KELOMPOK 3
Disusun oleh :
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit kedalam
tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan
kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Ensefalitis adalah radang jaringan otak
yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansjur,
2000).
Di USA ensefalitis sering terjadi pada usia 0-3 tahun, sekitar 10-20% di USA, persentase
lebih tinggi dibandingkan negara-negara yang belum berkembang. Ada banyak tipe-tipe dari
ensefalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus-
virus. Ensefalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan
dari otak. Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-muntah
lethargi, kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.
Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah
masuk ke dalam tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara.
Salah satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan ensefalitis.
Berdasarkan faktor penyebab yang sering terjadi maka ensefalitis diklasifikasikan menjadi enam
tipe, yaitu : ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena fungus,
ensefalitis karena parasit, dan riketsiosa serebri. Encephalitis herpes simplek merupakan
komplikasi dari infeksi HSV (Herpes Simplek Virus) yang mempunyai mortalitas dan morbiditas
yang tinggi terutama pada neonates. EHS (Encephalitis Herpes Simplek) yang tidak diobati
sangat buruk dengan kematian70-80% setelah 30 hari dan meningkat menjadi 90% dalam 6
bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir akan menurunkan mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa
lebih sering ditemukan dan lebih berat pada kasus yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan
yang lebih dari 4 hari memberikan prognosis buruk, demikian juga koma, pasien yang
mengalami koma seringkali meninggal atau sembuh dengan gejala sisa yang berat. (Arif
Mansjur, 2000)
Di Indonesia Encephalitis Herpes Simplek merupakan komplikasi dari infeksi HSV (Herpes
Simplek Virus) yang mempunyai mortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama pada neonates.
EHS (Encephalitis Herpes Simplek) yang tidak diobati sangat buruk dengan kematian 70-80%
setelah 30 hari dan meningkat menjadi 90% dalam 6 bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir
akan menurunkan mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih berat
pada kasus yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4 hari memberikan
prognosis buruk, demikian juga koma, pasien yang mengalami koma seringkali meninggal atau
sembuh dengan gejala sisa yang berat.
.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Anak dengan Ensefalitis.
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Ensefalitis.
b) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Ensefalitis.
c) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi Ensefalitis.
d) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi Ensefalits.
e) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis Ensefalitis.
f) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik Ensefalitis.
g) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Ensefalitis.
h) Mahasiswa dapat menjelaskan teori Asuhan keperawatan Ensefalitis.
i) Mahasiswa dapat memahami dalam melakukan Asuhan Keperawatan Ensefalitis.
TINJAUAN TEORI
2. Etiologi
Untuk mengetahui penyebab encephalitis perlu pemeriksaan bakteriologik dan virulogik
pada spesimen feses, sputum, serum darah ataupun cairan serebrosspinalis yang harus
diambil pada hari-hari pertama. Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan
ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri
penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. coli, M. Tuberculosa dan
T.Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer,
2000).
Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksitoksin dari thypoid
fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan
tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi
radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Encephalitis dapat disebabkan karena :
a) Arbovirus
Arbovirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan serangga. Masa
inkubasinya antara 5 sampai 15 hari.
b) Enterovirus
Termasuk dalam enterovirus adalah poliovirus, herpes zoster. Enterovirus disamping
dapat menimbulkan encephalitis dapat pula mengakibatkan penyakit mumps
(gondongan).
c) Herpes simpleks
Herpes simpleks merupakan penyakit meningitis yang sangat mematikan di Amerika
Utara (Hickey dalam Donna, 1995).
d) Amuba
Amuba penyebab encephalitis adalah amuba Naegleria dan Acanthamoeba, keduanya
ditemukan di air dan dapat masuk melalui mukosa mulut saat berenang.
e) Rabies
Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah masa inkubasi yang
berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
f) Jamur
Jamur yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus Blastomyces dermatitidis,
biasanya menyerang pria yang bekerja di luar rumah. Tempat masuknya melalui paru-
paru atau lesi pada kulit.
3. Patofisiologi
Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran darah,
saraf perifer atau saraf kranial, menetap dan berkembang biak menimbulkan proses
peradangan. Kerusakan pada myelin pada akson dan white matter dapat pula terjadi. Reaksi
peradangan juga mengakibatkan perdarahan, edema, nekrosis yang selanjutnya dapat terjadi
peningkatan tekanan intracranial. Kematian dapat terjadi karena adanya herniasi dan
peningkatan tekanan intracranial. (Tarwoto Wartonah, 2007).
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran napas, dan saluran cerna. Setelah masuk
ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara :
a. Lokal : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ
tertentu.
b. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah, kemudian menyebar ke
organ dan berkembang biak di organ tersebut.
c. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di perukaan selaput lendir dan
menyebar melalui sistem persarafan.
Setelah terjadi penyebaran ke otak terjadi manifestasi klinis ensefalitis. Masa prodromal
berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah nyeri
tenggorokan, malais, nyeri ekstremitas, dan pucat. Suhu badan meningkat, foto fobia, sakit
kepala, muntah-muntah, letargi, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai
meningen. Pada anak, tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat
disertai gangguan penglihatan, pendengaran, bicara, serta kejang. Gejala lain berupa
gelisah, rewel, perubahan perilaku, gangguan kesaadaran, kejang. Kadang-kadang disertai
tanda neurologis fokal berupa afassia, hemiparesis, hemiplagia, ataksia, dan paralisis saraf
otak.
4. Manifestasi Klinis
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan khas,
sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa trias
ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang
disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen, dapat terjadi gangguan
pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer, 2000).
Menurut (Hassan, 1997), adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :
a. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
b. esadaran dengan cepat menurun
c. Muntah
d. Kejang-kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-kejang di
muka)
e. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal
paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.
Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan
gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan asimetri
refleks tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-
otot wajah.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut (Victor, 2001) yaitu :
a. Biakan
a) Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif.
b) Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi) akan didapat
gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap anti biotika.
c) Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif.
d) Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM
dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
7. Komplikasi
Komplikasi pada ensefalitis berupa :
a. Retardasi mental
b. Iritabel
c. Gangguan motorik
d. Epilepsi
e. Emosi tidak stabil
f. Sulit tidur
g. Halusinasi
h. Enuresisi
i. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.
2. Diagnosa Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA