Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN ENSEFALITIS

Diajukan untuk memenuhi tugas yang dibina oleh Dosen

KELOMPOK 3

Disusun oleh :

Kharisma Suci Yunita (33411901051)

Kartika Rhamadani (33411901052)

Siti Aisyah (33411901074)

Wahyu Arianti (33411901087)

PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK NEGERI MADURA

TAHUN 2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kita masih diberikan kesehatan dan kenikmatan sehingga bisa
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan lancar.
Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan keharibaan Baginda Rosul Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang terang benderang dengan
adanya islam dan iman ,Selanjutnya ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ayahanda dan
Ibunda tercinta yang senantiasa mendo’akan dan terus memotivasi kami, dan juga kepada ibu
Dosen yang telah membimbing kami.
Akhirnya, inilah prakata dari kami selaku penulis dengan harapan semoga dengan adanya
makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan kita semua, dan apabila terdapat suatu
kekurangan pada makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang konstriktif dari para
pembaca yang budiman. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan serta kekhilafan dari kami baik
dari segi pemikiran ataupun penulisan.

Pamekasan, 05 April 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit kedalam
tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempatiurutan teratas penyebab kesakitan dan
kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Ensefalitis adalah radang jaringan otak
yang dapatdisebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansjur,
2000).

Di USA ensefalitis sering terjadi pada usia 0-3 tahun, sekitar 10-20% di USA, persentase
lebih tinggi dibandingkan negara-negara yang belum berkembang. Ada banyak tipe-tipe dari
ensefalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus-
virus. Ensefalitisdapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan
dari otak. Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-
muntahlethargi, kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan, pendengaran, bicara dan
kejang.

Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dansaluran cerna, setelah
masuk ke dalam tubuh, virus dan bakteri akanmenyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara.
Salah satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan ensefalitis.
Berdasarkanfaktor penyebab yang sering terjadi maka ensefalitis diklasifikasikan menjadi enam
tipe, yaitu : ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus,ensefalitis karena fungus,
ensefalitis karena parasit, dan riketsiosa serebri. Encephalitis herpes simplek merupakan
komplikasi dari infeksi HSV (Herpes Simplek Virus) yang mempunyai mortalitas dan morbiditas
yangtinggi terutama pada neonates. EHS (Encephalitis Herpes Simplek) yangtidak diobati sangat
buruk dengan kematian70-80% setelah 30 hari dan meningkat menjadi 90% dalam 6 bulan.
Pengobatan dini dengan asiklovir akan menurunkan mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa lebih
sering ditemukandan lebih berat pada kasus yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan yang
lebih dari 4 hari memberikan prognosis buruk, demikian juga koma,pasien yang mengalami
koma seringkali meninggal atau sembuh dengangejala sisa yang berat. (Arif Mansjur, 2000)

Di Indonesia Encephalitis Herpes Simplek merupakan komplikasi dari infeksi HSV (Herpes
Simplek Virus) yang mempunyai mortalitas danmorbiditas yang tinggi terutama pada neonates.
EHS (Encephalitis Herpes Simplek) yang tidak diobati sangat buruk dengan kematian 70-80%
setelah 30 hari dan meningkat menjadi 90% dalam 6 bulan. Pengobatan dini denganasiklovir
akan menurunkan mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa lebih seringditemukan dan lebih berat
pada kasus yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4 hari memberikan
prognosis buruk, demikian juga koma, pasien yang mengalami koma seringkali meninggal atau
sembuh dengan gejala sisa yang berat
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Anak dengan Ensefalitis.
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Ensefalitis.
b) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Ensefalitis.
c) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi Ensefalitis.
d) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi Ensefalits.
e) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis Ensefalitis.
f) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik Ensefalitis.
g) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Ensefalitis.
h) Mahasiswa dapat menjelaskan teori Asuhan keperawatan Ensefalitis.
i) Mahasiswa dapat memahami dalam melakukan Asuhan Keperawatan Ensefalitis.

C. Ruang Lingkup Masalah


Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah hanya membahas tentang“Asuhan Keperawatan
Anak dengan Ensefalitis” meliputi pengertian,gejala umum, etiologi, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan, pencegahan, dan komplikasi pada anak dengan Ensefalitis dan
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,
protozoa, jamur, rikketsia atau virus (Arif Mansur: 2010).
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yangdisebabkan oleh
virus atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. Penyebab tersering dari ensefalitis adalah
virus kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan oleh enterovarius,
mumps, dan adenovirus.
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,
protozoa, jamur, ricketsia, atau virus (Soemarmo,2010).
Ensefalitis bisa juga terjadi pascainfeksi campak, influenza, varicella, dan pascavaksinasi
pertusis. Ensefalitis adalah infeksi jaringan perenkim otak oleh berbagai macam
mikroorganisme. Pada ensephalitis terjadi peradangan jaringan otak yangdapat mengenai
selaput pembungkus otak sampai dengan medula spinalis (Smeltzer,2012). Ensephalitis
adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain
yang menyebabkan infilltrasi limfositik yang kuat pada jaringan otak dan leptomeningen
menyebabkanedema serebral, degenarasi sel ganglion otak dan kehancuran sel saraf difusi
(Anania, 2012).
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang
ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari
penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri).
Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic
meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan
tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan
menyebabkan kematian.
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh
virus atau mikroorganisme lain yang non purulen. Penyebab tersering dari ensefalitis adalah
virus, kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan oleh enterovirus,
gondongan, dan adenovirus. Ensefalitis bias juga terjadi pada pasca infeksi campak,
influenza, varisella, dan pascavaksinasi Pertusis (Muttaqin, 2008).

2. Klasifikasi
Klasifikasi ensephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinyaialah:
1 Infeksi virus yang bersifat endemik
a. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
b. Golongan virus Arbo : Western equine ensephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern
equine encephalitis, Japanse B encephalitis, Russian spring summer encephalitis,
Murray valley encephalitis.
2 Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis dan jenis lainnya yang
dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
3 Encephalitis pascaieksi: pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia,
pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus
respiratorius yang tidak spesifik (Hassan, 2013).

3. Anatomi Fisiologi
Struktur Otak dan fungsi

1. Cerebrum
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar kira-kira 80% dari berat
otak.Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkann oleh korpus kallosum.Setiap
Hemisfer terbagi atas empat lobus yaitu Lobus frontal,parietal,temporal dan oksipital.
Lobus frontal berfungsi sebagai aktivitas motorik,fungsi intektual,emosi dan fungsi
fisik.Pada bagian frontal bagian kiri terdapat area broca yang berfungsi sebagai pusat
motorik bahasa. Lobus parietal terdapat sensori primer dari korteks,berfungsi sebagai
proses input sensori,sensasi posisi,sensasi raba,tekan dan perubahan suhu ringan.Lobus
temporal mengandung area auditorius,tempat tujuan sensasi yang dating dari
telinga.Berfungsi sebagai input perasa pendengaran,pengecap,penciuman dan proses
memori. Lobus oksipital mengandung area visual otak,berfungsi sebagai penerima
informasi dan menafsirkan warna,reflek visual.
a) Dienchepalon
Dienchepalon terletak diatas batang otak dan terdiri atas thalamus, hypothalamus,
epithalamus dan subthalamus. Thalamus adalah massa sel saraf besar yang berbentuk telor,
terletak pada substansia alba.Thalamus berfungsi sebagai stasiun relay dan integrasi dari
medulla spinalis ke korteks serebri dan bagian lain dari otak.Hypotalamus terletak dibawah
thalamus,berfungsi dalam mempertahankan hoemostasis seperti pengaturan suhu
tubuh,rasa haus,lapar,respon system saraf outonom dan kontro terhadap sekresi hormone
dalam kelenjar pituitari.Epithalamus dipercaya berperan dalam pertumbuhan fisik dan
perkembangan seksual
b) Batang otak
Otak terdiri atas otak tengah (mesencephalon), pons dan medulla oblongata.Batang otak
berfungsi pengaturan reflex untuk fungsi vital tubuh.Otak tengah mempunyai fungsi utama
sebagai relay stimulus pergerakan otot dari dan ke otak. Misalnya kontrol reflex
pergerakan mata akibat adanya nerves cranial III dan IV. Pons menghubungkan otak
tengah dengan medulla oblongata, berfungsi sebagai pusat-pusat reflex pernapasan dan
mempengaruhi tingkat karbondioksida, aktivitas vasomotor.
c) Cerebelum
Cerebelum besarnya kira-kira seperempat dari cerebrum.Antara cerebellum dan cerebrum
dibatasi oleh tentorium serebri.Fungsi utama cerebellum adalah koordinasi aktivitas
muscular,control tonus otot, mempertahankan postur dan keseimbangan.
d) Jaringan saraf :
Neuron (sel saraf) merupakan unit anatomis dan fungsional system persarafan.
Klarifikasi neuron berdasarkan bentuk :
(a) Neuron unipolar
Terdapat satu tonjolan yang bercabang dua dekat dengan badan sel, satu cabang
menuju parifer dan cabang lain menuju SSP (neuron sensorik saraf spinal).
(b) Neuron bipolar
Mempunyai dua tonjolan, 1 akson dan 1 dendrit.
(c) Neuron multipolar
Terdapat beberapa dendrit dan 1 akson yang dapat bercabang cabang banyak sekali.
Sebagian besar terdapat arganela sel pada neuron terdapat pada sitoplasma badan sel.
2. Sel penyokong ( neuroglia pada SSP dan sel schwann pada SST )
Ada 4 neuroglia :
- mempertahankan potensial bioelektrik
- digodendrosit : menghasilkan mielin pada SSP yang merupakan selubung neuron.
3. Mielin
- Komplek protein lemak berwarna putih yang menutupi tonjolan saraf (neuron).
- Menghalangi aliran ion Na dan K melintasi membran neural.
- Darah yang tidak bermielin disebut nodus ranvier.
- Transmisi impuls pada saraf bermielin lebih cepat dari pada yang tak bermielin, karena
adanya loncatan impuls dari satu nodus ke nodus lainnya ( konduksi saltatorik ).
Pembagian sistem saraf secara anatomi :
Pembagian saraf tepi berdasarkan fungsinya selaput otak dan medula spinalis
Duramater ;
- merupakan lapisan terluar dari meningen.
- ruang diantara tengkorak dan duramater di sebut epidural. Arachnoid
- merupakan lapisan tengah meningen, terletak diantara lap duramater dan piamater.
- ruang diantara lap duramater dan archnoid di sebut epidural.
- ruang diantara lap arachnoid dan piamater di sebut sub arachnoid.
cairan otak ( CSF ) berada didalam ruang sub arachnoid
4. Etiologi
Bakteri penyebab ensefalitis adalah staphylococcus aureus, streptokous, E. Coli, M.
tuberculosa dan T. Paliidum. Tiga bakteri yang pertama merupakan penyebab ensefalitis
bacterial akut yang menimbulkan pernanahan pada korteks serebri sehingga terbentuk abses
serebri.
Ensefalitis bakterial akut sering disebut ensefalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000)
Sedangkan menurut Riyadi (2010) menyebutkan penyebab terjadinya ensefalitis yaitu:
a. Berupa bakteri (LDH serum meningkat)
b. Virus
c. Jamur
Encephalitis dapat disebabkan karena :
a. Arbovirus
Arbovirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
danserangga.Masa inkubasinya antara 5 – 15 hari.
b. Enterovirus
Enterovirus menyebabkan lebih daripada 80% dari semua kasus.Termasuk
dalamenterovirus adalah poliovirus,herpes zoster.Enterovirus disamping dapat
menimbulkan encephalitis dapat pula mengakibatkan penyakit mumps(gondongan).
c. Herpes Simpleks
Herpes simpleks merupakan penyebab meningitis yang sangat mematikan
diAmerika Utara (Hickey dalam Donna,1995).
d. Amuba
Amuba penyebab encephalitis adalah amuba Naegleria dan
Acanthamoeba,keduanya ditemukan di air dan dapat masuk melalui mukosa mulut saat
berenang.
e. Rabies
Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah masa inkubasi
yang berlangsung berminggu – minggu atau berbulan – bulan.
f. Jamur
Jamur yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus Blastomycesdematitides,
biasanya menyerang pria yang bekerja di luar rumah.Tempatmasuknya melalui paru –
paru atau lesi pada kulit.

5. Patofisiologis

Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran pernafasan dan saluran cerna, setelah
masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan secara local: aliran
virus terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu, penyebaran
hematogen primer: virus masuk ke dalam darah, kemudian menyebar ke organ dan
berkembang biak di organ tersebut dan menyebar melalui syaraf: virus berkembang biak di
permukaan selaput lender dan menyebar melalui system persyarafan (Muttaqin, 2008).

Setelah terjadi penyebaran ke otak timbul manifestasi klinis ensefalitis. Masa Prodromal
berlangsung selama 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri
tenggorok, malaise, nyeri ekstremitas dan pucat.

6. Tanda dan gejala


Secara umum, gejala berupa trias ensefalitis yang terdiri dari :
1 Demam
2 Kejang
3 Kesadaran menurun
4 Suhu badan meningkat
5 Fotofobia
6 Sakit kepala
Muntah letargi, kadang disertai kaku kuduk jika mengenai meningen (Muttaqin, 2008).
Pada ensefalitis supuratif akut yang berkembang menjadi abses serebri, akan timbul gejala-
gejala sesuai dengan proses patologis yang terjadi di otak.
Gejala-gejala tersebut adalah infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan
intracranial yaitu nyeri kepala yang kronik, muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran
menurun. Pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil. Tanda-tanda deficit neurologis
tergantung pada lokasi dan luas abses (Mansjoer, 2000).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Umum
a. Rawat di Rumah Sakit
b. Penatalaksanaan secara umum tidak spesifik, tujuannya adalah mempertahankan fungsi
organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap terbuka, pemberian makanan enteral atau
parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi gangguan asam basa
darah.
c. Atasi kejang.
d. Bila tanda peningkatan tekanan intracranial dapat diberikan manitol 0,5-29/kg BB IV
dalam periode 8-12 jam.
e. Pada pasien dengan gangguan menelan, akumulasi lender pada tenggorok paralisis pita
suara dan otot nafas dilakukan drainase postural dan aspirasi mekanis yang periodik.
f. Pada ensefalitis herpes dapat diberikan acyclovir 10 kg/kg BB/hari IV setiap 8 jam
selama 10-14 jam (Riyadi, 2010).

Komplikasi

a. Retardasi mental
b. Iritabel
c. Gangguan motorik
d. Epilepsi
e. Emosi tidak stabil
f. Sulit tidur
g. Halusinasi
h. Enuresis
i. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain
1. Pemeriksaan penunjang
a. Biakan
b. Pemeriksaan serologis
c. Pemeriksaan darah
d. Punksi lumbal
e. EEG
2. Pathway
Faktor-faktor predisposisi pernah mengalami campak,
cacar air, Herpes dan bronchopneumonia.

Virus/ bakteri masuk jaringan otak secara lokal,


Hematologen dan melalui syaraf-syaraf.

Peradangan otak

Pembentukan Reaksi kuman Iritasi kortek Kerusakan Kerusakan


Transudat patogen serebral area syaraf V syaraf IX
dan eksudat fokal

Edema Serebral Suhu Tubuh Kejang, nyeri Kesulitan Sulit makan


kepala mengunyah

1. Gangguan perfusi Defisit cairan dan 5. Resiko 4. Pemenuhan nutrisi kurang


jaringan serebral Hipovelemik tinggi trauma dari

6. resiko
3. Resiko kejang
tinggi cairan berulang
dan
Hipovelemi
k

Kesadaran 8. Gangguan mobilitas fisik

9. Gangguan persepsi sensori


Penumpukan
sekret 10. Koping individ tidak
efektif

2. Gangguan
bersihan nafas
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa
medis. Identitas inidigunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain.
Jeniskelamin, umur dan alamat dan kotor dapat mempercepat ataumemperberat keadaan
penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. Keluhan utama
pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kakukuduk, gangguan kesadaran, demam
dan kejang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat danhebatnya keluhan,
mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami sebelumnya.
Biasanya pada masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari ditandai dengan demam,
sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat.
Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannyatergantung dari distribusi dan
luas lesi pada neuron. Gejala terebut berupa gelisah, irritable, screaning attack,
perubahan perilaku,gangguan kesadaran dan kejang kadang-kadang disertai
tandaneurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisi saraf
otak.
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan postnatal.
Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernahdiderita oleh ibu
terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahir dalam usia
kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi sistem kekebalan terhadap penyakit
pada anak. Trauma persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya
aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan
anak setelah lahir.
Contoh :BBLR, apgar score, yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya.
e. Riwayat penyakit yang lalu
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya peradangan atau infeksi pada jaringan otak (J.G Chusid, 1993). Imunisasi
perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak
perludiketahui untuk dihindarkan karena dapat memperburuk keadaan.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannyadengan penyakit yang
dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatankeluarga perlu diketahui, apakah ada
anggota keluarga yang menderita penyakit menular yang ada hubungannya dengan
penyakit yang dialami oleh klien (Soemarno marram, 1983).
g. Riwayat sosial
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Perjalanan klinik dari penyakitsehingga mengganggu status
mental, perilaku dan kepribadian. Perawat dituntut mengkaji status klien ataukeluarga
agar dapatmemprioritaskan masalah keperawatnnya.(Ignatavicius dan Bayne, 1992).
h. Kebutuhan dasar (aktfitas sehari-hari)
Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari antara lain
: gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisikarena mual muntah, hipermetabolik akibat
proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial. Pola istirahat pada penderita
seringkejang, hal ini sangat mempengaruhi penderita. Pola kebersihan diriharus
dilakukan di atas tempat tidur karena penderita lemah atau tidak sadar dan cenderung
tergantung pada orang lain perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk
mengetahui akibathospitalisasi pada anak.
i. Pemeriksaan fisik
Pada klien ensephalistis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pada pemeriksaan
neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum meliputi :
a) Keadaan umum
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami perubahan atau
penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkatkesadaran dapat disebabkan oleh
gangguan metabolisme dandifusi serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural
akibat prosses peradangan otak.
b) Gangguan sistem pernafasan
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intrakranialmenyebabakan
kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila
tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F.
Sri Susilaningsih, 1994).
c) Gangguan sistem kardiovaskuler
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadiiskemik pada daerah
tersebut, hal ini akan merangsangvasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah
meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnyatransmitter
rangsang parasimpatis ke jantung.
d) Gangguan sistem gastrointestinal
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatantekanan intrakranial
yang menstimulasi hipotalamus anterior dannervus vagus sehingga meningkatkan
sekresi asam lambung. Dapat pula terjadi diare akibat peradangan sehingga terjadi
hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).

j. Pertumbuhan dan perkembangan


Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis ataumengalami
hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinyagangguan pertumbuhan dan
perkembangan sangat besar. Hal inidisebabkan pada keadaan sakit fungsi tubuh
menurun termasuk fungsi sosial anak. Tahun-tahun pertama pada anak merupakan
“tahun emas” untuk kehidupannya. Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saatini
harus diatasi untuk mencapai tugas-tugas pertumbuhanselanjutnya. Pengkajian
pertumbuhna dan perkembangan anak inimenjadi penting sebagai langkah awal
penanganan dan antisipasi.Pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan format
DDST.

2. Analisa Data

No. Data Etiologi Problem


DS : Pasien mengeluh Proses penyakit (mis.infeksi, Hipertermia
1 seluruh badan kanker)
panas menggigil
DO : suhu tubuh diatas
normal (39c)
2 DS : -Mengeluh tidak Gejala penyakit Gangguan rasa
nyaman nyaman
- mengeluh mual
DO : Gelisah
3 DS : klien mengatakan Ketidakmampuan menelan Defisit nutrisi
nafsu makan
menurun
DO : berat badan
menurun minimal
10% di bawah
rentang ideal

3. Diagnosa keperawatan
( PPNI. 2017. SDKI)
1) Hipertermia b/d proses penyakit(mis.infeksi, kanker) d/d suhu tubuh diatas normal
(39c)
2) Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit d/d klien gelisah
3) Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan d/d berat badan menurun minimal 10%
di bawah rentang ideal

4 Intervesi keperawatan
( PPNI.2018. SIKI)

Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


Hipertermia Tujuan :  Manejemen hipertermia
Setelah dilakukan Observasi :
intervensi keperawatan 1) Identifikasi penyebab
selama 1x24 jam maka hipertermia (mis.
ekspetasi membaik. dehidrasi, terpapar
lingkungan panas,
Kriteria Hasil : penggunaan incubator)
1. Menggigil menurun 2) Monitor suhu tubuh
2. Suhu tubuh membaik 3) Monitor kadar
elektrolit
4) Monitor haluan urine
5) Monitor komplikasi
akibat hipertermia
Terapeutik :
6) Sediakan lingkungan
yang dingin
7) Longgarkan atau
lepaskan pakaian
8) Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
9) Berikan cairan oral
10) Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)

11) Lakukan pendinginan


eksternal (mis. selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
12) Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
13) Berikan oksigen, jika
perlu

Edukasi :
14) Anjurkan tirah baring

Kolaborasi :
15) Kolaborasipemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

Gangguan rasa Tujuan :  Manejemen nyeri


nyaman Setelah dilakukan intervensi Observasi :
keperawatan selama 1x24 jam 1) Identifikasi lokasi,
maka ekspetasi meningkat. karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil :
1. Keluhan tidak nyaman kualitas, intensitas nyeri
menurun 2) Identifikasi skala nyeri
2. Gelisah menurun
3. Keluhan kepanasan 3) Identifikasi respons nyeri non
menurun verbal
4) Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9) Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
10) Berikan teknik non
farmakologisuntuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
11) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri ( mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
12) Fasilitas istirahat dan tidur
13) Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
14) Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
15) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
16) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
17) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
18) Ajarkan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi
19) Kolaborasi pemberian
analgetik, Jika perlu.
Defisit nutrisi Tujuan :  Manejemen nurisi
Setelah dilakukan intervensi Observasi :
keperawatan selama 1x24 jam 1) Identifikasi status nutrisi
maka ekspetasi membaik. 2) Identifikasi alergi dan
Kriteria Hasil : intoleransi makanan
1. Pola makanan yang 3) Identifikasi makanan yang di
dihabiskan meningkat sukai
2. Kekuatan otot pengunyah 4) Identifikasi kebutuhan kalori
meningkat dan jenis nutrien
3. Berat badan membaik 5) Identifikasi perlunya
4. Nafsu makan membaik penggunaan selang nasogastric
6) Monitor asupan makanan
7) Monitor berat badan
8) Monitor hasil pemeriksaaan
laboratorium
Terapeutik :
9) Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
10) Fasilitasi menentukan
pedomanan diet (mis. piramida
makanan)
11) Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
12) Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
13) Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
14) Berikan suplemen makanan,
jika perlu
15) Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastric jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
16) Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
17) Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
18) Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda
nyeri, antlemetik), jika perlu
19) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
5 Implementasi

No Dx Waktu Implementasi
1. Senin, 05 April 2021/08.00 1. Monitor suhu tubuh
2. Kompres dingin pada
dahi
Respon :
-Subjektif : Pasien
mengeluh seluruh badan
panas menggigil
-Objektif : suhu tubuh
diatas normal (39c)
2. Selasa, 06 April 2021/08.30 1. Identifikasi skala nyeri
2. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
3. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
Respon :
-Subjektif :Pasien
mengeluh merasa tidak
nyaman
-Objektif : Pasien
kelihatan gelisah
3. Rabu, 07 April 2021/08.00 1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan
yang di sukai
4. Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient
Respon :
-Subjektif : Pasien
mengatakan nafsu
makannya menurun
-Objektif : berat badan
menurun minimal 10%
di bawah rentang ideal

6 Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Rahman, M Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium,


Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 2010.
Sa1harian, Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2013.
Arif Mansur.2010 Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2 Jakarta: Media
Aes1ulapius.

Anda mungkin juga menyukai