PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Encephalitis ?
2. Bagaimana etiologi dan manifestasi klinis Encephalitis ?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit Encephalitis ?
4. Bagaimana asuhan keperawatan Encephalitis pada anak ?
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
berat dan sering menyebabkan kematian. Bila dapat bertahan hidup, umumnya
penderita akan menjadi cacat karena kerusakan neurologis.
Anak-anak dan lanjut usia terutama berisiko terkena jenis encephalitis
yang paling parah. Hampir 60 persen kasus yang ditemukan dianggap fatal.
Seringkali radang disebabkan oleh virus, namun ada juga kasus langka yang
diakibatkan bakteri. Beberapa jenis virus dapat menimbulkan encephalitis,
termasuk rabies, flu, campak, herpes dan encephalitis akibat caplak.
4
2.3 Patofisiologi Encephalitis
Rangkaian peristiwa yang terjadi berbeda-beda, sesuai dengan agen
penyakit dan pejamu. Pada umumnya virus ensefalitis termasuk sistem
limfatik, baik berasal dari menelan enterovirus akibat gigitan nyamuk atau
serangga lain. Didalam sistem limfatik ini terjadi perkembangbiakan dan
penyebaran ke dalam aliran darah yang mengakibatkan infeksi pada beberapa
organ. Pada stadium ini (fase ekstraneural), ditemukan penyakit demam
nonpleura, sistemis, tetapi jika terjadi perkembangbiakan lebih lanjut dalam
organ yang terserang, terjadi pembiakan dan penyebaran virus sekunder dalam
jumlah besar. Invasi ke susunan saraf pusat akan diikuti oleh bukti klinis
adanya penyakit neurologis.
Kemungkinan besar kerusakan neurologis disebabkan oleh
1) Invasi langsung dan destruksi jaringan saraf oleh virus yang
berproliferasi aktif atau
2) Reaksi jaringan saraf terhadap antigen-antigen virus. Perusakan neuron
mungkin terjadi akibat invasi langsung virus, sedangkan respon
jaringan pejamu yang hebat mungkin mengakibatkan demielinisasi,
kerusakan pembuluh darah dan perivaskular.
Kerusakan pembuluh darah mengakibatkan gangguan peredaran darah dan
menimbulkan tanda-tanda serta gejala-gejala yang sesuai. Penentuan besarnya
kerusakan susunan syaraf pusat yang ditimbulkan langsung oleh virus dan
bagaimana menggambarkan banyaknya perlukaan yang diperantarai oleh
kekebalan, mempunyai implikasi teraupetik; agen-agen yang membatasi
multiplikasi virus diindikasikan untuk keadaan pertama dan agen-agen yang
menekan respons kekebalan selular pejamu digunakan untuk keadaan lain.
(Nelson, 1992).
Pada ensefalitis bakterial, organisme piogenik masuk ke dalam otak
melalui peredaran darah, penyebaran langsung, komplikasi luka tembus.
Penyebaran melalui peredaran darah dalam bentuk sepsis atau berasal dari
radang fokal di bagian lain di dekat otak. Penyebaran langsung dapat melalui
5
tromboflebitis, osteomielitis, infeksi telinga bagian tengah dan sinus
paranasalis.
Mula-mula terjadi peradangan supuratif pada jaringan otak. Biasanya
terdapat di bagian substantia alba, karena bagian ini kurang mendapat suplai
darah. Proses peradangan ini membentuk eksudat, trombosis septik pada
pembuluh-pembuluh darah dan agregasi leukosit yang sudah mati.
Di daerah yang mengalami peradangan tadi timbul edema, perlunakan dan
kongesti jaringan otak disertai peradangan kecil. Di sekeliling abses terdapat
pembuluh darah dan infiltrasi leukosit. Bagian tengah kemudian melunak dan
membentuk ruang abses. Mula-mula dindingnya tidak begitu kuat, kemudian
terbentuk dinding kuat membentuk kapsul yang konsentris. Di sekeliling abses
terjadi infiltrasi leukosit PMN, sel-sel plasma dan limfosit. Abses dapat
membesar, kemudian pecah dan masuk ke dalam ventrikulus atau ruang
subarakhnoid yang dapat mengakibatkan meningitis. (Harsono, 1996). Proses
radang pada ensefalitis virus selain terjadi jaringan otak saja, juga sering
mengenai jaringan selaput otak. Oleh karena itu ensefalitis virus lebih tepat bila
disebut sebagai meningo ensefalitis. (Arif, 2000)
Virus-virus yang menyebabkan parotitis, morbili, varisela masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pernafasan. Virus polio dan enterovirus melalui mulut,
VHS melalui mulut atau mukosa kelamin, virus yang lain masuk ke tubuh
melalui inokulasi seperti gigitan binatang (rabies) atau nyamuk. Bayi dalam
kandungan mendapat infeksi melalui plasenta oleh virus rubella atau CMV.
Virus memperbanyak diri secara lokal, terjadi viremia yang menyerang SSP
melalui kapilaris di pleksus koroideus. Cara lain ialah melalui saraf perifer
(gerakan sentripetal) misalnya VSH, rabies dan herpes zoster.
Pertumbuhan virus berada di jaringan ekstraneural (usus, kelenjar getah
bening, poliomielitis) saluran pernafasan atas mukosa gastrointestinal
(arbovirus) dan jaringan lemak (coxackie, poliomielitis, rabies, dan variola). Di
dalam SSP virus menyebar secara langsung atau melalui ruang ekstraseluler.
Pada ensefalitis terdapat kerusakan neuron kemudian terjadi intracellular
inclusion bodies, peradangan otak dan medulla spinalis serta edema otak.
Terdapat juga peradangan pada pembuluh-pembuluh darah kecil, trombosis
6
dan proliferasi astrosit dan mikroglia. Neuron yang rusak dimakan oleh
makrofag disebut neurofagia yang khas bagi ensefalitis primer. (Harsono,
1996).
Kemampuan dari beberapa virus untuk tinggal tersembunyi (latent)
merupakan hal yang penting pada penyakit sistem saraf oleh virus. Virus
herpes simplek dan herpes zoster dapat tinggal latent di dalam sel tuan rumah
pada sistem saraf untuk dapat kembali aktif berbulan-bulan atau bertahun-
tahun setelah infeksi pertama. (Khumer, 1987).
7
Adapun tanda dan gejala Encephalitis sebagai berikut :
1 Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja
(kejang-kejang di muka)
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau
bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya
(Hassan,1997).
Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi
tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia
hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda babinski, gerakan
infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
Pemeriksaan penunjang :
Secara klinik dapat di diagnosis dengan menemukan gejala klinik tersebut
diatas:
1. Biakan : dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga
sukar untuk mendapatkan hasil yang positif. Dari likuor atau jaringan
otak. Akan dapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap
antibiotika.
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi henaglutinasi
dan uji teutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi
antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan leukosit.
4. Fungsi lumbal likuor serebospinalis sering dalam batas normal. Kadang-
kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau
glukosa.
5. EEG / Electroencephalography EEG sering menunjukan aktivitas listrik
yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun, adanya
kejang,koma,tumor,infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan
parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal
irama dan kecepatan. (Smeltzer,2002).
8
6. CT Scan, pemeriksaan CT Scan otak sering kali di dapat hasil normal,
tetapi bisa juga didapat hasil edema diffuse.
9
koordinasi, kelainan kepribadian, disorientasi, gangguan bicara dan gangguan
mental (Harsono, 1996).
Temuan-temuan klinis pada Encephalitis ditentukan oleh :
1. Berat dan lokalisasi anatomis susunan saraf yang terlihat
2. Patogenesitas agen yang menyerang
3. Kekebalan dan mekanisme reaktif lain penderita (Nelson 1992).
10
encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30
mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah
kekambuhan (Victor, 2001).
Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara
polifragmasi.
c. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak
Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah
cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.
Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam
pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.
Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan
untuk menghilangkan edema otak.
d. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk
memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang
sama.
Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan
valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
e. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai
kebutuhan (2-3l/menit).
f. Penatalaksanaan shock septik.
g. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
h. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh
yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher,
ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai
hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4
mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali
pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau
parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral
(Hassan, 1997).
11
2.8 Asuhan Keperawatan Encephalitis pada Anak
1. Pengkajian
a. Identitas : Encephalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
b. Keluhan Utama : berupa panas badan meningkat, kejang, dan kesadaran
menurun.
c. Riwayat Penyakit Sekarang : Mula-mula anak rewel, gelisah, muntah-
muntah, panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.
d. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien sebelumnya menderita batuk, pilek
kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit
infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga ada yang menderita penyakit
yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dan lain-lain. Bakteri
contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus, E, Coli, dan lain-lain.
f. Imunisasi : Kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena ensefalitis
dapat terjadi pada post imunisasi pertusis.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan
(Boedihartono, 1994). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
masalah ensefalitis adalah :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.
b. Hipertemi b/d reaksi inflamasi.
c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara)
b/d kerusakan susunan saraf pusat.
d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan (Boedihartono, 1994). Intervensi keperawatan pasien dengan
masalah ensefalitis adalah :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.
Tujuan : Nyeri teratasi
12
Kriteria hasil :
1. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
2. Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
INTERVENSI RASIONAL
13
INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
14
kemampuan pasien untuk
menerima lingkungan.
Ciptakan lingkungan yang Menurunkan/ membatasi jumlah
sederhana, pindahkan perabot yang stimuli yang mungkin dapat
membahayakan. menimbulkan kebingungan bagi
pasien.
INTERVENSI RASIONAL
15
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Implementasi
keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis meliputi :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.
NO IMPLEMENTASI
16
2 Mengevaluasi adanya gangguan penglihatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28) Evaluasi pada pasien
dengan masalah ensefalitis adalah :
a. Pemenuhan nutrisi pasien adekuat.
b. Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.
c. Tidak mengalami kejang atau cedera lainnya.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari
encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling
sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat
juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan
dari otak.
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan encephalitis,
misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri
penyebab encephalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli,
M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut
encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000).
Rangkaian peristiwa yang terjadi berbeda-beda, sesuai dengan agen
penyakit dan pejamu. Pada umumnya virus ensefalitis termasuk sistem
limfatik, baik berasal dari menelan enterovirus akibat gigitan nyamuk atau
serangga lain. Didalam sistem limfatik ini terjadi perkembangbiakan dan
penyebaran ke dalam aliran darah yang mengakibatkan infeksi pada
beberapa organ.
Adapun tanda dan gejala Encephalitis sebagai berikut : Suhu yang
mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia, kesadaran dengan cepat
menurun, muntah, kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau
twiching saja (kejang-kejang di muka), gejala-gejala serebrum lain, yang
dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal paresis atau
paralisis, afasia, dan sebagainya (Hassan,1997).
Meskipun penyebabnya berbeda, gejala klinis Encephalitis lebih kurang
sama dan khas sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnostik. Secara
umum gejala berupa trias Encephalitis yang terdiri dari demam, kejang dan
kesadaran menurun (Arif, 2000).
18
Karena terdapat banyak penyebab Encephalitis, maka tidak terdapat pola
epidemiologi yang sama. Tetapi sebagian besar kasus yang terjadi pada
musim panas dan musim gugur, mencerminkan adanya virus arbo dan virus
entero sebagai etiologi. Encephalitis yang disebabkan karena virus arbo
terjadi dalam bentuk epidemik, dengan batas wilayah yang ditentukan oleh
batas vektor nyamuk serta prevalensi binatang reservoar alamiah.
3.2 Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi
fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa
mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada
didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya
sistem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.
19
DAFTAR RUJUKAN
20