Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK
“Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3

ANDI NURKHAIRUNISSA ALWI 190402023


BULAN 190402027
FIRDA SINTIA 190402029
MUSTIKA SARI 190402035
RISNA AMALIA 190402037
PARAMITA JAMRUDDIN 190402038
ISRAH MANINGSIH 190402039

PRODI S1 KPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
atas rahmat dan bimbingan-Nya berupa kesehatan.Sehingga pada kesempatan
yang ini kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah asuhan keperawatan
dengan autisme.
Makalah ini merupakan tugas kelompok, untuk belajar dan mempelajari
tentang asuhan keperawatan dengan autisme..Penyusunan makalah ini
bertujuan agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan
keperawatan dengan autisme. Dalam penyusunan makalah ini masih belum
terlihat sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.Apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan bagi pembaca, kami sebagai penulis meminta maaf yang sebesar-
besarnya.Terimakasih atas perhatiannya dan semoga makalah ini dapat berguna
bagi pembaca.

Ulugalung, 29 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................6
PENDAHULUAN...................................................................................................6
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................6
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3 Tujuan.............................................................................................................7
BAB II......................................................................................................................8
PEMBAHASAN......................................................................................................8
2.1 Pengertian.......................................................................................................8
2.2 Etiologi...........................................................................................................9
2.3 Patofisiologi..................................................................................................10
2.4 Pathway........................................................................................................13
2.5 Cara Mengetahui Autisme Pada Anak.........................................................16
2.6 Manifestasi Klinis.........................................................................................16
2.7 Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................18
2.8 Penatalaksanaan...........................................................................................19
A. Pengkajian...................................................................................................21
B. Diagnosa Keperawatatan.............................................................................22
1. Hambatan komunikasi verbal......................................................................22
2. Resiko gangguan perkembangan................................................................22
3. Perubahan proses keluarga..........................................................................22
C. Intervensi Keperawatan...............................................................................23
BAB III..................................................................................................................24
KASUS SEMU......................................................................................................24
A. Pengkajian...................................................................................................24
B. Pemeriksaan fisik........................................................................................25
C. Analisa data...................................................................................................27
D. Diagonosa Keperawatan.............................................................................28
E. Intervensi.....................................................................................................28
BAB IV..................................................................................................................29
PENUTUP..............................................................................................................29
1.1 Kesimpulan..............................................................................................29
1.2 Saran........................................................................................................29
Daftar Pustaka........................................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Autisme didapatkan pada sekitar 20 per 10.000 penduduk, dan pria lebih
sering dari wanita dengan perbandingan 4:1, namun anak perempuan yang terkena
akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Beberapa penyakit sistemik, infeksi
dan neurologis menunjukkan gejala-gejala seperti-austik atau memberi
kecenderungan penderita pada perkembangan gejala austik. Juga ditemukan
peningkatan yang berhubungan dengan kejang.
Setiap tahun di seluruh dunia, kasus autisme mengalami peningkatan. Dalam
penelitian yang dirangkum Synopsis of Psychiatry awal 1990-an, kasus autisme
masih berkisar pada perbandingan 1 : 2.000. Angka ini meningkat di tahun 2000
dalam catatan Sutism Research Institute di Amerika Serikat sebanyak 1 dari 150
anak punya kecenderungan menderita autis. Di Inggris, datanya lebih
mengkhawatirkan. Di sana berdasarkan data International Congress on Autism
tahun 2006 tercatat 1 dari 130 anak punya kecenderungan autis.
Di Indonesia sering kali cukup sulit mendapatkan data penderita auitis, ini
karena orangtua anak yang dicurigai mengidap autisme seringkali tidak menyadari
gejala-gejala autisme pada anak. Akibatnya, mereka merujuknya ke pintu lain di
RS. Misalnya ke bagian THT karena menduga anaknya mengalami gangguan
pendengaran dan ke Poli Tumbuh Kembang Anak karena mengira anaknya
mengalami masalah dengan perkembangan fisik
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anak Autisme ?
2. Apa etiologi dari anak Autisme ?
3. Bagimana patofisiologi anak yang Autisme ?
4. Bagaimana cara mengetahui autisme pada anak ?
5. Apa saja manifestasi klinis anak Autisme ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak Autisme ?
7. Apa saja penatalaksanaan pada anak autis?
8. Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien anak dengan Berkebutuhan
Khusus “Autisme”?

5
1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang keperawatan anak dengan autisme

2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anak autisme
2. Untuk mengetahui apa etiologi dari anak autisme
3. Untuk mengetahui bagimana patofisiologi anak yang autisme
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengetahui autisme pada anak
5. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis anak autisme
6. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak
autisme
7. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan pada anak autis
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien anak
dengan berkebutuhan khusus autisme

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

6
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan
kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan
gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305).
Autisme Infantil adalah gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan
non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi
sebelum usia 30 bulan. (Behrman, 1999: 120).
Autisme menurut Rutter 1970 adalah gangguan yang melibatkan
kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),
hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik
dan konvulsif. (Sacharin, R, M, 1996: 305).
Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM
IV, sadock dan sadock 2000).
Definisi autisme adalah kelainan neuropsikiatrik yang menyebabkan
kurangnya kemampuan berinteraksi social dan komunikasi, minat yang
terbatas, perilaku tidak wajar dan adanya gerakan stereotipik, dimana
kelainan ini muncul sebelum anak berusia 3 tahun (Teramihardja J, 2007).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah
gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal dan
non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik berupa
kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),
hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik
dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas.

2.2 Etiologi

Penyebab Autisme diantaranya :


1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot)
terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan

7
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus
otak depan.
5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi.
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak

Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh pada


masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak
berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata,
memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua
memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan
cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan
terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-anak dan remaja,
anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak
takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat
terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara
memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan
bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri
dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi
visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara
sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara
luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais
lingkungannya.

Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita


perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan).
Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang menyenangkan atau
stress. Kelainann lain adalah destruktif , marah berlebihan dan akurangnya
istirahat. Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak
austik dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.

2.3 Patofisiologi

8
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk
mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls
listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu
(korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak
berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps. Sel saraf
terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester ketiga,
pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan
sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun. Setelah
anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah dan
berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi
secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth
factors dan proses belajar anak. Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin
cerdas. Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada
stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajar
menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian
otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson,
dendrit, dan sinaps. Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi
yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses
tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan
abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan
neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4,
vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang
merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur
penambahan selsaraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan
jalinan sel saraf. Braingrowth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autistik terjadi kondisi growth
without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak
beraturan.
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel
saraf lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel

9
saraf tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil
pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan
akson, glia (jaringan penunjang pada system saraf pusat), dan mielin
sehingga terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya,
pertumbuhan akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas,
peningkatan brain derived neurotrophic factor dan neurotrophin-4
menyebabkan kematian sel Purkinye. Gangguan pada sel Purkinye dapat
terjadi secara primer atau sekunder. Bila autisme disebabkan faktor genetik,
gangguan sel Purkinye merupakan gangguan primer yang terjadi sejak awal
masa kehamilan. Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah
berkembang, kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel
Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alcohol
berlebihan atau obat seperti thalidomide. Penelitian dengan MRI
menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami aktivasi selama melakukan
gerakan motorik, belajar sensori-motor, atensi, proses mengingat, serta
kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih
lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target, over
selektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi lingkungan. Pembesaran otak
secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan yang dikenal
sebagai lobus frontalis. Kemper dan Bauman menemukan berkurangnya
ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besaryang berperan
dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping depan
otak besar yang berperan dalam proses memori). Penelitian pada monyet
dengan merusak hipokampus dan amigdala mengakibatkan bayi monyet
berusia dua bulan menunjukkan perilaku pasif-agresif. Mereka tidak memulai
kontak sosial, tetapi tidak menolaknya. Namun, pada usia enam bulan
perilaku berubah. Mereka menolak pendekatan sosial monyet lain, menarik
diri, mulai menunjukkan gerakan stereotipik dan hiperaktivitas mirip
penyandang autisme. Selain itu, mereka memperlihatkan gangguan kognitif.

10
2.4 Pathway
Kondisi seseorang secara tidak wajar terpusat pada dirinya sendiri,
kondisi seseorang yang senantiasa berada didalam dunianya sendiri

genetik Keracunan logam `pemakaian antibiotik berlebihan

Neurotropin dan Infeksi jamur


neuropapitida

Gangguan pada otak Kerusakan sel punkinye Kebocoran usus dan tidak
dan hippocompus sempurna pencernaan
kasein dan gluten

Abnormalitas Gangguan keseimbangan


pertumbuhan sel saraf serotonin dan Protein pecah sampai
doppocampus polipeptida

Neurokimia sel Gangguan pada otak kecil Kasein dan gluten terserap
abnormal kedalam aliran darah
11

Growth without Reaksi atensi lebih lambat Efek morfin pada otak
AUTIS

Keterlambatan dalam Perilaku ritualistik dan Perilaku ritualistik dan


berbahasa kondusif kondusif

Gangguan komuni Memelihara Teori pikir


lingkungan yang tetap

GANGGUAN RISIKO GANGGUAN


KOMUNIKASI VERBAL PERKEMBANGAN

GANGGUAN PROSES
KELUARGA

12
13
2.5 Cara Mengetahui Autisme Pada Anak

Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:


1. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
2. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
3. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak dirumah,
diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi normal.
 Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya:
1. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi
tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak
bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye),
anak tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada
bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi,
menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak
terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri.
2. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-
benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain
sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau
sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua
orang tuanya.
3. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak
merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari.
Bila anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia
(mengulang-ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah
beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang
aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas
(walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi
bisa juga berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.

2.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :

14
1. Penarikan diri, kemampuan komunikasi verbal (berbicara) dan non verbal
yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat
menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya
sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara,
gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial
abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes
non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun masih
dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang memadai.
Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat
orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk
bermain sendiri.
2. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat
yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada
objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa
dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk
memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak
menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat
diramalkan .
5. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
6. Kontak mata minimal atau tidak ada.
7. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda,
dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan
sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap
nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak
menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
8. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional
9. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara
tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang
tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol.

15
Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa,
kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
10. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi
secara fungsional.
11. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan
berjingkat-jingkat.
 Ciri yang khas pada anak yang austik :
1. Defisit keteraturan verbal.
2. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
3. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).
 Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
1. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
2. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
3. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
4. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat


menjadi bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-
tes secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya
autisme, maka beberapa instrumen screening yang saat ini telah
berkembang dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme:
 Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa
kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang didasarkan
pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15; anak dievaluasi
berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi
terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi verbal

16
 The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan
autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18
bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
 The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri
dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk
mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka
 The Screening Test for Autism in Two-Years Old : tes screening autisme
bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt
didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan
konsentrasi.

2.8 Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan medis
Umunya terapi yang diberikan ialah terhadap gejala, edukasi dan
penerangan kepada keluarga, serta penanganan perilaku dan edukasi bagi anak.
Manajemen yang efektif dapat mempengaruhi outcome. Intervensi farmakologi,
yang saat ini dievaluasi, mencakup obat fenfluramine, lithium, haloperidol dan
naltrexone. Terhadap gejala yang menyertai. Terapi anak dengan autisme
membutuhkan identifikasi diri. Intervensi edukasi yang intensif, lingkungan yang
terstruktur, atensi individual, staf yang terlatih baik, peran serta orang tua dapat
meningkat prognosis.
Terapi perilaku sangat penting untuk membantu para anak autis untuk lebih
bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan saja guru yang harus
menerapkan terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap anggota keluarga di
rumah harus bersikap sama dan konsisten dalam menghadapi anak autis.
Terapi peilaku terdiri dari tetapi wicara, terapi okupasi, dan menghilangkan
perilaku yang asosial. Dalam terapi farmakologi dinyatakan belum ada obat atau
terapi khusus yang menyembuhkan kelainan ini. Medikasi (terapi obat) berguna
terhadap gejala yang menyertai, misalnya haloperidol, risperidone dan obat anti-
psikotik teradap perilaku agresif, ledakan-ledakan perilaku, instabilitas mood
(suasana hati). Obat antidepresi jenis SSRI dapat digunakan terhadap ansietas,
kecemasan, mengurangi stereotip dan perilaku perseveratif dan mengurangi

17
ansietas dan fluktuasi mood. Perilaku mencederai diri sendiri dan mengamuk
kadang dapat diatasi dengan obat naltrexone.

B. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk:
1. Mengurangi masalah perilaku.
2. Terapi perilaku dengan memanfaatkan keadaan yang terjadi dapat
meningkatkan kemahiran berbicara. menagement perilaku dapat
mengubah perilaku destruktif dan agresif.
3. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant
conditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan dukungan negatif
(hukuman).
4. Anak bisa mandiri dan bersosialisasi.
Mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis.

18
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku
bangsa, tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.
2. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa,
keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi
dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat bermain
bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan dengan benda tertentu
seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana
saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.
sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu
pada tempatnya. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau bend
apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Didapatkan IQ
dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun
sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100.
b) Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan ( riwayat kesehatan
dahulu)
 Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
 Cidera otak
c) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau
keturunan. Biasanya pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.
3. Status perkembangan anak.

19
 Anak kurang merespon orang lain.
 Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
 Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
 Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
 Keterbatasan kognitif.
4. Pemeriksaan fisik
 Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).
 Terdapat ekolalia.
 Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
 Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
 Peka terhadap bau.
5. Psikososial
 Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
 Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
 Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
 Perilaku menstimulasi diri
 Pola tidur tidak teratur
 Permainan stereotip
 Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
 Tantrum yang sering
 Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
 Kemampuan bertutur kata menurun
 Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus
6. Neurologis
 Respons yang tidak sesuai terhadap stimulus
 Refleks mengisap buruk
 Tidak mampu menangis ketika lapar
B. Diagnosa Keperawatatan
1. Hambatan komunikasi verbal
2. Resiko gangguan perkembangan
3. Perubahan proses keluarga

20
C. Intervensi Keperawatan
SDKI SLKI SIKI

Gangguan Setelah dilakukan tindakan Promosi Komunikasi :


Komunikasi Verbal keperawatan selama 2x24 Defisit Bicara
jam dengan luaran
Komunikasi Verbal dapat Observasi :
mengurangi gejala dan - Monitor kecepatan,
menormalkan indikator tekanan, kuantitas,
sebagai berikut : volume, dan diksi
bicara
- Kemampuan bicara - Monitor proses
meningkat kognitif, anatomis,
- Kemampuan dan fisiologis yang
mendengar berkaitan dengan
meningkat bicara(mis,
- Kesesuaian ekspresi memori,
wajah/tubuh pendengaran, dan
meningkat bahasa)
- Monitor frustasi,
marah, depresi,
atau hal lain yang
mengganggu bicara
- Identifikasi
perilaku emosional
dan fisik sebagai
bentuk komunikasi
Terapeutik :

- Gunakan metode
komunikasi
alternatif (mis,
menulis, mata
berkedip, papan
komunikasi dengan
gambar dan huruf,
isyarat tangan dan
computer)
- Modifikasi
lingkungan untuk
meminimalkan
bantuan
- Gunakan juru

21
bicara,jika perlu
Edukasi :

-Anjurkan bicara
perlahan
- Anjurkan pasien
dan keluarga proses
kognitif, anatomis,
dan fisiologis yang
berhubungan
dengan
kemampuan bicara
Kolaborasi :

- Rujuk ke ahli
patologi bicara atau
terapis

SDKI SLKI SIKI

Resiko Setelah dilakukan tindakan Promosi Perkembangan


Gangguan keperawatan selama 2x24 jam Anak
Perkembanga dengan luaran Status
n Perkembangan dapat mengurangi Observasi :
gejala dan menormalkan - Identifikasi
indikator sebagai berikut : kebutuhan khusus
anak dan kemampuan
- Keterampilan/perilaku adaptasi anak
sesuai usia meningkat Terapeutik :
- Kemampuan melakukan
perawatan diri meningkat - Dukung anak
- Respon social meningkat berinteraksi dengan
- Kontak mata meningkat anak lain
- Dukung anak
mengekspresikan
perasaannya secara
positif
- Sediakan kesempatan
dan alat-alat untuk
menggambar,melukis
,dan mewarnai
- Sediakan mainan
berupa puzzle dan
maze
Edukasi :

- Jelaskan nama-nama

22
benda obyek yang
ada di lingkungan
sekitar
- Ajarkan pengasuh
milestones
perkembangan dan
perilaku yang
dibentuk
- Ajarkan kooperatif,
bukan kompetisi
diantara anak
Kolaborasi :

- Rujuk untuk
konseling,jika perlu

SDKI SLKI SIKI

Kesiapan Peningkatan Setelah dilakukan tindakan Promosi Keutuhan


Proses Keluarga keperawatan selama 2x24 Keluarga
jam dengan luaran Proses
Keluarga dapat mengurangi Observasi :
gejala dan menormalkan - Identifikasi
indikator sebagai berikut : pemahaman
keluarga terhadap
- Adaptasi keluaga masalah
terhadap situasi - Identifikasi adanya
meningkat konflik prioritas
- Kemampuan antar anggota
keluarga keluarga
berkomunikasi - Identifikasi
secara terbuka mekanisme koping
diantara anggota keluarga
keluarga meningkat - Monitor hubungan
- Kemampuan antara anggota
keluarga memenuhi keluarga
kebutuhan Terapeutik :
emosional anggota
keluarga meningkat - Hargai privasi
keluarga
- Fasilitasi keluarga
melakukan
pengambilan

23
keputusan dan
pemecahan masalah
- Fasilitasi
komunikasi terbuka
nalar setiap anggota
keluarga
Edukasi :

- Informasikan
keadaan pasien
secara berkala
kepada keluarga
- Anjurkan anggota
keluarga
mempertahankan
keharmonisan
keluarga
Kolaborasi :

- Rujuk untuk terapi


keluarga,jika perlu

24
BAB III
KASUS SEMU

An. K umur 3 tahun dibawa ibunya ke RS Husada dengan keluhan


anaknya belum bisa berbicara.ibunya baru tersadar jika anaknya belum
bisa bicara 2 bulan yang lalu.

A. Pengkajian

1. Biodata

Nama : An. K

Umur : 3 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl.Lahir : Blitar /02 Maret 2017

Agama :Islam

Suku bangsa :Jawa

Status : Belum Menikah

Pendidikan Terakhir :Belum sekolah

Nama Ayah : Tn. K

Umur : 35

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SMP

Nama Ibu : Ny. I

Umur : 32

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

25
Pendidikan : SD

2. Keluhan Utama
Anak belum dapat berbicara dengan jelas pada usia saat ini (3
tahun)
3. Keluhan Sekarang
Pasien dibawa ke RS Husada dengan keluhan anak belum dapat
berbicara dengan jelas pada saat usia saat ini. Ibu pasien mengatakan
jika anak belum dapat berbicara dengan jelas hingga usia 3 tahun. Hal
ini dirasakan oleh ibu sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu, ketika ibu
membawa anaknya untuk berkunjung kerumah saudara. Ibu menyadari
jika anaknya tidak sama dengan anak lainnya yang seusia pasien saat
ini. Jika anak lainnya sudah bisa mengeluarkan banyak kata-kata
dengan jelas, anak pasien hanya bisa mengucapkan kata ayah, dan ibu.
Ibu itupun kurang jelas.
4. Riwayat perkembangan anak
Lahir cukup bulan dan mengaku normal. Lahir di rumah sakit dan
persalinan dibantu oleh dokter spesialis kandungan, namun sang ibu
bercerita ketika persalinan ibu tidak kuat mengejan hingga pingsan
yang akhirnya melakukan tindakan vakum, setelah bayi lahir (tidak
menangis). Selama kehamilan ibu pasien mengaku tidak pernah
mengkonsumsi obatobatan atau jamu.Pasien mendapatkan ASI hingga
umur 2 tahun. Pasien mulai diajarkan toilet training pada umur 3
tahun. Pasien dapat duduk, berjalan, bicara terlambat dari teman
sebayanya.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Anak juga tidak pernah sakit rutin yang mengganggu aktivitasnya
sehari hari.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga baik dari keluarga ayah maupun ibu yang
menderita keluhan yang serupa, mengalami gangguan pertumbuhan
dan perkembangan, atau mengalami gangguan mental lainnya.
B. Pemeriksaan fisik

26
a. Keadaan Umum : Compos mentis, aktif
b. Tanda Vital
1. Tekanan darah :-
2. Nadi : 116 x/ menit, isi dan tegangan cukup
3. Suhu : 36,7 C
4. Pernapasan : 28 x/ menit
c. Status Gizi
Berat badan : 16 kg
Tinggi badan : 96 cm
Status gizi baik
d. Status Generalis
1 Kepala : kesan mesocephal, rambut hitam
2 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
Refleks cahaya (+/+), isokor (± 3mm)
3 Telinga : discharge (-/-)
4 Hidung : secret (-), napas cuping hidung (-)
5 Mulut : bibir kering (-), lidah tremor (-), pernapasan mulut
(-)
6 Leher : pembesaran KGB (-)
7 Abdomen
a) Inspeksi : datar
b) Auskultasi : peristaltik (+), bising usus (+) normal
c) Perkusi : timpani di seluruh kuadran
d) Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), hepar, lien tidak
teraba
8 Thorax :pergerakan dinding dada saat inspirasi dan
ekspirasi . simetris, retraksi dinding dada (-), ICS tidak melebar
9. Jantung
a) Inspeksi : ictus cordis tampak
b) Palpasi : ictus cordis teraba dengan 1 jari
dari ICS 5
linea midclavikula 2 cm ke medial, pulsus
parasternal (-), pulsus epigastrium (-)
c) Perkusi
Kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Atas jantung : ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis
sinistra
Kiri jantung : ICS 5 linea midclavicula 2 cm ke
medial
d) Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, bising (-)
Kesan : Normal

27
10. Genital : tidak ada kelainan

C. Analisa data

No Analisa data Etiologi Masalah


1. Ds : ibu px mengatakan anaknya: Trauma janin saat lahir Gangguan
 Tidak mampu dalam komunikasi verbal
berbicara Abnormalitas struktur otak b/d gangguan
Do : neuromuskuler d/d
 Tidak ada kontak mata abnormalitas neurotrasmiter sulit berbicara
 Sulit mengungkapkan kata-
kata fiksasi pada fase
 Sulit menyusun kalimat prasimbiotik dari
 Sulit mempertahankan perkembangan
komunikasi
tugas perkembangan tidak
terselesaikan

keterlambatan dalam
berbahasa

gangguan komunikasi
verbal
2. Ds :ibu px mengatakan dia Kurang informasi Ansietas b/d
 Merasa khawatir kurangnya terpapar
 Merasa bingung Peningkatan ketegangan informasi d/d
merasa
Do : ansietas bingung,merasa
 Ibu Px tampak gelisah khawatir, gelisah
 Ibu Px sulit tidur
 Ibu px Tampak pucat
 Ibu px Tampak tegang

28
 Ibu px Suara bergetar

3. DS: ibu px mengatakan dia faktor pendidikan Defisit pengetahuan


 tidak tahu apa yang harus b/d kurang terpapar
dilakukan ketika mengetahui Kurang informasi informasi d/d
anaknya tidak bisa berbicara menyakan masalah
di usianya Defisit pengetahuan tentang yang dihadapi
 ibu px menanyakan tentang tumbuh kembang anak
anaknya yang belum bisa
berbicara
DO:
 ibu px tampak bingung dengan
keadaan anaknya
 ibu px tampak bertanya-tanya
tentang keadaan anaknya

D. Diagonosa Keperawatan

1. Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan neuromuskuler d/d sulit


berbicara
2. Ansietas b/d kurangnya terpapar informasi d/d merasa bingung,merasa
khawatir, gelisah
3. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi d/d menyakan
masalah yang dihadapi

29
E. Intervensi
SDKI SLKI SIKI
Gangguan komunikasi Setelah dilakukan tindakan Promosi Komunikasi :
verbal b/d gangguan keperawatan selama 2x24 Defisit Bicara
jam dengan luaran
neuromuskuler d/d Observasi :
Komunikasi Verbal dapat
sulit berbicara mengurangi gejala dan - Monitor
menormalkan indikator kecepatan,
sebagai berikut : tekanan, kuantitas,
volume, dan diksi
- Kemampuan bicara bicara
meningkat - Monitor proses
- Kemampuan kognitif, anatomis,
mendengar dan fisiologis yang
meningkat berkaitan dengan
- Kesesuaian bicara(mis,
ekspresi memori,
wajah/tubuh pendengaran, dan
meningkat bahasa)
- Monitor frustasi,
marah, depresi,
atau hal lain yang
mengganggu
bicara
- Identifikasi
perilaku emosional
dan fisik sebagai
bentuk komunikasi
Terapeutik :

- Gunakan metode
komunikasi
alternatif (mis,
menulis, mata
berkedip, papan
komunikasi
dengan gambar
dan huruf, isyarat
tangan dan
computer)
- Modifikasi
lingkungan untuk
meminimalkan
bantuan

30
- Gunakan juru
bicara,jika perlu
Edukasi :

- Anjurkan bicara
perlahan
- Anjurkan pasien
dan keluarga
proses kognitif,
anatomis, dan
fisiologis yang
berhubungan
dengan
kemampuan bicara
Kolaborasi :

Rujuk ke ahli
patologi bicara
atau terapis

SDKI SLKI SIKI


Ansietas b/d krisis Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi
situasional d/d merasa keperawatan selama 2x24 Observasi
bingung,merasa jam dengan Tingkat - Identifikasi
khawatir, gelisah Ansietas menurun dengan penurunan tingkat
kriteria hasil sebagai energi, ketidak
berikut : mampuan
- Perilaku gelisah berkonsentrasi,
menurun atau gejala lain yg
- Perilaku tegang mengganggu
menurun kemampuan
- Keluhan pusing kognitif
menurun - Identifikasi teknik
- Frekuensi relaksasi yg pernah
pernapasan efektif digunakan
menurun - Identifikasi
- Frekuensi nadi kesediaan,
menurun kemampuan, dan

31
- Tekanan darah penggunaan teknik
menurun sebelumnya
- Pola tidur - Monitor respon
membaik terhadap terapi
- Konsentrasi relaksasi
membaik Terapeutik
- Ciptakan
lingkungan tenang
dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu ruang
nyaman, jika perlu
- Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
- Gunakan pakaian
longgar
- Gunakan nada
suara lembut
dengan irama
lambat dan
berirama
Edukasi
- Jelaskan tujuan,
manfaat dan jenis
relaksasi yg
tersedia
- Jelaskan secara
rinci intervensi

32
relaksasi yg dipilih
- Anjurkan
mengambil posisi
nyaman
- Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi

SDKI SLKI SIKI


Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
b/d kurang terpapar keperawatan selama 2x24 Observasi :
informasi d/d jam dengan Tingkat - Identifikasi
menyakan masalah Pengetahuan meningkat kesiapan dan
yang dihadapi dengan kriteria hasil kemampuan
sebagai berikut : menerima
- Perilaku sesuai informasi
anjuran meningkat - Identifikasi faktor-
- Kemampuan faktor yang dapat
menjelaskan meningkatkan dan
pengetahuan menurunkan
tentang suatu topik motivasi perilaku
meningkat hidup bersih dan
- Perilaku sesuai sehat
dengan Terapeutik :
pengetahuan - Sediakan materi
meningkat dan media
- Persepsi yang pendidikan
keliru terhadap kesehatan
masalah menurun - Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai

33
kesepakatan
- Berikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
- Jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
- Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat

BAB IV

34
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang secara
klinis ditandai oleh gejala – gejala diantaranya kualitas yang kurang dalam
kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam
kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas, perilaku tak wajar,
disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan (stereotipik). Selain itu tampak
pula adanya respon tak wajar terhadap pengalaman sensorik, yang terlihat
sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi
beberapa hal yang dapat memicu adanya perubahan genetika dan kromosom,
dianggap sebagai faktor yang berhubungan dengan kejadian autis pada anak,
perkembangan otak yang tidak normal atau tidak seperti biasanya dapat
menyebabkan terjadinya perubahan pada neurotransmitter, dan akhirnya dapat
menyebabkan adanya perubahan perilaku pada penderita. Dalam kemampuan
intelektual anak autis tidak mengalami keterbelakangan, tetapi pada hubungan
sosial dan respon anak terhadap dunia luar, anak sangat kurang. Anak cenderung
asik dengan dunianya sendiri. Dan cenderung suka mengamati hal – hal kecil yang
bagi orang lain tidak menarik, tapi bagi anak autis menjadi sesuatu yang menarik.
Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup dengan
normal seperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk bisa bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar.

1.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca ksususnya bagi
mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan autisme pada anak dan
khususnya bagi orang tua yang memiliki anak autisme.

Daftar Pustaka

35
Diagnosa Keperawatan : buku saku. edisi 6 . Jakarata : EGC Doenges,
Marilynn E. 1999.
Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Price. (1995).
Patofisiologi: Proses-proses Penyakit Edisi: 4, Editor peter Anugrah Buku
II. Jakarta: EGC Wilkinson, M, Judith; (1997).
Buku saku diagnosis keperawatan dengan NIC dan NOC. Edisi 7 .Jakarta :
EGC
https://www.scribd.com/doc/97175113/ASKEP-AUTIS
Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K). 1995.
Kesehatan Anak Pedoman Bagi orang Tua, Arcan. Jakarta: EGC
Baron & Kohen 1994 Behrman, Kliegman, Arvin. 1999. Ilmu
Kesehatan Anak Nelson Edisi 15.

Sacharin, r.m. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2. Jakarta:


EGC (DSM IV, sadock dan sadock 2000)
Safaria, T. 2005. Autisme Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna
bagi Orang Tua. Yogyakarta: Graha Ilmu (Teramihardja, J. 2007.

36

Anda mungkin juga menyukai