ENCEPHALITIS
(RADANG OTAK)
DI SUSUN OLEH :
Melinus Zalukhu
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
penyakit Encephalitis dari segi konsep teoritis dan hasil jurnal ilmiah yang dipublikasikan
melalui media internet.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang encephalitis ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
BAB IV ANALISIS
BAB V PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.2 saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit
ke dalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab
kesakitan dan kematian di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Sebagaimana uraian
tersebut, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai salah satu masalah
yang diakibatkan oleh terjadinya infeksi terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri,
cacing, protozoa, jamur, atau ricketsia, yang biasa disebut dengan encephalitis.
Encephalitis merupakan radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, fungus dan riketsia (ArifMansur : 2000).
Secara umum gejala ensefalitis berupa demam, kejang dan kesadaran menurun. Penyakit
ini dapat dijumpai pada semua umur mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.
1.2.RumusanMasalah
1.2.1 Apa definisi Encephalitis ?
1.2.2 Apa Etiologi Encephalitis?
1.2.3 Apa saja Klasifikasi Encephalitis ?
1.2.4 Bagaimana Tanda dan gejalaEncephalitis ?
1.2.5 Bagaimana Patofisiologi Encephalitis ?
1.2.6 Bagaimana Pemeriksaan penunjang Encephalitis ?
1.2.7 Bagaimana Pengobatan Encephalitis?
1.2.8 Bagaimana Pencegahan Encephalitis?
1.3.Tujuan
1.3.1 TujuanUmum
Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai ensefalitis serta mampu
menerapkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah ensefalitis.
1.3.2 Tujuankhusus
a.Memahami tentang definisi Encephalitis
b. Mengetahui Etiologi Encephalitis
c. Mengetahui Klasifikasi Encephalitis
d. Mengetahui Tanda dan gejala Encephalitis
e. Mengetahui Patofisiologi Encephalitis
f.Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Encephalitis
g. Mengetahui PengobatanEncephalitis
h. Mengetahui Pencegahan Encephalitis
BAB II
PEMBAHASAN
1. Biakan:
• Dari darah, viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif.
• Dari likuor serebro spinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat
gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
• Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif
• Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibody tubuh.
IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : jika di tubuh terdapat virus west mile dalam analisis sampel
darah akan menunjukkan peningkatan antibodi terhadap virus atau terjadi
peningkatan angka leukosit.
4. Punksi lumbal Likuor serebo spinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
5. EEG / Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang
merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor,
infeksi system saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan
aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.(Smeltzer, 2002)
6. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa
pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti
encephalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial
temporal dan lobus frontal. (Victor, 2001)
1.8 Pencegahan
Menjaga kebersihan, misalnya dengan sering mencuci tangan dan membersihkan
rumah secara teratur.
Jangan menggunakan alat makan yang sama dengan orang lain.
Menghindari gigitan nyamuk, kenakan pakaian tertutup saat tidur atau saat keluar
rumah pada malam hari, gunakan semprotan anti nyamuk, serta gunakan lotion
antinyamuk.
Vaksinasi, jenis vaksin rutin di Indonesia yang dapat membantu menurunkan
resiko terjangkit penyakit ini adalah vaksin MMR (measless, mumps dan rubella).
Selain itu, ada beberapa jenis vaksin yang disarankan apabila akan bepergian ke
daerah yang beresiko seperti vaksin Japanese encephalitis, vaksin tick-borne
encephalitis, serta vaksin rabies.
BAB III
HASIL JURNAL
Stadium akut1482670660437.jpg
Gejala tekanan intrakranial meninggi berupa nyeri kepala, mual, muntah, kejang,
penurunan kesadaran dariapatis sampai koma. Infeksi meninges berupa kuduk kaku, biasanya
1-3 hari setelah sakit. Demam tetap tinggi, kontinu dan lamanya demam dari permulaan
mulai penyakit berlangsung 7-8 hari. Otot kaku dan ada juga kelemahan otot. Kelemahan otot
yang menyeluruh timbul pada minggu ke-2 dan minggu ke-3. Kelemahan otot yang luas dan
hebat memerlukan istirahat yang lama sampai kebanyakan gejala yang lain reda. Muka
seperti topeng, tanpa ekspresi muka, ataksia, tremor kasar, gerakan-gerakan tidak sadar,
kelainan saraf sentral, paresis, reflex deep tendon meningkat atau menurun, dan refleks
patologis babinsky positif. Berat badan menurun disertai dehidrasi. Pada kasus ringan
permulaan penyakit perlahan-lahan, demam tidak tinggi, nyeri kepala ringan. Demam akan
hilang pada hari ke-6 atau hari ke-7 dan kelainan neurologik sembuh pada akhir minggu ke
dua setelah mulainya penyakit. Pada kasus yang berat gejala penyakit sangat akut, kejang
menyerupai epilepsi, hiperpireksia, kelainan neurologik yang progresif, penyulit
kardiorespirasi dan koma diakhiri kematian pada hari ke-7 dan ke-10, atau pasien hidup dan
membaik dalam jangk waktu yang lama, kadang-kadang terkena penyulit infeksi bakteri dan
meninggalkan gejala sisa yang permanen.
Stadium Konvalessens
Stadium ini dimulai pada saat menghilangnya inflamasi yaitu pada suhu mulai kembali
normal. Gejala neurologik bisa menetap dan cenderung membaik. Apabila penyakit JE berat
dan berlangsung lama maka penyembuhan berlangsung lambat, tidak jarang sisa gangguan
neurologik berlangsung lama. Pasien menjadi kurus dan kurang gizi. Gejala sisa yang sering
dijumpai adalah gangguan mental berupa emosi yang tidak stabil, paralisis upper, dan lower
motor neuon afasia dan psikosis organik jarang dijumpai.
Gejala klinis yang mendukung diagnosis JE :
Keluhan dini berupa demam, sakit kepala, mual, muntah, lemas, kesadaran menurun,
dan gerakan abnormal (tremor hingga kejang).
Gejala yang timbul 3-5 hari kemudian berupa kekakuan otot, koma, pernapasan yang
abnormal, dehidrasi, dan penurunan berat badan.
Gejala lain yang menyertai : refleks tendon meningkat, paresis, suara pelan dan parau.
Berdasarkan kriteria WHO (1979) yang dikutip dari Lubis, seleksi kasus JE meliputi :
Demam lebih dari 380C
Gejala rangsang korteks
Gejala kesadaran
Gangguan saraf otak
Gejala piramidal dan ekstra piramidal
Cairan otak jernih, protein positif, glukosa < 100 mg/dl
Manifestasi klinik JE dapat pula ditemukan pada penyakit lain, terutama yang berkaitan
dengan kelainan susunan saraf pusat, yaitu malaria serebral, meningitis bakteri, meningitis
aseptic, kejang, demam, encephalitis oleh Flavivirus lain, rabies, sindrom Reye, dan
ensefalopati toksik.
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang sama dan
khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa Trias
Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. Adapun tanda dan gejala
Ensefalitis sebagai berikut :
Data Obyektif :
1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di
muka)
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal
paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.
Inti ari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda dan
gejala: kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri
refleks tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-
otot wajah.
Penyakit ini bahkan mampu menyebabkan kematian hingga 30% pada penderita yang
mengalami gejala. Sekitar 20% -30% penderita yang bertahan hidup mengalami masalah
intelektual, perilaku atau neurologis permanen seperti kelumpuhan, kejang berulang atau
bahkan mulai kehilangan kemampuannya untuk berbicara. Japanese Enchepalitis ditularkan
pada manusia melalui gigitan dari nyamuk yang terinfeksi culex sehingga dikenal dengan
nama nyamuk culex. Saat terinfeksi, seseorang tidak menjadi viremia (virus dalam aliran
darah) yang cukup untuk menginfeksi nyamuk yang menggigitnya. Virus tersebut mengalami
siklus transmisi antara nyamuk, babi dan/atau burung air (siklus enzootik). Penyakit ini
terutama ditemukan di daerah pedesaan dan pinggir kota, di mana manusia hidup sangat
dekat hewan-hewan tersebut.
Virus Japanese Encephalitis seringkali ditularkan pada musim panas, saat itu wabah
dapat menyebar dengan cepat. Di daerah dengan iklim tropis dan subtropis, penularan dapat
terjadi sepanjang tahun. Tetapi, virus ini lebih sering terjadi pada periode musim hujan dan
pra-panen di daerah-daerah pertanian.
BAB IV
ANALISIS
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Encephalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
(Hassan, 1997). Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti
meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus)
atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti
toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningo encephalitis, juga dapat
menyebabkan ensefalitis pada orang yang system kekebalan tubuhnya kurang.
1.2 Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi
fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa
mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam
tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut
terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.
DAFTAR PUSTAKA