Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya
bibit penyakit kedalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati
urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan penderitaan fisik,
infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada
gilirannya akan mengakibatkan kerugian materil yang berlipat-lipat. Bagi
Negara, tingginya kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan
penurunan produktifitas nasional secara umum, sedangkan dilain pihak juga
menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan dengan upaya
pengobatannya.
Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
maupun jamur, dan dapat terjadi di masyarakat (community acquired)
maupun di rumah sakit (hospital acquired). Pasien yang sedang dalam
perawatan di rumah sakit memiliki resiko tertular infeksi lebih besar dari
pada di luar rumah sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara pasien,
lingkungan atau vektor, dan mikroba.
Sebagaimana uraian diatas, maka dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai salah satu masalah yang diakibatkan oleh terjadinya
infeksi terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri, cacing, protozoa, jamur,
atau ricketsia, yang biasa disebut dengan encephalitis khususnya yang
terjadi pada anak. Karena, umumnya anak sering menjadi korban dari
terjadinya infeksi ini.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa definisi dari Encephalitis?
b. Apa saja yang dapat menjadi penyebab terjadinya Encephalitis?
c. Apa tanda dan gejala yang muncul pada penderita Encephalitis?
d. Bagaimana proses terjadinya Encephalitis?
e. Asuhan Keperawatan apa saja yang bisa dilakukan terhadap pasien
dengan masalah Encephalitis?

1.3 TUJUAN
Tujuan Umum:
Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Encephalitis serta
mampu menerapkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah
encephalitis.
Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari Encephalitis
b. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab terjadinya encephalitis
c. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada
penderita encephalitis
d. Mahasiswa mampu menjelaskan proses terjadinya Encephalitis
e. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang bisa
dilakukan terhadap pasien anak dengan masalah encephalitis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ENCEPHALITIS


Encephalitis merupakan radang jaringan otak yang disebabkan oleh
bakteri, cacing, protozoa, jamur, dan ricketsia atau virus (Mansjoer, 2000).
Encephalitis juga merupakan infeksi yang mengenai CNS dan dapat
disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang menyebabkan
infiltrasi limfotik yang kuat pada jaringan otak dan leptomeninge yang dapat
menyebabkan edema serebral, degenerasi sel ganglion otak dan kehancuran
sel saraf difusi (Anania, 2008).
Secara umum, Encephalitis adalah peradangan akut otak yang
disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang Encephalitis dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain
seperti rabies (disebabkan oleh virus), atau sifilis (disebabkan oleh bakteri).
Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary
ameobic meningoencephalitis juga dapat menyebabkan encephalitis pada
orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang. Kerusakan otak terjadi
karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.

2.2 ETIOLOGI ENCEPHALITIS


Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan Encephalitis
menurut Mansjoer (2000) dan Nanda NIC-NOC (2015) berikut adalah
penyebab terjadinya Encephalitis, yaitu mikroorganisme berupa Cacing,
Jamur, Protozoa, Bakteri, dan Virus.

1. Mikroorganisme Jamur
Jamur yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida
albicans, Cryptococcus neoformans, Coccidiodis, Aspergillus,
Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi
fungus pada sistem saraf pusat ialah meningo-ensefalitis purulenta.

3
Faktor yang memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang
menurun.

2. Protozoa
Protozoa yang menyebabkan encephalitis terdiri dari 2 macam yaitu
Toksoplasmosis (Toxoplasma gondii) dan Malaria (Plasmodium
falciparum) yang menyebabkan sel darah merah dapat menyumbat
kapiler-kapiler darah di otak (Markam, 1992)

3. Bakteria
Bakteri penyebab Encephalitis menurut Mansjoer, 2000 adalah
Staphylococcus aureus, Streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa, dan T.
Pallidum. Bakteri akut yang menimbulkan penanahan pada korteks
serebri sehingga terbentuk abses serebri, sering disebut Encephalitis
supuratif akut.

4. Virus.
Virus penyebab Encephalitis adalah virus yang tersering
menginfeksi. Karena virus ini dapat langsung menyerang otak, atau
reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terlebih dahulu.

Menurut Ed (2003) virus ini terdiri dari 2 macam yaitu:


- Virus RNA : Virus Parotitis, virus morbili, virus rabies, virus
rubela, virus encephalitis Jepang, virus dengue, viru polio,
cockscakie A dan B, echovirus, virus koriomeningitis limfositoria
- Virus DNA : herpes zoster-varisela, herpes simpleks,
Cytomegalivirus, virus Epstein-Barr, variola, vaksinia, dan AIDS

4
Macam-macam Encephalitis virus:
a. Infeksi virus yang bersifat epidermik
1. Gol. Enterovirus : Poliomyelitis, virus coxsackie, virus
ECHO
2. Gol. Arbovirus : Western equire encephalitis, St. louis
encephalitis, Eastern equire encephalitis, Japanese B.
encephalitis, Murray valley encephalitis.
- Infeksi virus yang bersifat sporadik : rabies, herpes simplek,
herpes zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic,
choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap disebabkan
oleh virus tetapi belum jelas.
- Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela,
pasca rubella, pasca vaksinia, pasca mononucleosis,
infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi traktus
respiratorius yang tidak spesifik (Robin cit. Hassan, 1997)
b. Reaksi toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox
c. Keracunan : arsenik, karbonmonoksida (CO)

2.3 TANDA GEJALA ENCEPHALITIS


Tanda dan gejala pada pasien dengan Encephalitis kurang lebih sama
meskipun penyebabnya berbeda-beda dan dari kesamaan tersebut dapat
digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala yang muncul
berupa Trias Encephalitis yaitu berupa demam, kejang, dan kesadaran
menurun.
Jika pada encephalitis supuratif akut yang berkembang menjadi abses
serebri, akan timbul gejala sesuai dengan proses patologik yang terjadi di
otak. Gejala tersebut ialah nyeri kepala, muntah, penglihatan kabur, kejang,
kesadaran menurun, dan pada pemeriksaan muncul edema papil.

5
Tanda dan gejala yang muncul juga dapat dihubungkan dengan
pemeriksaan fisik yang dilakukan. Menurut, Arif (2008) kelainan pada
pemeriksaan fisik yang dapat muncul adalah:
1. Tanda- tanda Vital
Pemeriksaan TTV didapati umumnya pasien mengalami
hipertermi yang dikarenakan dengan terjadinya proses inflamasi di
selaput otak yang sudah mengganggu pusat pengaturan suhu tubuh.
Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK. Jika disertai peningkatan RR berhubungan
dengan peningkatan laju metabolisme dan adanya infeksi
pernapasan sebelum terjadi encephalitis. TD umumnya normal atau
meningkat karena tanda-tanda peningkatan TIK.
2. Breathing (B1)
Umumnya pasien yang mengalami penurunan kesadaran
mengalami gangguan dengan terjadinya sesak napas, batuk,
produksi sputum, dan peningkatan frekuensi napas. Beberapa juga
dapat dijumpai adanya ronkhi karena terjadi akumulasi sekret.
3. Blood (B2)
Pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) karena telah mengganggu sistem autoregulasi.
4. Brain (B3)
a. Tingkat Kesadaran
Umumnya tingkat kesadaran pasien berada pada stupor, letargi,
dan semikomatosa terlebih jika pasien koma.
b. Fungsi Serebral
Status mental berupa penampilan, tingkah laku, gaya bicara,
ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien umumnya
mengalami perubahan.
c. Saraf Kranial
- Saraf I : tidak ada kelainan penciuman

6
- Saraf II: penglihatan normal, namun terjadi papiledema akibat
peningkatan TIK pada encephalitis supuratif.
- Saraf III, IV, dan VI : pada tahap lanjut terjadi penurunan
kesa-daran sehingga terjadi perubahan reaksi pupil.
- Saraf V : terjadi paralisis otot sehingga mengganggu proses
mengunyah
- Saraf VII : pengecapan normal, dan wajah asimetris karena
adanya paralysis unilateral
- Saraf VIII : Tidak terjadi tuli
- Saraf IX dan X : Kemampuan menelan menurun
- Saraf XI : tidak ada atrofi otot, namun usaha untuk melakukan
fleksi leher dan kaku kuduk.
- Saraf XII: Indra pengecapan normal.
d. Sistem Motorik
Penurunan kekuatan otot, kontrol keseimbangan, dan koordinasi
mengalami perubahan.
e. Refleks
Reflek umumnya normal, namun pada pasien koma akan
didapati reflek patologis.
f. Sistem Sensori
Reaksi sensori normal, namun ada tanda kaku kuduk karena
upaya untuk fleksi kepala megalami kesulitan karena terjadi
spasme otot.
5. Bladder (B4)
Terjadi penurunan volume urine output yang berhubungan dengan
penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
6. Bowel (B5)
Mual dan muntah muncul karena reaksi asam lambung. Sehingga
pasien banyak mengalami anoreksia.
7. Bone (B6)
Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran sehingga
terganggu mobilitas klien.

7
Maka, dari adanya gangguan yang muncul saat pengkajian didapati
secara garis besar. Tanda dan gejala yang muncul adalah (Hasan, 1997;
Mansjoer, 2000; dan Nanda NIC-NOC, 2015 adalah:
1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Sakit kepala (pada bayi disertai jeritan)
4. Muntah
5. Pusing
6. Nyeri tenggorokan dan ekstermitas
7. Malaise
8. Pucat
9. Kaku kuduk
10. Kejang berupa fokal atau twiching (Kejang di muka)
11. Gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri atau bersama-sama
misal paresis atau paralisis, afasia, dan hemianopsia.
12. Gejala mental, yang dapat muncul adalah gelisah, demensia,
halusinasi, intelegensi mundur, daya konsentrasi mundur, daya ingat
berkurang, dan dapat menjadi depresi atau maniakal.

8
2.4 PATHWAY ENCEPHALITIS

Merangsang system Virus, bakteri,


Masuk ke dalam tubuh
pertahanan tubuh jamur, protozoa

Risiko
Memicu reaksi ketidakefektifan
Terjadi inflamasi perfusi jaringan otak
antigen antibodi

Kejang spastik 
risiko cidera
Merangsang Terjadi di eschefalon
mediator kimia
ENCEPHALITIS Kerasukan susunan
saraf pusat
Merangsang sel saraf

Nyeri Akut Pasien di rumah sakit TIK meningkat

Peradangan
selaput otak Stress hospitalisasi Mual muntah

Instabil termoregulasi Mekanisme koping Intake makanan


kurang baik inadekuat

Hipertermi
Ketidakefektifan
koping keluarga

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari BB turun Suplai nutrisi menurun
kebutuhan tubuh

Kelemahan Sel kurang nutrisi

Hambatan Aktivitas pasien Bergantung pada


mobilitas fisik terganggu orang lain

Jika kurang bersih


Aktifitas spiritual Penurunan perawatan diri
9
terganggu
Risiko infeksi

Defisit perawatan diri


Distress spiritual
2.5 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ENCEPHALITIS

A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Lamongan, 4 Desember 1999
Umur : 18 bulan
Anak ke : 1 (Pertama)
Nama ayah : Tn. T
Nama ibu : Ny. U
Pendidikan ayah : SMP
Pendidikan ibu : SMP
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Geger Turi, Lamongan
MRS : 10 Juli 2001
Diagnosa Medis : Encephalitis
Sumber Informasi : Ayah, Ibu, dan Status rekam medis klien

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Keluhan Utama : Kejang-kejang
2. Riwayat penyakit sekarang :
Anak demam (suhu 40˚C) disertai muntah-muntah sering, 2
hari sebelumnya di rawat di RS.Muhammadiyah Lamongan,
selama dirumah sakit anak mengalami 5 kali kejang dengan lama
kejang ± 10 menit setiap kali kejang serta mata melihat ke atas
terus, kedua telapak kaki kaku setelah kejang, dan anak tidak
sadarkan diri selama 4 hari dirawat di RS. Muhamadiyah. Panas
terus tinggi (> 38˚C) selama 7 hari kemudian berangsur turun,

10
anak kemudian dirujuk ke RSDS setelah dirawat selama 14 hari di
RS.Muhamadiyah, Lamongan.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Anak sudah 4 kali di rawat di RS dengan keluhan muntah-
muntah disertai badan panas. Sejak umur 1 bulan anak sering
sakit batuk/flu dan pilek, juga disertai muntah.
4. Riwayat penyakit keluarga :
Tak ada keluarga yang menderita sakit paru, jantung,
hipertensi, DM atau seperti yang dialami klien.
5. Riwayat Kehamilan :
Kehamilan / Prenatal :
Ibu tidak pernah sakit selama kehamilan, kontrol teratur ke
Puskesmas serta mendapat vitamin, tidak menggunakan obat-
obatan dan jamu.
Kelahiran / Natal :
Kehamilan 9 bulan/ aterm. BB = 3kg. Lahir spontan ditolong
oleh bidan di poliklinik RS, bayi langsung menangis.
Pasca Kelahiran / Post Natal :
ASI terus diberikan didampingi PASI sampai sebelum anak sakit.
Anak diasuh oleh ayah dan ibunya. Anak sering sakit flu dan
batuk.
6. Luka operasi : tidak ada
7. Alergi : tidak ada
8. Tumbuh Kembang:
Pertumbuhan :
LK = 45 cm
LD = 50 cm
LLA= 18cm (kiri)
BB = 10 kg
TB = 82 cm
Perkembangan :

11
Sebelum sakit anak dapat bermain dan berjalan, berbicara
memanggil, meminta sesuatu pada orangtua, BAB/BAK bilang

9. Imunisasi : lengkap
10. Status gizi :
ASI diberikan sampai sebelum anak dirawat di RS.
Muhamadiyah. Pisang diberikan umur 3 bulan. Bubur diberikan
umur 5 bulan. Status gizi kurang.

III. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan
Klien mendapat imunisasi lengkap, makan 3x/hari, minum
±1ltr/hari, istirahat ±10-12 jam/hari, lingkungan kampung dalam
keadaan bersih.
2. Pola nutrisi-metabolik
Gizi kurang BB = 10 kg, nafsu makan menurun, muntah 2x ±
10cc, mukosa mulut kering. Saat ini anak tidak dapat menelan,
tidak dapat makan / minum peroral. Karena terjadi penurunan
kesadaran sehingga terjadi gangguan proses menelan dan muntah.
Makan dan minum personde, yang terdiri dari:
- 3x100cc tem sonde
- 1x1cc juice buah
- 5x1cc susu dancow
Suhu = 37,5˚C
3. Pola eliminasi
Klien sering ngompol warna kuning jumlah urine ±60cc/4jam
4. Pola aktifitas dan latihan
Kesadaran klien menurun, lemah, Nadi=100x/mnt,
RR=38x/mnt. Upaya pergerakkan sendi dilakukan latihan secara
bertahap mulai dari ujung jari sampai kekuatan otot.
5. Pola tidur istirahat

12
Tidur ±10-12 jam (Pagi, siang, dan malam) saat dirumah sakit
kejang spastik, terjadi penurunan kesadaran.

6. Pola kognitif – perseptual


Gangguan kesadaran dan terdapat kejang spastik
7. Pola persepsi diri
Belum bisa di kaji.
8. Pola peran hubungan
Klien dekat dengan ibunya, selama sakit ibu yang merawat/
menjaga dengan telaten, bila ditinggal pergi anak menangis
mencari ibu. Anak menunjukkan keakuannya dan egoistik sulit
untuk dikasih tahu.
9. Pola reproduksi
Klien masuk pada fase anal, daerah anal untuk aktifitas
pengeluaran tinja merupakan sumber kepuasannya.
10. Pola koping – toleransi stress
Cengeng, sangat tergantung dengan orangtua (ibu)
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada anak A belum dapat dievaluasi karena baru dapat diajarkan
membedakan baik dan buruk setelah anak berumur > 4 tahun.

13
IV. ANALISA DATA

PENGELOMPOKAN DATA ETIOLOGI PROBLEM


DS : Virus/Bakteri Risiko Cedera
Ibu klien mengatakan anaknya
sering kejang Mengenai CNS
DO:
Anak sering spastik ± 4 – 5 kali Kerusakan SSP
dalam 4 jam (Risiko Cedera)
DS: Peradangan di otak Hipertermi
Ibu klien mengatakan anak
demam tinggi Terjadi inflamasi
DO:
Suhu 40˚C Instabil termoregulasi

Hipertermi
DS: Mual muntah Ketidakseimbangan
Ibu klien mengatakan anak Nutrisi kurang dari
sering muntah sebelum dirujuk Intake makanan inadekuat kebutuhan tubuh
ke rumah sakit.
DO: BB turun
BB (kurang) : 10kg; Muntah
2x ± 10cc; Mukosa mulut Ketidakseimbangan Nutrisi
kering, tidak dapat menelan kurang dari kebutuhan tubuh
(makan-/minum per oral)
terpasang sonde.
DS: Kejang spastik Hambatan mobilitas
Ibu mengatakan setiap setelah fisik
kejang mata melihat ke atas, Kesadaran menurun dan
kedua telapak kaki kejang. kekakuan otot
DO:

14
Kesadaran menurun, lemah, Kelemahan
kejang spastik.
Hambatan mobilitas fisik
DS: Kelemahan Risiko Infeksi
Ibu klien mengatakan anaknya
tidak bisa menggerakkan Aktifitas terganggu
seluruh tubuhnya
DO: Bergantung pada orang lain
Klien mengompol warna
kuning dan jumlah urine Jika kurang bersih
±60cc/4jam
Risiko infeksi
DS : Kejang Gangguan bersihan
Ibu klien mengatakan bahwa jalan napas
tidak ada reflek batuk Kesadaran menurun
DO:
Tidak ada reflek batuk dan Penumpukkan sekret
terjadi paralysis, Sekret
menumpuk pada daerah mulut Gangguan bersihan jalan napas
dan tenggorokan
DS: Encephalitis Ketidakefektifan
Ibu klien mengatakan bahwa koping keluarga
anak menangis saat ditinggal Dirawat di rumah sakit
ibu
DO: Stress hospitalisasi
Klien dekat dengan ibu, dan
saat ditinggal ibu klien Mekanisme koping kurang baik
menangis

15
B. DIAGNOSA
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual
muntah
2. Hipertermi b.d reaksi inflamasi
3. Gangguan bersihan jalan napas b.d kesadaran menurun disertai
paralysis reflek batuk
4. Risiko cidera b.d aktivitas kejang spastik
5. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan atau ketahanan
tubuh
6. Ketidakefektifan koping keluarga b.d stress hospitalilasi, pengetahuan
terhadap penyakit, dan perubahan pada psikososial.
7. Risiko infeksi b.d kelemahan tubuh dan bergantung kepada orang lain.

C. INTERVERENSI

DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVERENSI RASIONAL


KRITERIA HASIL
DX.1: Tujuan : 1. Berikan penjelasan 1.Dengan diberi
Ketidakseimbangan Kebutuhan nutrisi pada keluarga penjelasan diharap
nutrisi kurang dari terpenuhi tentang penyebab bahwa keluarga
kebutuhan tubuh Kriteria hasil: gangguan nutrisi dapat engerti dan
b.d mual muntah 1. Adanya kurang dari mendukung dalam
peningkatan berat kebutuhna tubuh setiap perawatan
badan dan pentingnya yang diberikan
2. Tidak ada tanda- nutrisi bagi tubuh pada klien
tanda malnutrisi 2. Berikan makanan 2.Dengan diberi per
3. Menunjukkan per sonde dan sonde diharap
peningkatan fungsi kolaborasi dengan kebutuhan nutrisi
pengecapan dari ahli gizi makanan klien dapat
menelan yang diberikan agar terpenuhi
4. Berat badan ideal sesuai dengan 3. Mencegah

16
sesuai tinggi badan jumlah kalori dan terjadinya
nutrisi yang konstipasi. Karena
diperlukan pada klien sedang
3. Yakin diet yang berada pada fase
dimakan anal. Dimana BAB
mengandung tinggi merupakan bagian
serat untuk dari kepuasan.
mencegah 4.Mencegah
konstipasi terjadinya risiko
4. Berikan cairan kekurangan intake
intravena dan cek cairan dan
setiap 8 jam untuk menyeimbangkan
mengganti cairan intake dan output
yang habis
DX.2: Tujuan : 1. Memantau suhu, 1. Memonitoring
Hipertermi b.d Menurunkan suhu nadi, tekanan darah, perkembangan
reaksi inflamasi tubuh dan RR sesering TTV
Kriteria Hasil: mungkin. 2. Mengatasi
1. Suhu tubuh dalam 2. Memberikan obat penyebab
rentang normal untuk mengatasi inflamasi untuk
2. Nadi dan RR penyebab demam mengurangi risiko
dalam rentang 3. Kompres pada area berkelanjutan
normal lipatan paha dan 3. Menekan
3. Tidak ada aksila terjadinya
perubahan warna kehilangan panas
kulit dan pusing tubuh berlebih
DX.3: Tujuan : jalan napas 1. Berikan penjelasan 1. Dengan diberikan
Gangguan bersihan bebas/bersih pada ibu penyebab penjelasan
jalan napas b.d Kriteria hasil: terjadinya diharapkan ibu
kesadaran menurun 1. Jalan napas bersih gangguan jalan klien mengerti dan
disertai paralysis 2. Tidak ada suara napas mau membantu
reflek batuk napas tambahan 2. Berikan nebulizer semua tindakan

17
3. Tidak ada ronchi 2x sehari (pagi- yang akan
kanan/kiri sore) dilakukan.
4. RR antara 20- 3. Lakukan suction 2. Mengencerkan riak
28x/menit setiap ada riak/ 3. Sekret atau ludah
sekret dimulut/ yang berada di
tenggorokan mulut atau
4. Observasi tanda- tenggorokan hilang
tanda sumbatan sehingga tidak
jalan napas setiap 3 menggangu jalan
jam (09.00- 12.00- napas
15.00- 18.00- 4. Deteksi dini agar
21.00- 24.00- dapat dilakukan
03.00- 06.00 interverensi
lanjutan
DX.4: Tujuan: tidak terjadi 1. Berikan penjelasan 1. Dengan diberi
Risiko cidera b.d cedera pada ibu tentang penjelasan
aktivitas kejang Kriteria hasil: penyebab spastik keluarga diharap
spastik 1. Klien terbebas dan terjadinya mampu mndukung
dari risiko cidera kekakuan sendi dalam proses
2. Ibu mampu 2. Memahami pengobatan.
menjelaskan penangan saat 2. Mencegah risiko
metode untuk terjadi kejang untuk terjadinya injury
mencegah meminimalisir 3. Melemaskan otot
terjadinya injury terjadinya injury dan mencegah
3. Klien dapat 3. Lakukan latihan kekakuan otot
menggerakkan pergerakan otot sendi berlanjut
anggota badan mengurangi pada kontraktur
kekakuan otot sendi
DX.5: Tujuan: klien 1. Beri penjelasan 1. Diharap keluarga
Hambatan mampu melakukan tentang penyebab mampu
mobilitas fisik b.d mobilitas fisik hambatan mobilitas mendukung terapi
penurunan Kriteria hasil: fisik yang diberikan

18
kekuatan atau 1. Klien 2. Mengajarkan 2. Diharapkan
ketahanan tubuh meningkatkan melatih kekuatan keluarga dapat
aktifitas fisik otot tubuh setelah melatih pada klien
secara mandiri terjadi kejag atau secara mandiri
tanpa hambatan kekakuan otot sendi jika berada di luar
sehingga tidak 3. Kaji kemampuan ruang perawatan
terjadi penurunan klien melakukan 3. Mengukur
kekuatan dan mobilisasi kemampuan
ketahanan tubuh mandiri klien
2. Mengerti tujuan melakukan
dari peningkatan mobilisasi
mobilitas
DX.6: Tujuan: 1. Memberi 1. Diharap bila
Ketidakefektifan mengembalikkan penjelasan kepada keluarga dapat
koping keluarga koping mekanisme ibu mengenai memahami dan
b.d stress Kriteria hasil: koping yang tidak membantu dalam
hospitalilasi, 1. Menjalin hubungan efektif dan terjadi setiap proses
pengetahuan positif antara stress akibat pengobatan yang
terhadap penyakit, pemberi asuhan hospitalisasi diberikan
dan perubahan dan penerima 2. Dorong atau 2. Klien mampu
pada psikososial. asuhan motivasi anak agar mengatasi
2. Koping keluarga mampu perubahan peran
untuk mengatasi menyesuaikan yang terjadi
stressor dengan perannya yang 3. Klien merasa
baik baru nyaman dengan
3. Menciptakan lingkungan baru
suasana nyaman dan termotivasi
untuk mendukung
setiap tindakan
keperawatan yang
dilakukan
DX.7: Tujuan: mencegah 1. Berikan 1. Diharap keluarga

19
Risiko infeksi b.d terjadinya risiko penjelasan tentang mampu
kelemahan tubuh infeksi terjadinya mendukung setiap
dan bergantung Kriteria Hasil: kemungkinan proses perawatan
kepada orang lain. 1. Klien bebas dari penyebab 2. Mencegah
tanda dan gejala terjadinya infeksi terjadinya risiko
infeksi 2. Mengajarkan infeksi seperti luka
2. Menunjukkan kepada keluarga lecet ataupun
perilaku hidup untuk infeksi
sehat memperhatikan 3. Melatih kebiasaan
klien yang terlihat hidup sehat dan
tidak nyaman mencegah
dengan kondisinya terjadinya tanda-
seperti merubah tanda infeksi.
posisi setiap 2
jam,
membersihkan
setiap kali klien
mengompol atau
BAB di tempat
tidur
3. Mengajarkan
kepada keluarga
untuk menjaga
kebersihan diri
pada klien

20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan
oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur :
2000). Secara umum Encephalitis adalah peradangan akut otak yang
disebabkan oleh infeksi virus. Gejala yang muncul pada anak penderita
Encephalitis berupa Trias Encephalitis yaitu berupa demam, kejang, dan
kesadaran menurun. Gejala lain yang timbul juga berupa Gejala mental,
seperti: gelisah, demensia, halusinasi, intelegensi mundur, daya
konsentrasi mundur, daya ingat berkurang, dan dapat menjadi depresi atau
maniakal.

3.2 SARAN
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab
dengan kondisi fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas
sehari-harinya tanpa mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan
seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat penting
mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap
kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Ed. III, Jilid 2. Jakarta: Media
Aeseolapius
Anania, et al.2008. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta:
Indeks.
NANDA Internasional.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction.
Huriyyah, Huwaanah Kal. 2013. Asuhah Keperawatan Encephalitis. (online).
http://www.Asuhan-Keperawatan-askep-encephalitis.html.
Prasetyo, Hadi. ASKEP Anak dengan Encephalitis.(online). http://ASKEP-
ANAK-DENGAN-ENSEFALITIS-Asuhan-Keperawatan-Iqtania.html
Pramuditya, Arindra.2014.PRO NURSE: Laporan Pendahuluan Encephalitis.
(online). http:// PRO-NURSE-laporan-pendahuluan-ensefalitis.html.

22

Anda mungkin juga menyukai