Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

ENCEPHALITIS
(RADANG OTAK)

DI SUSUN OLEH :
Melinus Zalukhu

AKADEMI KEPERAWATAN ARTA


KABANJAHE
T.A 2019-2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
penyakit Encephalitis dari segi konsep teoritis dan hasil jurnal ilmiah yang dipublikasikan
melalui media internet.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang encephalitis ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Kabanjahe, Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus

BAB II TINJAUAN TEORITIS

1.1 Definisi Encephalitis


1.2 Etiologi Encephalitis
1.3 Klasifikasi Encephalitis
1.4 Tanda dan gejala Encephalitis
1.5 Patofisiologi Encephalitis
1.6 Pemeriksaan penunjang
1.7 Pengobatan
1.8 Pencegahan

BAB III HASIL JURNAL

Encephalitis jepang pada anak

BAB IV ANALISIS

BAB V PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1.2 saran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LatarBelakang
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit
ke dalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab
kesakitan dan kematian di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Sebagaimana uraian
tersebut, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai salah satu masalah
yang diakibatkan oleh terjadinya infeksi terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri,
cacing, protozoa, jamur, atau ricketsia, yang biasa disebut dengan encephalitis.

Encephalitis merupakan radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, fungus dan riketsia (ArifMansur : 2000).
Secara umum gejala ensefalitis berupa demam, kejang dan kesadaran menurun. Penyakit
ini dapat dijumpai pada semua umur mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.

1.2.RumusanMasalah
1.2.1 Apa definisi Encephalitis ?
1.2.2 Apa Etiologi Encephalitis?
1.2.3 Apa saja Klasifikasi Encephalitis ?
1.2.4 Bagaimana Tanda dan gejalaEncephalitis ?
1.2.5 Bagaimana Patofisiologi Encephalitis ?
1.2.6 Bagaimana Pemeriksaan penunjang Encephalitis ?
1.2.7 Bagaimana Pengobatan Encephalitis?
1.2.8 Bagaimana Pencegahan Encephalitis?

1.3.Tujuan
1.3.1 TujuanUmum
Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai ensefalitis serta mampu
menerapkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah ensefalitis.
1.3.2 Tujuankhusus
a.Memahami tentang definisi Encephalitis
b. Mengetahui Etiologi Encephalitis
c. Mengetahui Klasifikasi Encephalitis
d. Mengetahui Tanda dan gejala Encephalitis
e. Mengetahui Patofisiologi Encephalitis
f.Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Encephalitis
g. Mengetahui PengobatanEncephalitis
h. Mengetahui Pencegahan Encephalitis
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Definisi Encephalitis


Encephalitis adalah peradanganakutotak yang disebabkan oleh infeksi virus.
(Hassan, 1997). Encephalitis juga merupakan radang jaringan otak yang dapat
disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsiaatau virus (ArifMansur :
2000).
Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan
menyebabkan kematian. Komplikasi jangka panjang dari encephalitis berupa sekuele
neurologikus yang Nampak pada 30 % anak dengan berbagai agen penyebab, usia
penderita, gejala klinik, dan penanganan selama perawatan. Perawatan jangka panjang
dengan terus mengikuti perkembangan penderita dari dekat merupakan hal yang
krusial untuk mendeteksi adanya sekuele secaradini.

1.2 Etiologi Encephalitis


Encephalitis disebabkanoleh :
1. Bakteri
2. Virus
3. Parasit
4. Fungus
5. Riketsia

1.3 Klasifikasi Encephalitis


a. Ensefalitis Supurativa
b. Ensefalitis Siphylis
c. Ensefalitis Virus
d. Ensefalitis KarenaParasit
e. Ensefalitis Karena Fungus
f. Riketsiosis Serebri
1.4 Tanda dan Gejala Encephalitis
Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah encephalitis adalah:
a. Panas badan meningkat.
b. Sakit kepala.
c. Muntah-muntah lethargi.
d. Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
e. Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku.
f. Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang

1.5 Patofisiologi Encephalitis


Virus masuk ke dalam tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas, dan saluran
pencernaan. Setelah masuk ke dalam tubuh virus akan menyebar ke seluruh tubuh
melalui cara :
1. Setempat : virus hanya menginfeksi selaput lendir, permukaan atau organ
tertentu
2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar
ke berbagai organ dan berkembang biak pada organ tersebut.
3. Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang biak di daerah pertama kali
ia masuk (permukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke organ lain.
4. Penyebaran melalui saraf : virus berkembang biak dipermukaan selaput lender
dan menyebar melalui sistim saraf
Setelah terjadi penyebaran ke otak terjadi manifestasi klinis encephalitis. Masa
prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, dan pucat. Suhu badan
meningkat, foto fobia, sakit kepala, muntah-muntah, kadang disertai kaku kuduk
apabila infeksi mengenai meningen. Pada anak, tampak gelisah kadang disertai
perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan, pendengaran,
bicara, serta kejang. Gejala lain berupa gelisah, rewel, perubahan perilaku,
gangguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal
berupa afasia, hemiparesis, hemiplagia, ataksia, dan paralisis saraf otak. Masa
inkubasi virus ini berkisar 4-15 hari.
1.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Biakan:
• Dari darah, viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif.
• Dari likuor serebro spinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat
gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
• Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif
• Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibody tubuh.
IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : jika di tubuh terdapat virus west mile dalam analisis sampel
darah akan menunjukkan peningkatan antibodi terhadap virus atau terjadi
peningkatan angka leukosit.
4. Punksi lumbal Likuor serebo spinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
5. EEG / Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang
merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor,
infeksi system saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan
aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.(Smeltzer, 2002)
6. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa
pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti
encephalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial
temporal dan lobus frontal. (Victor, 2001)

1.7 Pengobatan Encephalitis


Terapi yang dapat diberikan untuk mengatasi encephalitis dapat berupa obat-
obatan untuk mengurangi keluhan serta mengatasi penyebab yang mendasarinya.
Obat-obat untuk mengurangi keluhan dapat berupa obat penghilang nyeri, obat anti
inflamasi, obat anti kejang. Sedangkan obat untuk mengatasi penyebab encephalitis
tergantung dari penyebab pastinya, apabila disebabkan oleh virus maka diberikan obat
anti virus, sedangkan apabila disebabkan oleh bakteri maka diberikan terapi antibiotik.
Selain itu dapat pula diberikan terapi supportif untuk menunjang daya tahan
tubuh seperti bed rest atau istirahat total, pemberian cairan tambahan melaluli infus,
terapi rehabilitasi untuk mengembalikan kemampuan gerak, berbicara, pssikologis dan
sebagainya.

1.8 Pencegahan
 Menjaga kebersihan, misalnya dengan sering mencuci tangan dan membersihkan
rumah secara teratur.
 Jangan menggunakan alat makan yang sama dengan orang lain.
 Menghindari gigitan nyamuk, kenakan pakaian tertutup saat tidur atau saat keluar
rumah pada malam hari, gunakan semprotan anti nyamuk, serta gunakan lotion
antinyamuk.
 Vaksinasi, jenis vaksin rutin di Indonesia yang dapat membantu menurunkan
resiko terjangkit penyakit ini adalah vaksin MMR (measless, mumps dan rubella).
Selain itu, ada beberapa jenis vaksin yang disarankan apabila akan bepergian ke
daerah yang beresiko seperti vaksin Japanese encephalitis, vaksin tick-borne
encephalitis, serta vaksin rabies.
BAB III
HASIL JURNAL

ENSEFALITIS JEPANG PADA ANAK


26 Desember 2016• by Jurnal Pediatri• in * Menular Penyakit Tropik, Tanda & Gejala, Tanpa
kategori.
Ensefalitis Jepang adalah virus yang bukan hanya menyerang di kawasan Jepang saja.
Virus berbahaya ini dapat ditularkan dari gigitan nyamuk. Ensefalitis Jepang baru-baru ini
telah menyebabkan sejumlah kematian di beberapa negara. Ini adalah penyakit dengan virus
yang mempengaruhi membran di sekitar otak dan ditandai oleh gejala sakit kepala ringan dan
demam. Japanese Encephalitis (JE) adalah infeksi otak yang disebabkan flavivirus yang
berhubungan dengan demam berdarah, demam kuning dan virus West Nile. Virus ini
menyebar pada manusia melalui gigitan nyamuk. Japanese Encephalitis adalah penyebab
utama virus ensefalitis virus di negara-negara Asia. Penyakit ini datang dari nyamuk jenis
Culex tritaeniorhynchus dan Culex vishnui. Nyamuk ini berkembang biak di sawah yang
terjadi banjir. Selain itu peternakan babi juga dapat memperkuat virus ini tumbuh subur.
Menurut WHO, Japanese Encephalitis mencapai sekitar 68.000 kasus klinis setiap tahun.
Sekitar 24 negara di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki risiko tinggi Japanese
Encephalitis. Hingga saat ini belum ada obat yang ditemukan untuk menyembuhkan penyakit
ini. Pengobatan yang dilakukan masih difokuskan pada penganan infeksi dan gejala klinis
yang parah. Untungnya, masih ada vaksin yang aman dan efektif yang tersedia untuk
mencegah Japanese Encephalitis. Kasus pertama Japanese Encephalitis didokumentasikan
pada tahun 1871 di Jepang.wp-1482726140251.jpg

Tanda dan Gejala


Sebagian besar infeksi virus Japanese Encephalitis ringan menunjukkan gejala seperti
demam, sakit kepala atau bahkan beberapa gejala yang tidak jelas. Pada infeksi yang parah,
gejala yang dimunculkan seperti demam tinggi, sakit kepala, leher kaku, tidak sadarkan diri,
koma, kejang, lumpuh dan bahkan kematian.
Ensefalitis Jepang baru-baru ini telah menyebabkan sejumlah kematian di beberapa
negara. Ini adalah penyakit dengan virus yang mempengaruhi membran di sekitar otak dan
ditandai oleh gejala sakit kepala ringan dan demam. Namun dalam kasus yang jarang terjadi,
gelaja Ensefalitis Jepang meliputi:
Demam tinggi
Sakit kepala berkepanjangan
Leher kaku
Disorientasi
Koma
Kelumpuhan sementara
dahi atau di seluruh kepala, biasanya nyeri yang hebat da tidak bias dihilangkan dengan
pemberian analgesik. Demam selalu ada dan tidak bisa diturunkan dengan pemberian obat
antipiretik

Stadium akut1482670660437.jpg
Gejala tekanan intrakranial meninggi berupa nyeri kepala, mual, muntah, kejang,
penurunan kesadaran dariapatis sampai koma. Infeksi meninges berupa kuduk kaku, biasanya
1-3 hari setelah sakit. Demam tetap tinggi, kontinu dan lamanya demam dari permulaan
mulai penyakit berlangsung 7-8 hari. Otot kaku dan ada juga kelemahan otot. Kelemahan otot
yang menyeluruh timbul pada minggu ke-2 dan minggu ke-3. Kelemahan otot yang luas dan
hebat memerlukan istirahat yang lama sampai kebanyakan gejala yang lain reda. Muka
seperti topeng, tanpa ekspresi muka, ataksia, tremor kasar, gerakan-gerakan tidak sadar,
kelainan saraf sentral, paresis, reflex deep tendon meningkat atau menurun, dan refleks
patologis babinsky positif. Berat badan menurun disertai dehidrasi. Pada kasus ringan
permulaan penyakit perlahan-lahan, demam tidak tinggi, nyeri kepala ringan. Demam akan
hilang pada hari ke-6 atau hari ke-7 dan kelainan neurologik sembuh pada akhir minggu ke
dua setelah mulainya penyakit. Pada kasus yang berat gejala penyakit sangat akut, kejang
menyerupai epilepsi, hiperpireksia, kelainan neurologik yang progresif, penyulit
kardiorespirasi dan koma diakhiri kematian pada hari ke-7 dan ke-10, atau pasien hidup dan
membaik dalam jangk waktu yang lama, kadang-kadang terkena penyulit infeksi bakteri dan
meninggalkan gejala sisa yang permanen.

Stadium Konvalessens
Stadium ini dimulai pada saat menghilangnya inflamasi yaitu pada suhu mulai kembali
normal. Gejala neurologik bisa menetap dan cenderung membaik. Apabila penyakit JE berat
dan berlangsung lama maka penyembuhan berlangsung lambat, tidak jarang sisa gangguan
neurologik berlangsung lama. Pasien menjadi kurus dan kurang gizi. Gejala sisa yang sering
dijumpai adalah gangguan mental berupa emosi yang tidak stabil, paralisis upper, dan lower
motor neuon afasia dan psikosis organik jarang dijumpai.
Gejala klinis yang mendukung diagnosis JE :
Keluhan dini berupa demam, sakit kepala, mual, muntah, lemas, kesadaran menurun,
dan gerakan abnormal (tremor hingga kejang).
Gejala yang timbul 3-5 hari kemudian berupa kekakuan otot, koma, pernapasan yang
abnormal, dehidrasi, dan penurunan berat badan.
Gejala lain yang menyertai : refleks tendon meningkat, paresis, suara pelan dan parau.
Berdasarkan kriteria WHO (1979) yang dikutip dari Lubis, seleksi kasus JE meliputi :
Demam lebih dari 380C
Gejala rangsang korteks
Gejala kesadaran
Gangguan saraf otak
Gejala piramidal dan ekstra piramidal
Cairan otak jernih, protein positif, glukosa < 100 mg/dl
Manifestasi klinik JE dapat pula ditemukan pada penyakit lain, terutama yang berkaitan
dengan kelainan susunan saraf pusat, yaitu malaria serebral, meningitis bakteri, meningitis
aseptic, kejang, demam, encephalitis oleh Flavivirus lain, rabies, sindrom Reye, dan
ensefalopati toksik.
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang sama dan
khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa Trias
Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. Adapun tanda dan gejala
Ensefalitis sebagai berikut :
Data Obyektif :
1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di
muka)
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal
paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.

Inti ari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda dan
gejala: kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri
refleks tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-
otot wajah.
Penyakit ini bahkan mampu menyebabkan kematian hingga 30% pada penderita yang
mengalami gejala. Sekitar 20% -30% penderita yang bertahan hidup mengalami masalah
intelektual, perilaku atau neurologis permanen seperti kelumpuhan, kejang berulang atau
bahkan mulai kehilangan kemampuannya untuk berbicara. Japanese Enchepalitis ditularkan
pada manusia melalui gigitan dari nyamuk yang terinfeksi culex sehingga dikenal dengan
nama nyamuk culex. Saat terinfeksi, seseorang tidak menjadi viremia (virus dalam aliran
darah) yang cukup untuk menginfeksi nyamuk yang menggigitnya. Virus tersebut mengalami
siklus transmisi antara nyamuk, babi dan/atau burung air (siklus enzootik). Penyakit ini
terutama ditemukan di daerah pedesaan dan pinggir kota, di mana manusia hidup sangat
dekat hewan-hewan tersebut.
Virus Japanese Encephalitis seringkali ditularkan pada musim panas, saat itu wabah
dapat menyebar dengan cepat. Di daerah dengan iklim tropis dan subtropis, penularan dapat
terjadi sepanjang tahun. Tetapi, virus ini lebih sering terjadi pada periode musim hujan dan
pra-panen di daerah-daerah pertanian.
BAB IV
ANALISIS
BAB V
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Encephalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
(Hassan, 1997). Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti
meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus)
atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti
toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningo encephalitis, juga dapat
menyebabkan ensefalitis pada orang yang system kekebalan tubuhnya kurang.

1.2 Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi
fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa
mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam
tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut
terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.
DAFTAR PUSTAKA

Fransisca B. Batticaca, 2008. AsuhanKeperawatanPadaKlienDengan


GangguanSistemPersyarafan. Jakarta: Salembamedika.
Mansjoer A, dkk. 2000. KapitaSelektaKedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Doenges M, dkk. 2000. RencanaAsuhanKeperawatan. Jakarta : EGC
Ginsberg, Lionel. 2007 . Lecture Notes : Neurology . Jakarta :Erlangga
Shodikin, M. 2013. Anatomidanfisiologisistempersarafan .
http://www.slideshare.net/sobi7777/anatomi-dan-fisiologi-sistem-persarafan .diaksestanggal
13 september 2013 pukul 12.00

Anda mungkin juga menyukai