Disusun Oleh :
Kelompok 15
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini membahas mengenai “Cerebral Palsy”.
Makalah ini berisikan informasi tentang cerebral palsy. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua mengenai cerebral palsy.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL .............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang...................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 5
C. Tujuan .................................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................................. 6
A. Definisi Cerebral Palsy .......................................................................................... 6
B. Etiologi Cerebral Palsy .......................................................................................... 6
C. Klasifikasi Cerebral Palsy ..................................................................................... 8
D. Faktor Resiko Cerebral Palsy ................................................................................ 11
E. Manifestasi Klinis Cerebral Palsy .......................................................................... 12
F. Patofisiologi Cerebral Palsy ................................................................................... 13
G. Penatalaksanaan Cerebral Palsy ............................................................................. 14
H. Pemeriksaan Penunjang Cerebral Palsy .................................................................. 18
I. Issue Keperawatan yang Terkait Dengan Cerebral Palsy ........................................ 20
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 25
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 25
B. Saran...................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerebral Palsy pertama kali dijelaskan pada tahun 1862 oleh seorang ahli bedah
ortopedi bernama william James Little. Sebuah gangguan motorik yang di sebabkan
oleh kerusakan yang tidak progresif pada perkembangan otak. Pada dasarnya cerebral
palsy akan menunjukkan berbagai macam gangguan klinis dari kerusakan korteks
serebral atau kerusakan subkortikal yang terjadi selama awal tahun kehidupan. Cerebral
palsy sangat beresiko tinggi terjadi pada bayi premature.
Cerebral palsy merupakan suatu kondisi umum perkembangan saraf yang
dihadapi oleh dokter anak. Kondisi ini dapat terjadi dengan sendirinya dengan banyak
spektrum klinis yang berbeda. penyebab dan faktor risikonya banyak dan sangat
penting untuk mengetahui interaksi dari berbagai macam faktor yang dapat
menyebabkan cerebral palsy. Dalam banyak kasus, penyebab cerebral palsy mungkin
tidak tampak. Kondisi tersebut menimbulkan tantangan diagnostik dan terapeutik
kepada dokter dengan tingkat keterlibatan mulai dari ringan dengan cacat minimal
sampai parah, terkait dengan beberapa kondisi komorbiditas. Ini adalah salah satu dari
tiga kecacatan perkembangan jangka panjang yang paling umum. Dua hal lainnya
adalah autism dan retardasi mental yang meyebabkan kesulitan yang cukup besar
sehingga mempengaruhi individu dan keluarganya.
Cerebral palsy selalu dikaitkan dengan banyak defisit seperti keterbelakangan
mental, gangguan bicara, bahasa dan oromotor. Penilaian menyeluruh terhadap
perkembangan saraf anak dengan Cerebral Palsy harus mencakup evaluasi terkait
defisit sehingga Program intervensi dini yang komprehensif dapat direncanakan dan
dilaksanakan
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam memecahkan masalah antara
lain :
1. Apa yang di maksud dengan Cerebral Palsy?
2. Apa saja etologi Cerebral Palsy ?
3. Apa saja klasifikasi Cerebral Palsy?
4. Apa saja faktor resiko Cerebral Palsy?
4
5. Apa manifestasi klinis Cerebral Palsy?
6. Bagaimana patofisiologi Cerebral Palsy?
7. Bagaimana penatalaksanaan Cerebral Palsy?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang Cerebral Palsy?
C. Tujuan
1. Dapat memahami apa yang dimaksud dengan Cerebral Palsy
2. Dapat memahami apa saja etologi dari Cerebral Palsy
3. Dapat memahami apa saja klasifikasi Cerebral Palsy
4. Dapat memahami apa faktor resiko Cerebral Palsy
5. Dapat memahami apa manifestasi klinis Cerebral Palsy
6. Dapat memahami bagaimana patofisiologi Cerebral Palsy
7. Dapat memahami bagaimana penatalaksanaan Cerebral Palsy
8. Dapat memahami apa saja pemeriksaan penunjang Cerebral Palsy
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
7. Perdarahan Maternal atau proteinuria berat pada saat masa akhir kehamilan.
Perdarahan vaginal selama bulan ke 9 hingga 10 kehamilan dan peningkatan jumlah
protein dalam urine berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya CP pada
bayi.
8. Hipertiroids maternal, mental retardasi dan kejang
9. Kejang dan bayi baru lahir.
E. MANIFESTASI KLINIS CEREBRAL PALSY
1. Tanda Cerebral Palsy
Tanda awal Cerebral Palsy biasanya tampak pada usia kurang dari 3 tahun,
dan orangtua sering mencurigai ketika kemampuan perkembangan motorik anak
tidak normal. Bayi dengan CP sering kelambatan perkembangan, misalnya
tengkurap, duduk, merangkak, atau berjalan
Sebagian mengalami abnormalitas tonus otot. Penurunan tonus otot atau
hipotonia (keadaan sulit berjalan) dapat menyebabkan bayi tampak lemah dan
lemas serta bayi tampak kaku. Pada sebagian kasus, bayi pada periode awal tampak
hipotonia dan selanjutya berkembang menjadi hypertonia setelah 2-3 bulan
pertama. Anak CP mungkin menunjukkan postur abnormal pada salah satu sisi
tubuh. Anak CP memiliki karakteristik berikut :
a. Kemampuan motorik
Anak CP memiliki gangguan fungsi motorik. Gangguan ini berupa kekauan,
kelumpuhan,kurang koordinasi, hilang keseimbangan dan munculnya gerakan-
gerakan ritmis.gangguan ini tidak hanya berakibat kepada fungsi anggota gerak
tetapi fungsi-fungsi lain yang berhubungan dengan masalah motorik lain seperti
gangguan bicara, mengunyah, dan menelan.
b. Kemampuan sensoris
Pada umumnya anak CP juga memiliki gangguan dalam hal sensorisnya.
Gangguan sensoris tersebut meliputi gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran, dan gangguan kinestetik-taktil
c. Kemampuan intelektual
Kemampuan intelektual anak CP beragam rentang dari rentang idiot sampai
gifted. Dengan tingkat kecerdasan bervariasi sekitar 45% mengalami
keterbelakangan mental , 35% mempunyai tingkat kecerdasan normal hingga
diatas rata-rata dan sisanya mengalami cenderung dibawah rata-rata.
d. Kemampuan persepsi
12
Peristiwa persepsi terjadi di otak. Karena kerusakan anak CP terjadi di otak,
maka pada umumnya mereka juga mengalami gangguan persepsi baik itu secara
visual, auditif maupun kinestetik-taktil.
e. Kemampuan berbicara dan komunikasi
Sebagian besar anak CP mengalami gangguan bicara sebagai akibat dari
kekakuan otot-otot motorik bicara mereka. Gangguan bicara yang terjadi dapat
mengarah kepada gangguan komunikasi. Anak CP mengalami kesulitan dan
mengungkapkan ide dan gagasan mereka bahkan diantara mereka bicaranya
tidak jelas sehingga sukar dipahami maksut pembicaraannya.
f. Kemampuan Emosi dan penyesuaian Sosial Kebanyakan CP mengalami
kesulitan dalam penyesuaian sosial ini berkaitan dengan konsep yang mereka
miliki.
2. Gejala Cerebral Palsy
Gejala biasanya timbul sebelum anak berumur 2 tahun dan pada kasus yang
berat,bisa muncul pada saat anak berumur 3 bulan.
Gejalanya bervariasi,mulai dari kejanggalan yang tidak tampak nyata
sampai kekakuan yang berat,yang menyebabkan bentuk lengan dan tungkai
sehingga anak harus memakai kursi roda. Gejalanya selalu mengiringi tipe dari
cerebral palsy. Gejala lain yang mungkin muncul adalah :
a. Kecerdasan dibawah normal
b. Keterbelakangan mental
c. Kejang/epilepsy (trauma pada tipe spastik)
d. Gangguan menghisap atau makan
e. Pernafasan yang tidak teratur
f. Gangguan perkembangan kemampauan motorik (misalnya menggapai sesuatu,
duduk , berguling ,merangkak , berjalan)
g. Gangguan berbicara (disatria)
h. Gangguan penglihatan
i. Gangguan pendengaran
j. Kontraktur persendian
k. Gerakan menjadi terbatas
F. PATOFISIOLOGI CEREBRAL PALSY
Pada CP terjadi kerusakan pada pusat motorik dan menyebabkan terganggunya
fungsi gerak yang normal. Pada kerusakan korteks cerebri terjadi kontraksi otak yang
13
terus menerus dimana disebabkan karena tidak terdapatnya inhibisi langsung pada
lengkung reflex. Bila terdapat cidera berat pada system ekstra pyramidal dapat
menyebabkan gangguan pada semua gerak atau hypotonic, termasuk kemampuan
bicara. Namun bila hanya cedera ringan maka gerakan gross motor dapat dilakukan
tetapi tidak terkoordinasi dengan baik dan gerakan motorik halus sering kali tidak dapat
dilakukan. Gangguan proses sensorik primer terjadi di sereblum yang mengakibatkan
terjadinya ataksia. Pada keterbatasan gerak akibat fungsi motor control akan berdampak
juga pada proses sensorik .
G. PENATALAKSANAAN CEREBRAL PALSY
Perawatan pada anak CP memerlukan pengertian dan kerjasama yang baik dari
pihak orangtua/keluarga penderita. Hal ini akan sangat tercapai dengan baik jika
diorganisasi terpadu pada satu pusat klinik khusus. CP yang dikelola tenaga-tenaga dari
berbagai multi-disipliner, seperti dokter anak, neurologis, dokter ahli ortopedi, bedah
saraf, THT, dan guru luar biasa.
Perlu ditekankan pada orangtua penderita CP, bahwa tujuan dari pengobatan
bukan membuat anak menjadi seperti anak normal lainnya. Tetapi mengembangkan
sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut seoptimal mungkin, sehingga diharapkan
anak tersebut dapat melakukan aktivitas seharihari tanpa bantuan atau hanya
membutuhkan sedikit bantuan saja.
Penatalaksanaan Medis secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Aspek medis
a. Aspek medis umum
- Gizi
Gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi penderita CP.
Karena sering terdapat kelainan pada gigi, kesulitan menelan, sukar
untuk menyatakan keinginan untuk makan. Pencatatan rutin
perkembangan berat badan anak perlu dilaksanakan.
- Hal-hal lain
Seperti imunisasi dan perawatan kesehatan juga perlu diperhatikan
dan dilakukan. Anak dengan CP seringkali terjadi konstipasi dan
dekubitus pada anak-anak yang sering tidak berpindahpindah posisi.
b. Medikamentosa
Pemberian obat-obatan bertujuan untuk memperbaiki gangguan
tingkah laku, neuro-motorik dan untuk mengontrol serangan kejang.
14
Pada penderita CP yang kejang pemberian obat anti kejang
memamerkan hasil yang baik dalam mengontrol kejang, tetapi pada CP
tipe spastik dan atetosis obat ini kurang berhasil. Pada penderita dengan
kejang diberikan maintenance anti kejang yang disesuaikan dengan
karakteristik kejangnya, misalnya luminal, dilatin dan sebagainya. Pada
keadaan tonus otot yang berlebihan, otot golongan benzodiazepine,
misalnya : valium, Librium atau mogadon dapat dicoba. Pada keadaan
choreoathetosis diberikan artane. Tofranil (imipramine) diberikan pada
keadaan depresi. Pada penderita yang hiperaktif dapat diberikan
dextroamphetamine 5 – 10 mg pada pagi hari dan 2,5 – 5 mg pada waktu
tengah hari.
c. Pembedahan Ortopedi
Banyak yang dapat dibantu dengan bedah ortopedi, misalnya
tendon yang memendek akibat kekakuan/spastisitas otot, rasa sakit yang
terlalu mengganggu dan lain-lain yang dengan fisioterapi tidak berhasil.
Salah satu indikasi dilakukan tindakan ortopedi jika sudah
terjadi deformitas akibat proses spasme otot atau telah terjadi kontraktur
pada otot dan tendon. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan secara
matang beberapa faktor sebelum melakukan tindakan pembedahan.
Tujuan dari tindakan bedah ini adalah untuk stabilitas, melemahkan otot
yang terlalu kuat atau untuk transfer dari fungsi.
d. Fisioterapi
Fisioterapi merupakan salah satu terapi dasar bagi penderita CP.
Fisioterapi cepat dilaksanakan pada penderita yang masih muda pada
tahap dini manfaatnya jauh lebih nyata jika dibandingkan dengan
penderita yang lebih lambat. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang hidup.
Adapun jenisnya adalah :
- Teknik tradisional
Latihan luas gerak sendi, stretching, latihan penguatan dan
peningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan berdiri, latihan
jalan, latihan pindah. Contohnya adalah teknik dari Deaver, yaitu
menggunakan extensive bracing, membatasi semua kecuali dua
gerakan ekstremitas.
15
- Motor function training dengan menggunakan sistem khusus yang
umumnya dikelompokkan sebagai neuromuscular facilitation
exercise. Dimana digunakan pengetahuan neurofisiologidan
neuropatologi dari refleks didalam latihan untuk mencapai suatu
postur dan gerakan yang dikehendaki. Secara umum konsep latihan
ini berdasarkan prinsip bahwa dengan beberapa bentuk stimulasi
akan menimbulkan reaksi otot yang dikehendaki, yang kemudian
bila ini dilakukan berulangulang akan berintegrasi kedalam pola
gerak motorik yang bersangkutan. Contohnya pada teknik dari
Phelps, Fay-Doman, Bobath, Brunnstorm, Kabat-Knott-Vos.
e. Terapi okupasi
Terutama untuk latihan melakukan aktivitas sehari-hari, evaluasi
penggunaan alat-alat bantu, latihan keterampilan tangan,dan aktivitas
bimanual. Latihan bimanual ini dimaksudkan agar menghasilkan pola
dominan pada salah satu sisi hemisfer otak.
- Latihan diberikan dalam bentuk aktifitas permainan, dengan
menggunakan plastisin, manik-manik, puzzle; dengan berbagai
bentuk gerakan, ketepatan arah, permainan yang memerlukan
keberanian.
- Aktifitas kehidupan sehari-hari : berpakaian, makan minum,
penggunaan alat perkakas rumah tangga dan aktifitas belajar.
- Seni dan ketrampilan : menggunting, menusuk, melipat, menempel
dan mengamplas
f. Ortotik
Menggunakan brace dan bidai (splint), tongkat ketiak, tripod,
walker, kursi roda, dan lain-lain.Secara umum program bracing
bertujuan :
- Untuk stabilitas, terutama bracing untuk tungkai dan tubuh.
- Mencegah kontraktur
- Mencegah kembalinya deformitas setelah operasi.
- Agar tangan lebih berfungsi
g. Terapi Wicara
Angka kejadian gangguan bicara pada penderita CP diperkirakan
berkisar 30-70%. Gangguan bicara dapat berupa disfonia, disritmia,
16
disartria, disfasia dan bentuk campuran. Terapi wicara dilakukan oleh
terapis wicara. Pada anak dengan gangguan komunikasi/bicara dengan
latihan dalam bahasa pasif anggota tubuh, benda-benda di dalam/diluar
rumah dan disekolah dan dalam bahasa konsonan, suku kata, kata dan
kalimat dengan pengucapan huruf hidup/vocal.
h. Psikolog
Psikolog dibutuhkan untuk membantu penderita dan keluarga
menghadapi tekanan khusus dan kebutuhan dari penderita CP. Pada
banyak kasus, psikolog dapat mengatur terapi dengan memodifikasi
perilaku yang tidak membantu atau destruktif.
2. Aspek Non-medis
a. Pendidikan
Mengingat setelah kecacatan motorik, juga disertai kecacatan
mental, maka pada umumnya pendidikannya memerlukan pendidikan
khusus (sekolah luar biasa). Mereka sebaiknya diperlakukan sama
seperti anak yang normal yaitu pulang kerumah dengan kendaraan
bersama-sama sehingga mereka tidak merasa diasingkan hidup dalam
suasana normal. Orang tua janganlah melindungi anak secara berlebihan
(Somantri. S, 2017).
b. Pekerjaan
c. Tujuan ideal dari suatu rehabilitasi adalah agar oenderita dapat bekerja
produktif, sehingga dapat berpenghasilan untuk membiayai hidupnya.
Mengingat keadaannya seringkali tujuan tersebut sulit tercapai. Tetapi
meskipun dari segi ekonomis tidak menguntungkan, pemberian
keselamatan kerja tetap diperlukan, agar dapat menimbulkan harga diri
bagi penderita CP.
d. Problem dan Pekerja Sosial
Bila terdapat masalah sosial, diperlukan peranan pekerja sosial
untuk membantu penderita CP dan keluarga hidup dalam komunitas dan
bermasyarakat.
17
determinasi personal adalah dua dari prediktor-prediktor yang sangat penting untuk
mencapai kemajuan jangka panjang.
1. Electroencephalogram (EEG)
EEG dapat dilakukan dari usia bayi sampai dewasa merupakan salah satu
pemeriksaan penting pada pasien dengan kelainan susunan saraf pusat. Alat ini
bekerja dengan prinsip mencatat aktivitas elektrik di dalam otak, terutama pada
bagian korteks (lapisan luar otak yang tebal). Dengan pemeriksaan ini, aktifitas sel-
sel saraf otak kortek yang fungsinya untuk kegiatan sehari-hari, seperti tidur,
istirahat, dan lainlain, dapat direkam
Pada infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis, pemeriksaan
EEG perlu dilakukan untuk melihat kemungkinan, misalnya terjadi kejang yang
tersembunyi atau adanya bagian otak yang terganggu.
2. Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)
Alat ini berguna untuk membuktikan dugaan adanya kerusakan pada otot
atau saraf. NCV digunakan terlebih dahulu sebelum EMG, dan digunakan untuk
mengukur kecepatan saat dimana saraf-saraf mentransmisikan sinyal.
Selama oemeriksaan NCV, elektroda ditempelkan pada kulit yang dilalui
saraf yang spesifik untuk suatu otot atau sekelompok otot. Prinsip kerja NCV adalah
18
memberikan stimulus elektrik yang dihantarkan melalui electrode, kemudian
respon dari otot di deteksi, diolah dan ditempelkan. Kekuatan dari sinyal yang
diberikan juga dihitung. Kondisi neurologis dapat menyebabkan NCV melambat
atau menjadi lebih lambatpada salah satu sisi tubuh. EMG mengukur impuls dari
saraf dalam otot. Electrode kecil diletakkan dalam otot pada lengan dan kaki dan
respon elektronik diamati dengan menggunakan suatu alat yang menampilkan
gerakan suatu arus listrik (oscilloscope). Alat ini mendeteksi bagaimana otot
bekerja.
3. Tes Laboratorium
a. Analisa kromosom
Analisis kromosom dapat menunjukkan identifikasi suatu anomali genetic,
contohnya Down’s syndrome, ketika anomali tersebut muncul pada sistem
organ.
b. Tes fungsi tiroid
Tes fungsi tiroid dapat menunjukkan kadar hormon tiroid yang rendah dapat
menyebabkan beberapa cacat bawaan dan retardasi mental berat.
c. Tes kadar ammonia darah
Kadar ammonia yang tinggi dalam darah (hiperammonemia) bersifat toksik
terhadap sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Defisiensi
beberapa enzim menyebabkan kerusakan asam amino yang menimbulkan
hiperammonemia. Hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan hati atau kelainan
metabolisme bawaan
4. Imaging test
Imaging test sangat membantu dalam mendiagnosis hidrosefalus, abnormalitas
structural,dan tumor. Informasi yang diberikan dapat membantu dalam menentukan
prognosis jangka panjang seorang anak.
a. Computed Tomography Scan (CT Scan)
Teknik ini merupakan gabungan sinar X dan teknologi computer yang
menghasilkan suatu gambar yang memperlihatkan setiap bagian tubuh secara
terinci termasuk tulang, otot, lemak dan organ-organ tubuh. CT scan kepala
dapat menjabarkan struktur jaringan otak, seperti area otak yang kurang
berkembang, kista abnormal, malformasi bawaan, haemoragic dan PVL pada
bayi.dengan informasi dari CT scan, dokter dapat menentukan prognosis
penderita CP.
19
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menciptakan
gambar dan struktur internal otak. Dilakukan pada anak-anak yang lebih tua.
MRI adalah teknik imaging yang canggih, menghasilkan gambar yang lebih
baik dalam hal struktur atau area abnormal dengan lokasi dekat dengan tulang
dibandingkan CT Scan kepala. MRI dapat mendefinisikan abnormalitas dari
substansia alba (white matter) dan korteks motorik lebih jelas daripada metode-
metode lainnya. Dikatakan neuroimaging direkomendasikan jika dalam
evaluasi anak dengan CP etiologinya tidak dapat ditemukan.
c. Ultrasonography (USG)
USG menggunakan echo dari gelombang suara yang dipantulkan kedalam
tubuh untuk membentuk suatu gambar yang disebut sonogram. Alat ini dapat
menggambarkan masalah dalam jaringan otak. USG dapat digunakan pada bayi
sebelum tulang kepala mengeras dan UUB tertutup. Walaupun hasilnya kurang
akurat dibandingkan MRI dan CT Scan, pemeriksaan ini dapat mendeteksi kista
dan struktur otak, lebih murah dan tidak membutuhkan periode lama
pemeriksaannya
5. Penilaian psikologik perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pendidikan yang
diperlukan.
6. Pemeriksaan metabolik
Untuk menyingkirkan penyebab lain retardasi mental. Selain pemeriksaan di atas,
kadang-kadang diperlukan pemeriksaan arteriografi dan pneumoensefalografi
individu. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, penderita CP perlu ditangani
oleh suatu tim yang terdiri dari: dokter anak, ahli saraf, ahli jiwa, ahli bedah tulang,
ahli fisioterapi, occupational therapist,guru luar biasa, orang tua penderita dan bila
perlu ditambah dengan ahli mata, ahli THT, perawat anak dan lain-lain.
20
Tipe cerebral palsy yang terbanyak yang didapatkan dari data penelitian di
Klinik Kitty Center Jakarta adalah group cerebral palsy spastik yaitu spastik
quadriplegia 182 anak (35%), spastik diplegia 190 anak (36%), spastik hemiplegia
33 anak (6%), kemudian tipe athetosis 46 anak (9%), dan tipe hipotonia 72 anak
(14%).
Faktor resiko kajadian cerebral palsy yang terjadi di Klinik Kitty Center Jakarta
didapatkan hasil bahwa sebagian besar disebabkan oleh faktor resiko prenatal yaitu
325 anak (62%), kemudian faktor resiko perinatal 134 anak (26%), dan faktor resiko
postnatal 63 anak (12%).
Faktor resiko pada masa prenatal yang banyak menyebabkan kejadian CP
adalah berat badan bayi lahir rendah (BBLR), periventricular leukomalacia (PVL)
pada prematuritas, intaventricular hemorrhage (IVH), sedangkan pada bayi cukup
berat badan faktor resiko terbesar adalah hipoxichemic encephalopathy(HIE).
Preeklamspsia, chorioamnionitis, dan intrauterine growth restriction (IUGR) juga
meningkatkan resiko kejadian CP. Penyebab lain pada masa prenatal adalah kejadian
vaskuler seperti oklusi pada arteri, dan infeksi TORCH (Stavsky et al., 2017) (Kurt,
2016)(MacLennan et al., 2015)
Faktor resiko pada masa perinatal yang banyak menyebabkan kejadian CP adalah
asfiksia lahir, intrapartum hipoksia seperti pada aspirasi mekonium, pendarahan
anterpartum, kelahiran dengan penyulit seperti kelahiran yang lama, kelahiran
sungsang, operasi sectio caesar emeregensi, dan juga kelahiran dengan menggunakan
alat bantu (Kurt, 2016) (MacLennan et al., 2015).
Faktor resiko pada masa post natal yang banyak menyebabkan kejadian CP
adalah kejadian infeksi dan kejadian trauma. Septisemia, meningitis, dan
meningoensephalitis merupakan infeksi yang banyak menyebabkan kejadian CP.
Karena itu perlu dilakukan vaksinasi
CP oleh para peneliti epidemiologi dipahami sebagai gangguan yang
penyebabnya dipengaruhi oleh perjalanan waktu, sehingga CP bukan disebut sebagai
diagnosis penyakit, tetapi sebuah payung dari suatu istilah, karena gejala dan
penyebabnya sangat bervariasi dan berdasarkan faktor resikonya bisa
diklasifikasikan menurut masa prenatal, perinatal, dan postnatal.
Kesimpulan :
21
Tipe CP yang paling banyak didapat dari hasil penelitian di Klinik Kitty
Center Jakarta adalah CP group spastik terdiri dari spastik quadriplegia, spastik
diplegia, dan spastik hemiplegia. Hasil studi epidemiologi faktor resiko kejadian CP
didapatkan hasil yang selaras dengan studi epidemiologi faktor resiko CP
sebelumnya yaitu faktor resiko kejadian CP terbanyak selama periode 5 tahun (2013
– 2017) di Klinik Kitty Center Jakarta adalah faktor resiko yang terjadi pada masa
prenatal.
Sayu Made Ardhia Pramayanti Putri, Cok Dalem Kurniawan, Dedi Silakarma,
JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.8,AGUSTUS, 2019
Hasil penelitian yang dilakukan pada 42 orang ibu dari penderita CP pada
bulan September-November 2017. Sebanyak 29 ibu (69%) berusia 20-34 tahun saat
mengandung anaknya yang menderita CP, sedangkan 13 ibu (31%) berusia di bawah
20 tahun atau di atas 35 tahun saat mengandung anaknya yang menderita CP.
Pada penelitian ini ditemukan 4 orang ibu yang pernah mengkonsumsi
alkohol dan rokok selama kehamilan anaknya yang menderita CP. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Inaloo (2016) bahwa janin pada ibu hamil
yang mengkonsumsi alkohol akan mengalami fetal alcohol syndrome yang dapat
menyebabkan facial dismorphisms, microcephaly, retardasi mental dan CP,
sedangkan toksik pada rokok dapat mempengaruhi perkembangan sistem saraf pusat
pada janin.
Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 9 ibu (21,4%) yang pada saat anaknya
yang menderita CP lahir, presentasi janin bukan kepala. Sebanyak 12 anak (28,6%)
tidak langsung menangis ketika lahir yang menandakan bayi mengalami asfiksia
ketika lahir, sedangkan 71,4% anak langsung menangis setelah lahir. Sebanyak 4
anak (9,5%) lahir dengan berat badan lahir yang rendah di bawah 2500 gram,
sedangkan 90,5% sisanya lahir dengan berat badan lahir yang normal di atas 2500
gram. Hanya terdapat 1 anak (2,4%) yang mengalami proses persalinan di atas 12
22
jam sewaktu kelahiran, sedangkan 33 anak sisanya mengalami proses persalinan di
bawah 12 jam. Sebanyak 19% atau 8 anak tidak dapat diketahui lama proses
persalinannya dikarenakan anak dilahirkan dengan seksio sesar. Hanya ada 1 ibu
(2,4%) yang memiliki riwayat Ketuban Pecah Dini (KPD) pada proses
persalinannya. Terdapat 20 anak (47,6%) dilahirkan prematur, sedangkan 22 anak
(52,4%) lahir cukup bulan. Sebanyak 81% atau 34 anak lahir dengan spontan dan 8
orang anak sisanya (19%) lahir dengan tindakan. Tindakan yang diperkirakan adalah
seksio sesar karena jumlah ini sesuai dengan jumlah anak yang lama persalinannya
tidak dapat dihitung karena lahir dengan tindakan seksio sesar.
Terdapat 2 anak (4,8%) yang pernah mengalami trauma kepala yang
menyebabkan pendarahan pada otak mereka, sedangkan sebanyak 40 anak sisanya
(95,2%) tidak pernah mengalami trauma kepala yang menyebabkan pendarahan di
otak
Kesimpulan :
Pada penelitian ini, didapatkan jumlah pasien CP pada anak di Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar sebanyak 42 orang pada kurun waktu Januari 2015
– Desember 2016. Faktor prenatal didapatkan sebesar 21,05%, faktor perinatal
sebesar 29,5%, dan faktor postnatal sebesar 7,15%.
Venita Tri Septiana, Ajeng Ayu Widiastuti, Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, Volume 4 Issue 1 (2020) Pages 172-180
23
seorang anak perempuan yang berusia 7 tahun dan anak yang memiliki inisial Z
adalah seorang anak laki-laki yang berusia 5 tahun dan tinggal di Kota Salatiga.
Dari subjek 3 orang anak yang mengalami gangguan CP,orang tua
memberikan dukungan emosional dan dukungan instrumental Dukungan emosional
berupa memberikan perhatian dan rasa nyaman kepada anak dan dukungan
instrumental berupa memberikan bantuan secara langsung, waktu, dan barang-
barang yang bertujuan untuk mengembangkan motoric kasar anak
Kesimpulan :
Dalam penelitian ini 3 orang subjek yang mengalami Cerebral Palsy yang
subjek tersebut mendapatkan dukungan dari orang tua dan orang yang berada
didekatnya. Dukungan yang diberikan adalah dukungan emosional dan dukungan
instrumental
24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cerebral (otak) Palsy (Kelumpuhan) adalah suatu kelainan otak yang ditandai
dengan gangguan mengontrol hingga timbul kesulitan dalam bergerak dan meletakkan
posisi tubuh disertai gangguan fungsi tubuh lainnya , akibat kerusakan atau kelainan fungsi
bagian otak tertentu pada bayi atau anak dapat terjadi ketika bayi dalam kandungan, saat
lahir atau setelah lahir, sering disertai dengan ketidaknormalan bicara, penglihatan,
kecerdasan kurang, buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan
saraf lainnya. Penyebab Cerebral Palsy dibagi dalam 3 bagian yaitu prenatal, perinatal, dan
pasca natal.
Perawatan pada anak CP memerlukan pengertian dan kerjasama yang baik dari
pihak orangtua/keluarga penderita. Hal ini akan sangat tercapai dengan baik jika
diorganisasi terpadu pada satu pusat klinik khusus. CP yang dikelola tenaga-tenaga dari
berbagai multi-disipliner, seperti dokter anak, neurologis, dokter ahli ortopedi, bedah saraf,
THT, dan guru luar biasa.
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami pengertian
dan etiologi dari Cerebral palsy. Dengan demikian, diharapkan nantinya dapat melakukan
pencegahan dan pengobatan terhadap Cerebral palsy.
25
DAFTAR PUSTAKA
Prastiya, I. G., Risky, V. P., Mira, I., Retno, A. S., Darto, S., & Erny, P. (2018). Risk factor
of mortality in indonesian children with cerebral palsy. The Journal of Medical
Investigation, 65(1.2), 18-20.
Putri, S. M. A. P., Kurniawan, C. D., & Silakarma, D. FAKTOR PRENATAL,
PERINATAL, DAN POSTNATAL KEJADIAN CEREBRAL PALSY PADA ANAK DI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR.
Ratnasari, A. A. (2019). PENGALAMAN IBU MERAWAT ANAK DENGAN
PENYAKIT CEREBRAL PALSY (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Malang).ak Dengan Cerebral Palsy. Jurnal Kesehatan Karya Husada, 7(1), 76-87.Septiana,
V. T., & Widiastuti, A. A. (2019). Dukungan Orang Tua dalam Mengembangkan Motorik
Kasar Anak Cerebral Palsy Usia 5-7 Tahun. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, 4(1), 172-180.
Sulistyawati, N., & Mansur, A. (2019). Identifikasi Faktor Penyebab Dan Tanda Gejala An
Trisnowiyanto, B., & Purwanto, Y. (2019). Faktor Risiko Prenatal Perinatal Dan Postnatal
Pada Kejadian Cerebral Palsy. Interest: Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(2), 204-209.
26
27