Anda di halaman 1dari 23

PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN MASALAH PADA SISTEM NEUROLOGI : CEDERA KEPALA

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas Keperawatan Anak II

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 9

Intan Fitria Arifin (1811311018)

Intan Permata Sari (1811312024)

Niken Asri Utami (1811312026)

Dania Alyani (1811312034)

Irma Yovita (1811312036)

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Hermalinda, M.Kep., Sp. Kep. An

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS
2020

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Patofisiologi
dan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Masalah Sistem Neurologi :
Cedera Kepala.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini.Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan


baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah kami kedepannya.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Padang, 8 April 2020

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................i

Daftar Isi...............................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1


1.2 Tujuan Pembelajaran ...............................................................................1
1.3 Manfaat.....................................................................................................1
Bab II Analisis Kasus Pemicu

2.1 Masalah yang Terjadi pada Anak.............................................................3


2.2 Penyebab Masalah yang Dialami Anak....................................................3
2.3 Patofisiologi Penyakit pada Anak.............................................................4
2.4 Tanda dan Gejala Penyakit pada Anak.....................................................6
2.5 Pemeriksaan Diagnostik ..........................................................................6
2.6 Penatalaksanaan Medis ............................................................................6
2.7 Prognosis dan Komplikasi dari Penyakit Pada Anak...............................8
2.8 Hal yang Perlu Dikaji pada Anak.............................................................8
2.9 Masalah Keperawatan yang Muncul pada Anak......................................9
2.10Rencana Intervensi Keperawatan............................................................9
2.11Implementasi Keperawatan.....................................................................12
2.12Evaluasi Keperawatan.............................................................................12
Bab III Analisis Jurnal.......................................................................................13

Bab IV Penutup

4.1 Kesimpulan...............................................................................................16
4.2 Saran.........................................................................................................16
Daftar Pustaka.....................................................................................................17

Lampiran..............................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak. (Muttaqin, 2008), cedera kepala biasanya
diakibatkan salah satunya benturan atau kecelakaan. Sedangkan akibat dari
terjadinya cedera kepala yang paling fatal adalah kematian. Akibat trauma
kepala pasien dan keluarga mengalami perubahan fisik maupun psikologis,
asuhan keperawatan pada penderita cedera kepala memegang peranan penting
terutama dalam pencegahan komplikasi. Komplikasi dari cedera kepala adalah
infeksi, perdarahan. Cedera kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh
kematian akibat trauma-trauma. Cedera kepala merupakan keadaan yang
serius. Oleh karena itu, diharapkan dengan penanganan yang cepat dan akurat
dapat menekan morbiditas dan mortilitas penanganan yang tidak optimal dan
terlambatnya rujukan dapat menyebabkan keadaan penderita semakin
memburuk dan berkurangnya pemilihan fungsi.

1.2 Tujuan Pembelajaran


Setelah menyelesaikan mata kuliah keperawatan anak diharapkan
mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis dalam
memberikan asuhan keperawatan profesional dan holistik, memberikan
pendidikan kesehatan, menjalankan fungsi advokasi bagi klien/keluarga
dengan menerapkan komunikasi efektif serta membuat keputusan dengan
mempertimbangkan aspek labegal etik pada anak dengan masalah penyakit
neurologi.

1.3 Manfaat
1. Dapat melakukan simulasi asuhan keperawatan pada anak dengan masalah
pada saluran sistem neurologi, dengan mengembangkan pola pikir kritis,
logis dan etis, menggunakan komunikasi terapeutik dan memperhatikan

1
aspek budaya, menghargai sumber-sumber etnik, agama atau faktor lain
dari setiap pasien yang unik.
2. Dapat mendemonstrasikan intervensi keperawatan baik mandiri maupun
kolaborasi pada anak dengan masalah pada sistem neurologi dengan
menerapkan konsep ilmu dasar keperawatan dan ilmu keperawatan dasar
sesuai SOP.
3. Dapat menjalankan fungsi advokasi bagi anak/keluarga untuk
mempertahankan hak klien agar dapat mengambil keputusan untuk
dirinya.

2
BAB II

ANALISIS KASUS PEMICU

Kasus Pemicu :
Seorang anak umur 4 tahun berjalan di pinggir jalan tiba-tiba disambar oleh motor
yang dipacu kencang. Anak tersebut terlempar sekitar 4 meter dari posisi awal dan
kepalanya menabrak tiang listrik. Ada perdarahan pada area wajah pasien dan
pasien diduga ada fraktur pada daerah kepala.

2.1 Masalah yang Terjadi Pada Anak


Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara
langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di
kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan
jaringan otak itu sendiri, serta mengakibatkan gangguan neurologis (Sjahrir,
2012).
Cedera kepala merupakan sebuah proses dimana terjadi cedera langsung
atau deselerasi terhadap kepala yang dapat mengakibatkan kerusakan
tengkorak dan otak (Pierce dan Neil, 2014).
Cedera kepala atau cedera otak merupakan suatu gangguan traumatic dari
fungsi otak yang di sertai atau tanpa di sertai perdarahan interstisial dalam
substansi otak tanpa di ikuti terputusnya kontinuitas otak (Arif Muttaqin,
2008).
Trauma atau cedera kepala yang di kenal sebagai cedera otak
adalahgangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul
maupuntrauma tajam. Defisit neurologis terjadi karena robeknya substansia
alba,iskemia, dan pengaruh masa karena hemoragik, serta edema serebral
disekitar jaringan otak (Batticaca Fransisca, 2008).

2.2 Penyebab Masalah yang Dialami Anak


Penyebab paling umum cedera kepala pada anak meliputi jatuh kecelakaan
lalu lintas, kecelakaan pejalan kaki dan sepeda serta penganiayaan anak. Anak
juga berisiko mengalami cedera berhubungan dengan faktor psikososial

3
seperti tingkat aktivitas yang tinggi, rasa ingin tahu, perkembangan motorik
yang belum sempurna serta kurang pengetahuan dan keterampilan membuat
kaputusan.

2.3 Patofisiologi Penyakit Pada Anak


Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat
ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera
percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur
kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena
kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila
kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan
mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila
terdapat gerakan kepala tibatiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi
bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi
dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma
regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak. Cedera primer,
yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan
otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Sebagai akibat,
cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral
dikurangi atau tak ada pada area cedera. Konsekuensinya meliputi hiperemi
(peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta
vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan
akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan
hipotensi.

4
WOC

Kecelakaan, terjatuh, trauma persalinan,


penyalahgunaan obat/alkohol

Trauma Kepala

Cedera kepala Cedera kepala


primer sekunder

Kerusakan
sel otak

Rangsangan Perdarahan, Fraktur tulang


simpatis tengkorak
Tekanan Intra
Tahanan vaskuler Kranial Terputusnya
sistemik dan TD kontinuitas tulang
Aliran darah
ke otak
Tekanan pembuluh Nyeri akut

darah pulmonal Hipoksia jaringan


Tekanan
hidrostatik
Gg. metabolisme
Kebocoran cairan
kapiler Asam laktat

Edema paru Edema dan


vasodilatasi serebral
Difusi O2
terhambat
Gg. perfusi
jaringan
serebral
Gangguan
pertukaran
gas
5
2.4 Tanda Dan Gejala Pada Penyakit Anak
tanda dan gejala pada cedera kepala meliputi ada atau tidaknya fraktur
tengkorak tingkat kesadaran dan kerusakan jaringan, adanya pendarahan,
adanya benturan

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


a. CT scan (computed tomographyscanning)
Mengidentifikasi adanya hemoragik menentukan ukuran ventrikuler
pergeseran jaringan otak pemeriksaan penunjang diperlukan untuk iskemia
atau infrak mungkin tak terdeteksi dalam 24-27 jam pascatrauma
b. Angiografi cerebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan
efek akibat edema pendarahan trauma
c. Sinar- X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran
struktur dari garis tengah karena pendarahan edema adanya fragmen tulang
d. Pemantauan kesadaran
1. Ringan GCS 13-15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari
30 menit tidak ada fraktur tengkorak disorientasi ringan .
2. Sedang GCS 9-12
Kehilangan kesadaran dan amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam dapat mengalami fraktur tengkorak disorientasi
ringan ketiga berat GCS.
3. Berat GCS 3-8
Hilang kesadaran lebih dari 24 jam biasanya disertai kontusio,
laserasi, atau adanya hematom.

2.6 Pengobatan dan Penatalaksanaan Medis yang Dapat Dilakukan pada


Anak
Secara umum penatalaksanaan dan pengobatan therapeutik pasien dengan
cedera kepala adalah sebagai berikut :

6
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat - obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat - obat analgetik
8. Melakukan teraoi seperti : fisioterapi, terapi saraf, terapi okupasi, terapi
wicara, terapi rekreasi.
9. Pembedahan bila ada indikasi, pembedahan seperti: membuka tulang
tengkorak, mengangkat bekuan darah (hematoma), memperbaiki tulang
tengkorak yang patah.
Penatalaksanaan dan pengobatan pada pasien cidera kepala juga dapat
dilakukan dengan cara:
1. Pada semua pasien dengan cedera kepala, lakukan foto tulang belakang servikal
kolar servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh tulang servikal C1 -
C7 normal.
2. Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang berat, lakukan prosedur
berikut: pasang infuse dengan larutan normal salin (Nacl 0,9%).
3. Lakukan C1 Scan, pasien dengan cedera kepala ringan, sedang dan berat harus
dilakukan evaluasi adanya :
a. Hematoma epidural
b. Darah dalam subaraknoid dan infra ventrikel
c. Kontusio dan perdarahan jaringan otak
d. Edema cerebri
e. Obliteri sisterna perimesensefalik
4. Pada pasien yang koma
a. Elevasi kepala 30`
b. Hiperventilasi : Intubasi dan berikan ventilasi mandotorik
intermitten dengan kecepatan 16 - 20 kali/menit dengan volume
tidal 10 - 12 ml/kg
c. Berikan monitol 20% 19/kg intravena dalam 20 - 30 menit

7
d. Pasang kateter foley
e. Konsul bedah syaraf bila terdapat indikasi operasi

2.7 Komplikasi yang Mungkin Terjadi pada Anak


a. Penurunan kesadaran Seperti penurunan kesadaran hingga koma dan
kematian sel otak.
b. Kejang kejang berulang atau disebut juga dengan epilepsi pasca -
trauma.
c. Kerusakan syaraf yang dapat memicu masalah lainnya seperti
kelumpuhan otot wajah, penglihatan ganda hingga kehilangan kemampuan
melihat, gangguan bicara, sulit menelan, dan kerusakan pada indra
penciuman.
d. Kerusakan pembuluh darah yang berpotensi memicu stroke dan
pembekuan darah.
e. Infeksi akibat bakteri yang masuk diantara luka atau tulang yang patah.
Jika tidak diobati, kondisi ini dapat menyerang sistem saraf lainnya dan
menyebabkan penyakit meningitis.
f. Pembendungan cairan otak dimana cairan serebrospinal terkumpul pada
ruang ventrikel otak dan menimbulkan peningkatan tekanan otak.
g. Penyakit degenerasi otak, meliputi demensia pugilistika, penyakit
alzheimer, dan penyakit Parkinson.

2.8 Hal yang Perlu Dikaji pada Anak


a. Riwayat kesehatan
Kaji riwayat kesehatan dahulu terkait dengan cedera seperti status
metal pada saat cedera, adanya kehilangan kesadaran, iritabilitas, letargi,
perilaku abnormal dan muntah, kejang, sakit kepala, perubahan visual dan
nyeri leher.
b. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
 Pengkajian fungsional gordon

8
 Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera: penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, dan perasa)
 Sistem persarafan/neurologis (tingkat kesadaran/ nilai GCS, reflek
bicara, pupil, orientasi waktu dan tempat)
 Sistem pernafasan (nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan kepatenan
jalan nafas)
 Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi dan irama, kualitas, dan
frekuensi)
 Sistem gastrointestinal (nilai kemampuan menelan, nafsu makan/
minum, peristaltik, eliminasi)
 Sistem integumen ( nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, luka/ lesi)
 Sistem reproduksi
 Sistem perkemihan (nilai frekuensi b.a.k, volume b.a.k)
c. Pemeriksaan diagnostik yang dapat digunakan meliputi pemeriksaan sinar
X kepala, dan leher serta CT scan dan MRI. Prosedur tersebut dapat
mernberikan diagnostik yang lebih definitif mengenai keparahan dan tipe
trauma.

2.9 Masalah Keperawatan yang Muncul pada Anak


a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan
perfusi ventilasi dan perubahan mebran alveolar-kapiler. (00030)
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intra kranial (00201)
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (00132)

2.10 Rencana Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
NOC NIC
KEPERAWATAN
Gangguan pertukaran Respon Ventilasi Manajemen Jalan Nafas
gas berhubungan dengan Mekanik (04112) (3140)
ketidak seimbangan
perfusi ventilasi dan Kriteria Hasil :  Lakukan pengkajian
perubahan mebran  Tingkat pernafasan terhadap jalan nafas klien

9
alveolar-kapiler (00030) (skala 5)  Istirahatkan klien dalam
 Kedalaman inspirasi posisi semifowler
(skala 5)  Pertahankan oksigenasi
 Kapasitas vital (skala NRM 8-10 l/mnt
5)  Observasi ttv tiap jam
atau sesuai respon klien
 Kolaborasi pemeriksaan
AGD
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan : Perifer Manajemen Sensasi Perifer
perfusi jaringan (0407) (2660)
serebral berhubungan
dengan peningkatan Kriteria Hasil :  Ubah posisi klien secara
tekanan intra kranial  Pengisian kapiler jari bertahap
(00201) (skala 5)  Jaga suasana tenang
 Pengisian kapiler jari  Atur posisi klien bedrest
(skala 5)  Kurangi cahaya ruangan
 Kekuatan denyut nadi  Tinggikan kepala
karotis (skala 5)  Hindari rangsangan oral
 Angkat kepala dengan hati
 Awasi kecepatan tetesan
cairan infus
 Berikan makan personde
sesuai jadwal
 Konsulkan dengan dokter
untuk pemberian pelunak
feses bila diperlukan
dengan tepat

Nyeri akut berhubungan Nyeri (2101) Manajemen Nyeri (2380)


dengan agen cedera fisik
(00132)  Lakukan pengkajian nyeri
Kriteria Hasil : komprehensif yang
meliputi lokasi,
 Ketidaknyamanan karakteristik, durasi,
(skala 5) frekuensi, kualitas,
 Gangguan hubungan intensitas atau beratnya
interpersonal (skala nyeri dan faktor pencetus
5)  Observasi adanya
 Gangguan dalam petunjuk non verbal
perasaan mengontrol mengenai
(skala 5) ketidaknyamanan
 Kehilangan nafsu terutama kepada mereka
makan (skala 5) yang tidak dapat
 Gangguan aktifitas berkomunikasi secara

10
fisik (skala 5) efektif
 Pastikan perawat
analgesik bagi pasien
dilakukan denga
pemantauan yang ketat
 Gunakan strategi
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampikan penerimaan
pasien terhadap nyeri
 Berikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi
dari ketidaknyamanan
akibat prosedur.
 Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya

2.11 Implementasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan


Gangguan pertukaran  Memberikan posisi semifowler
gas  Memberikan oksigen
 Memonitor TTV
Ketidakefektifan  Memonitor suhu tubuh
perfusi jaringan  Mengobservasi warna urine dan bau urine
serebral  Mencatat ritme pernapasan
Nyeri akut  Memonitor tingkat nyeri
 Memberikan teknik relaksasi
 Mengajarkan teknik napas dalam

2.12 Evaluasi

Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan


Gangguan pertukaran S : Klien mengatakan sesak berkurang
gas
O : TD 120/70 mmHg, S 37ºC, RR 28x/menit, N :
82x/menit

11
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Ketidakefektifan S : Klien mengatakan sudah tidak lemas dan sesak
perfusi jaringan berkurang
serebral
O : GCS 14, terpasang oksigen 1 liter
A : Masalah teratasi
 P : Intervensi dihentikan
Nyeri akut S : Klien mengatakan nyeri berkurang
O : TD 110/80 mmHg, S 37ºC, RR 28x/menit, N :
82x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2.13

12
BAB III

ANALISIS JURNAL

Penulis : Rina Amalia C. Saragih, Syilvia Jiero, Johannes H. Saing,


Munar Lubis

Tahun Publikasi : 2015

Judul Jurnal : “Perbandingan NaCl 3% dan Manitol pada Cedera Kepala


Akibat Trauma di Ruang Rawat Intensif Anak”

Vol(No), hal : 16(6) : 375-378

Analisis

No. Komponen Analisis Uraian


1. Judul Jurnal Perbandingan NaCl 3% dan Manitol pada Cedera
Kepala Akibat Trauma di Ruang Rawat Intensif
Anak
2. Masalah Utama Manitol dan NaCL 3% merupakan agen
hiperosmolar yang direkomendasikan pada pasien
anak dengan cedera kepala akibat trauma.
Beberapa penulis memberikan argumen bahwa
larutan salin hipertonis lebih efek efektif, tetapi
belum ada konsensus berkaitan dengan indikasi,
konsentrasi, dan cara
pemberian yang terbaik.
3. Pertanyaan Manakah yang lebih efektif pemakaian Manitol
Penelitian dengan NaCl 3% dalam menangani pasien anak
dengan cedera kepala akibat trauma
4. Tujuan Penelitian Membandingkan pemakaian manitol dan NaCl
3% pada anak dengan cedera kepala akibat
trauma yang dirawat di ruang rawat intensif,
dalam hal lama rawatan, mortalitas, dan gangguan
elektrolit.
5. Metode Penelitian Penelitian retrospektif dilakukan dengan
pengumpulan data rekam medis pasien traumatic
brain injury (TBI) yang dirawat di ruang rawat
intensif anak/ Pediatric Intensive Care Unit
(PICU) RSUP H. Adam Malik Medan selama

13
kurun waktu Juni 2012 sampai Mei 2013.
6. Hasil Penelitian Subjek 47 orang pasien TBI, 29 di antaranya
mendapatkan manitol dan 18 mendapat NaCl 3%.
Perbandingan antara kelompok manitol dan NaCl
3% tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna
secara statistik dalam hal lama rawatan [(5,79 +
4,37 hari) vs (6,00 + 4,20 hari);p=0,733],
mortalitas (44,44% vs 20,69%; p=0,083), dan
gangguan elektrolit (37,93% vs 33,33%).
7. Kesimpulan Tidak ada perbedaan dalam hal lama rawatan,
mortalitas dan gangguan elektrolit dengan
penggunaan manitol dan NaCl 3% sebagai agen
hiperosmolar pada pasien cedera kepala akibat
trauma.
Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan metode
prospektif dan jumlah sampel yang lebih besar.
8. Saran Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan metode
prospektif dan jumlah sampel yang lebih besar.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Cedera kepala atau cedera otak merupakan suatu gangguan traumatik dari
fungsi otak yang di sertai atau tanpa di sertai perdarahan innterstiil dalm
substansi otak tanpa di ikuti terputusnya kontinuitas otak.
Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala meliputi
trauma oleh benda/serpihan tulang yang menembus jaringan otak, efek dari
kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan efek percepatan dan
perlambatan (ekselerasi-deselarasi) pada otak.

14
4.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mutaqim, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Persyarafan . Jakarta Salemba Medika

Batticaca, Fransisca. 2008 .Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika

Sjahrir H. (2012). Nyeri Kepala dan Vertigo. Yogyakarta. Pustaka Cendekia


Press.

Pierce A.G, Neil R.B. (2014). At A Glance Ilmu Bedah Ed.3. Surabaya. Airlangga
University Press.

Iskandar Japardi. (2017). Penatalaksanaan Cedera Kepala Secara Operatif.


Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.

Iskandar Japardi. (2017). Cedera Kepala pada Anak. Fakultas kedokteran.


Universitas Sumatera Utara.

Bulechek , M. (2013). Nursing Interventions Classification (6th Indonesia


edition). Indonesia: Mocomedia.

Moorhead Sue, d. (2013). Nursing Outcomes Classification (5th Indonesia


Edition). Indonesia: Mocomedia.

NANDA International. (2018). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2018-2020 (11th ed.). Jakarta: EGC.

16
LAMPIRAN

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai