Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN CEREBRAL PALSY

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak


Dosen Pembimbing : Wahyudi, S. Kep. Ns. MH

Disusun Oleh :
Nama : 1. Irma Islamiasih (P1337420217097)
2. Firman Khusnul Fuadi (P1337420217112)

Kelompok 13
Kelas II C

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul
dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita Nabi
Agung Muhammad s.a.w.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang
kanker otak, sehingga pembaca dapat lebih waspada akan penyakit ini.
Atas terselesainya makalah ini, kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Allah SWT atas ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
2. Bapak dan Ibu kami yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta
do’a.
3. Wahyudi, S. Kep. Ns. MH. selaku dosen pembimbing
4. Serta semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah
ini.
Tak ada gading yang tak retak, kami sadar bahwa masih banyak kekurangan
pada makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan
kami terima dengan hati lapang.

ii
DAFTAR ISI
halaman
Halaman Judul ...................................................................................................... i
Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Cerebral Palsy ............................................................................... 3
B. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Cerebral Palsy ..................................... 11
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada
suatukurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam
susunansaraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat
pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. walaupun lesi serebral
bersifatstatis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer
akan berubah akibat maturasi serebral. Yang pertama kali memperkenalkan
penyakit ini adalah William John Little (1843) yang menyebutnya dengan istilah
cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William
Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy, sedangkan
Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral Paralysis.
Walaupun sulit,etiologi cerebral palsy perlu diketahui untuk tindakan pencegahan.
Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan perkembangan
mental dapatmenghalangi tercapainya tujuan pengobatan.
WinthropPhelps menekankan pentingnya pendekatan multi disiplin dalam
penanganan penderita cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT,
bedah tulang, bedah saraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru
sekolah luar biasa. Di samping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan
masyarakat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi insidensi penyakit ini yaitu
: populasi yang diambil, cara diagnosis, dan ketelitiannya. Misalnya insidensi
cerebral palsy di Eropa (1950) sebanyak 2,5 1000 kelahiran hidup, Gilory
memperoleh 5 dan 1000 anak memperlihatkan defisit motorik yang sesuai dengan
cerebral palsy, 50% kasus termasuk ringan sedangkan 10% termasuk berat. Yang
dimaksud ringan ialah penderita yang dapat mengurus dirinya sendiri, sedangkan
yang tergolong berat ialah penderita yang memerlukan perawatan khusus, 25%
mempunyai intelegensi rata-rata (normal), sedangkan 30% kasus menunjukkn IQ
di bawah 50% disertai kejang, sedangkan 30% menunjukan gangguan bicara.
Laki-laki lebih banyak dari pada wanita ( 1,4 : 1,0)

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar cerebral palsy?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Cerebral Palsy?

C. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan cerebral palsy.

D. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian cerebral palsy
2. Untuk mengetahui etiologi cerebral palsy
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis cerebral palsy
4. Untuk mengetahui pathofisiologi cerebral palsy
5. Untuk mengetahui pathway cerebral palsy
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang cerebral palsy
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan cerebral palsy
8. Untuk mengetahui komplikasi cerebral palsy
9. Untuk mengetahui pencegahan cerebral palsy
10. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Cerebral Palsy

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Cerebral Palsy


1. Pengertian
Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin didefinisikan sebagai
kelainan postur dan gerakan non-progresif, sering disertai dengan epilepsy dan
ketidaknormalan bicara, penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau lesi otak yang
sedang berkembang. Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan
oleh abnormalitas sistem motor piramida (motor kortek, basal ganglia dan otak kecil)
yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal.
Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,
terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak
normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan
dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis,
gangguan ganglia basal dan sebelum juga kelainan mental. Cerebral palsy ialah suatu
gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak,
mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak
progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai
pertumbuhannya.
Cerebral palsy adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian
otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya.
2. Etiologi
Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga periode yaitu :
a. Pranatal :
 Malformasi kongenital
Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin
(misalnya rubela, toksoplamosis, sifihis, sitomegalo#irus, atau infeksi #irus
lainnya).
 Radiasi sinar X
 Toksemia gravidarum.
 Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa,
anoksi maternal, atau tali pusat yang abnormal).

3
 Keracunan kehamilan dapat menimbulkan serebral palsy.
 Gangguan pertumbuhan otak.
b. Natal :
 Anoksia/hipoksia
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah cidera otak.
Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal demikian terdapat
pada keadaan presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalopelvik, partus
lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan alat
tertentu dan lahir dengan seksio sesar.
 Perdarahan otak.
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia.
Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid dan menyebabkan
penyumbatan CSS sehingga mangakibatkan hidrosefalus. Perdarahan di
ruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan
spastis.
 Trauma lahir, misalnya perdarahan subdural
 Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita pendarahan otak
lebih banyak dibandingkan dengan bayi cukup bulan, karena pembuluh
darah, enzim, factor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
 Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak
yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal.
 Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa palsi serebral.
c. Postnatal :
 Trauma kapitis
 Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis,
ensefalomielitis.
 Kern icterus.

4
Beberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan perinatal lebih berperan
dari pada faktor pascanatal. Studi oleh nelson dkk (1986) (dikutip dari 13)
menyebutkan bayi dengan berat lahir rendah, asfiksia saat lahir, iskemi prenatal,
faktor genetik, malformasi kongenital, toksin, infeksi intrauterin merupakan
faktor penyebab cerebral palsy.
Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat lahir, sedangkan faktor
perinatal yaitu segala faktor yang menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir
sampai satu bulan kehidupan.
Sedang faktor pasca natal mulai dari bulan pertama kehidupan sampai 6
tahun (Hagberg dkk 1975), atau sampai 8 tahun kehidupan (Blair dan Stanley,
1982), atau sampai 03 tahun (Perlstein, Hod, 1964).
3. Manifestasi Klinis
a. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan
reflek Babinski yang penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama
derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sifat yang khas dengan
kecenderungan terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada sendi
siku dan pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi sehingga posisi
ibu jari melintang di telapak tangan.
Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada sendi paha dan lutut, kaki dalam flesi
plantar dan telapak kaki berputar ke dalam. &onic neck refle= dan refleks neonatal
menghilang pada waktunya Kerusakan biasanya terletak di traktus kortikospinalis.
Bentuk kelumpuhan spastisitas tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan yaitu
monoplegia/monoparesis. Kelumpuhan ke empat anggota gerak, tetapi salah satu
anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya; hemiplegia/hemiparesis adalah
kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama diplegia; diparesis adalah
kelumpuhan ke empat anggota gerak tetapi tungkai lebih hebat dari pada lengan;
tetraplegia/tetraparesis adalah kelumpuhan ke empat anggota gerak, lengan lebih atau
sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
Golongan spastitis ini meliputi /3 – 3/4 penderita cerebral palsy. bentuk
kelumpuhan spastitis tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan, yaitu:
 Monoplegia/Monoparesis
Kelumpuhan ke empat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak
lebih hebat dari yang lainnya.

5
 Hemiplegia/Diparesis
Kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama.
 Diplegia/Hiparesis
Kelumpuhan ke empat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat dari pada lengan.
 Tetraplegia/Tetraparesis
Kelumpuhan ke empat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya
dibandingkan dengan tungkai.

b. Tonus otot yang berubah


Bayi pada golongan ini, pada usia bulan pertama tampak fleksid (lemas)
dan berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada lower
motor neuron. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari
rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak fleksid dan sikapnya seperti
kodok terlentang, tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa otot tonusnya berubah
menjadi spastis, refleks otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang
khas ialah reflek neonatal dan tonic neck reflex menetap. Kerusakan biasanya
terletak di batang otak dan disebabkan oleh afiksia perinatal atau ikterus.
c. Koreo-atetosis
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi
dengan sendirinya (involuntary movement ). Pada 3 bulan pertama tampak flaksid,
tetapi sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan
tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan
ataksia, kerusakan terletak di ganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus
kern pada masa neonatus.
d. Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid
dan menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan
tampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan
canggung dan kaku. Kerusakan terletak di serebelum.
e. Gangguan pendengaran
Terdapat 5-10% anak dengan serebral palsi. gangguan berupa kelainan neurogen
terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. terdapat pada
golongan koreo-atetosis.

6
f. Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental. gerakan yang
terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot
tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
g. Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi pada
keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak.
h. Paralisis
Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia.
kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.
i. Gerakan involunter
Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat
flaksid, rigiditas, atau campuran.
j. Kejang
Dapat bersifat umum atau fokal.
k. Gangguan perkembangan mental
Retardasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral palsy
terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral palsy yang
disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang
cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih
dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan
masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan
dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, perkembangan
mental akan dapat dipengaruhi secara positif.
l. Problem emosional terutama pada saat remaja.

4. Pathofisiologi
Adanya malformasi hambatan pada askuler, atrofi, hilangnya neuron dan degenarasi
laminar akan menimbulkan narrowergyiri, suluran sulci dan berat otak rendah. cerebral
palsi digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh
cacat nonprogressive atau luka otak pada saat anak-anak. Suatu presentasi serebral palsi
dapat diakibatkan oleh suatu dasar kelainan (structural otak : awal sebelum dilahirkan,

7
perinatal, atau luka-luka/kerugian setelah kelahiran dalam kaitan dengan ketidakcukupan
vaskuler, toksin atau infeksi).
5. Pathway

6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis sebral
palsi ditegakkan.
b. Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada serebral palsi. CSS normal.
c. Pemeriksaan EKG dilakukan pada pasien kejang atau pada golongan
hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak.
d. Foto rontgen kepala.
e. Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang
dibutuhkan.

8
f. Pemeriksaan metobolik untuk menyingkirkan penyebablain dari reterdasi
mental.

7. Penatalaksanaan
Untuk memperoleh hasil yang maksimal perlu kerjasama yang baik, penderita
CP perlu ditangani oleh suatu &eam yang terdiri dari: dokter anak, ahli
saraf/neurolog, ahli Jiwa/psikiater /psikolog, ahli bedah tulang/ortopedi, ahli
fisioterapi, occupational therapist,guru sekolah luar biasa, orang tua penderita dan
bila perlu ditambah dengan ahli mata, ahli
THT, perawat anak, pekerja sosial dan lain-lain.
a. Medik
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik.
b. Fisioterapi
Fisioterapi bertujuan untuk mengembangkan berbagai gerakan yang
diperlukan untuk memperoleh keterampilan secara independent untuk aktifitas
sehari-hari. Fisioterapi ini harus segera dimulai secara intensif. Jntuk
mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi penderita sewaktu istirahat atau
tidur. agi penderita yang berat dianjurkan untuk sementara
tinggal di suatu pusat latihan. Fisio terapi dilakukan sepanjang hidup penderita.
Selain fisio terapi, penderita CP perlu dididik sesuai dengan tingkat
inteligensinya, di sekolah luar biasa
dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama dengan anak yang normal.
c. Tindakan bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan
pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut.
Pembedahan
stereotatik dianjurkan pada pasien dengan pergerakan koreotetosis yang
berlebihan. Koperasi bertujuan untuk mengurangi spasme otot, menyamakan
kekuatan otot yang antagonis,menstabilkan sendi-sendi dan mengoreksi
deformitas. &indakan operasi lebih sering dilakukan pada tipe spastik dari pada
tipe lainnya. Auga lebih sering dilakukan pada anggota gerak bawah dibanding

9
dengan anggota gerak atas. Prosedur operasi yang dilakukan disesuaikan dengan
jenis operasinya, apakah operasi itu dilakukan pada saraf motorik, tendon, otot
atau pada tulang. Pada beberapa kasus, untuk membebaskan kontraktur persendian
yang semakin memburuk akibat kekakuan otot, pembedahan juga perlu dilakukan
untuk memasang selang makanan dan untuk mengendalikan refluks
gastroesofageal.
8. Komplikasi
a. Taksi
b. Katarak
c. Hidrosepalus
d. Retardasi Mental
IQ dibawah 50 berat/beban dari otak motoriknya IQ rendah, dengan suatu
ketegangan (menyangkut) IQ yang yang lebih rendah.
e. Strain/ketegangan
Lebih sering pada Hudriplegia dan hemiplegia
f. Pinggul/Keseleo/Kerusakan
Sering terjadi pada Huadriplegia dan paraplegia berat.
g. Kehilangan sensibilitas
anak-anak dengan hemiplegia akan kehilangan sensibilitas.
h. Hilang pendengaran
Atrtosis sering terjadi terpasang, tetapi bukan pada anak spaskis.
i. Gangguan visual
Bermata juling, terutama pada anak-anak prematur dan Huadriplegia.
j. Kesukaran untuk bicara
Penyebab : disartria, Retardasi mental, hilang pendengaran, atasi kortikal,
gangguan emosional dan mungkin sebab gejala lateralisasi pada anak
hemiplagia.
k. Lateralisasi
Dominan pada anak yang normal nya dan yang di/terpengaruh oleh gejala
hemiplegia, kemudian akan ada berbagai kesulitan untuk pindah"gerakkan
pusat bicara.

10
l. Inkontinensia
RM dan terutama oleh karena berbagai kesulitan pada pelatihan kamar kecil.
m. Penyimpangan Perilaku
Tidak suka bergaul, dengan mudah dipengaruhi dan mengacaukan
ketidaksuburan/kemandulan.
9. Pencegahan
Pencegahan merupakan usaha yang terbaik. CP dapat dicegah dengan jalan
menghilangkan faktor etiologik kerusakan jaringan otak pada masa prenatal,
natal dan post natal. Sebagian daripadanya sudah dapat dihilangkan, tetapi
masih banyak pula yang sulit untuk dihindari. Renatal dan perinatal careG
yang baik dapat menurunkan insidens CP. Ernik terus yang disebabkan
Fhaemolytic disease of the new bornG dapatdicegah dengan transfusi tukar
yang dini, Frhesus incompatibilityG dapat dicegah dengan pemberian
Fhyperimmun anti immunoglobulinG pada ibu-ibu yang mempunyai rhesus
negatif. Pencegahan lain yang dapat dilakukan ialah tindakan yangsegera
pada keadaan hipoglikemia, meningitis, status epilepsi dan lain-lain.

10. Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1. Identitas pasien
Pasien bernama An. R, lahir pada tanggal 01 januari 2010, jenis kelamin laki-
laki, suku Jawa, bangsa Indonesia.

b. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem
1. DS: Ibu pasien mengatakan Peningkatan Hipertermia
pasien panas produksi panas
DO: Suhu tubuh anak 38,2ºC,
N : 158 x/menit, RR 38x/ menit,

11
akral hangat, mukosa bibir
kering
2 DS: Ibu pasien mengatakan Gangguan Hambatan tumbuh
Perkembangan neuromuskular kembang
anaknyaterhambat
DO: Anak belum mampu
melaksanakan pencapaian tugas
pada perkembangan personal
sosial (mencuci tangan),
motorik halus, (meniru garis
vertikal), bahasa (anak belum
mampu berbicara), motorik
kasar (belum mampu berjalan).
3. DS: Ibu pasien mengatakan Defek anatomis Hambatan
bahwa anaknya mengalami komunikasi verbal
kesulitan dalam komunikasi.
DO: Pasien tampak mengalami
kesulitan dalam komunikasi
verbal, hasil pemeriksaan DDST
bagian bahasa anak belum
mampu mengkombinasikan dua
kata. Hasilnya adalah “suspect”
.
4. DS: Ibu pasien mengatakan Hambatan Hambatan mobilitas
anaknya kesulitan perkembangan isik
menggerakkan kaki.
DO: kekuatan tonus otot lemah

c. Diagnosa Keperawatan Dan Prioritas Masalah


1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan produksi panas (Wong, 2004)

12
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan perkembangan terhambat
(Nanda, 2007)
3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan defek anatomis (Nanda,
2012)
4. Hambatan tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan neuromuskular
(Nanda, 2012)

d. Intervensi
No
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Dx
1. Setelah dilakukan asuhan a. untuk menurunkan suhu tubuh anak
keperawatan selama 3x24 jam, dengan cara konduksi
diharapakan pasien mampu b. untuk menurunkan suhu tubuh anak
mempertahankan suhu tubuh dengan cara evaporasi
dalam batas normal, dengan c. untuk mencegah pendinginan tubuh
kriteria hasil: a. suhu tubuh anak yang berlebihan
dalam batas normal (36- 37.5°C) d. untuk menyerap keringat
b. mukosa bibir anak lembab c. e. obat penurun panas/ menurunkan
akral tidak panas/ hangat suhu dari pusat hipotalamus
2. Setelah dilakukan asuhan a. untuk mempertahankan rasa otonomi
keperawatan selama 3x24 jam, b. meningkatkan kemampuan / tolak
diharapakan pasien mampu ukur dari pertumbuhan
menunjukkan tingkat mobilitas, c. mungkinuntuk menurunkan perasaan
dengan kriteria hasil: a. immobilisasi
Melakukan perpindahan b. d. mencegah terjadinya kontraktur dan
Ambulasi : berjalan c. Melakukan meningkatkan kekuatan otot
aktifitas sehari-hari secara e. lebih mudah menentukan pendidikan
mandiri a. Berikan sebanyak kesehatan yang tepat
mungkin kebebasan bergerak dan
dorong aktivitas normal b.

13
Ajarkan dan bantu pasien dalam
proses perpindahan yang aman c.
Ubah posisi ditempat tidur bila d.
Ajarkan dan dukung pasien dalam
latihan ROM aktit / pasif untuk
mempertahankan atau
meningkatkan kekutan
a. untuk mempertahankan rasa
otonomi
b. meningkatkan kemampuan /
tolak ukur dari pertumbuhan
c. mungkinuntuk menurunkan
perasaan immobilisasi
d. mencegah terjadinya kontraktur
dan meningkatkan kekuatan otot
e. Menyangga berat badan
3. Setelah dilakukan asuhan a. untuk mengurangi ansietas anak
keperawatan selama 3x24 jam, b. memberikan waktu pada anak untuk
diharapakan pasien mampu memahami pembicaraan
menunjukkan komunikasi, c. menguatkan bicara dan mendorong
dengan kriteria hasil: pemahaman
a. Anak mampu bertukar pesan d. untuk memudahkan komunikasi
secara akurat dengan orang lain nonverbal
b. Menggunakan bahasa tertulis, e. agar anak tidak mempelajari
berbicara, nonverbal kebiasaan komunikasi yang buruk.
c. Menggunakan bahasa isyarat
4. Setelah dilakukan asuhan a. mengetahui tingkat tumbuh kembang
keperawatan selama 3x24 jam, anak secara dini untuk menentukan
diharapakan anak akan intervensi yang tepat
menunjukkan tingkat b. mengelompokkan anak dengan

14
pertumbuhan dan p erkembangan kelompok usia akan menstimulasi
sesuai dengan usia, dengan proses tumbuh kembang anak
kriteria hasil: c. aktivitas yang menarik akan
a. melakukan ketrampilan sesuai menambah kemauan anak untuk
dengan usia mencapai aktivitas tersebut
b. mampu melakukan ADL secara d. untuk mendorong kerjasama dan citra
mandiri diri yang positif
c. menunjukkan peningkatan e. untuk memperkuat stimulasi tumbuh
dalam berespon dan kembang anak

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cerebral "otak” & palcy "kelumpuhan” adalah suatu kelainan otak
yangditandai dengan gangguan mengontrol hingga timbul kesulitan dalam
bergerak danmeletakkan posisi tubuh disertai gangguan fungsi tubuh lainnya
akibat kerusakan :kelainan fungsi bagian otak tertentu pada bayi : anak dapat
terjadi ketika bayi dalamkandungan, saat lahir atau setelah lahir, sering disertai
dengan epilepsy dan ketidak normalan bicara, penglihatan, kecerdasan kurang,
buruknya pengendalian otot,kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf
lainnya. Cerebral palsy dapat disebabkan oleh prenatal, perinatal dan post natal da
nada berbagai macam klasifikasi pada cerebral palsy. Pencegahan merupakan
usaha yang terbaik. CP dapat dicegahdengan jalan menghilangkan faktor etiologik
kerusakan jaringan otak pada masa prenatal, natal dan post natal. ;ebagian
daripadanya sudah dapat dihilangkan, tetapimasih banyak pula yang sulit untuk
dihindari.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami
pengertian dan etiologi dari Cerebral palsy. Dengan demikian, diharapkan
nantinya dapat melakukan pencegahan dan pengobatan terhadap Cerebral palsy.

16
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I Made Oka. 2007. Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek Neurologi .
Available from: http://www.cerminduniakedokteran.com. (Diunduh pada
tanggal 25 Agustus 2018)
Anggra. 2009. Cerebral palsi . Available from: http://sugengrawuh.blogspot.com.
(Diunduh pada tanggal 25 Agustus 2018)
Carpenito,Lynda Auall. (2009). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik
Klinis, Edisi 9, hlm 1393. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Eaton, Marilyn, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatn Pediatrik, Volume 2. Aakarta :
EGC.(http://www.indonesiaindonesia.com/f/06729-cerebral-palsy)
(Diunduh pada tanggal 25 Agustus 2018)

17

Anda mungkin juga menyukai