Oleh :
KELOMPOK 1
Mengetahui,
Pembimbing Klinik,
(..................................................)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
NUTRISI PADA KLIEN DENGAN LUKA BAKAR
III. SASARAN
Keluarga dan pasien yang mengalami luka bakar yang berada di ruang 16
(burn care unit) Rumah Umum Dr. Saiful Anwar.
IV. MATERI
· Pengertian Nutrisi
· Tujuan diet pada luka bakar
· Pentingnya protein
· Pentingnya asupan cairan
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI. MEDIA
1. Leaflet
2. ppt
3. 4 Penutup:
Menit Member kesempatan klien dan Mengajukan pertanyaan
keluarga untuk bertanya. Menjawab pertanyaan
Menanyakan kepada peserta tentang Menjawab salam
materi yang telah diberikan, dan
reinforcement kepada keluarga yang
dapat menjawab pertanyaan.
Mengucapkan salam penutup
VIII. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Peserta hadir di tempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan ruang 16 RSSA Malang
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
3. Evaluasi Hasil (Setelah dilakukan penyuluhan)
Keluarga dan pasien mampu memahami pengertian nutrisi
Keluarga dan pasien mampu memahami pentingnya nutrisi untuk luka
bakar
LAMPIRAN MATERI
A. PENGERTIAN
Nutrisi atau zat makanan adalah merupakan bagian dari makanan termasuk
didalamnya air, protein dan asam amino yang membentuknya, lemak dan asam
lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin.
Nutrisi adalah semua makanan yang mengandung zat-zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh baik untuk mempertahankan keseimbangaan metabolisme
ataupun sebagai pembangun. (www.woundpedia.com)
Syarat diet :
o Energy tinggi yaitu, 35-40 kkal/kgBB
o Protein tinggi, yaitu 1,2 gr/kgBB
o Lemak cukup, yaitu 20-30 %dari kebutuhan energi ketat
o Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan normal
o Makanan diberikan dalam bentuk mudah cara
C. PENETAPAN DIET
1. Pemberian makanan dapat dimulai sesudah fase akut terlewati dan aliran
darah ke saluran cerna kembali normal. Makanan yang diberikan harus
mudah dicerna dan diserap seperti larutan hidrat arang (maltodextrin)
2. Pilih bahan makanan yang mudah dilumatkan, seperti :
Ikan sebagai sumber protein hewani,
Tahu atau tempe sebagai sumber protein nabati
Sayur dan buah yang mudah dilumatkan seperti : wortel, labu siam,
lobak, pepaya,dll
3. Pemberian susu kedelai, kacang merah dan kacang hijau dapat dianjurkan
untuk memberikan glutamin dan arginin yang banyak terdapat di dalam
produk kacang-kacangan, khususnya kacang merah. Minyak ikan yang kaya
akan vitamin A dan asam lemak omega 3 dapat pula diberikan sementara
minyak zaitun yang merupakan sumber asam lemak omega 9 dapat pula
dimakan mentah sebagai campuran susu atau formula enteralnya.
4. Gunakan susu skim untuk menambah kandungan protein dalam sereal, sup,
dll. Jangan gunakan santan sebagai bahan untuk menggurihkan makanan
karena santan terutama yang kental kaya akan asam lemak jenuh
5. Minum banyak air untuk mengencerkan darah. Misalnya 1 gelas air mineral
setiap 2 hingga 3 jam sekali dan minum setiap kali terbangun untuk buang
air kecil pada malam hari
6. Untuk menghindari keletihan setelah sembuh dari trauma, luka bakar atau
pembedahan, kepada pasien dapat dianjurkan agar makan sedikit-sedikit
tetapi sering.
Pada pasien luka bakar terjadi kehilangan energy dan protein yang besar,
untuk itu diperlukan dukungan nutrisi yang sesuai untuk mengurangi
komplikasi, kematian, dan mempercepat penyembuhan luka. Pasien kurang
nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah
pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi
luka dan penyembuhan lama karena suplai darah jaringan adiposa tidak
adekuat.
Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena reaksi serat kolagen
yang berlebihan dalam proses penyembuhan luka. Serat kolagen disini
teranyam teratur. Keloid yang tumbuh berlebihan melampaui batas luka,
sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung kambuh bila dilakukan
intervensi bedah.
Parut hipertrofik hanya berupa parut luka yang menonjol, nodular, dan
kemerahan, yang menimbulkan rasa gatal dan kadang – kadang nyeri. Parut
hipertrofik akan menyusut pada fase akhir penyembuhan luka setelah sekitar
satu tahun, sedangkan keloid tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Nuri Anisa Faradilla
2. Siti Dyah Wahyu Dwi Roziah
3. Wahyu Artiningsih
4. Fanda Eka D