Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “Makalah KDM Cerebral Palsy”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,


oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak


yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin .

Penulis

1
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar………………………………………………………1
Daftar Isi.............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................5

A. Definisi..........................................................................................5
B. Etiologi..........................................................................................5
C. Manifestasi Klinis.......................................................................10
D. Patofisiologi................................................................................11
E. Klasifikasi...................................................................................13
F. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................14
G. Pengobatan..................................................................................15
H. Komplikasi..................................................................................17

BAB III PENUTUP..........................................................................18

A. Kesimpulan.................................................................................18
B. Saran...........................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cerebral palsy (CP) merupakan suatu keadaan dimana terjadi
kelumpuhan otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan
Suddarth mengartikan kata cerebral itu sendiri adalah otak, sedangkan
palsy adalah kelumpuhan, kelemahan, atau kurangnya pengendalian otot
dalam setiap pergerakan atau bahkan tidak terkontrol. Kerusakan otak
tersebut mempengaruhi system dan penyebab anak mempunyai koordinasi
yang buruk, keseimbangan yang buruk, pola-pola gerakan yang abnormal
atau kombinasi dari karakter-karakter tersebut (Hidayat, 2010).

Berdasarkan gejala klinis dan fisiologis gangguan gerak spastik


ditandai dengan adanya kekakuan pada sebagian atau seluruh otot. Letak
kelainan cerebral palsy jenis ini ada di tractus pyramidalis (motor cortex).
American Academy for Cerebral Palsy mengemukakan klasifikasi
gambaran klinis cerebral palsy sebagai berikut: klasifikasi neuromotorik
yaitu, spastik, atetosis, rigiditas, ataxia, tremor, dan mixed. Klasifikasi
distribusi topografi keterlibatan neumotorik: diplegi, hemiplegi, triplegi
dan quadriplegi yang pada masing-masing dengan tipe spastik (Sunusi dan
Nara, 2007).

Berdasarkan penelitian National Intitute of Neurological Disorder


and Stroke (NINDS) pada tahun 2000, menyatakan bahwa 2-3 bayi per
1000 kelahiran menderita cerebral palsy. Menurut Garrison pada 2005,
angka kejadiannya adalah kurang lebih 15,5 per 1000 kelahiran dan
tersebar merata pada kedua jenis kelamin, segala ras dan berbagai negara.
Resiko terkena cerebral palsy meningkat tajam seiring dengan berat badan
lahir rendah, bayi yang berat badan lahir kurang dari 1000 gram
mempunyai resiko tinggi 40 kali lipat dibandingkan dengan bayi yang
berat badan lahirnya normal (2,5 kg - 4kg). Serta menurut Trombly

3
(1989), usia ibu saat hamil >40 tahun lebih beresiko melahirkan anak
dengan cerebral palsy dibandingkan ibu hamil < 40 tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Cerebral Palsy?
2. Apa penyebab dari Cerebral Palsy?
3. Apa saja tanda dan gejala dari Cerebral Palsy?
4. Apa saja klasifikasi Cerebral Palsy?
5. Bagaimana pengobatan dan terapi bagi penderita Cerebral Palsy?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui definisi penyakit dari Cerebral Palsy,apa saja tanda
dan gejalanya,apa penyebabnya,apa saja klasifikasinya.dan bagaimana
pengobatan dan terapi bagi penderita Cerebral Palsy.
2. Tujuan Khusus
a. Bagi pembaca
Agar pembaca mengetahui apa itu penyakit Cerebral Palsy dan
bagaimana terapi yang cocok bagi penderita Cerebral Palsy.
b. Bagi penulis
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Cerebral palsy merupakan brain injury yaitu suatu kondisi yang
mempengaruhi pengendalian sistem motorik sebagai akibat lesi dalam
otak, atau suatu penyakit neuromuskuler yang disebabkan oleh
gangguan perkembangan atau kerusakan sebagian dari otak yang
berhubungan dengan pengendalian fungsi motorik. Somantri (2007:12)
Cerebral palsy didefinisikan sebagai “laterasi perpindahan yang
abnormal atau fungsi otak yang muncul karena kerusakan, luka, atau
penyakit pada jaringan saraf yang terkandung dalam rongga tengkorak.
Delphie (2006:123)
B. Etiologi
Cerebral palsy merupakan serangkaian penyakit dengan masalah
mengatur gerakan, tetapi memiliki penyebab yang berbeda. Untuk
mengetahui penyebab CP perlu digali mengenai hal bentuk cerebral
palsy, riwayat kesehatan ibu dan anak serta onset penyakitnya. Sekitar
10-20% di USA anak penderita cerebral palsydisebabkan karena
penyakit setelah lahir (prosentase tersebut akan lebih tinggi pada
negara-negara yang belum berkembang). CP juga bisa terjadi karena
kerusakan otak pada bulan-bulan pertama atau tahun-tahun pertama
kehidupan yang merupakan sisa dari infeksi otak, misalnya miningitis,
bakteri atau encephalitis virus atau merupakan hasil dari trauma kepala
yang sering diakibatkan karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dan
penganiayaan anak. Suharso (2006:10)
CP kongenital, pada satu sisi lainnya tampak pada saat
kelahiran. Pada banyak kasus, penyebab CP kongenital sering tidak
diketahui. Diperkirakan terjadi dengan kejadian spesifik pada masa
kehamilan atau sekitar kelahiran dimana terjadi kerusakan motorik
pada otak yang sedang berkembang. Suharso (2006:10).

5
Beberapa penyebab CP kongenital adalah:
a. Infeksi selama kehamilan
Rubella dapat menginfeksi ibu hamil dan fetus dalam uterus, hal ini
akan menyebabkan kerusakan sistem saraf yang sedang
berkembang. Infeksi lain yang dapat menyebabkan cedera otak
fetus meliputi cytomegalovirus dan toxoplasmosis. Pada saat ini
sering dijumpai infeksi meternal lain yang dihubungkan dengan
cerebral palsy.
b. Ikterus neonatorum
Pigmen bilirubin merupakan komponen yang secara normal
dijumpai dalam jumlah kecil dalam darah, ini merupakan hasil
produksi dari pemecahan eritrosit. Jika banyak eritrosit mengalami
kerusakan dalam waktu yang singkat, misalnya dalamkeadaan
Rh/ABO inkompatibilitas, bilirubin indirek akan meningkat dan
menyebabkan ikterus. Ikterus berat dan tidak diterapi dapat
merusak sel otak secara permanen.
c. Kekurangan oksigen berat (hipoksik iskemik)
Pada otak atau trauma kepala selama proses persalinan. Asphixia
sering dijumpai pada bayi-bayi dengan kesulitan persalinan.
Asphyxia menyebabkan rendahnya suplai oksigen pada otak bayi
pada periode lama, sehingga anak tersebut akan mengalami
kerusakan otak yang dikenal hipoksik iskemik encephalopathi.
Angka mortalitas meningkat pada kondisi asphyxia berat, tetapi
beberapa bayi yang bertahan hidup dapat menjadi cerebral palsy,
dimana dapat bersama dengan gangguan mental dan kejang.
Kriteria yang digunakan untuk memastikan hipoksik intrapartum
sebagai penyebab cerebral palsy:
1) Metabolik asidosis pada janin dengan pemeriksaan darah arteri
tali pusat janin atau neonatal dini Ph yaitu 7 dan BE yaitu 12
mmol/L.

6
2) Neonatal encephalopathy dini berat sampai sedang pada bayi
>34 minggu gestasi.
3) Tipe cerebral palsy spastik quadriplegia atau diskinetik.
4) Tanda hipoksik pada bayi segera setelah lahir atau selama
persalinan.
5) Penurunan detak jantung janin cepat, segera dan cepat
memburuk segera setelah tanda hipoksik terjadi dimana
sebelumnya diketahui dalam batas normal
6) Apger score 0-6=5 menit.
7) Multi sistim tubuh terganggu segera setelah hipoksik.
8) Imaging dini abnormalitas cerebral.
d. Stroke
Kelainan koagulasi pada ibu atau bayi dapat menyebabkan stroke
pada fetus atau bayi baru lahir. Pendarahan di otak terjadi pada
beberapa kasus. Stroke yang terjadi pada fetus atau bayi baru lahir,
akan menyebabkan kerusakan jaringan otak dan menyebabkan
masalah neurologis.

Selain itu, Terdapat tiga bagian penyebab terjadinya cerebral palsy:


(Mardiani, 2006)

a) Sebelum Lahir (pranatal)


Masalah bisa terjadi pada saat pembuahan bergabung dan sebelum
bayi dikandung sehingga menghasilkan keadaan yang tidak normal
yang berhubungan langsung dengan kerusakan jaringan syaraf.
Adapun faktor-faktor lainnya yaitu:
1) Ibu menderita penyakit/infeksi
Hal ini merupakan bawaan lahir, gangguan pada bayi mungkin
muncul diawal kehamilan yaitu masa-masa penentu bagi
pertumbuhan dan pembentukan tubuh janin. Misalnya seorang
ibu terserang infeksi rubella, toksoplasma,atau sitomegolayaitu
virus yang bisa terjadi diusia kehamilan trimester ketiga.

7
Penyebab lain, ibu menderita penyakit berat seperti tifus,
kolera, sifilis, malaria kronis, TBC dan yang lainnya yang dapat
mempengaruhi janin. Infeksi-infeksi ini mengganggu
perkembangan jaringan otak sehingga menimbulkan kerusakan
jaringan otak pada anak.
2) Perilaku Ibu
Ibu yang mengkonsumsi obat-obatan, merokok, minum-
minuman keras, begitu juga dengan ibu yang mengalami
depresi dan tekanan darah tinggi. Semua ini bisa merusak janin
baik fisik maupun mental.
3) Masalah Gizi
Ini berkaitan dengan masalah sosial ekonomi, ibu yang tinggal
dengan kondisi ekonomi yang kurang mampu sementara
anaknya banyak otomatis asupan gizinya pun akan berkurang.
Masalah gizi ini akan terbawa sampai anaknya lahir. Ibu yang
menderita kekurangan gizi akan berpengaruh pada
pembentukan dan perkembangan otak janinnya (dapat
menyebabkan kerusakan jaringan diotak).
b) Saat lahir (perinatal)
1. Terkena infeksi jalan lahir
Ini cukup sering mengakibatkan ketidaknormalan bayi karena
terjadi gangguan pada proses persalinan, jalan lahir kotor dan
banyak kuman. Jika ibu mempunyai infeksi TORCH, misal,
bayi bisa terkena infeksi jalan lahir tersebut.
2. Hipoksis Iskemik Ensefalopati/HIE
Saat lahir, bayi dalam keadaan tidak sadar, bahkan tidak
menangis dan justru mengalami kejang hingga kekurangan
oksigen keotak. Akibatnya jaringan otak rusak.
3. Kelahiran yang sulit
Pemakaian alat bantu seperti vakum saat persalinan tidak
bermasalah, yang bisa mengganggu bayi adalah lamanya dijalan

8
lahir karena berbagai penyebab, kepala bayi lebih besar dari
pinggul ibu atau ada lilitan tali pusat sehingga tertarik tak mau
keluar atau ibu tidak kuat menahannya.
4. Asfiksia
Bayi lahir tidak bernafas, bisa karena paru-paru penuh cairan
atau karena ibu mendapatkan anestesi (obat bius) terlalu banyak.
5. Bayi lahir premature
Termasuk bayi beresiko tinggi mengalami gangguan karena
lahir belum waktunya atau kurang dari 32 minggu.
Kemungkinan jaringan organ tubuh dan jaringan otaknya belum
sempurna.
6. Berat lahir rendah
Selain bobotnya rendah, bayi kekurangan nutrisi. Meski lahir
cukup bulan tetapi bobotnya kurang dari 2.500 gram, ini bisa
terjadi karena ibu kekurangan gizi pada saat hamil.
7. Pendarahan otak
Pendarahan dibagian otak dapat mengakibatkan penyumbatan
sehingga anak menderita hidrocepalus ataupun microcepalus.
Pendarahan juga dapat menekan jaringan otak hingga terjadi
kelumpuhan.
8. Bayi kuning
Merupakan keadaan bayi mengalami kuning yang berbahaya,
misalnya karena kelahiran inkompatibilitas golongan darah
yaitu ibu bergolongan darah O sedangkan bayinya A atau B.
Selain itu bayi yang mengalami hiperbilirubenimia atau kuning
yang tinggi, lebih dari 20 mg/dl hingga bilirubin besarnya
melekat di jaringan otak terganggu, oleh sebab itu bayi kuning
harus segera mendapatkan penanganan yang tepat padaminggu-
minggu pertama kejadian.
c) Sudah lahir (postnatal)

9
Biasanya paling rentan terjadi di usis-usia 0-3 tahun. Terdapat
penyebab-penyebab antara lain:
1. Infeksi pada selaput otak atau pada jaringan otak
Umumnya bayi usia muda sangat rentan dengan penyakit,
misalnya tenginggitis dan ensepalitis pada usia setahun pertama.
Ada kemungkinan penyakit tersebut menyerang selaput otak
bayi sehingga menimbulkan gangguan pada perkembangan
otaknya. Bila infeksinya terjadi dibawah tiga tahun umumnya
akan mengakibatkan cerebral palsy, sebab pada waktu itu otak
sedang dalam perkembangan menuju sempurna. Jadi anak yang
terkena infeksi meningitis radang selaput otak diusia 5 tahun
dan menjadi lumpuh, ia tidak disebut cerebral palsy melainkan
komplikasi meningitis.
2. Kejang Dapat terjadi karena bayi terkena penyakit dan suhu
tubuhnya tinggi kemudian timbul kejang. Kejang dapat pula
karena infeksi yang dialami anak. Kemungkinan lain anak juga
bisa menderita epilepsi.
3. Karena trauma/ benturan Bayi yang sering mengalami jatuh dan
menimbulkan luka dikepala, apalagi dibagian dalam kepala atau
pendarahan di otak dapat menyebabkan kerusakan jaringan
otaknya. Kerusakan tergantung dari hebat atau tidaknya
benturan. Akibatnya, sebagian kecil jaringan otak rusak.
Memang tidak bisa dilihat secara pasti seberapa besar kerusakan
otak yang terjadi.

C. Tanda dan Gejala


a. Anak tampak terus - menerus mengeluarkan air liur.
b. Anak mengalami kesulitan untuk makan atau menelan.
c. Anak mengalami hambatan dalam kemampuan bicara.
d. Anak mengalami hambatan dalam merangkak atau duduk.
e. Anak mengalami masalah pada koordinasi otot.

10
f. Anak mengalami kesulitan melakukan gerakan yang tepat
seperti meletakkan benda
g. Terdapat gerakan yang menggeliat dan lambat.
h. Terdapat gerakan yang tidak dapat dikendalikan atau tremor.
i. Terdapat otot kaku dengan refleks normal atau hiperrefleks
j. Terdapat tonus otot yang sangat kaku atau sangat lunglai.
k. Terdapat kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
l. Terdapat gaya berjalan yang tidak seperti orang normal

Bagian tubuh yang terpengaruh oleh penyakit lumpuh otak juga dapat
bervariasi tergantung dari bagian otak mana yang mengalami
gangguan. Ada yang mengalami kelumpuha satu sisi, ada yang
mengalami kelumpuhan pada kedua sisi, ada yang hanya mengenai
bagian kaki saja, bagian lengan saja, atau kaki dan lengan. Selain
masalah pada koordinasi dan gerakan tubuh seperti di atas, penyakit
lumpuh otak juga dapat menyebabkan gejala saraf lainnya yaitu :

a. Serangan kejang
b. Kecacatan intelektual
c. Retardasi mental
d. Tidak dapat menahan buang air kecil
e. Sensasi nyeri pada sentuhan
f. Gangguan pada penglihatan
g. Gangguan pada pendengaran

D. Patofisiologi

Seperti di ketahui sebelumnya bahwa cerebral palsy


merupakan kondisi neurologis yang di sebabkan oleh cedera pada otak
yang terjadi sebelum perkembangan otak sempurna. Karena
perkembangan otak berlangsung selama dua tahun pertama. Cerebral
palsy dapat di sebabkan oleh cedera otak yang terjadi selama periode

11
prenatal , perinatal, dan postnatal.Trauma cerebral yang menyangkut
trauma dari arteri cerebral media adalah rangkaian patologis yang
paling sering di temukan dan dikonfirmasi dari pasien dengan cerebral
palsy spastic hemiplegia dengan menggunakan evaluasi dari computed
tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI).
Penilaian tersebut telah menunjukkan kehilangan jaringan
(nekrosis dan atrofi) dengan atau tanpa gliosis. Beberapa anak dengan
cerebral palsy hemiplegia mengalami atrofi periventricular,
menunjukkan adanya ketidaknormalan pada white matter. Pada pasien
dengan cerebral palsy bergejala quadriplegia,gangguan motorikyang
terjadi pada kaki bisa sama sampai lebih berat daripada tangan. Yang
terkait dengan cerebral palsy bentuk ini adalah adanya rongga yang
terhubung dengan ventrikel lateral , multiple cystic lesion pada white
matter, diffuse cortical atrophy, dan hydrocephalus. Cerebral palsy
bentuk coreoathetoid yang kadang mengalami spastisitascenderung
terjadi bayi pada cukup 12bulan, dystonia dari ekskremitas juga sering
terjadi bersama spastisitas tapi cenderung tidak dikenali. Hipotonus
yang menetap atau atonic pada cerebral palsymenunjukkan adanya
keterlibatan cerebellar pathways. Long-track signs seperti reflex deep-
tendon cepat dan respon plantar extensor cenderung disertai hipotonia.
Pembesaran system ventricular adalah yang paling sering
dihubungkan pada neuro-imaging.
Prevalensi dari spastic diplegia atau quadriplegia meningkat
di Australia, swedia, dan united kingdom pada tahun 1970 seiring
dengan meningkatnya tingkat kelahiran bayi premature. Selama 30
tahun terakhir , neuropathologist telah memaparkan bahwa
periventricular white matter merupakan lokasi terpenting dari kelainan
yang menyebabkan disfungsi motorikkongenital. Periventricular
leukomalacia adalah istilah untuk karakteristik lesi necrosis koagulatif
pada white matter yang dekat dari ventrikel lateral , dengan
menggunakan pemeriksaan ultrasound mencari tanda adanya trauma

12
pada white matter secara virtual seperti kedua area hiperechoic
(echodense) dan hipoechoic (echolusent). Bayi yang lahirpada umur
kehamilan kurang dari 32 minggu beresiko tinggi terhadap kedua lesi
hiperechoic dan hipoechoic. Umumnya lesi hiperechoic menandakan
kongesti vascular atauhemorrhage dan penampakan dini dari
kerusakan jaringan. Sedangkan lesi hipoechoic tampak pencerminan
dari pelepasan/kehilangan jaringan nekrotik dan perkembangan
struktur seperti kista.
E. Klasifikasi
Cerebral Palsy dibagi menjadi 4 kelompok :
1. Tipe spastic atau pyramidal ( 50% dari semua kasus CP, otot-otot
menjadi kaku dan lemah. Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada
adalah :
b. Hipertoni ( fenomena pisau lipat )
c. Hiperrefleksi yang disertai klonus.
c.    Kecenderungan timbul kontraktur.
d.    Reflex patologis.
Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut :
a. Hemiplegia apabila mengenai anggota gerak sisi yang sama.
b. Spastic diplegia, mengenai keempat anggota gerak, anggota
gerak atas sedikit lebih berat.
c. Kuadriplegi, mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak
atas sedikit lebih berat.
d. Monopologi, bila hanya satu anggota gerak.
e. Triplegi apabila mengenai satu anggota gerak atas dan dua
anggota gerak bawah, biasanya merupakan varian dan
kuadriplegi.
2. Tipe disginetik ( koreatetoid, 20% dari semua kasus CP ), otot
lengan, tungkai dan badan secara spontan bergerak perlahan,
menggeliat dan tak terkendali, tetapi bisa juga timbul gerakan yang

13
kasar dan mengejang. Luapan emosi menyebabkan keadaan
semakin memburuk, gerakan akan menghilang jika anak tidur.
3. Tipe ataksik, ( 10% dari semua kasus CP ), terdiri dari tremor,
langkah yang goyah dengan kedua tungkai terpisah jauh, gangguan
koordinasi dan gerakan abnormal.
4. Tipe campuran ( 20% dari semua kasus CP ), merupakan gabungan
dari 2 jenis diatas, yang sering ditemukan adalah gabungan dari
tipe spastic dan koreoatetoid. Berdasarkan derajat kemampuan
fungsional :
a. Ringan
Penderita masih bisa melakukan pekerjaan / aktivitas sehari-hari
sehingga sama sekali tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan
bantuan khusus.
b. Sedang
Aktivitas sangat terbatas, penderita membutuhkan bermacam-
macam bantuan khusus atau pendidikan khusus agar dapat
mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak dan berbicara. Dengan
pertolongan secara khusus, diharapkan penderita dapat mengurus
diri sendiri, berjalan atau berbicara sehingga dapat bergerak,
bergaul, hidup di tengah masyarakat dengan baik.
c. Berat
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak
mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pertolongan
atau pendidikan khusus yang diberikan sangat sedikit hasilnya.
Sebaiknya penderita seperti ini ditampung dengan retardasi mental
berat, atau yang akan menimbulkan gangguan social-emosional
baik bagi keluarganya maupun lingkungannya.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1) EEG. Tes ini dilakukan untuk menilai aktivitas elektrik otak
dengan menggunakan elektroda

14
2) CT scan. Tes ini dilakukan untuk menilai struktur anatomi otak
secara rinci dengan menggunakan sinar X
3) MRI Scan. Tes ini dilakukan untuk menilai struktur anatomi otak
dengan gambaran yang lebih rinci dibanding CT scan dengan
menggunakan gelombang electromagnet
4) USG. Tes ini dilakukan untuk mendapatkan pencitraan jaringan
otak dengan menggunakan gelombang suara.
5) Tes darah. Tes yang dilakukan untuk mengetahui aapakah ada
keterkaitan gejala yang muncul dengan masalah metabolis ataupun
genetik
G. Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
penderita dalam beraktivitas secara mandiri. Namun, sampai saat ini
belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan cerebral palsy.
Metode pengobatan yang umumnya diberikan pada penderita lumpuh
otak adalah:
a. Obat-obatan
Obat-obatan digunakan untuk meredakan nyeri atau melemaskan
otot yang kaku, agar pasien lebih mudah untuk bergerak. Jenis
obat yang digunakan dapat berbeda, tergantung luasnya otot yang
kaku.
Pada kaku otot yang hanya terjadi di area setempat, dokter akan
memberikan suntik botox (botulinum toxin) setiap 3 bulan. Botox
juga dapat digunakan untuk mengatasi ngiler.
Sedangkan untuk kaku otot yang terjadi di seluruh tubuh, dokter
mungkin akan meresepkan diazepam dan baclofen.
b. Terapi
Selain obat-obatan, berbagai jenis terapi juga diperlukan untuk
mengatasi gejala cerebral palsy, di antaranya:

 Fisioterapi. 

15
Fisioterapi anak bertujuan untuk meningkatkan kemampuan gerak
dan kekuatan otot, serta mencegah kontraktur (pemendekan otot
yang membuat gerakan menjadi terbatas).

 Terapi okupasi.

Terapi okupasi bertujuan untuk membantu pasien menangani


kesulitan dalam beraktivitas, misalnya mandi atau berpakaian.
Terapi ini akan sangat membantu meningkatkan kepercayaan diri
dan kemandirian pasien.

 Terapi bicara.

Sesuai dengan namanya, terapi ini diperuntukkan bagi pasien


cerebral palsy yang mengalami gangguan bicara.

c. Operasi
Operasi diperlukan bila kaku otot mengakibatkan kelainan pada
tulang. Contohnya adalah:
 Bedah ortopedi.
Prosedur ini dilakukan untuk mengembalikan tulang dan
sendi ke posisi yang benar. Bedah ortopedi juga dapat
memanjangkan otot dan tendon yang terlalu pendek akibat
kontraktur, agar kemampuan gerak pasien meningkat.
 Selective dorsal rhizotomy (SDR).
SDR akan dilakukan bila prosedur lain tidak mampu
mengatasi nyeri dan kaku otot. Prosedur ini dilakukan
dengan memotong salah satu saraf tulang belakang.

Pada pasien dengan gejala sulit menelan (disfagia), dokter akan


menyarankan pemberian makanan lunak dan lembut, sambil melatih
otot-otot menelannya dengan fisioterapi. Sedangkan pada disfagia yang
sudah parah, dokter akan menyarankan pemasangan selang makan, baik

16
yang dipasang melalui hidung atau langsung dari kulit perut ke
lambung melalui operasi.

Sedangkan pada pasien yang ngiler, akan dilakukan operasi


untuk mengarahkan aliran air liur ke belakang mulut, agar tidak
menetes ke luar terus.

H. Komplikasi
Otot yang kaku dan gangguan gerak tubuh pada penderita cerebral
palsy, dapat menyebabkan sejumlah komplikasi berikut ini:

 Kekurangan nutrisi akibat sulit menelan makanan


 Stres dan depresi
 Penyakit paru-paru
 Kepadatan tulang yang rendah (osteopenia)
 Penyakit osteoarthritis
 Gangguan penglihatan

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cerebral (otak) palcy ( keIumpuhan ) adalah suatu kelainan otak


yang ditandai dengan gangguan mengontrol hingga timbul kesulitan dalam
bergerak dan meletakkan posisi tubuh disertai gangguan fungsi tubuh
lainnya akibat kerusakan / kelainan fungsi bagian otak tertentu pada bayi /
anak dapat terjadi ketika bayi dalam kandungan, saat lahir atau setelah
lahir, sering disertai dengan epilepsy dan ketidak normalan bicara,
penglihatan, kecerdasan kurang, buruknya pengendalian otot, kekakuan,
kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya. Cerebral palsy dapat
disebabkan oleh prenatal, perinatal dan post natal da nada berbagai macam
klasifikasi pada cerebral palsy. Pencegahan merupakan usaha yang terbaik.
CP dapat dicegah dengan jalan menghilangkan faktor etiologik
kerusakan jaringan otak pada masa prenatal, natal dan post natal. Sebagian
daripadanya sudah dapat dihilangkan, tetapi masih banyak pula yang sulit
untuk dihindari.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat
memahami pengertian dan etiologi dari Cerebral palsy. Dengan demikian,
diharapkan nantinya dapat melakukan pencegahan dan pengobatan
terhadap Cerebral palsy.

18
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.academia.edu/31804568/MAKALAH_CEREBRAL
_PALSY?auto=download (diakses pada 6 Mei 2019)

 http://etheses.uin-malang.ac.id/2241/5/08410114_Bab_2.pdf
(diakses pada 6 Mei 2019

 https://www.honestdocs.id/cerebral-palsy (diakses pada 6 Mei 2019)

19

Anda mungkin juga menyukai