Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Anak dengan Masalah Pada Sistem Neurologi : Hidrosefalus”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk
itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manafaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan...........................................................................................2
1.3 Manfaat..........................................................................................................2
BAB II ANALISIS KASUS PEMICU............................................................3
2.1 Masalah yang terjadi pada anak.....................................................................3
2.2 Penyebab masalah (penyakit) yang dialami anak..........................................3
2.3 Patofisiologi terjadinya penyakit...................................................................6
2.4 Tanda dan gejala yang khas pada anak..........................................................8
2.5 Pemeriksaan penunjang.................................................................................8
2.6 Pengobatan dan penatalaksanaan medis......................................................10
2.7 Komplikasi yang mungkin terjadi...............................................................12
2.8 Hal yang perlu dikaji...................................................................................12
2.9 Masalah keperawatan yang muncul.............................................................13
2.10 Rencana intervensi sesuai dengan masalah keperawatan..........................14
2.11 Implementasi sesuai dengan masalah keperawatan...................................16
2.12 Evaluasi sesuai dengan masalah keperawatan...........................................20
BAB IV PENUTUP..........................................................................................27
4.1 Kesimpulan..................................................................................................27
4.2 Saran............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................28
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui konsep dan
asuhan keperawatan pada anak dengan masalah sistem neurologi dengan
penyakit hidrosefalus.
1.3 Manfaat
Melalui penulisan makalah ini diharapkan akan bermanfaat dalam
memberikan asuhan keperawatan tentang hidrosefalus pada anak. Dapat
mendemonstrasikan intervensi keperawatan baik mandiri maupun kolaborasi
pada anak dengan masalah pada sistem neurologi dengan menerapkan konsep
ilmu keperawatan sesuai standar iperasional prosedur (SOP)
2
BAB II
Kasus pemicu 2
Seorang anak perempuan usia 1,5 tahun dirawat di ruang HCU dengan keluhan
demam, kejang, dan penurunan kesadaran. Ibu mengatakan bahwa kepala anak
semakin lama-semakin membesar. 2 bulan yang lalu anak dirawat karena demam
dan kejang tetapi kepala anak masih terlihat normal. Anak mempunyai riwayat TB
paru sejak usia 6 bulan. Pemeriksaan fisik didapatkan ubun-ubun menonjol,
terlihat tanda sunset sign dan cracked pot sign.
Kasus ini merupakan salah satu masalah dalam bedah saraf yang paling sering
ditemui. di Indonesia ditemukan sebanyak 40% hingga 50% dari kunjungan
berobat atau tindakan operasi bedah saraf.
3
ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarakhnoid. Akibat penyumbatan,
terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H. Ropper, 2005).
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak
(Allan H. Ropper, 2005:360) :
Penyebab hidrosefalus pada anak secara garis besar dapat dibagi menjadi
dua,yaitu:
a. Penyebab prenatal
Sebagian besar anak dengan hidrosefalus telah mengalami hal ini sejak
lahir atau segera setelah lahir. Beberapapenyebabnya terutama adalah stenosis
akuaduktus sylvii, malfromasi Dandy Walker, Holopresencephaly,
Myelomeningokel, dan Malformasi Arnold Chiari.Selain itu, terdapat juga
4
jenis malformasi lain yang jarang terjadi. Penyebab lain dapat berupa infeksi
in-utero, lesi destruktif dan faktor genetik.
Stenosis Akuaduktus Sylvius terjadi pada 10% kasus pada bayi baru lahir.
Insidensinya berkisar antara 0,5-1 kasus/1000 kelahiran. Insidennya 0,5-1%
kasus/1000 kelahiran.Malformasi Dandy Walker terjadi pada 2-4% bayi yang
baru lahir dengan hidrosefalus. Malformasi ini mengakibatkan hubungan antara
ruang subarakhnoid dan dilatasi ventrikel 4 menjadi tidak adekuat, sehingga
terjadilah hidrosefalus. Penyebab yang sering terjadi lainnya adalah
Malformasi Arnold Chiari (tipe II), kondisi ini menyebabkan herniasi vermis
serebelum, batang otak, dan ventrikel 4 disertai dengan anomali inrtakranial
lainnya. Hampir dijumpai di semua kasus myelomeningokel meskipun tidak
semuanya berkembang menjadi hidrosefalus (80% kasus).
b. Penyebab postnatal
Lesi massa menyebabkan sekitar 20% kasus hidrosefalus, kista arakhnoid
dan kista neuroepitelial merupakan kedua terbanyak yang mengganggu aliran
likuor. Perdarahan, meningitis, dan gangguan aliran vena juga merupakan
penyabab yang cukup sering terjadi.
Didapat
- Tumor (seperti ventrikel Didapat
3, regio pineal, fossa - Infeksi (intrauterin misalnya CMV,
posterior) toxoplasma, post-bacterial meningitis)
- Lessi massa lainnya - Perdarahan (IVH pada infan, sub-arachnoid
(seperti giant haemorrhage)
aneurysms, abses) - Hipertensi vena (seperti trombosis sinus
5
- Ventricular scarring venosa, arterio–venous shunts)
- Meningeal carcinomatosis
- Sekresi berlebihan CSF (papiloma pleksus
koroidalis)
6
2.4 Tanda dan Gejala yang Khas pada Anak
7
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono,2005).Gejala-
gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial.
1. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) :
a. Pada bayi : Fontanel menonjol,tegang, sutura kranial teregang, tanda
mecewen (craced-pot), peka rangsang,menangis nada tinggi,
peningkatan lingkar oksipitofrontal,distensi vena kepala, menangis bila
digendong atau ditimang dan tanda sunset sign
b. Pada anak anak : sakit kepala,mual, muntah, diploppia, (pandangan
kabur ), kejang
2. Pembesaran tengkorak : lingkar kepala suboksipito bregmatikus >
dibanding dengan lingkar dada
3. Crecked pot sign dimana bunyi seperti pot kembang yang retak pada
perkusi kepala
4. Gangguan pada mata : bola mata terdorong kebawah oleh tekanan dan
penipisan tulang supraorbita , sklera tampak diatas iris sehingga iris
seakan akan matahari terbenam (sunset sign)
5. Kerusakan saraf : gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran,
motoris, kejang dan gangguan alat-alat vital.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan
fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-
pemeriksaan penunjang yaitu:
1) Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya
pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik
berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka
dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan
tekanan intrakranial.
2) Transimulasi
8
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka,
pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa
beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang
dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi
sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3) Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan
lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak
antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak
yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena
hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional. Tetapi
jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka
penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4) Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior
langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung
difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar.
Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan
kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau
oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang
tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini
telah ditinggalkan.
5) Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan
USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar.
Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus
ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem
ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan
anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT
Scan.
6) CT Scan kepala
9
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel
IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena
terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikans
gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem
ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis
dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk
membuat bayangan struktur tubuh.
10
terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan
anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
f. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan
kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan
selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat
sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan
dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari
luar.
g. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2
macam terapi pintas / “ shunting “:
1) Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi
hidrosefalus tekanan normal.
2) Internal
a) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna
(Thor-Kjeldsen)
Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis
superior
Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga
peritoneum.
b) Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke
rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum
Touhy secara perkutan.
11
2.7 Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Komplikasi Hidrocefalus menurut (Prasetio, 2004)
1. Peningkatan tekanan intrakranial(TIK)
2. Pembesaran kepala
3. Kerusakan otak
4. Infeksi
5. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
6. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit
menurun
7. Kerusakan jaringan saraf
8. Proses aliran darah terganggu
12
Bayi muda: Pertumbuhan kepala dengan kecepatan yang tidak normal,
penonjolan fontanel (khususnya anterior) kadang tanpa pembesaran
kepala, peeregangan sutura dan tanda mecewen (bunyi cracked-pot)
pada perkusi, penipisan tulang tengkorak.
Bayi lanjut:Pembesaran frontal, sunset sign, pupil melambat dalam
merespon
Bayi umum: Peka rangsang
Ds :
Ibu mengatakan kepala anak semakin membesar, 2 bulan yang lalu dirawat
karena deman, kejang, kepala masih normal
Masalah keperawatan :
1. Hipertermiab.d adanya infeksi d.d suhu tubuh diatas normal (demam),
kejang
2. Nyeri akut b.d agen pencederaan fisiologis(neoplsama) d.d tampak
meringis, gelisah
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan penurunan kinerja
ventrikel kiri, neoplasma otak
4. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif (pembedahan)
5. Risiko gangguan integritas kulit dibuktikan dengan penurunan mobilitas
13
2.10 Intervensi Sesuai dengan Masalah Keperawatan
Diagnosa
No Intervensi keperawatan
Keperawatan
1 Hipertermia b.d Manajemen Hipertermia
adanya infeksi d.d Tindakan
suhu tubuh diatas 1. Observasi
normal, kejang - Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
2. Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- longgarkan atau lepaskan pakaian
- basahi dan kipasi permukaan tubuh
- berikan cairan oral
- lakukan pendinginan eksternal (mis. Kompres dingin
pada dahi)
- hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena ,
jika perlu
2 Nyeri akut b.d Manajemen Nyeri
peningkatan Tindakan :
tekanan 1. Observasi
intrakarnial d.d - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
tampak meringis, kualitas, intensitas nyeri,
gelisah - Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
14
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik ,jika perlu
3 Risiko perfusi Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
serebral tidak Tindakan :
efektif dibuktikan 1. Observasi
dengan penurunan - Identifikasi penyebab peningkatan TIK
kinerja ventrikel - Monitor tanda gejala peningkatan TIK
kiri, neoplasma - Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
otak - Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
- Monitor gelombang ICP
- Monitor status pemapasan
- Monitor intake dan ouput cairan
- Monitor cairan serebro-spinalis (mis. warna,
konsistensi)
2. Terapeutik
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
- Hindari manuver Valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari pemberian cairan IV hipotonik
- Atur ventilator agar PaCCz optimal
- Pertahankan suhu tubuh nomal
3. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
4 Risiko infeksi Pencegahan infeksi
dibuktikan Tindakan :
dengan efek 1. Observasi
prosedur invasif - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sitemik
(pembedahan) 2. Terapeutik
- Berikan perawatan kulit pada area pembedahan
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
3. Edukasi
15
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
5 Risiko gangguan Perawatan integritas kulit
integritas kulit Tindakan :
dibuktikan 1. Observasi
dengan - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
penurunan 2. Terapeutik
mobilitas - Ubah posisi tiap 2 jam , pertimbangkan perubahan
posisi kepala
- Gunakan ptrolium, minyak ataupun lotion, dan
lindungi daerah kepala dari penekanan
- Gunakan bantal karet, busa atau menggunakan tempat
tidur air jika mungkin.
- Gunakan alat tenun bernagan lembut
3. Edukasi
- Anjurkan gunakan pelembab
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
Intervensi
No Implementasi keperawatan
Keperawatan
1 Manajemen - Mengidentifikasi penyebab hipertermia
Hipertermia
- Monitor suhu tubuh pasien, kadar elektrolit, dan
monitor adakah komplikasi akibat hipertermia
- Menyediakan lingkungan yang dingin untuk
pasien
- Melonggar kan pakaian daripasien
- Mengipasi permukaan tubuh pasien
- Memberikan cairan oral kepada pasien
- Melakukan pendinginan eksternal (Kompres
dingin pada dahi)
- Tidak memberikan anti piretik atau aspirin
- Memberikan oksigen pada pasien
- Menorah baringkan pasien
16
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
- Melakukan Identifikasi skala nyeri
- Melakukan Identifikasi respons nyeri non verbal
dari pasien
- Melakukan Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
- Melakukan Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Melakukan Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Melakukan Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Memberikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Melakukan Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Melengkapi fasilitas istirahat dan tidur pasien
- Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri
- Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menganjurkan pasien memonitor nyeri secara
mandiri
- Menganjurkan pasien menggunakanan algetik
secara tepat
- Mengajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri pada pasien
- Melakukan pemberian analgetik pada pasien
17
3 Manajemen - Melakukan Identifikasi penyebab peningkatan
Peningkatan
Tekanan TIK pada pasien
Intrakranial
- Memonitor tanda gejala peningkatan TIK pada
pasien
- Memonitor ICP (Intra Cranial Pressure) pada
pasien
- Memonitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
pada pasien
- Memonitor gelombang ICP pada pasien
- Memonitor status pemapasan pada pasien
- Memonitor intake dan ouput cairan pada pasien
- Memonito rcairan serebro-spinalis (warna,
konsistensi)
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
- Menghindari maneuver Valsava
- Mencegah terjadinya kejang pada pasien
- Menghindari penggunaan PEEP pada pasien
- Menghindari pemberian cairan IV hipotonik pada
pasien
- mengatur ventilator agar PaCCz optimal
- mempertahan kan suhu tubuh nomal
- melakukan Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsan
- melakukan Kolaborasi pemberian diuretik
osmosis
18
4 Pencegahan - Memonitor tanda dan gejala infeksi local dan
infeksi
sitemik
- Memberikan perawatan kulit pada area
pembedahan
- Mempertahankan teknik aseptic pada pasien
berisiko tinggi
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi kepada
pasien
- Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka
operasi kepada pasien
- Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
kepada pasien
- Menganjurkan meningkatkan asupan cairan
19
2.12 Evaluasi Sesuai dengan Masalah Keperawatan
Setelah dilakukan implementasi keperawatan, didapatkan :
1. Termogulasi
Pengaturan suhu tubuh agar berada pada rentang normal
- Konsumsi oksigen : dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Kejang: dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Suhu tubuh : dari 1 menjadi 5 (membaik)
- Suhu kulit : dari 1 menjadi 5 (membaik)
2. Perfusi serebral
Keadekuatan aliran darah serebral untuk menunjang fungsiotak
- Tekanan intracranial : dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Sakit kepala: dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Gelisah: dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Kecemasan: dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Demam: dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Kesadaran: dari 1 menjadi 5 (membaik)
3. Tingkat infeksi
Derajat infeksi berdasarkan observasi atau sumber informasi
- Demam: dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Kemerahan: dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Nyeri: dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Bengkak: dari 1 menjadi 5 (menurun)
4. Integritas kulit dan jaringan
Keutuhan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membrane
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul
sendidan/atauligamen)
- Perfusi jaringan: dari 1 menjadi 5 (meningkat)
- Kerusakan jaringan: dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Kerusakan lapisan kulit: dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Nyeri: dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Perdarahan: dari 1 menjadi 5 (menurun)
20
- Kemerahan: dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Hematoma : dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Nekrosis: dari 1 menjadi 5 (menurun)
- Suhu kulit: dari 1 menjadi 5 (membaik)
21
BAB III
ANALISIS JURNAL
A. Judul Jurnal
PROFIL KINIS DAN FAKTOR RISIKO HIDROSEFALUS
KOMUNIKANS DAN NON KOMUNIKANS PADA ANAK DI RSUD
dr.Soetomo
B. Pengarang
Denisa Dwi Rahmayani,Prastiya indra Gunawan,”Budi Utomo”
C. Tahun terbit, Nomor, dan Volume
a. Tahun : Juni, 2017
b. Nomor : 1
c. Volume : 19
D. Alamat jurnal,hari,jam dan tanggal mengunduh
a. Alamat:
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/1085.
b. Hari,tanggal dan jam : Minggu, 29Maret 2020 pukul 10.00 wib
E. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian yang dilakukan oleh Denisa Dwi Rahmayani,Prastiya
Indra Gunawan adalah untuk Mengevaluai dan mengidentifikasi faktor risisko
yang berhubungan dengan terjadinya Hidrosefalus Komunikans dan Non
Komunikans pada anak.
F. Latar Belakang
Hidrosefalus merupakan salah satu kelainan kongenital yang paling sering
terjadi pada anak.1 Kasus hidrosefalus bervariasi antara 0,8-3 per 1000
kelahiran.1-3 DiIndonesia, insiden hidrosefalus mencapai 10 permil.4
Hidrosefalus dapat menyebabkan konsekuensi yang serius pada anak meliputi
penurunan kapasitas intelektual, defisit motorik, kesulitan perilaku sehingga
memengaruhi kualitas hidup anak yang terbawa hingga dewasa.5 Penyebab
hidrosefalus dapat terjadi pada masa prenatal dan perinatal, tetapi hal-hal apa
saja yang memicu terjadinya kelainan tersebut sebagian besar belum diketahui
secara pasti.7 Pemicu hidrosefalus tersering adalah perdarahan diikuti
neoplasma dan infeksi meningitis.3 Hidrosefalus dibedakan menjadi
22
hidrosefalus komunikans dan non komunikans/ obstruktif berdasarkan lokasi
obstruksinya dan memiliki penanganan yang berbeda.1,6 Hingga saat ini
belum ada penelitian mengenai faktor risiko hidrosefalus komunikans dan non
komunikans.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi danmengidentifikasi faktor
risiko yang berhubungan dengan terjadinya hidrosefalus komunikans dan non
komunikans pada anak. Hal ini diperlukan untuk mengurangi insidens
hidrosefalus komunikans dan non komunikans pada anak dan melakukan
penanganan yang tepat bagi penderita.
G. Metode
Penelitian analitik observasional pada 80 pasien anak yang menderita
Hidrosefalus dengan menggunakan data sekunder dipusat rekam medis RSUD
dr.Soetomo.Analisis menggunakan chi-square dan regresi logistik.
H. Pengumpulan Data
Cara pengambilan data yang dilakukan pada jurnal ini adalah teknik
pengambilan data menggunakan total sampling yang dilakukan di pusat rekam
medis RSUD dr. Soetomo. Data yang digunakan adalah data pasien rawat inap
SMF Ilmu Kesehatan Anak periode Januari 2014- Januari 2016. Ditemukan 92
data pasien hidrosefalus anak dengan 80 yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
I. Analisis data
Analisa data atau data-data yang didapatkan dari jurnal ini adalah sebagai
berikut:
a. Kasus Hidrosefalus
Setelah dilakukannya penelitian oleh Denisa dan Prastiya di RSUD
dr.Soetomo bahwa hidrosefalus yang paling sering terjadi pada anak.
Kasus hidrosefalus bervariasi antara 0,8-3 per 1000 kelahiran. Di
Indonesia, insiden hidrosefalus mencapai 10 permil. Hidrosefalus dapat
menyebabkan konsekuensi yang serius pada anak meliputi penurunan
kapasitas intelektual, defisit motorik, kesulitan perilaku sehingga
memengaruhi kualitas hidup anak yang terbawa hingga dewasa.
23
b. Penyebab Hidrosefalus
Penyebab hidrosefalus dapat terjadi pada masa prenatal dan
perinatal, tetapi hal-hal apa saja yang memicu terjadinya kelainan tersebut
sebagian besar belum diketahui secara pasti. Pemicu hidrosefalus tersering
adalah perdarahan diikuti neoplasma dan infeksi meningitis. Hidrosefalus
dibedakan menjadi hidrosefalus komunikans dan non
komunikans/obstruktif berdasarkan lokasi obstruksinya dan memiliki
penanganan yang berbeda. Hingga saat ini belum ada penelitian mengenai
faktor risiko hidrosefalus komunikans dan non komunikans.
c. Faktor Hidrosefalus
Kriteria inklusi adalah pasien berusia 0-12 tahun yang memiliki
salah satu atau lebih faktor hidrosefalus, antara lain, hidrosefalus
kongenital, umur, jenis kelamin, prematuritas, asfiksia, perdarahan otak,
post infeksi meningitis, infeksi CMV, ensefalitis, tuberkulosis,
meningoensefalitis, edema otak, leukemia limfoblastik akut, pneumonia,
abses otak, kista otak, mielokel dan otitis media kronis. Sampel kasus
merupakan pasien dengan diagnosis hidrosefalus komunikans, sedangkan
sampel kontrol adalah pasien dengan diagnosis hidrosefalus yg tidak
lengkap.
d. Pengukuran Hidrosefalus
Pengukuran variabel hidrosefalus komunikans atau non
komunikans dilihat dari diagnosis dokter atau hasil CT-scan pada rekam
medis (skala nominal).
e. Usia
Usia pada penelitian ini dibagi menjadi empat kategori menurut
WHO, yaitu neonate (0-30 hari), infant (1 bulan-2 tahun), young child (2-6
tahun), dan child (6-12 tahun) (skala ordinal).
f. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dibagi menjadi laki-laki atau perempuan (skala
nominal). Analisis data digunakan SPSS 23. Karakteristik subyek dan
manifestasi klinis hidrosefalus disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
24
g. Uji Hidrosefalus
Uji chi-square dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
faktor hidrosefalus dengan tipe hidrosefalus. Uji Fisher dilakukan bila uji
chi-square tidak memenuhi syarat. Analisis regresi logistik digunakan
untuk melihat variabel bebas yang paling bermakna dari variabel bebas
lain yang diteliti, setelah itu nilai probabilitas dapat ditentukan.
J. Hasil Analisa Jurnal
Penelitian yang dilakukan pada anak di RSUD dr. Soetomo didapatlan
bahwa jumlah total pasien hidrosefalus komunikans adalah 33 orang dari 80
(41,25%) pasien hidrosefalus total, sedangkan pasien hidrosefalus non
komunikans berjumlah 47 orang (58,75%). Duabelas pasien dieksklusi
sehingga didapatkan jumlah sampel total 80 orang. Tabel 1 menunjukkan
jumlah pasien hidrosefalus lebih banyak berjenis kelamin laki-laki (67,5%).
Kategori infant merupakan kelompok umur terbanyak 37 (46,25%) orang,
sedangkan jumlah pasien paling sedikit pada kategori neonate 4 (5%). Subyek
penelitian banyak berasal dari luar Surabaya (72,5%) dengan 43 kasus rujukan
(53,75%). Sebagian besar pasien memiliki status gizi baik, 17,5% dengan gizi
kurang, dan 7,5% dengan gizi buruk. Tabel 2 menunjukkan 18 (22,5%) orang
memiliki manifestasi klinis terbanyak, yaitu edema otak, pneumonia 13
(16,25%) dan meningoensefalitis 12 (15%).
Hasil analisis bivariat menggunakan uji Fisher karena syarat uji chi-square
tidak terpenuhi. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara meningoensefalitis dengan tipe hidrosefalus (p=0,023)
dengan OR 5,5. Variabel lain memiliki nilai p>0,05, hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara kejadian hidrosefalus komunikans dan non
komunikans dengan 18 variabel lain yang diteliti.
Pada analisis multivariat dengan regresi logistik (Tabel 4) didapatkan
nilai p=0,017 yang berarti bahwa meningoensefalitis merupakan variabel
yang palingberhubungansecarabermaknadengankejadian hidrosefalus
komunikans dibandingkan variabel lain yang diteliti. Pasien hidrosefalus
yangmengalami meningoensefalitis memiliki probabilitas 75% untuk
menderita hidrosefalus komunikans.
25
K. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari jurnal ini adalah Infeksi saluran kemih
terbanyak pada usia 5-12 tahun. Hasil urinalisis normal tidak meningkirkan
diagnosis infeksi saluran kemih, sehingga anak muntah usia 2 bulan sampai 12
tahun dengan penyebab tidak jelas perlu dipikirkan kemungkinan infeksi
saluran kemih
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Darsono dan Himpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia dengan UGM. (2005).
Buku ajar neurologi klinis. Yogyakarta: UGM Press.
DeVito E.E., Salmond C.H., Owler B.K., Sahakian B.J., & Pickard J.D. (2007).
Caudate structural abnormalities in idiopathic normal pressure
hydrocephalus. Acta Neurol Scand 2007: 116: pages 328–332.
Ropper, A. H., & Brown, R.H. (2005). Adams and victor’s principles of
neurology: Eight Edition. USA.
Rickham, P. P. (2003). Obituaries. BMJ 2003: 327: 1408-doi: 10.1136/
bmj.327.7428.1408.
Apriyanto,dk.2013.Hidrosefalus pada anak.Jambi Medical Journal.1(1), 61-67.
http://eprints.umbjm.ac.id/238/3/BAB%202.pdf diakses pada 31 Maret 2020
pukul 19.40
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(cetakan II). Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018).Standar Intervensi keperawatan
Indonesia(cetakan II). Jakarta Selatan : Dewan Perwakilan Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
28
LAMPIRAN
Latar belakang. Hidrosefalus merupakan salah satu kelainan kongenital tersering pada anak yang dapat menyebabkan penurunan
kualitas hidup anak. Penyebab hidrosefalus masih belum banyak diketahui dan faktor risikonya belum banyak dipelajari.
Tujuan. Mengevaluasi dan mengidentifikasi faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya hidrosefalus komunikans dan non
komunikans pada anak.
Metode. Penelitian analitik observasional pada 80 pasien anak yang menderita hidrosefalus dengan menggunakan data sekunder di
pusat rekam medis RSUD dr. Soetomo. Analisis menggunakan chi-square dan regresi logistik.
Hasil. Prevalensi hidrosefalus komunikans dan non komunikans adalah 41,25% dan 58,75%. Hasil analisis menunjukkan
meningoensefalitis memiliki hubungan dengan hidrosefalus komunikans (p=0,023). Data statistik menunjukkan bahwa manifestasi
klinis terbanyak pada hidrosefalus adalah edema otak.
Kesimpulan. Meningoensefalitis merupakan faktor risiko hidrosefalus komunikans. Sari Pediatri 2017;19(1):25-31
Background.Hydrocephalusisoneofthemostcommoncongenitaldiseaseinchildrenleadingtodecreasequalityoflife.ftecause of
hydrocephalus is still poorly understood and its risk factors have not been muchstudied.
Objective.Toevaluateandidentifytheriskfactorsassociatedwithpediatriccommunicatingandnoncommunicatinghydrocephalus.
Method. An analitic observational study, that was conducted in 80 pediatric patient who suffer hydrocephalus using secondary
data at center of medical records in RSUD dr. Soetomo. Analysis using Chi-squre and binary logisticregression.
Result. Prevalence of communicating hydrocephalus is 41,25% and prevalence of non-communicating hydrocephalus is 58,75%.
fte result showed that meningoencephalitis has correlation to communicating hydrocephalus(sig=0.023). Statistic data showed
the most clinical manifestation of hydrocephalus is brain edema.
Alamat korespondensi: Dr. Denisa Dwi Rahmayani, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya. E-
mail: denisadwirahmayani@gmail.com
SariPediatri,Vol.19,No.1,Juni2017 25
idrosefalusmerupakansalahsatukelainan
H
diagnosis hidrosefalus non-komunikans.
kongenital yang paling sering terjadi Kriteriaeksklusi adalah usia lebih dari 12 tahun,
padaanak.1Kasushidrosefalusbervariasi memiliki diagnosis hidrosefalus tipe isolated,
antara 0,8-3 per 1000 kelahiran.1-3Di
multilobulated
Indonesia, insiden hidrosefalus mencapai 10 permil. 4
atauunidentifieddanmemilikidatarekammedisyang
Hidrosefalus dapat menyebabkan konsekuensi yang
serius pada anak meliputi penurunan kapasitas tidaklengkap.
intelektual,defisitmotorik,kesulitanperilakusehingga Pengukuranvariabelhidrosefaluskomunikansatau
memengaruhi kualitas hidup anak yang terbawa hingga nonkomunikansdilihatdaridiagnosisdokteratauhasil
dewasa.5Penyebabhidrosefalusdapatterjadipadamasa CT-scanpadarekammedis(skalanominal).Usiapada
prenatal dan perinatal, tetapi hal-hal apa saja yang penelitian ini dibagi menjadi empat kategori menurut
memicu terjadinya kelainan tersebut sebagian besar WHO, yaitu neonate (0-30 hari), infant (1 bulan-2
belum diketahui secara pasti.7 Pemicu hidrosefalus tahun),youngchild(2-6tahun),danchild(6-12tahun)
tersering adalah perdarahan diikuti neoplasma dan (skalaordinal).Jeniskelamindibagimenjadilaki-laki
infeksi meningitis.3 Hidrosefalus dibedakan menjadi atau perempuan (skalanominal).
hidrosefalus komunikans dan non komunikans/ Analisis data digunakan SPSS 23. Karakteristik
obstruktif berdasarkan lokasi obstruksinya dan subyek dan manifestasi klinis hidrosefalus disajikan
memiliki penanganan yang berbeda.1,6 Hingga saat ini dalam bentuk tabel dan narasi. Uji chi-square
belum ada penelitian mengenai faktor risiko dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
hidrosefalus komunikans dan nonkomunikans. faktorhidrosefalusdengantipehidrosefalus.UjiFisher
Penelitianinibertujuanuntukmengevaluasidan dilakukan bila uji chi-square tidak memenuhi syarat.
mengidentifikasi faktor risiko yang berhubungan Analisis regresi logistik digunakan untuk melihat
dengan terjadinya hidrosefalus komunikans dan non variabel bebas yang paling bermakna dari variabel
komunikans pada anak. Hal ini diperlukan untuk bebas lain yang diteliti, setelah itu nilai probabilitas
mengurangi insidens hidrosefalus komunikans dan non dapatditentukan.
komunikans pada anak dan melakukan penanganan
yang tepat bagi penderita.
Hasil
Metode Jumlah total pasien hidrosefalus komunikans adalah
33 orang dari 80 (41,25%) pasien hidrosefalus total,
Penelitian analitik observasional dengan teknik sedangkan pasien hidrosefalus non komunikans
pengambilan data menggunakan total sampling yang berjumlah 47 orang (58,75%). Duabelas pasien
dilakukan di pusat rekam medis RSUD dr. Soetomo. dieksklusi sehingga didapatkan jumlah sampel total
Data yang digunakan adalah data pasien rawat inap 80 orang.
SMF Ilmu Kesehatan Anak periode Januari 2014- Tabel 1 menunjukkan jumlah pasien hidrosefalus
Januari 2016. Ditemukan 92 data pasien hidrosefalus lebih banyak berjenis kelamin laki-laki (67,5%).
anak dengan 80 yang memenuhi kriteria inklusi dan Kategoriinfantmerupakankelompokumurterbanyak
eksklusi. 37 (46,25%) orang, sedangkan jumlah pasien paling
Kriteria inklusi adalah pasien berusia 0-12 tahun sedikitpadakategorineonate4(5%).Subyekpenelitian
yangmemilikisalahsatuataulebihfaktorhidrosefalus, banyak berasal dari luar Surabaya (72,5%) dengan 43
antara lain, hidrosefalus kongenital, umur, jenis kela- kasus rujukan (53,75%). Sebagian besar pasien
min,prematuritas,asfiksia,perdarahanotak,postinfeksi memiliki status gizi baik, 17,5% dengan gizi kurang,
meningitis, infeksi CMV, ensefalitis, tuberkulosis, dan 7,5% dengan giziburuk.
meningoensefalitis,edemaotak,leukemialimfoblastik Tabel 2 menunjukkan 18 (22,5%) orang memiliki
akut, pneumonia, abses otak, kista otak, mielokel manifestasi klinis terbanyak, yaitu edema otak,
dan otitis media kronis. Sampel kasus merupakan pneumonia 13 (16,25%) dan meningoensefalitis 12
pasien dengan diagnosis hidrosefalus komunikans, (15%).
sedangkansampelkontroladalahpasiendengan Hasil analisis bivariat menggunakan uji Fisher
karenasyaratujichi-squaretidakterpenuhi.Hasilanalisis
bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubunganyang
Tabel 1. Karakteristiksubyek
Komunikans Non komunikans
Jenis kelamin (%)
Laki-laki 20 (25) 34 (42,5)
Perempuan 13 (16,25) 13 (16,25)
Usia (%)
Neonate (0-30 hari) 1 (1,25) 3 (3,75)
Infant (1 bulan-2 tahun) 12 (15) 25(31,25)
Yong child (2-6 tahun) 13(16,5) 10 (12,5)
Child (6-12 tahun) 7 (8,75) 9(11,25)
Asal (%)
Surabaya 10(12,5) 12(15)
Luar Surabaya 23(28,75) 35(43,75)
Status gizi (%)
Baik 26(32,5) 34(42,5)
Kurang 6(7,5) 8(10)
Buruk 1(1,25) 5(6,25)
Kasus rujukan 19 (23,75) 24 (30)
signifikan antara meningoensefalitis dengan Pada analisis multivariat dengan regresi logistik (Tabel 4)
tipehidrosefalus (p=0,023) dengan OR 5,5. Variabel lain didapatkan nilai p=0,017 yang berarti bahwa
memiliki nilai p>0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada meningoensefalitis merupakan variabel yang
hubungan antara kejadian hidrosefalus komunikans dan non palingberhubungansecarabermaknadengankejadian
komunikans dengan 18 variabel lain yang diteliti. hidrosefalus komunikans dibandingkan variabel lain yang
diteliti. Pasien hidrosefalus yangmengalami
Tabel 3. Hasil analisis bivariat
Komunikans Nonkomunikans Bivariat*
N % n % p OR
(IK95%)
Jeniskelamin Laki-Laki 20 37 34 63 0,27 0,59(0,29-1,52)
Perempuan 13 50 13 50
Usia Neonatus 1 25 3 75 0,275
Bayi 12 32 25 68
Anak muda 13 57 10 43
Anak 7 44 9 56
Kongenital Ya 4 36 7 64 1,000 0,79(0,21-2,95)
Tidak 29 42 40 58
Tumor Ya 4 40 6 60 1,000 0,94(0,24-3,64)
Tidak 29 41 41 59
Asfiksia Ya 0 0 4 100 0,139
Tidak 33 43 43 57
Prematur Ya 2 25 6 75 0,459 0,44(0,83-2,34)
Tidak 31 43 41 57
Perdarahan Ya 4 50 4 50 0,711 1,44(0,34-6,41)
Tidak 29 40 43 60
CMV Ya 0 0 3 100 0,264
Tidak 33 43 44 57
Meningitis Ya 1 50 1 50 1,000 1,44(0,87-23,84)
Tidak 32 41 46 59
Ensefalitis Ya 5 56 4 44 0,477 1,92(0,47-7,77)
Tidak 28 40 43 60
TB Ya 4 40 6 60 1,000 0,94(0,24-3,64)
Tidak 29 41 41 59
Meningoensefalitis Ya 9 75 3 25 0,023 5,5(1,36-22,26)
Tidak 24 35 44 65
Edemaotak Ya 7 39 11 61 0,817 0,88(0,30-2,58)
Tidak 26 42 36 58
Leukimialimfoblastik Ya 3 75 1 55 0,301 4,60(0,46-46,31)
akut Tidak 30 39 46 61
Pneumonia Ya 7 54 6 46 0,313 1,84(0,56-6,08)
Tidak 26 39 41 61
Absesotak Ya 0 0 2 100 0,509
Tidak 33 42 45 58
Kista Ya 1 25 3 75 0,639 0,46(0,05-4,61)
Tidak 32 42 44 58
Mielokel Ya 2 25 6 75 0,459 0,44(0,83-2,34)
Tidak 31 43 41 57
OMK Ya 1 100 0 0 0,412
Tidak 32 41 47 59
Total 33 41 47 59
Tabel 4. Analisismultivariat
Variabel Koefisien p OR (IK95%)
Myelocele -0,777 0,403 0,46(0,07-2,84)
Jenis kelamin -0,589 0,267 0,55(0,2-1,57)
Perdarahan 1,211 0,144 3,36(0,66-17,03)
Edema otak -0,981 0,171 0,37(0,09-1,53)
Ensefalitis 0,968 0,011 6,32(1,53-26,03)
Meningoensefalitis 1,705 0,017 5,5(1,36-22,26)
Konstanta -0,606 0,017 0,54