PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa definisi dari Encephalitis?
b. Apa saja yang dapat menjadi penyebab terjadinya Encephalitis?
c. Apa tanda dan gejala yang muncul pada penderita Encephalitis?
d. Bagaimana proses terjadinya Encephalitis?
e. Asuhan Keperawatan apa saja yang bisa dilakukan terhadap pasien
dengan masalah Encephalitis?
1.3 TUJUAN
Tujuan Umum:
Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Encephalitis serta
mampu menerapkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah
encephalitis.
Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari Encephalitis
b. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab terjadinya encephalitis
c. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada
penderita encephalitis
d. Mahasiswa mampu menjelaskan proses terjadinya Encephalitis
e. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang bisa
dilakukan terhadap pasien anak dengan masalah encephalitis
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mikroorganisme Jamur
Jamur yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida
albicans, Cryptococcus neoformans, Coccidiodis, Aspergillus,
Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi
fungus pada sistem saraf pusat ialah meningo-ensefalitis purulenta.
3
Faktor yang memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang
menurun.
2. Protozoa
Protozoa yang menyebabkan encephalitis terdiri dari 2 macam yaitu
Toksoplasmosis (Toxoplasma gondii) dan Malaria (Plasmodium
falciparum) yang menyebabkan sel darah merah dapat menyumbat
kapiler-kapiler darah di otak (Markam, 1992)
3. Bakteria
Bakteri penyebab Encephalitis menurut Mansjoer, 2000 adalah
Staphylococcus aureus, Streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa, dan T.
Pallidum. Bakteri akut yang menimbulkan penanahan pada korteks
serebri sehingga terbentuk abses serebri, sering disebut Encephalitis
supuratif akut.
4. Virus.
Virus penyebab Encephalitis adalah virus yang tersering
menginfeksi. Karena virus ini dapat langsung menyerang otak, atau
reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terlebih dahulu.
4
Macam-macam Encephalitis virus:
a. Infeksi virus yang bersifat epidermik
1. Gol. Enterovirus : Poliomyelitis, virus coxsackie, virus
ECHO
2. Gol. Arbovirus : Western equire encephalitis, St. louis
encephalitis, Eastern equire encephalitis, Japanese B.
encephalitis, Murray valley encephalitis.
- Infeksi virus yang bersifat sporadik : rabies, herpes simplek,
herpes zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic,
choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap disebabkan
oleh virus tetapi belum jelas.
- Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela,
pasca rubella, pasca vaksinia, pasca mononucleosis,
infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi traktus
respiratorius yang tidak spesifik (Robin cit. Hassan, 1997)
b. Reaksi toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox
c. Keracunan : arsenik, karbonmonoksida (CO)
5
Tanda dan gejala yang muncul juga dapat dihubungkan dengan
pemeriksaan fisik yang dilakukan. Menurut, Arif (2008) kelainan pada
pemeriksaan fisik yang dapat muncul adalah:
1. Tanda- tanda Vital
Pemeriksaan TTV didapati umumnya pasien mengalami
hipertermi yang dikarenakan dengan terjadinya proses inflamasi di
selaput otak yang sudah mengganggu pusat pengaturan suhu tubuh.
Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK. Jika disertai peningkatan RR berhubungan
dengan peningkatan laju metabolisme dan adanya infeksi
pernapasan sebelum terjadi encephalitis. TD umumnya normal atau
meningkat karena tanda-tanda peningkatan TIK.
2. Breathing (B1)
Umumnya pasien yang mengalami penurunan kesadaran
mengalami gangguan dengan terjadinya sesak napas, batuk,
produksi sputum, dan peningkatan frekuensi napas. Beberapa juga
dapat dijumpai adanya ronkhi karena terjadi akumulasi sekret.
3. Blood (B2)
Pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) karena telah mengganggu sistem autoregulasi.
4. Brain (B3)
a. Tingkat Kesadaran
Umumnya tingkat kesadaran pasien berada pada stupor, letargi,
dan semikomatosa terlebih jika pasien koma.
b. Fungsi Serebral
Status mental berupa penampilan, tingkah laku, gaya bicara,
ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien umumnya
mengalami perubahan.
c. Saraf Kranial
- Saraf I : tidak ada kelainan penciuman
6
- Saraf II: penglihatan normal, namun terjadi papiledema akibat
peningkatan TIK pada encephalitis supuratif.
- Saraf III, IV, dan VI : pada tahap lanjut terjadi penurunan
kesa-daran sehingga terjadi perubahan reaksi pupil.
- Saraf V : terjadi paralisis otot sehingga mengganggu proses
mengunyah
- Saraf VII : pengecapan normal, dan wajah asimetris karena
adanya paralysis unilateral
- Saraf VIII : Tidak terjadi tuli
- Saraf IX dan X : Kemampuan menelan menurun
- Saraf XI : tidak ada atrofi otot, namun usaha untuk melakukan
fleksi leher dan kaku kuduk.
- Saraf XII: Indra pengecapan normal.
d. Sistem Motorik
Penurunan kekuatan otot, kontrol keseimbangan, dan koordinasi
mengalami perubahan.
e. Refleks
Reflek umumnya normal, namun pada pasien koma akan
didapati reflek patologis.
f. Sistem Sensori
Reaksi sensori normal, namun ada tanda kaku kuduk karena
upaya untuk fleksi kepala megalami kesulitan karena terjadi
spasme otot.
5. Bladder (B4)
Terjadi penurunan volume urine output yang berhubungan dengan
penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
6. Bowel (B5)
Mual dan muntah muncul karena reaksi asam lambung. Sehingga
pasien banyak mengalami anoreksia.
7. Bone (B6)
Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran sehingga
terganggu mobilitas klien.
7
Maka, dari adanya gangguan yang muncul saat pengkajian didapati
secara garis besar. Tanda dan gejala yang muncul adalah (Hasan, 1997;
Mansjoer, 2000; dan Nanda NIC-NOC, 2015 adalah:
1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Sakit kepala (pada bayi disertai jeritan)
4. Muntah
5. Pusing
6. Nyeri tenggorokan dan ekstermitas
7. Malaise
8. Pucat
9. Kaku kuduk
10. Kejang berupa fokal atau twiching (Kejang di muka)
11. Gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri atau bersama-sama
misal paresis atau paralisis, afasia, dan hemianopsia.
12. Gejala mental, yang dapat muncul adalah gelisah, demensia,
halusinasi, intelegensi mundur, daya konsentrasi mundur, daya ingat
berkurang, dan dapat menjadi depresi atau maniakal.
8
2.4 PATHWAY ENCEPHALITIS
Risiko
Memicu reaksi ketidakefektifan
Terjadi inflamasi perfusi jaringan otak
antigen antibodi
Kejang spastik
risiko cidera
Merangsang Terjadi di eschefalon
mediator kimia
ENCEPHALITIS Kerasukan susunan
saraf pusat
Merangsang sel saraf
Peradangan
selaput otak Stress hospitalisasi Mual muntah
Hipertermi
Ketidakefektifan
koping keluarga
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari BB turun Suplai nutrisi menurun
kebutuhan tubuh
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Lamongan, 4 Desember 1999
Umur : 18 bulan
Anak ke : 1 (Pertama)
Nama ayah : Tn. T
Nama ibu : Ny. U
Pendidikan ayah : SMP
Pendidikan ibu : SMP
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Geger Turi, Lamongan
MRS : 10 Juli 2001
Diagnosa Medis : Encephalitis
Sumber Informasi : Ayah, Ibu, dan Status rekam medis klien
10
anak kemudian dirujuk ke RSDS setelah dirawat selama 14 hari di
RS.Muhamadiyah, Lamongan.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Anak sudah 4 kali di rawat di RS dengan keluhan muntah-
muntah disertai badan panas. Sejak umur 1 bulan anak sering
sakit batuk/flu dan pilek, juga disertai muntah.
4. Riwayat penyakit keluarga :
Tak ada keluarga yang menderita sakit paru, jantung,
hipertensi, DM atau seperti yang dialami klien.
5. Riwayat Kehamilan :
Kehamilan / Prenatal :
Ibu tidak pernah sakit selama kehamilan, kontrol teratur ke
Puskesmas serta mendapat vitamin, tidak menggunakan obat-
obatan dan jamu.
Kelahiran / Natal :
Kehamilan 9 bulan/ aterm. BB = 3kg. Lahir spontan ditolong
oleh bidan di poliklinik RS, bayi langsung menangis.
Pasca Kelahiran / Post Natal :
ASI terus diberikan didampingi PASI sampai sebelum anak sakit.
Anak diasuh oleh ayah dan ibunya. Anak sering sakit flu dan
batuk.
6. Luka operasi : tidak ada
7. Alergi : tidak ada
8. Tumbuh Kembang:
Pertumbuhan :
LK = 45 cm
LD = 50 cm
LLA= 18cm (kiri)
BB = 10 kg
TB = 82 cm
Perkembangan :
11
Sebelum sakit anak dapat bermain dan berjalan, berbicara
memanggil, meminta sesuatu pada orangtua, BAB/BAK bilang
9. Imunisasi : lengkap
10. Status gizi :
ASI diberikan sampai sebelum anak dirawat di RS.
Muhamadiyah. Pisang diberikan umur 3 bulan. Bubur diberikan
umur 5 bulan. Status gizi kurang.
12
Tidur ±10-12 jam (Pagi, siang, dan malam) saat dirumah sakit
kejang spastik, terjadi penurunan kesadaran.
13
IV. ANALISA DATA
Hipertermi
DS: Mual muntah Ketidakseimbangan
Ibu klien mengatakan anak Nutrisi kurang dari
sering muntah sebelum dirujuk Intake makanan inadekuat kebutuhan tubuh
ke rumah sakit.
DO: BB turun
BB (kurang) : 10kg; Muntah
2x ± 10cc; Mukosa mulut Ketidakseimbangan Nutrisi
kering, tidak dapat menelan kurang dari kebutuhan tubuh
(makan-/minum per oral)
terpasang sonde.
DS: Kejang spastik Hambatan mobilitas
Ibu mengatakan setiap setelah fisik
kejang mata melihat ke atas, Kesadaran menurun dan
kedua telapak kaki kejang. kekakuan otot
DO:
14
Kesadaran menurun, lemah, Kelemahan
kejang spastik.
Hambatan mobilitas fisik
DS: Kelemahan Risiko Infeksi
Ibu klien mengatakan anaknya
tidak bisa menggerakkan Aktifitas terganggu
seluruh tubuhnya
DO: Bergantung pada orang lain
Klien mengompol warna
kuning dan jumlah urine Jika kurang bersih
±60cc/4jam
Risiko infeksi
DS : Kejang Gangguan bersihan
Ibu klien mengatakan bahwa jalan napas
tidak ada reflek batuk Kesadaran menurun
DO:
Tidak ada reflek batuk dan Penumpukkan sekret
terjadi paralysis, Sekret
menumpuk pada daerah mulut Gangguan bersihan jalan napas
dan tenggorokan
DS: Encephalitis Ketidakefektifan
Ibu klien mengatakan bahwa koping keluarga
anak menangis saat ditinggal Dirawat di rumah sakit
ibu
DO: Stress hospitalisasi
Klien dekat dengan ibu, dan
saat ditinggal ibu klien Mekanisme koping kurang baik
menangis
15
B. DIAGNOSA
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual
muntah
2. Hipertermi b.d reaksi inflamasi
3. Gangguan bersihan jalan napas b.d kesadaran menurun disertai
paralysis reflek batuk
4. Risiko cidera b.d aktivitas kejang spastik
5. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan atau ketahanan
tubuh
6. Ketidakefektifan koping keluarga b.d stress hospitalilasi, pengetahuan
terhadap penyakit, dan perubahan pada psikososial.
7. Risiko infeksi b.d kelemahan tubuh dan bergantung kepada orang lain.
C. INTERVERENSI
16
sesuai tinggi badan jumlah kalori dan terjadinya
nutrisi yang konstipasi. Karena
diperlukan pada klien sedang
3. Yakin diet yang berada pada fase
dimakan anal. Dimana BAB
mengandung tinggi merupakan bagian
serat untuk dari kepuasan.
mencegah 4.Mencegah
konstipasi terjadinya risiko
4. Berikan cairan kekurangan intake
intravena dan cek cairan dan
setiap 8 jam untuk menyeimbangkan
mengganti cairan intake dan output
yang habis
DX.2: Tujuan : 1. Memantau suhu, 1. Memonitoring
Hipertermi b.d Menurunkan suhu nadi, tekanan darah, perkembangan
reaksi inflamasi tubuh dan RR sesering TTV
Kriteria Hasil: mungkin. 2. Mengatasi
1. Suhu tubuh dalam 2. Memberikan obat penyebab
rentang normal untuk mengatasi inflamasi untuk
2. Nadi dan RR penyebab demam mengurangi risiko
dalam rentang 3. Kompres pada area berkelanjutan
normal lipatan paha dan 3. Menekan
3. Tidak ada aksila terjadinya
perubahan warna kehilangan panas
kulit dan pusing tubuh berlebih
DX.3: Tujuan : jalan napas 1. Berikan penjelasan 1. Dengan diberikan
Gangguan bersihan bebas/bersih pada ibu penyebab penjelasan
jalan napas b.d Kriteria hasil: terjadinya diharapkan ibu
kesadaran menurun 1. Jalan napas bersih gangguan jalan klien mengerti dan
disertai paralysis 2. Tidak ada suara napas mau membantu
reflek batuk napas tambahan 2. Berikan nebulizer semua tindakan
17
3. Tidak ada ronchi 2x sehari (pagi- yang akan
kanan/kiri sore) dilakukan.
4. RR antara 20- 3. Lakukan suction 2. Mengencerkan riak
28x/menit setiap ada riak/ 3. Sekret atau ludah
sekret dimulut/ yang berada di
tenggorokan mulut atau
4. Observasi tanda- tenggorokan hilang
tanda sumbatan sehingga tidak
jalan napas setiap 3 menggangu jalan
jam (09.00- 12.00- napas
15.00- 18.00- 4. Deteksi dini agar
21.00- 24.00- dapat dilakukan
03.00- 06.00 interverensi
lanjutan
DX.4: Tujuan: tidak terjadi 1. Berikan penjelasan 1. Dengan diberi
Risiko cidera b.d cedera pada ibu tentang penjelasan
aktivitas kejang Kriteria hasil: penyebab spastik keluarga diharap
spastik 1. Klien terbebas dan terjadinya mampu mndukung
dari risiko cidera kekakuan sendi dalam proses
2. Ibu mampu 2. Memahami pengobatan.
menjelaskan penangan saat 2. Mencegah risiko
metode untuk terjadi kejang untuk terjadinya injury
mencegah meminimalisir 3. Melemaskan otot
terjadinya injury terjadinya injury dan mencegah
3. Klien dapat 3. Lakukan latihan kekakuan otot
menggerakkan pergerakan otot sendi berlanjut
anggota badan mengurangi pada kontraktur
kekakuan otot sendi
DX.5: Tujuan: klien 1. Beri penjelasan 1. Diharap keluarga
Hambatan mampu melakukan tentang penyebab mampu
mobilitas fisik b.d mobilitas fisik hambatan mobilitas mendukung terapi
penurunan Kriteria hasil: fisik yang diberikan
18
kekuatan atau 1. Klien 2. Mengajarkan 2. Diharapkan
ketahanan tubuh meningkatkan melatih kekuatan keluarga dapat
aktifitas fisik otot tubuh setelah melatih pada klien
secara mandiri terjadi kejag atau secara mandiri
tanpa hambatan kekakuan otot sendi jika berada di luar
sehingga tidak 3. Kaji kemampuan ruang perawatan
terjadi penurunan klien melakukan 3. Mengukur
kekuatan dan mobilisasi kemampuan
ketahanan tubuh mandiri klien
2. Mengerti tujuan melakukan
dari peningkatan mobilisasi
mobilitas
DX.6: Tujuan: 1. Memberi 1. Diharap bila
Ketidakefektifan mengembalikkan penjelasan kepada keluarga dapat
koping keluarga koping mekanisme ibu mengenai memahami dan
b.d stress Kriteria hasil: koping yang tidak membantu dalam
hospitalilasi, 1. Menjalin hubungan efektif dan terjadi setiap proses
pengetahuan positif antara stress akibat pengobatan yang
terhadap penyakit, pemberi asuhan hospitalisasi diberikan
dan perubahan dan penerima 2. Dorong atau 2. Klien mampu
pada psikososial. asuhan motivasi anak agar mengatasi
2. Koping keluarga mampu perubahan peran
untuk mengatasi menyesuaikan yang terjadi
stressor dengan perannya yang 3. Klien merasa
baik baru nyaman dengan
3. Menciptakan lingkungan baru
suasana nyaman dan termotivasi
untuk mendukung
setiap tindakan
keperawatan yang
dilakukan
DX.7: Tujuan: mencegah 1. Berikan 1. Diharap keluarga
19
Risiko infeksi b.d terjadinya risiko penjelasan tentang mampu
kelemahan tubuh infeksi terjadinya mendukung setiap
dan bergantung Kriteria Hasil: kemungkinan proses perawatan
kepada orang lain. 1. Klien bebas dari penyebab 2. Mencegah
tanda dan gejala terjadinya infeksi terjadinya risiko
infeksi 2. Mengajarkan infeksi seperti luka
2. Menunjukkan kepada keluarga lecet ataupun
perilaku hidup untuk infeksi
sehat memperhatikan 3. Melatih kebiasaan
klien yang terlihat hidup sehat dan
tidak nyaman mencegah
dengan kondisinya terjadinya tanda-
seperti merubah tanda infeksi.
posisi setiap 2
jam,
membersihkan
setiap kali klien
mengompol atau
BAB di tempat
tidur
3. Mengajarkan
kepada keluarga
untuk menjaga
kebersihan diri
pada klien
20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan
oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur :
2000). Secara umum Encephalitis adalah peradangan akut otak yang
disebabkan oleh infeksi virus. Gejala yang muncul pada anak penderita
Encephalitis berupa Trias Encephalitis yaitu berupa demam, kejang, dan
kesadaran menurun. Gejala lain yang timbul juga berupa Gejala mental,
seperti: gelisah, demensia, halusinasi, intelegensi mundur, daya
konsentrasi mundur, daya ingat berkurang, dan dapat menjadi depresi atau
maniakal.
3.2 SARAN
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab
dengan kondisi fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas
sehari-harinya tanpa mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan
seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat penting
mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap
kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.
21
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Ed. III, Jilid 2. Jakarta: Media
Aeseolapius
Anania, et al.2008. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta:
Indeks.
NANDA Internasional.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction.
Huriyyah, Huwaanah Kal. 2013. Asuhah Keperawatan Encephalitis. (online).
http://www.Asuhan-Keperawatan-askep-encephalitis.html.
Prasetyo, Hadi. ASKEP Anak dengan Encephalitis.(online). http://ASKEP-
ANAK-DENGAN-ENSEFALITIS-Asuhan-Keperawatan-Iqtania.html
Pramuditya, Arindra.2014.PRO NURSE: Laporan Pendahuluan Encephalitis.
(online). http:// PRO-NURSE-laporan-pendahuluan-ensefalitis.html.
22