Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN ENSEFALITIS

Diajukan untuk memenuhi tugas yang dibina oleh Dosen

KELOMPOK 3

Disusun oleh :

Kharisma Suci Yunita (33411901051)

Kartika Rhamadani (33411901052)

Siti Aisyah (33411901074)

Wahyu Arianti (33411901087)

PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK NEGERI MADURA

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit kedalam
tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan
kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Ensefalitis adalah radang jaringan otak
yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansjur,
2000).

Di USA ensefalitis sering terjadi pada usia 0-3 tahun, sekitar 10-20% di USA, persentase
lebih tinggi dibandingkan negara-negara yang belum berkembang. Ada banyak tipe-tipe dari
ensefalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus-
virus. Ensefalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan
dari otak. Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-muntah
lethargi, kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.

Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah
masuk ke dalam tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara.
Salah satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan ensefalitis.
Berdasarkan faktor penyebab yang sering terjadi maka ensefalitis diklasifikasikan menjadi enam
tipe, yaitu : ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena fungus,
ensefalitis karena parasit, dan riketsiosa serebri. Encephalitis herpes simplek merupakan
komplikasi dari infeksi HSV (Herpes Simplek Virus) yang mempunyai mortalitas dan morbiditas
yang tinggi terutama pada neonates. EHS (Encephalitis Herpes Simplek) yang tidak diobati
sangat buruk dengan kematian70-80% setelah 30 hari dan meningkat menjadi 90% dalam 6
bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir akan menurunkan mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa
lebih sering ditemukan dan lebih berat pada kasus yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan
yang lebih dari 4 hari memberikan prognosis buruk, demikian juga koma, pasien yang
mengalami koma seringkali meninggal atau sembuh dengan gejala sisa yang berat. (Arif
Mansjur, 2000)

Di Indonesia Encephalitis Herpes Simplek merupakan komplikasi dari infeksi HSV (Herpes
Simplek Virus) yang mempunyai mortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama pada neonates.
EHS (Encephalitis Herpes Simplek) yang tidak diobati sangat buruk dengan kematian 70-80%
setelah 30 hari dan meningkat menjadi 90% dalam 6 bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir
akan menurunkan mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih berat
pada kasus yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4 hari memberikan
prognosis buruk, demikian juga koma, pasien yang mengalami koma seringkali meninggal atau
sembuh dengan gejala sisa yang berat.
.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Anak dengan Ensefalitis.
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Ensefalitis.
b) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Ensefalitis.
c) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi Ensefalitis.
d) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi Ensefalits.
e) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis Ensefalitis.
f) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik Ensefalitis.
g) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Ensefalitis.
h) Mahasiswa dapat menjelaskan teori Asuhan keperawatan Ensefalitis.
i) Mahasiswa dapat memahami dalam melakukan Asuhan Keperawatan Ensefalitis.

C. Ruang Lingkup Masalah


Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah hanya membahas tentang“Asuhan Keperawatan
Anak dengan Ensefalitis” meliputi pengertian, gejala umum, etiologi, patofisiologi,
pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, pencegahan, dan komplikasi pada anak dengan
Ensefalitis dan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Ensefalitis adalah merupakan proses radang akut yang melibatkan meningen dan sampai
tingkat yang bervariasi, infeksi ini relative lazim dan dapat disebabkan oleh sejumlah agen
yang berbeda. (Donna.L. Wong, 2000).
Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meningen, yang dapat disebabkan
karena virus, bakteri, jamur dan parasit. Encephalitis karena bakteri dapat masuk melalui
fraktur tengkorak. Sedangkan pada virus disebabkan karena gigitan serangga, nyamuk (arbo
virus) yang kemudian masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran darah. Pemberian
imunisasi juga berpotensi mengakibatkan encephalitis seperti pada imunisasi polio.
Encephalitis karena amuba diantaranya amuba Naegleria fowleri, acantamuba culbertsoni
yang masuk melalui kulit yang terluka.(Dewanto, 2007).
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,
protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang
ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari
penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri).
Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic.
(Tarwoto & Martonah, 2007).
Dari uraian diatas maka kelompok dapat mengambil kesimpulan bahwa ensefalitis
adalah inflamasi pada jaringan otak yang melibatkan meningen yang disebabkan oleh
berbagai macam mikroorganisme.

2. Etiologi
Untuk mengetahui penyebab encephalitis perlu pemeriksaan bakteriologik dan virulogik
pada spesimen feses, sputum, serum darah ataupun cairan serebrosspinalis yang harus
diambil pada hari-hari pertama. Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan
ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri
penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. coli, M. Tuberculosa dan
T.Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer,
2000).
Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksitoksin dari thypoid
fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan
tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi
radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Encephalitis dapat disebabkan karena :
a) Arbovirus
Arbovirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan serangga. Masa
inkubasinya antara 5 sampai 15 hari.
b) Enterovirus
Termasuk dalam enterovirus adalah poliovirus, herpes zoster. Enterovirus disamping
dapat menimbulkan encephalitis dapat pula mengakibatkan penyakit mumps
(gondongan).
c) Herpes simpleks
Herpes simpleks merupakan penyakit meningitis yang sangat mematikan di Amerika
Utara (Hickey dalam Donna, 1995).
d) Amuba
Amuba penyebab encephalitis adalah amuba Naegleria dan Acanthamoeba, keduanya
ditemukan di air dan dapat masuk melalui mukosa mulut saat berenang.
e) Rabies
Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah masa inkubasi yang
berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
f) Jamur
Jamur yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus Blastomyces dermatitidis,
biasanya menyerang pria yang bekerja di luar rumah. Tempat masuknya melalui paru-
paru atau lesi pada kulit.

3. Patofisiologi
Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran darah,
saraf perifer atau saraf kranial, menetap dan berkembang biak menimbulkan proses
peradangan. Kerusakan pada myelin pada akson dan white matter dapat pula terjadi. Reaksi
peradangan juga mengakibatkan perdarahan, edema, nekrosis yang selanjutnya dapat terjadi
peningkatan tekanan intracranial. Kematian dapat terjadi karena adanya herniasi dan
peningkatan tekanan intracranial. (Tarwoto Wartonah, 2007).
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran napas, dan saluran cerna. Setelah masuk
ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara :
a. Lokal : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ
tertentu.
b. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah, kemudian menyebar ke
organ dan berkembang biak di organ tersebut.
c. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di perukaan selaput lendir dan
menyebar melalui sistem persarafan.
Setelah terjadi penyebaran ke otak terjadi manifestasi klinis ensefalitis. Masa prodromal
berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah nyeri
tenggorokan, malais, nyeri ekstremitas, dan pucat. Suhu badan meningkat, foto fobia, sakit
kepala, muntah-muntah, letargi, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai
meningen. Pada anak, tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat
disertai gangguan penglihatan, pendengaran, bicara, serta kejang. Gejala lain berupa
gelisah, rewel, perubahan perilaku, gangguan kesaadaran, kejang. Kadang-kadang disertai
tanda neurologis fokal berupa afassia, hemiparesis, hemiplagia, ataksia, dan paralisis saraf
otak.

4. Manifestasi Klinis
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan khas,
sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa trias
ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang
disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen, dapat terjadi gangguan
pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer, 2000).
Menurut (Hassan, 1997), adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :
a. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
b. esadaran dengan cepat menurun
c. Muntah
d. Kejang-kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-kejang di
muka)
e. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal
paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.

Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan
gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan asimetri
refleks tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-
otot wajah.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut (Victor, 2001) yaitu :
a. Biakan
a) Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif.
b) Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi) akan didapat
gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap anti biotika.
c) Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif.
d) Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM
dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.

c. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.


d. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
e. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah
sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem
saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik
berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).
f. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula
didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex,
ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis menurut (Victor, 2001) antara lain :
a. Isolasi : bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan
pencegahan.
b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkindianjurkan oleh dokter :
a) Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
b) Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
c. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara
signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir
diberikan secara intravena dengan dosis 30mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama
10-14 hari untuk mencegah kekambuhan.
d. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.
e. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak.
f. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan
tergantung keadaan anak.
g. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set
untuk menghilangkan edema otak.
h. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan
edema otak.
i. Mengontrol kejang : obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang.
Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
j. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5mg/kgBB/kali.
k. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bila diulang dengan dosis yang sama.
l. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan
dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
m. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-
31/menit).
n. Penatalaksanaan shock septik.
o. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
p. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang
mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan,
daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2
mg/kgBB/hari dan phenergen 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular
dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau
parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral.

7. Komplikasi
Komplikasi pada ensefalitis berupa :
a. Retardasi mental
b. Iritabel
c. Gangguan motorik
d. Epilepsi
e. Emosi tidak stabil
f. Sulit tidur
g. Halusinasi
h. Enuresisi
i. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa
medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan
penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. Keluhan utama
pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk, gangguan kesadaran, demam
dan kejang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan,
mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami sebelumnya.
Biasanya pada masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari ditandai dengan demam,
sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat.
Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari distribusi dan
luas lesi pada neuron. Gejala terebut berupa gelisah, irritable, screaning attack,
perubahan perilaku, gangguan kesadaran dan kejang kadang-kadang disertai tanda
neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisi saraf otak.
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal.
Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu
terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahir dalam usia
kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi sistem kekebalan terhadap penyakit
pada anak. Trauma persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya
aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan
anak setelah lahir.
Contoh :BBLR, apgar score, yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya.
e. Riwayat penyakit yang lalu
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya peradangan atau infeksi pada jaringan otak (J.G Chusid, 1993). Imunisasi
perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak perlu
diketahui untuk dihindarkan karena dapat memperburuk keadaan.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan penyakit yang
dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu diketahui, apakah ada
anggota keluarga yang menderita penyakit menular yang ada hubungannya dengan
penyakit yang dialami oleh klien (Soemarno marram, 1983).
g. Riwayat sosial
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Perjalanan klinik dari penyakit sehingga mengganggu status
mental, perilaku dan kepribadian. Perawat dituntut mengkaji status klien atau keluarga
agar dapat memprioritaskan masalah keperawatnnya.(Ignatavicius dan Bayne, 1992).
h. Kebutuhan dasar (aktfitas sehari-hari)
Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari antara lain
: gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi karena mual muntah, hipermetabolik akibat
proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial. Pola istirahat pada penderita sering
kejang, hal ini sangat mempengaruhi penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di
atas tempat tidur karena penderita lemah atau tidak sadar dan cenderung tergantung
pada orang lain perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui
akibat hospitalisasi pada anak.
i. Pemeriksaan fisik
Pada klien ensephalistis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pada pemeriksaan
neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum meliputi :
a) Keadaan umum
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami perubahan atau
penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran dapat disebabkan oleh
gangguan metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural
akibat prosses peradangan otak.
b) Gangguan sistem pernafasan
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intrakranial menyebabakan
kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila
tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F.
Sri Susilaningsih, 1994).
c) Gangguan sistem kardiovaskuler
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada daerah
tersebut, hal ini akan merangsang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah
meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya transmitter
rangsang parasimpatis ke jantung.
d) Gangguan sistem gastrointestinal
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intrakranial
yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga meningkatkan
sekresi asam lambung. Dapat pula terjadi diare akibat peradangan sehingga terjadi
hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).
j. Pertumbuhan dan perkembangan
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau mengalami
hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan pertumbuhan dan
perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada keadaan sakit fungsi tubuh
menurun termasuk fungsi sosial anak. Tahun-tahun pertama pada anak merupakan
“tahun emas” untuk kehidupannya. Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini
harus diatasi untuk mencapai tugas-tugas pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian
pertumbuhna dan perkembangan anak ini menjadi penting sebagai langkah awal
penanganan dan antisipasi. Pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan format
DDST.

2. Diagnosa Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansur.2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media


Aesculapius
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ensefalitis. (online). http://bpk2011. blogspot.
Com /2011/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien_24.html, diakses tanggal 23
April 2014 pukul 10.00.

Anda mungkin juga menyukai