi
Kelumpuhan bagian yang sesuai pada kedua sisi tubuh
terutama dibagian atas tubuh.

Etiologi
Pada kasus tertentu kelumpuhan bagian atas paling
banyak terjadi di kepala sampai pinggul, dan biasannya terjadi
karena trauma fisik yang terjadi kepada pasien.

Patolofisiologi
Penyebab diplegia ini adalah keabnormalisasia kerja otot,
kurangnya refleks, kurangnya perkembangan motoric dan
koordinasi, bisa terjadi juga karena kelainan bentuk sendi dan
tulang. Gejala yang paling sering terjadi adalah kejang kejang
karena otot otot tegang mengalami kontraktur, pasien juga
mengalami masalah keseimbangan dan sebagian dari masa otot

70
menurun yaitu biaanya tidak bisa memegang dengan baik dan
tidak bisa menggerakan bahu ataupun lengan
Penatalaksanaan
Penentuan diagnosis yaitu dengan melakukan
pemeriksaan otot dan saraf oleh dokter ahli otot dan saraf dimana
akan ditemukan masalah dari diplegia atau kelumpuhan ini, bisa
saja terjadi karena pasca trauma atau terjadi oleh masalah
genetic.

Terapi
a. Terapi fisik membantu menjaga otot-otot mereka fleksibel
dan lebih rentang gerak penginapan
b. Obat-obatan seperti Botox, untuk mengurangi kekejangan
otot
c. Bedah untuk mengendalikan kekejangan otot
d. Teknologi yang membantu individu dalam mobilitas seperti
kursi roda

e. Diplegia (upper) : diplegia atau kelumpuhan bagian atas


f. Paralysis of both upper limbs : kelumpuhan gabungan
tubuh lainnya bagian atas

G83.1 Monoplegia of lower limbs


Definisi
Monoplegia of lower limbs adalah kelumpuhan satu
anggota badan, biasanya sebuah di bagian tubuh bagian bawah
seperti kaki. Hal ini sering dikaitkan dengan cerebral palsy. Ini
adalah bentuk paling ringan dari cerebral palsy.
Etiologi
Monoplegia sering diakibatkan oleh kerusakan pada otak
atau sumsum tulang belakang yang mengendalikan fungsi motorik
pada anggota tubuh yang terkena. kaki sering terpengaruh
menyebabkan kekakuan kaki. Gejala lainnya termasuk
kelemahan, mati rasa, kelumpuhan, nyeri pada tungkai yang
terkena. Penderita monoplegia biasanya merasakan gejala

71
kelemahan dan hilangnya sensasi pada ekstremitas, biasanya
lengan. Inti kelumpuhan terus mempertahankan denyut nadi yang
kuat.
Patofisiologi
Meskipun cerebral palsy adalah penyebab utama dari
monoplegia, penyebab lainnya meliputi tumor otak, stroke, trauma
saraf, peradangan saraf, multiple sclerosis, Brown Sequard
Syndrome, multiplex mono neuritis
Penatalaksanaan
Penderita biasanya di bawa ke dokter ahli saraf untuk
malakukan pemeriksaan dan penentuan diagnosis pada pasien.
Terapi
Satu studi menemukan bahwa segera inisiasi infus heparin
mungkin membantu dalam pemulihan perasaan di ekstremitas.
Paralysis of lower limb ( kelumpuhan pada tubuh bagian bawah)

G83.2 Monoplegia of upper limb


Paralysis of upper limb
Definisi
Monoplegia of upper limb / Paralysis of upper limb adalah
kelumpuhan yang terjadi pada salah satu anggota badan bagian
atas, biasanya sebuah lengan. Monoplegia dari anggota
badan bagian atas kadang disebut monarki brakialis sedangkan
tungkai bawah disebut crural monoplegia. Dua penyebab utama
monoplegia adalah plexopati brakialis dan stroke. Kemungkinan
terjadinya plexopati brakialis setelah operasi noncardiac adalah
antara 0,02% dan 0,06%. Stroke perioperatif terjadi pada tingkat
yang lebih tinggi yaitu 0,08% sampai 9,7%.

Etiologi
Meskipun cerebral palsy adalah penyebab utama,
penyebab lainnya meliputi tumor otak, stroke, trauma saraf,
peradangan saraf, multiple sclerosis, Brown Sequard Syndrome,
multiplex mono neuritis.

72
Patofisiologi
Monoplegia mungkin disebabkan pemisahan kerusakan
diantara system saraf pusat atau saraf perifer. Kelemahan atau
paralysis hanya dapat terjadi pada lengan dan kaki dapat
mengindikasikan penyakit diemelinisasi.
Gejala lain yang sering menyertai paralisis termasuk
kelemahan, mati rasa dan perasaan kesemutan, nyeri, perubahan
penglihatan , sakit kepala, nyeri bahu, kesulitan berbicara,atau
masalah dengan keseimbangan.

Terapi
Perawatan Monoplegia biasanya mencakup terapi fisik dan
konseling untuk membantu penyembuhan dan fungsi otot
pemulihan. Namun, tidak ada obat untuk Monoplegia. Pemulihan
akan bervariasi tergantung pada diagnosis dari kelumpuhan
sementara, parsial atau lengkap. Kondisi serupa adalah
monoparesis, di mana satu anggota badan sangat lemah, namun
tidak lumpuh total.

G83.3 Monoplegia, unspecified


Definisi
Monoplegia adalah kelumpuhan satu anggota badan,
biasanya sebuah lengan yang tidak spesifik

G83.4 Cauda equina syndrome


Definisi
Sindroma Cauda equina adalah kompresi saraf yang tidak
umum di ujung sumsum tulang belakang di dalam kanal tulang
belakang. Terminologi, "cauda equina", secara harfiah berarti ekor
kuda dan mengacu pada anatomi normal ujung sumsum tulang
belakang di punggung bawah di mana ia terbagi menjadi banyak
bundel saluran saraf yang menyerupai ekor kuda. Kompresi
sumsum tulang belakang pada tingkat ini dapat menyebabkan
sejumlah gejala khas sindrom ini (nyeri punggung bawah, linu

73
panggul, perubahan sensorik pelana, inkontinensia kandung
kemih dan usus, dan motor ekstremitas bawah dan kehilangan
sensorik). Penurunan saraf di cauda equina, ditandai dengan nyeri
kusam di punggung bagian bawah dan pantat bagian atas dan
kurangnya perasaan (analgesia) di pantat, alat kelamin, dan paha,
bersamaan dengan gangguan fungsi usus dan kandung kemih.

Etiologi
Penyebab Sindroma Cauda Equina
CES lebih sering terjadi pada orang dewasa daripada pada
anak-anak. Tapi bisa terjadi pada anak-anak yang memiliki cacat
lahir spinal atau mengalami cedera tulang belakang. Ini adalah
penyebab paling umum sindroma cauda equina:
1) Luka pecah yang parah di daerah lumbal (penyebab
paling umum).
2) Penyempitan saluran tulang belakang (stenosis)
3) Lesi tulang belakang atau tumor ganas.
4) Infeksi spinal, pembengkakan, perdarahan, atau patah
tulang.
5) Komplikasi dari cedera tulang belakang lumbar parah
seperti kecelakaan mobil, jatuh, tembakan, atau
menusuk.
6) Cacat lahir seperti hubungan abnormal antara
pembuluh darah (malformasi arteriovenosa).
Gejala
1) Nyeri punggung bawah yang parah.
2) Rasa sakit, mati rasa, atau kelemahan pada satu atau
kedua kaki yang menyebabkan Anda tersandung atau
mengalami kesulitan bangkit dari kursi.
3) Hilangnya atau perubahan sensasi di kaki, pantat,
paha bagian dalam, punggung kaki, atau kaki yang
parah atau memburuk dan parah. Anda mungkin
mengalami hal ini sebagai masalah saat merasakan
sesuatu di area tubuh Anda yang akan duduk di pelana
(disebut pelana anestesi).
4) Masalah terakhir dengan fungsi kandung kemih atau
usus, seperti masalah menghilangkan urin atau limbah
(retensi) atau masalah menahannya (inkontinensia).

74
5) Disfungsi seksual yang terjadi tiba-tiba.

Patofisiologi
Sindrom cauda equina disebabkan oleh penyempitan
apapun pada canalis spinalis yang menekan akar saraf di bawah
level medula spinalis. Lesi pada cauda equina bersifat LMN
karena radiks yang terkena merupakan bagian dari susunan saraf
perifer.
Cauda Equina Syndrome (CES) merujuk pada kondisi dimana
terjadi kompresi secara bersamaan pada akar saraf lumbosakral
dibawah level conus medularis, yang menyebabkan gejala
neuromuskuler dan urogenital. Patofisiologi mekanisme terjadinya
CES belum sepenuhnya dipahami. Akar saraf ini rentan terhadap
cedera kompresi atau regangan karena memiliki epineurinum
yang tidak berkembang dengan baik. Jika epineurinum terbentuk
sempurna, seperti pada saraf-saraf perifer, akan dapat melindungi
saraf dari tekanan atau tarikan/regangan. Selain itu sistem
mikrovaskuler pada akar saraf cauda equina memiliki area yang
relatif hipovaskuler yang terbentuk oleh kombinasi area
anastomosis di sepertiga proksimal akar saraf. Hal tersebut
menimbulkan rasionalisasi anatomik terhadap terjadinya
manifestasi neuroiskemik bersamaan dengan perubahan
degenerasi.
Penatalaksanaan
a) Pemeriksaan Fisik
Nyeri sering berlokasi di punggung bawah. Mungkin
didapatkan nyeri tekan setempat atau nyeri sewaktu
diperkusi. Nyeri punggung bawah dapat dibagi menjadi
nyeri lokal dan radikular. Nyeri lokal biasanya nyeri yang
dalam akibat iritasi jaringan lunak dan korpus vertebra.
Nyeri radikular umumnya bersifat tajam, seperti tertusuk-
tusuk akibat dari kompresi radiks saraf dorsal. Nyeri
radikular diproyeksikan dalam distribusi dermatomal.
Abnormalitas refleks mungkin ada, berupa berkurangnya
atau hilangnya refleks fisiologis. Refleks yang meningkat

75
merupakan tanda adanya keterlibatan medula spinalis
sehingga diagnosis CES bisa disingkirkan. Nyeri menjalar
ke kaki (ischialgia) unilateral atau bilateral merupakan
karakteristik CES, diperburuk dengan manuver valsava.
Abnormalitas sensorik mungkin muncul di area perineal
atau ekstremitas bawah. Pemeriksaan raba ringan (light
touch) pada area perineal seharusnya dilakukan. Area
yang mengalami anestesi mungkin menunjukkan adanya
kerusakan kulit. Kelemahan otot mungkin timbul pada otot-
otot yang mendapatkan inervasi dari radiks saraf yang
terkena. Atrofi otot dapat terjadi pada CES kronik. Tonus
sphincter ani yang menurun atau hilang merupakan
karakteristik CES.Adanya tanda babinski atau tanda-tanda
upper motor neuron lainnya menunjukkan diagnosis selain
CES, kemungkinan merupakan kompresi medula spinalis.
Penurunan fungsi bladder dapat dinilai secara empiris
dengan kateterisasi urin. CES harus dipertimbangkan
kemungkinannya pada semua pasien yang memiliki
keluhan nyeri punggung bawah dengan inkontinensia
bowel atau bladder. Disfungsi bladder biasanya merupakan
akibat dari kelemahan otot detrussor dan areflexic bladder;
disfungsi ini awalnya menyebabkan retensi urin yang
kemudian diikuti dengan overflow incontinence pada
stadium selanjutnya. Pasien yang menderita nyeri
punggung dan inkontinensia urin tetapi hasil pemeriksaan
neurologisnya normal seharusnya diukur volume residual
postvoid-nya. Volume residual postvoid yang lebih besar
dari 100 mL menunjukkan adanya overflow incontinence
dan memerlukan evaluasi lebih lanjut; sedangkan volume
kurang dari 100 mL menyingkirkan diagnosis CES. Refleks
anal, yang ditimbulkan dengan mengusap kulit lateral
anus, normalnya menyebabkan kontraksi refleks sphincter
ani eksterna. Pemeriksaan rektal seharusnya dilakukan
untuk menilai tonus sphincter ani dan sensibilitas jika

76
ditemukan tanda atau gejala CES.
Pemeriksaan Penunjang
- Diagnosis CES umumnya bisa didapatkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan radiologi dan laboratorium
digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis dan
untuk menentukan lokasi patologik dan penyakit
yang mendasari. Pemeriksaan radiologi yang
dapat dilakukan dalam penelusuran diagnosis
CES adalah:X-foto polos. Tidak banyak membantu
dalam diagnosis CES tapi mungkin dapat
dilakukan dalam kasus-kasus cedera akibat
trauma atau penelusuran adanya perubahan
destruktif pada vertebra, penyempitan diskus
intervertebralis atau adanya spondilosis,
spondilolistesis.
- CT dengan atau tanpa kontras.
Myelogram lumbar diikuti dengan CT
- MRI. Berdasarkan kemampuannya
untuk menggambarkan jaringan lunak,
MRI umumnya merupakan tes yang
disukai dokter dalam mendiagnosis CES.
MRI direkomendasikan untuk seluruh
pasien yang memiliki gejala urinari yang
baru muncul yang berhubungan dengan
nyeri punggung bawah dan ischialgia.
- Ultrasonografi mungkin bisa digunakan
untuk estimasi volume residual post-void
Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan adalah pemeriksaan darah
rutin, kimia darah, gula darah puasa,
sedimentation rate, dan sifilis dan lyme
serology. Pemeriksaan cairan
serebrospinal juga dapat dilakukan jika
didapatkan tanda meningitis.

77
b) Pembedahan
Pada sebagian kasus, CES merupakan indikasi
untuk dilakukan operasi dekompresi secepatnya;
laminektomi yang diikuti dengan retraksi cauda equina
secara hati-hati (untuk menghindari komplikasi
meningkatnya gangguan neurologis) dan diskectomy pada
penderita CES yang disebabkan oleh herniasi diskus
merupakan tindakan pilihan. Waktu yang tepat dilakukan
tindakan dekompresi belum sepenuhnya disepakati.
Umumnya, pasien CES yang dilakukan operasi dalam 24
jam sejak timbul gejala awal dipercaya akan mencapai
perbaikan neurologis yang lebih baik secara signifikan.
Tetapi, beberapa penelitian menunjukkan tidak
ditemukannya perbaikan outcome secara signifikan pada
pasien yang dioperasi dalam waktu 24 jam dibandingkan
dengan pasien-pasien yang dioperasi dalam waktu 24
sampai 48 jam. Penelitian lain menunjukkan bahwa
pembedahan yang dilakukan secara elektif dibandingkan
pembedahan emergensi tidak mengganggu perbaikan
neurologis. Meskipun begitu, sebagian besar peneliti
merekomendasikan tindakan operasi dekompresi secepat
mungkin setelah munculnya gejala untuk meningkatkan
kemungkinan memperoleh perbaikan neurologis komplit.
Medikamentosa 3,4
- Agen vasodilator
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
agen vasodilator memiliki efek terapetik yang
signifikan terhadap CES. Dalam sebuah penelitian
eksperimental menyebutkan bahwa pengobatan
sistemik dengan OP-1206 -CD, suatu analog
prostaglandin E1, dapat secara signifikan
meningkatkan aliran darah dan menurunkan
hiperalgesia thermal yang diinduksi oleh cedera
konstriksi saraf pada tikus.

78
- Agen anti-inflamasi
Agen anti-inflamasi, meliputi steroid dan
NSAID, mungkin efektif pada pasien dengan
penyebab inflamasi dan sudah banyak digunakan
dalam pengobatan nyeri punggung, tapi tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa obat-obat tersebut
memberikan manfaat yang signifikan. Regimen
steroid yang biasa dipakai adalah deksametason
dengan dosis awal 10 mg secara intravena, diikuti 4
mg secara intravena diberikan setiap enam jam.
Deksametason umumya diberikan intravena pada
dosis 4 sampai 100 mg.NSAID telah terbukti
berguna untuk mencegah kalsifikasi jaringan lunak,
osifikasi heterotopik dan perlengketan. Beberapa
peneliti juga menegaskan resiko potensial
penggunaan steroid. Pernah dilaporkan bahwa
penggunaan agen antiinflamasi mungkin
menghambat penyembuhan dan seringkali
menimbulkan pembentukan abses.
c) Fisioterapi
Program fisioterapi harus sudah dimulai sejak
pasien dirawat. Ada berbagai macam program fisioterapi
yang dapat diberikan pada pasien dengan sindrom kauda
equina dan tentunya tidak semuanya cocok diberikan
untuk setiap pasien. Jelas pemberian latihan ini
disesuaikan dengan keadaan klinis pasien dan juga
gangguan neurologis yang ditemukan pada pasien
tersebut. Adapun program-program tersebut antara lain:
d) Gerakan pasif.
Tiap persendian dari group otot ekstremitas inferior
digerakan secara pasif dan full ROM, sekurang
kurangnya 2 kali sehari. Hal ini perlu untuk mencegah
terjadinya kontraktur, karena gerakan pasif tersebut
memelihara tonus dan panjang otot, serta melancarkan

79
aliran darah dari ekstremitas inferior yang rentan terhadap
kemungkinan timbulnya trombosis yang disebabkan aliran
darah biasanya ditempat tersebut sangat lambat.
e) Keseimbangan duduk.
Pada pasien dengan kelemahan otot ekstremitas
inferior yang cukup berat saat mula-mula di pindah ke kursi
roda perlu waktu beberapa hari bagi pasien dapat duduk
tegak dengan baik. Paralisis otot-otot tubuh seringkali
mengganggu keseimbangan dan bagi pasien hal ini
dirasakan sangan mengganggu. Jika duduk tegak maka
pasien akan merasakan gejala-gejala seperti hipotensi
antara lain pusing dan mual. Biasanya secara bertahap
pasien dapat menyesuaikan diri. Jika hal ini terus berlanjut,
maka dapat digunakan tilt table untuk membantu pasien
membiasakan diri duduk tegak.
f) Berenang
Latihan berenang di kolam sangat bermanfaat dan
menyenangkan karena akan membantu dan
mempermudah otot-otot ekstremitas inferior untuk aktif
berfungsi. Ban dan jaket penyelamat dapat digunakan
untuk pengaman dan memperbesar rasa percaya diri
pasien. Jika pasien ragu-ragu, maka terapis dapat
membantu dengan menyangga tubuh pasien pada tempat
yang sensoriknya masih berfungsi. Latihan renang ini dari
sejak awalnya sudah dapat dikembangkan menjadi salah
satu latihan yang dapat menyenangkan sekaligus sebagai
suatu rekreasi.
g) Gym work
Tujuan latihan di ruang senam ini adalah untuk
mengembangkan sepenuhya aktifitas otot-otot yang
persyarafannya masih baik. Latihan dengan tahanan, per
dan beban, press up, dan memanjat dengan tali.
h) Mat work (senam lantai di matras),

80
Pasien dalam posisi berbaring di lantai bertujuan
untuk menguatkan otototot trunkus dan meningkatkan
tonus otot otot paravertebralis sehingga nantinya hal
tersebut dapat membantu pasien dalam memperbaiki
keseimbangan duduk dan postur. Latihan di matras ini
bertujuan membantu mengurangi spastisitas otot otot
tersebut dan ini kelak akan membantu berfungsinya
bladder dan bowel. Semua pasien diajarkan berguling di
lantai dan jika mungkin belajar duduk tanpa dibantu.
Selanjutnya latihan keseimbangan dapat terus di
kembangkan dengan latihan duduk di tepi tempat tidur.
Selain itu bisa pula dilakukan senam Kegel untuk
menguatkan otot-otot panggul.
i) Berdiri
Pasien paraparese atau paraplegia secara teratur
harus diajarkan cara untuk berdiri tegak. Disamping
meningkatkan moril dan kepercayaan diri pasien, hal ini
bertujuan untuk meringankan beban tekanan di sakrum
dan pantat, memperbaiki tonus otot di trunkus dan
ekstremitas inferior, mencegah deformitas fleksi di pangkal
paha, lutut dan pergelangan kaki, memperbaiki efisiensi
pengosongan ginjal dan kandung kemih serta fungsi
rektum dan juga berperan dalam pencegahan osteoporosis
dan fraktur patologis. Untuk memungkinkan latihan berdiri
tegak ini dapat digunakan alat yang dinamakan standing
frame. Pengikat yang dilapisi kulit halus berfungsi sebagai
brace, sedangkan meja miring didepan berfungsi sebagai
tempat penderita melakukan berbagai aktifitasnya sambil
berdiri.
j) Latihan jalan.
Faktor yang sangat menentukan kemampuan
pasien dalam berjalan ialah: kekuatan otot quadriceps,
propioseptif lutut, tidak adanya kontraktur fleksi dari
panggul dan kontrol lengan. Untuk melangkah adalah

81
merupakan problem yang besar bagi pasien. Kemauan
merupakan kunci kearah keberhasilan, yang juga sangat
tergantung faktor umur, berat badan dan jumlah otot-otot
yang masih berfungsi. Teknik-teknik yang dapat
dipergunakan dalam latihan jalan ini antara lain: swing to &
swing through qait menggunakan kruk siku (elbow
crutches).
k) Pemakaian kursi roda
Harus dipesan kursi roda yang sesuai untuk tiap
pasien. Idealnya pasien dipesankan kursi roda sedini
mungkin yang tipenya disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan. Waktu yang paling tepat adalah saat pasien
mulai belajar duduk.
Sebaiknya pemesanan kursi roda ini didiskusikan oleh tim.
Pemilihan jenis kursi roda sangat tergantung kepada usia,
ukuran tubuh, tinggi badan dan berat badan dan ditentukan
oleh kekuatan lengan (1,2,3). Tempat kaki yang dapat
dibuka dan berputar, ketinggian yang dapat diatur serta
sandaran tangan yang dapat dilepaskan merupakan
bentuk standart.
Latihan mengendalikan kursi roda diberikan sampai pasien
betul betul yakin akan kemampuannya. Antara lain
latihan tersebut adalah bagaimana cara cara melintasi
pintu, permukaan lantai yang tidak rata, kemiringan dari
trotoar. Kepada pasien juga diajarkan caracara mundur
dengan baik.
Neurogenic bladder due to cauda equina syndrome
Definisi
Neurogenic bladder due to cauda equina syndrome
Kandung kemih neurogenik akibat sindrom cauda equine.
Neurogenic bladder atau kandung kemih neurogenik merupakan
penyakit yang menyerang kandung kemih yang disebabkan oleh
kerusakan ataupun penyakit pada sistem saraf pusat atau pada
sistem saraf perifer dan otonom. Neurogenic bladderadalah suatu

82
disfungsi kandung kemih akibat kerusakan sistem saraf yang
terlibat dalam pengendalian berkemih. Keadaan ini bisa berupa
kandung kemih tidak mampu berkontraksi dengan baik untuk miksi
(underactive bladder) maupun kandung kemih terlalu aktif dan
melakukan pengosongan kandung kemih berdasar refleks yang
tak terkendali (overactive bladder). Dengan kata lain, Neurogenic
bladder adalah kelainan fungsi kandung kemih akibat gangguan
sistem saraf.
Etiologi
Penyebab Neurogenic Bladder bisa terjadi akibat: Penyakit
Cedera Cacat bawaan pada otak, medula spinalis atau saraf yang
menuju ke kandung kemih, saraf yang keluar dari kandung kemih
maupun keduanya.
Suatu kandung kemih neurogenik bisa kurang aktif,
dimana kandung kemih tidak mampu berkontraksi dan tidak
mampu menjalankan pengosongan kandung kemih dengan baik;
atau menjadi terlalu aktif (spastik) dan melakukan pengosongan
berdasarkan refleks yang tak terkendali.Kandung kemih yang
kurang aktif biasanya terjadi akibat gangguan pada saraf lokal
yang mempersarafi kandung kemih. Penyebab tersering adalah
cacat bawaan pada medula spinalis (misalnya spina bifida atau
mielomeningokel).Suatu kandung kemih yang terlalu aktif
biasanya terjadi akibat adanya gangguan pada pengendalian
kandung kemih yang normal oleh medula spinalis dan otak.
Penyebabnya adalah cedera atau suatu penyakit, misalnya
sklerosis multipel pada medula spinalis yang juga menyebabkan
kelumpuhan tungkai (paraplegia) atau kelumpuhan tungkai dan
lengan (kuadripelegia). Cedera ini seringkali pada awalnya
menyebabkan kandung kemih menjadi kaku selama beberapa
hari, minggu atau bulan (fase syok). Selanjutnya kandung kemih
menjadi overaktif dan melakukan pengosongan yang tak
terkendali.
Gejala

83
Gejalanya bervariasi berdasarkan apakah kandung kemih
menjadi kurang aktif atau overaktif. Suatu kandung kemih yang
kurang aktif biasanya tidak kosong dan meregang sampai menjadi
sangat besar. Pembesaran ini biasanya tidak menimbulkan nyeri
karena peregangan terjadi secara perlahan dan karena kandung
kemih memiliki sedikit saraf atau tidak memiliki saraf lokal.
Pada beberapa kasus, kandung kemih tetap besar tetapi
secara terus-menerus menyebabkan kebocoran sejumlah air
kemih. Sering terjadi infeksi kandung kemih karena sisa air kemih
di dalam kandung kemih memungkinkan pertumbuhan bakteri.
Bisa terbentuk batu kandung kemih, terutama pada penderita
yang mengalami infeksi kandung kemih menahun yang
memerlukan bantuan kateter terus-menerus. Gejala dari infeksi
kandung kemih bervariasi, tergantung kepada jumlah saraf yang
masih berfungsi.
Suatu kandung kemih yang overaktif bisa melakukan
pengisian dan pengosongan tanpa kendali karena berkontraksi
dan mengendur tanpa disadari. Pada kandung kemih yang kurang
aktif dan yang overaktif, tekanan dan arus balik air kemih dari
kandung kemih ke ureter bisa menyebabkan kerusakan ginjal.
Pada penderita yang mengalami cedera medula spinalis, kontraksi
dan pengenduran kandung kemih tidak terkoordinasi, sehingga
tekanan di dalam kandung kemih tetap tinggi dan ginjal tidak
dapat mengalirkan air kemih.
Patofisiologi
Gangguan kandung kencing / bladder dapat terjadi akibat
dari kerusakan saraf atau lesi yang terjadi pada sistem saraf
manusia. Apabila sistem saraf pusat atau system saraf tepi yang
merupakan jalur persarafan system perkemihan mengalami
gangguan maka akan mengganggu proses berkemih. Otak, pons,
medulla spinalis dan saraf perifer merupakan beberapa bagian
dari system saraf yang memungkinkan untuk terlibat. Gejala yang
dapat terjadi apabila terjadi disfungsi kandung kemih / bladder
adalah retensi inkontinensia yang berlebihan, urinasi yang

84
kerapkali hanya sedikit, atau kombinasi dari keduanya.
Berdasarkan lokasinya penyebabsecara garis besar,Neurogenic
Bladder dibagi menjadi tiga, antara lain :
a) Lesi supra pons
Pusat miksi pons merupakan pusat pengaturan
refleks-refleks miksi dan seluruh aktivitasnya diatur
kebanyakan oleh input inhibisi dari lobus frontal bagian
medial, ganglia basalis dan tempat lain. Kerusakan
pada umumnya akan berakibat hilangnya inhibisi dan
menimbulkan keadaan hiperrefleksi. Pada kerusakan
lobus depan, tumor, demyelinisasi periventrikuler,
dilatasi kornu anterior ventrikel lateral pada
hidrosefalus atau kelainan ganglia basalis, dapat
menimbulkan kontraksi kandung kemih yang
hiperrefleksi. Retensi urine dapat ditemukan secara
jarang yaitu bila terdapat kegagalan dalam memulai
proses miksi secara volunteer.
b) Lesi antara pusat miksi pons dan sakral medula
spinalis
Lesi medula spinalis yang terletak antara pusat
miksi pons dan bagian sacral medula spinalis akan
mengganggu jaras yang menginhibisi kontraksi
detrusor dan pengaturan fungsi sfingter
detrusor.Beberapa keadaan yang mungkin terjadi
antara lain adalah:
1) Vesica urinaria yang hiperrefleksi
Seperti halnya lesi supra pons,
hilangnya mekanisme inhibisi normal akan
menimbulkan suatu keadaan vesica urinaria
yang hiperrefleksi yang akan menyebabkan
kenaikan tekanan pada penambahan yang kecil
dari volume vesica urinaria.
2) Disinergia detrusor-sfingter (DDS)

85
Pada keadaan normal, relaksasi sfingter
akan mendahului kontraksi detrusor. Pada
keadaan DDS, terdapat kontraksi sfingter dan
otot detrusor secara bersamaan. Kegagalan
sfingter untuk berelaksasi akan menghambat
miksi sehingga dapat terjadi tekanan
intravesikal yang tinggi yang kadang-kadang
menyebabkan dilatasi saluran kencing bagian
atas.Urine dapat keluar dari vesica urinaria
hanya bila kontraksi detrusor berlangsung lebih
lama dari kontraksi sfingter sehingga aliran
urine terputus-putus.5
3) Kontraksi detrusor yang lemah
Kontraksi hiperrefleksi yang timbul
seringkali lemah sehingga pengosongan vesica
urinaria yang terjadi tidak sempurna. Keadaan
ini bila dikombinasikan dengan disinergia akan
menimbulkan peningkatan volume residu pasca
miksi.5
4) Peningkatan volume residu paska miksi
Volume residu paska miksi yang banyak
pada keadaan vesica urinaria yang hiperrefleksi
menyebabkan diperlukannya sedikit volume
tambahan untuk terjadinya kontraksi vesica
urinaria. Penderita mengeluh mengenai
seringnya miksi dalam jumlah yang sedikit.5
c) Lesi Lower Motor Neuron (LMN)
Kerusakan pada radiks S2-S4 baik dalam
canalis spinalis maupun ekstradural akan menimbulkan
gangguan LMN dari fungsi vesica urinaria dan
hilangnya sensibilitas vesica urinaria. Proses
pendahuluan miksi secara volunteer hilang dan karena
mekanisme untuk menimbulkan kontraksi detrusor
hilang, vesica urinaria menjadi atonik atau hipotonik

86
bila kerusakan denervasinya adalah parsial.
Compliance vesica urinaria juga hilang karena hal ini
merupakan suatu proses aktif yang tergantung pada
utuhnya persyarafan. Sensibilitas dari peregangan
vesica urinaria terganggu namun sensasi nyeri masih
didapatkan karena informasi aferen yang dibawa oleh
sistim saraf simpatis melalui n.hipogastrikus ke daerah
thorakolumbal. Denervasi otot sfingter mengganggu
mekanisme penutupan namun jaringan elastik dari
leher vesica urinaria memungkinkan terjadinya miksi.
Mekanisme untuk mempertahankan miksi selama
kenaikan tekanan intra abdominal yang mendadak
hilang, sehingga stress inkontinens sering timbul pada
batuk atau bersin.
Penatalaksanaan
Pengobatan betujuan untuk memungkinkan baldder benar-
benar kosong dan secara reguler, mencegah infeksi, mengontrol
inkontinensia, melindungi fungsi ginjal. Kateterisasi atau teknik
untuk memicu buang air kecil dapat membantu mencegah urin
dari sisa terlalu lama di kandung kemih. Sebagai contoh,
beberapa orang dengan kandung kemih spastik dapat memicu
buang air kecil dengan menekan perut mereka lebih rendah atau
menggaruk paha mereka . Ketika urin tetap dalam kandung kemih
terlalu lama , orang tersebut berada pada risiko infeksi saluran
kemih. Memasukkan kateter ke dalam kandung kemih secara
berkala biasanya lebih aman daripada meninggalkan kateter
secara terus menerus.
Jika penyebabnya adalah cedera saraf, maka dipasang
kateter melalui uretra untuk mengosongkan kandung kemih, baik
secara berkesinambungan maupun untuk sementara waktu.
Kateter dipasang sesegera mungkin agar otot kandung kemih
tidak mengalami kerusakan karena peregangan yang berlebihan
dan untuk mencegah infeksi kandung kemih. Pemasangan kateter
secara permanen lebih sedikit menimbulkan masalah pada wanita

87
dibandingkan dengan pria. Pada pria, kateter bisa menyebabkan
peradangan uretra dan jaringan di sekitarnya.
Terapi Non farmakolgis
Salah satu terapi non farmakologis yang efektif
adalah bladder training. Bladder trining adalah latihan yang
dilakukan untuk mengembalikan tonus otot kandung kemih
agar fungsinya kembali normal.Bladder training adalah
salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung
kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau
ke fungsi optimal neurogenik. Tujuan dari bladder training
adalah untuk melatih kandung kemih dan mengembalikan
pola normal perkemihan dengan menghambat atau
menstimulasi pengeluaran air kemih.
Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu
kegel exercises (latihan pengencangan atau penguatan
otot-otot dasar panggul), Delay urination (menunda
berkemih), dan scheduled bathroom trips (jadwal
berkemih). Latihan kegel (kegel execises) merupakan
aktifitas fisik yang tersusun dalam suatu program yang
dilakukan secara berulang-ulang guna meningkatkan
kebugaran tubuh. Latihan kegel dapat meningkatkan
mobilitas kandung kemih dan bermanfaat dalam
menurunkan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi
urin. Latihan otot dasar panggul dapat membantu
memperkuat otot dasar panggul untuk memperkuat
penutupan uretra dan secara refleks menghambat
kontraksi kandung kemih.
Bladder training dapat dilakukan dengan latihan
menahan kencing (menunda untuk berkemih). Pada pasien
yang terpasang kateter, Bladder training dapat dilakukan
dengan mengklem aliran urin ke urin bag. Bladder training
dilakukan sebelum kateterisasi diberhentikan. Tindakan ini
dapat dilakukan dengan menjepit kateter urin dengan klem
kemudian jepitannya dilepas setiap beberapa jam sekali.

88
Kateter di klem selama 20 menit dan kemudian dilepas.
Tindakan menjepit kateter ini memungkinkan kandung
kemih. Terapi ini bertujuan memperpanjang interval
berkemih yang normal dengan berbagai teknik distraksi
atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat
berkurang, hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali.
Langkah-langkah bladder training :
1. Klem selang kateter sesuai dengan program selama 1
jam yang memungkinkan kandung kemih terisi urin dan
otot destrusor berkontraksi, supaya meningkatkan
volume urin residual.10
2. Anjurkan klien minum (200-250 cc).10
3. Tanyakan pada klien apakah terasa ingin berkemih
setelah 1 jam.10
4. Buka klem dan biarkan urin mengalir keluar.10
5. Lihat kemampuan berkemih klien.10

Terapi farmakologis
a. Anti kolinergik
Anti kolinergik efektif dalam mengobati
inkontinensia karena mereka menghambat kontraksi
kandung kemih involunter dan memperbaiki fungsi
penampungan air kemih oleh kandung kemih.
Misalnya, Hiosiamin ( Levbid) 0.125 mg,Dicyclomine
hydrochloride (Bentyl) 10-20 mg.8
b. Anti spasmodik
Anti spasmodik melepaskan otot polos kandung
kemih. Obat anti spasmodic telah dilaporkan untuk
meningkatkan kapasitas kandung kemih dan efektif
mengurangi atau menghilangkan inkontinensia.
Misalnya Oksibutinin (ditropanXL) 5-15 mg , Tolterodin
(detrol) 2 mg.8,9
c. Obat Betanekol klorida (urecholine)
Adalah suatu obat kolinergik yang bekerja
langsung, bekerja pada reseptor muskarinik
(kolonergik) dan terutama di pakai untuk meningkatkan

89
berkemih dan mengobat retensi urin. Merupaka agonis
kolinergik yang digunakan untuk meningkatkan
kontraksi detrusorObat ini membantu menstimulasi
kontraksi bladder pada pasien yang menyimpan urin.
Betanekol klorida 10-50 mg 3-4 kali dalam sehari.8,9
Terapi operatif
Pembedahan bisa dilakukan pada kasus tertentu
yang jarang. Pembedahan dilakukan untuk membuat jalan
lain untuk mengeluarkan urin, memasang alat untuk
menstimulasi otot kandung kemih.
Excludes: cord bladder NOS (G95.8)

G83.8 Other specified paralytic syndromes


Todd's paralysis (postepileptic)
Definisi
Todds Paralysis atau Kelumpuhan Todd adalah kondisi
neurologis yang ditandai dengan periode singkat kelumpuhan
sementara (sementara) setelah kejang. The paralysis - which may
be partial or complete - generally occurs on one side of the body
and usually subsides completely within 48 hours. Kelumpuhan -
yang mungkin sebagian atau lengkap - umumnya terjadi pada satu
sisi tubuh dan biasanya mereda sepenuhnya dalam 48 jam. Todd's
paralysis may also affect speech or vision. Kelumpuhan Todd juga
bisa mempengaruhi ucapan atau penglihatan. The cause is not
known. Penyebabnya tidak diketahui. Examination of an individual
who is experiencing or who has just experienced Todd's paralysis
may help physicians identify the origin of the seizure. Pemeriksaan
seseorang yang sedang mengalami atau yang baru saja
mengalami kelumpuhan Todd dapat membantu dokter
mengidentifikasi asal mula perampasan tersebut. It is important to
distinguish the condition from a stroke, which requires different
treatment. Penting untuk membedakan kondisi dari stroke, yang
membutuhkan perlakuan berbeda.

90
G83.9 Paralytic syndrome, unspecified
Definsi
Syndrome Paralytic atau kelumpuhan Kehilangan
sementara atau permanen dari kekuatan gerakan sebagian bodi
(fungsi motorik).

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/26832/9/9RR._NASKAH_PUBLIKASI.pdf
http://etheses.uin-malang.ac.id/2241/5/08410114_Bab_2.pdf
http://eprints.ums.ac.id/39655/15/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
http://eprints.undip.ac.id/44903/3/YogiFitriadi_22010110130153_Bab2KTI.pdf

91
http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-_-
Cerebral-Palsy.pdf
http://eprints.ums.ac.id/36669/1/Naskah%20Publikasi.pdf
http://dokumen.tips/documents/makalah-cerebral-palsy-sebtina-ayu-
rohmania.html
https://www.cerebralpalsyguidance.com/cerebral-palsy/types/spastic/
https://www.cerebralpalsyguide.com/cerebral-palsy/types/athetoid/
http://www.cerebralpalsysymptoms.com/cerebral-palsy/dystonic-dyskinetic-and-
athetoid-cerebral-palsy/dystonic-cerebral-palsy/
https://www.cerebralpalsyguidance.com/cerebral-palsy/types/spastic-diplegia/
http://www.cerebral-palsy-information.com/types/spastic-hemiplegia/
http://www.brainandspinalcord.org/congenital-cerebral-palsy/
http://eprints.ums.ac.id/26848/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
http://eprints.undip.ac.id/15503/1/Elita_Mardiani.pdf
http://library.usu.ac.id/download/fk/06001194.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51026/Chapter
%20I.pdf;jsessionid=EF8BC5D9E18ADD89A2A73508782B052C?sequence=5
http://www.brainandspinalcord.org/spastic-quadriplegia/
https://en.wikipedia.org/wiki/Spastic_quadriplegia
http://eprints.ums.ac.id/39655/15/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
https://www.scribd.com/doc/98090054/Aditya-Stephana-M-Cerebral-Palsy
https://en.wikipedia.org/wiki/Hereditary_spastic_paraplegia
http://www.alodokter.com/paraplegia
https://www.healthdictionary.info/Flaccid_Quadriplegia.htm
https://mediskus.com/paralisis
http://eprints.umpo.ac.id/874/2/BAB%201.pdf
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1302315014-2-BAB%20I.pdf
https://www.scribd.com/doc/313860043/Makalah-Hemiplegic
http://www.brainandspinalcord.org/spastic-hemiplegia/
http://www.cerebralpalsylawdoctor.com/types/spastic-hemiplegia-cerebral-palsy/
http://www.spinalcord.com/hemiplegia
http://www.spinalcord.com/paraplegia/
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/diplegia+paralysis

92
Austin, T., Botta, E., & Sripada, R. (2013). Monoplegia following vascular
transposition. Journal of Clinical Anesthesia, 25(2), 162-164.
Lega, B., Bailer, R., Kramer, D., Heuer, G., Chen, J., & Schuster, J. (2010).
Isolated lower extremity monoplegia due to a traumatic intraparenchymal
contusion. Brain Injury, 24(10), 123-1235.
Monoplegia." 2015. SpinalCord.com. Web. 14 Apr. 2016.
http://www.webmd.com/back-pain/guide/cauda-equina-syndrome-overview#1
Gardner, Alan; Gardner, Edward; Morley, Tim (31 December 2010). "Cauda
equina syndrome: a review of the current clinical and medico-legal
position". European Spine Journal. 20 (5): 690697.
Shapiro S (February 2000). "Medical realities of cauda equina syndrome
secondary to lumbar disc herniation". Spine. 25 (3): 34851; discussion 352
"Neurosurgery for Cauda Equina Syndrome". Medscape. Nov 11, 2013.
Retrieved 18 March 2015
Ahn UM, Ahn NU, Buchowski JM, Garrett ES, Sieber AN, Kostuik JP (June
2000). "Cauda equina syndrome secondary to lumbar disc herniation: a meta-
analysis of surgical outcomes". Spine. 25 (12): 151522
https://en.wikipedia.org/wiki/Monoplegia
http://.www.healtoz.com/healthhatoz/Atoz/ency/paralysis.jsp
http://www.medicinenet.com/cauda_equina_syndrome/page3.htm
http://doktersehat.com/penyebab-kandung-kemih-neurogenik/

93
94
95
96
1
2
3
4

Anda mungkin juga menyukai