PENDAHULUAN
1
diketemukan hanya 9 spesimen yang positif artinya ensefalitis disebabkan
oleh virus Japanese Encephalitis.
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
2
Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan ensefalitis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
3
Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
2. Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain
yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jela\s.
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
4
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran
cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh
dengan beberapa cara:
c. Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif
5. EEG/ Electroencephalography
5
EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan
kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem
saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan
aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.(Smeltzer,
2002)
6. CT scan
Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula
didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis
herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal
dan lobus frontal.(Victor, 2001)
3. Muntah
6
aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda Babinski,
gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
2.7 Penatalaksanaan
1. Isolasi, bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai
tindakan pencegahan.
7
c. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral
acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan
morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena
dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari
untuk mencegah kekambuhan (Victor, 2001).
4. Mengontrol kejang
c. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan
valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
5. Mempertahankan ventilasi
8
8. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh
yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher,
ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian :
1. Anamnesa
a. Identitas : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnose medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur
dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau memperberat
keadaan penyakit infeksi. ensefalitis dapat terjadi pada semua
kelompok umur.
b. Keluhan utama : panas badan meningkat, kejang, kesadaran
menurun.
c. Riwayat penyakit sekarang : mula-mula anak rewel ,gelisah
,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari ,
sakit kepala.
d. Riwayat penyakit dahulu : klien sebelumnya menderita batuk ,
pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes,
penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh
virus contoh : Herpes dll. Bakteri contoh : Staphylococcus
Aureus,Streptococcus , E , Coli ,dll.
10
f. Imunisasi : kapan terakhir diberi imunisasi DTP karena
ensafalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.
11
3.2 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b/d adanya proses infeksi atau inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
2. Hipertermi b/d peningkatan tingkat metabolisme penyakit.
3. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan serebral b/d edema serebral yang
mengubah/menghentikan aliran darah arteri/vena.
4. Ketidakefektifan pola napas b/d kompresi pada batang otak.
5. Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum.
6. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromaskuler.
7. Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah.
8. Gangguan sensorik persepsi (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d
kerusakan susunan saraf pusat.
1. Nyeri b/d adanya proses infeksi atau inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
Tujuan : nyeri hilang
Kriteria hasil :
Klien tidak merasakan nyeri.
Klien menunjukkan postur rileks dan mampu tidur / istirahat
dengan tepat.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
1. Berikan lingkungan yang 1. Menurunkan reaksi terhadap
tenang, ruangan agak gelap stimulasi dari luar atau
sesuai indikasi. sensitivitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat/relaksasi.
2. Menurunkan gerakan yang dapat
2. Tingkatkan tirah baring, meningkatkan nyeri.
bantulah kebutuhan perawatan
diri yang penting.
3. Berikan latihan rentang gerak 3. Dapat membantu
12
aktif/pasif secara tepat dan merelaksasikan ketegangan otot
masase otot daerah leher/bahu. yang meningkatkan reduksi
nyeri atau rasa tidak nyaman.
Kolaborasi:
1. Berikan analgetik, seperti 1. Untuk menghilangkan nyeri
asetaminofen, kodein. yang berat.
13
1. Berikan antipiretik, misalnya pada hipotalamus
ASA (aspirin), asetaminofen
(tylenol).
14
5. Berikan tindakan yang adanya peningkatan TIK.
menimbulkan rasa nyaman, 5. Meningkatkan istirahat dan
seperti masase punggug, menurunkan stimulasi sensori
lingkungan yang tenang yang berlebihan.
6. Berikan waktu isturahat antara
aktivitas perawatan dan batasi
lamanya tindakan tersebut. 6. Mencegah kelelahan berlebihan.
Aktivitas yang dilakukan secara
terus menerus dapat
Kolaborasi: meningkatkan TIK.
1. Berikan cairan IV dengan alat
control khusus. Batasi
pemasukan cairan dan berikan
larutan hipertonik/elektronit 1. Meminilkan fluktuasi dalam
sesuai indikasi. aliran vaskuler dan TIK.
2. Pantau gas darah arteri.
Berikan terapi oksigen sesuai
kebutuhan.
Klorpomasin (Thorazine)
Dapat menurunkan permeabilitas
15
atau menggigil yang dapat
meningkatkan TIK.
Menurun metabolism
selular/menurunkan konsumsi
oksigen dan resiko kejang.
Kolaborasi
1. Berikan oksigen.
1. Memaksimalkan oksigen pada
darah arteri dan membantu
dalam pencegahan hipoksia.
Jika pusat pernafasan tertekan,
mungkin diperlukan fentilasi
16
mekanik.
17
yang ditunjukkan oleh tidak terdapatnya kontraktur, footdrop.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
1. Periksa kembali kemampuan 1. Mengidentifikasi kemungkinan
dan keadaan secara fungsional kerusakan secara fungsional dan
pada kerusakan yang terjadi. mempengaruhi pilihan intervensi
yang akan dilakukan.
2. Seseorang dalam semua kategori
2. Kaji derajat imobilisasi pasien sama-sama mempunyai resiko
dengan menggunakan skala kecelakan sehubungan dengan
ketergantungan (0-4). imobilisasi.
3. Perubahan posisi yang teratur
3. Letakkan pasien pada posisi menyebabkan penyebaran
tertentu untuk menghindari terhadap berat badan dan
kerusakan karena tekanan. meningkatkan sirkulasi pada
Ubah posisi pasien secara seluruh bagian tubuh.
teratur. 4. Mempertahankan mobilisasi dan
4. Berikan/bantu untuk melakukan fungsi sendi/posisi normal
latihan rentang gerak. ekstremitas.
18
tempat tidur selama makan.
3. Berikan makan dalam jumlah 3. Meningkatkan proses
kecil dan dalam waktu yang pencernaan dan toleransi pasien
sering dengan teratur. terhadap nutrisi yang diberikan
dan dapat meningkatkan
kerjasama pasien saat makan.
4. Tingkatkan kenyamanan dan 4. Meningkatkan pemasukan dan
lingkungan yang santai. menormalkan fungsi makan.
19
afektif, sensorik dan proses oleh adanya gangguan sirkulasi,
pikir. oksigenasi.
2. Hilangkan suara bising/stimulus
yang berlebihan sesuai 2. Menurunkan ansietas, respon
kebutuhan. emosi yang berlebihan/bingung
yang berhubungan dengan
3. Bicara dengan suara yang sensorik yang berlebihan.
lembut dan pelan. Gunakan 3. Pasien mungkin mengalami
kalimat yang pendek dan keterbatasan
sederhana. perhatian/pemahaman selama
fase akut dan tindakan ini dapat
membantu pasien untuk
memunculkan komunikasi.
Lampiran: WOC
Virus (herpes simplex, arbo virus), bakteri (staphylococcus aureus), keracunan arsenic, reaksi toksin
s
Kelemahan neueologis
Contoh kasus
1. Biodata pasien
Nama : anak K
2
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan Ibu : SD
Agama : Islam
panas badan meningkat, napsu makan menurun makan mau kurang lebih
2 sendok, dibawah ke Puskesmas tidak sembuh. keluar gabagan ,panas
mulai turun.
Keluhan Utama
4. Tumbuh kembang
Anak mulai berjalan umur 1 th, duduk umur 8 bln, tengkurap
2
6. Status Gizi
B.B sebelum sakit 15 kg
B6 : anak mengalami kelemahan, ada lesi di kulit, nyeri pada otot dan
persendian, asimetris reflek tendon dan tanda babinski gerak reflek
involunter.
Radiologi:
2
2. Pulmo : tidak tampak kelainan
Laboratorium
Terapi / pengobatan
1. Infuse 28x/menit
2. Acyclovir IV 30mg/kgBB
3. Glukosa 10% 10 ml IV
Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektipan bersihan jalan nafas b/d reflek batuk tidak ada (paralysis)
2. Asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah, dan
penurunan nafsu makan.
5. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi
turun dan immobilisasi
Intervensi
1. Ketidakefektipan bersihan jalan nafas b/d reflek batuk tidak ada (paralysis)
2
Tujuan : Jalan napas bersih
Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
1. berikan nebulezer 2x 1. mengencerkan secret.
sehari(pagi –sore).
2. sekret atau ludah yang berada
2. Lakukan saction setiap ada
di mulut dan tenggorokan
riak / sekret di mulut dan
hilang, jalan napas bebas.
tenggorokan.
3. observasi tanda-tanda
3. Deteksi dini agar dapat
kardinal dan tanda-tanda
dilakukan intervensi lanjutan.
sumbutan jalan napas
setiap 3jam. 4. dengan diberi penjelasan
4. Berikan penjelasan pada diharapka ibu klien mengerti
ibu klien tentang penyebab dan mau membantu semua
ketidak efektifan yang tindakan yang diberikan.
akan diberikan.
2. Asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah, dan
penurunan nafsu makan.
2
Mandiri:
1. Timbang berat badan sesuai 1. Mengevaluasi keefektifan atau
indikasi. kebutuhan mengubah pemberian
nutrisi.
2. Jaga keamanan saat 2. Menurunkan resiko regurgitasi
memberikan makan pada dan/atau terjadinya aspirasi.
pasien, seperti tinggikan kepala
tempat tidur selama makan.
3. Berikan makan dalam jumlah 3. Meningkatkan proses
kecil dan dalam waktu yang pencernaan dan toleransi pasien
sering dengan teratur. terhadap nutrisi yang diberikan
dan dapat meningkatkan
kerjasama pasien saat makan.
4. Tingkatkan kenyamanan dan 4. Meningkatkan pemasukan dan
lingkungan yang santai. menormalkan fungsi makan.
Tujuan :
Ktiteria hasil :
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Lakukan latihan pasif mulai 1. Melatih melemaskan otot-otot,
ujung ruas jari secara bertahap. mencegah kontraktor.
2. Lakukan perubahan posisi
setiap 2 jam 2. Dengan melakukan perubahan
posisi diharapkan perkusi ke
2
jaringan lancar, meningkatkan
daya pertahanan tubuh .
3. Observasi gejala kaerdinal 3. Dengan melakukan observasi
setiap 3 jam. dapat melakukan deteksi dini
bila ada kelainan dapat
dilakukan intervensi segera
4. Dengan diberi penjelasan
4. Berikan penjelasan pada ibu diharapkan keluarga mengerti
klien tentang penyebab dan mau membantu program
terjadinya spastik ,Terjadi perawatan .
kekacauan sendi.
cairan Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Anjurkan pasien untuk minum 1. Dapat melembabkan feses dan
paling sedikit 2000ml/hari memfasilitasi eliminasi
2
(jika pasien dapat menelan)
2. Berikan privasi dan posisi
fowler pada tempat tidur(jika 2. Meningkatkan usaha evakuasi
memungkinkan) dengan feses.
jadwal waktu secara teratur.
3. Periksa kembali adanya
kesulitan defekasi karena feses
yang keras atau karena 3. Pengeluaran feses secara manual
penurunan-sampai pada tidak dengan hati-hati mungkin perlu,
adanya feses atau diare. yang dilakukan bersamaan
dengan intervensi lain untuk
Kolaborasi menstimulasi pengeluaran feses.
1. Beri obat pelembek feses,
supositoria, laksatif, atau 1. Mencegah konstipasi,
penggunaan selang rectal menurunkan distensi abdomen,
sesuai kebutuhan. dan membantu dalam keteraturan
proses defekasi.
2. Tingkatkan diet makanan yang 2. Membantu dalam mengatur
berserat atau perubahan konsistensi fekal dan menurunkan
kecepatan dan jenis makanan. konstipasi (diare, konstipasi)
5. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi
turun dan imobilisasi
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
1. Inspeksi seluruh area kulit, catat 1. Kulit biasanya cenderung rusak
2
pengisian kapiler, adanya karena perubahan sirkulasi
kemerahan, pembengkakan. perifer, ketidakmampuan untuk
Beriakan perhatian khusus pada merasakan tekanan, imobilisasi,
daerah belakang kepala atau gangguan pengaturan suhu.
pada lekukan dimana kulit
sering tertekan 2. Meningkatkan sirkulasi ddan
2. Lindungi sendi dengan melindungi permukaan kulit.
menggunakan bantalan busa, Mengurangi terjadinya ulserasi.
wool pada daerah tumit/siku. 3. Meningkatkan sirkulasi pada
3. Lakukan perubahan posisi kulit dan mengurangi tekanan
sesering mungkin di tempat pada daerah tulang yang
tidur atau sewaktu duduk. menonjol.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
1. Pantau adanya kejang/kedutan 1. Mencerminkan adanya iritasi
2
pada tangan, Kaki, dan mulut SSP secara umum yang
atau otot wajah yang lain. memerlukan evaluasi segera dan
intervensi yang mungkin untuk
2. Berikan keamanan pada pasien mencegah komplikasi.
dengan memberi bantalan pada 2. Melindungi pasien jika terjadi
penghalang tempat tidur. kejang.
3. Pertahankan tirah baring selam
fase akut.
3. Menurunkan resiko
terjatuh/trauma ketika terjadi
Kolaborasi: vertigo, sinkope atau ataksia.
1. Berikan obat sesuai indikasi,
seperti fenitoin (dilantin),
diazepam (valium), fenobarbital 1. Merupakan indikasi untuk
(luminal). penanganan dan pencegahan
kejang.
3
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Virus yang tersering menyebabkan ensefalitis adalah herpes simplex dan arbo
virus.. Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
Infeksi virus yang bersifat endemic,sporadic,dan pasca infeksi. Ensefalitis ditandai
oleh suhu yang mendadak naik, kesadaran yang menurun, dan kejang-kejang.
Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi berkisar antara 35 – 50% dari
penderita yang hidup 20 – 40% mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa
paresis / paralisis pergerakan koreo atatoid, gangguan penglihatan atau gejala
neurologis lain
4.2 SARAN
3
DAFTAR PUSTAKA
http://ebdosama.blogspot.com/2009/03/ensefalitis-adalah-peradangan-akut-
otak.html diakses tanggal 17 November 2009 jam 19.00
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/tugas-kuliah-
lainnya/asuhan-keperawatan-keluarga-dengan-anak-sekolah-dengan-
masalah-kesehatan-epi
http://tugassekolahonline.blogspot.com/2009/03/ensefalitis.html
http://ensefalitis_files/askep-anak-dengan-encephalitis.html
http://radit11.wordpress.com/2009/04/14/askep-ensefalitis/