Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

MENINGITIS pada pasien HIV/AIDS

Disusun oleh:

Mila PurnamaSari
16142010068

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


NGUDIA HUSADAN MADURA
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
MENGINITIS PADA PASIEN HIV AIDS
1. Defenisi
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri
danvirus merupakan penyebab utama dari meningitis.
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh
salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok,
Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi
& Rita, 2001).

2. Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan
pasiendengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang
tengkorak, infeksi,operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan
diatas bahwa meningitisitu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis
serosa
3. Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus
influenza,Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus
Aurens, Eschericiacolli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon
terhadap bakteri sebagai bendaasing dan berespon dengan terjadinya peradangan
dengan adanya neutrofil, monosit danlimfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari
bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangansubarahcnoid ini akan terkumpul di
dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkanlapisan yang tadinya tipis menjadi
tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkanpeningkatan intrakranial.
Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
4. Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya
disebabkanoleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti;
gondok, herpez simplekdan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada
meningitis bakteri tidak terjadipada meningitis virus dan tidak ditemukan
organisme pada kultur cairan otak. Peradanganterjadi pada seluruh koteks cerebri
dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringanotak terhadap virus
bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat
5. Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater.
Cairanotak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir
melalui subarachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum
tulang belakang,direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-
jari di dalam lapisansubarachnoid
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki
cairanotak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung
(sekret hidung)atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak
dapat menyebabkanmeningitis karena hubungan langsung antara cairan otak
dengan lingkungan (dunia luar),mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke
cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang
patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater,arachnoid, cairan otak
dan ventrike

1. MANIFESTASI KLINIS

Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :

1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering


2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif,
dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
4. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
5. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
6. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi
lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada
salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang
berlawanan.
7. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
8. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat
kesadaran.
9. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
10. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata

1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
3. Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah
sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip
terhadap beberapa jenis bakteri.
4. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya
negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
5. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
6. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )

4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil

( infeksi bakteri )

5. Elektrolit darah : Abnormal .


6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah
pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat
ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra
kranial.

10. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu


menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna
sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan
pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic yang mampu melewati
barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk
menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin
generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar pemberian
antimikroba lebih efektif digunakan.

Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama


1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3
bulan.

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):

1. Sefalosporin generasi ketiga


2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

Pengobatan simtomatis:

1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6


mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-
7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan
untuk mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian
tambahan volume cairan intravena.

6. KOMPLIKASI

1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal
bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder
LAPORAN KASUS

MENGINITIS PADA PASIEN HIV AIDs

1. PENGKAJIAN
1. Biodata klien, meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, alamat,
pendidikan, pekerjaan, nomor regitrasi, status pekawinan, agama,
tanggal MR
2. Riwayat kesehatan yang lalu
1. Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
2. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
3. Pernahkah operasi daerah kepala ?
3. Data bio-psiko-sosial
1. Aktivitas

Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).

Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.

1. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan


darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.

1. Eliminasi

Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.

1. Makan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.


Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.

1. Higiene

Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.

1. Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan
halusinasi penciuman.

Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal,
hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal,
babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada
laki-laki.

1. Nyeri/keamanan

Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal).

Tanda : gelisah, menangis.

a. Pernafasan

Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru.

Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan


diseminata hematogen dari pathogen
b. Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan
berhubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
c. Risiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang
umum/fokal, kelemahan umum, vertigo.
d. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam
sirkulasi.
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular, penurunan kekuatan
f. Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian

1. Pengkajian Pasien dengan meningitis


Riwayat penyakit dan pengobatanFaktor riwayat penyakit sangat penting
diketahui karena untuk mengetahui jeniskuman penyebab. Disini harus ditanya
dengan jelas tentang gejala yang timbul sepertikapan mulai serangan, sembuh atau
bertambah buruk. Setelah itu yang perlu diketahuiadalah status kesehatan masa
lalu untuk mengetahui adanya faktor presdiposisi sepertiinfeksi saluran napas,
atau fraktur tulang tengkorak, dll.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan
otak.Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan
tekanan tintrakranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan
konsentrasi glukosa.Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang
biasanya meningkat diatasnilai normal.Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai
untuk mengidentifikasi adanyaketidakseimbangan elektrolit terutama
hiponatremi.Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak.
Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan
pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.

3. Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau
penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang
sudah sangat parah.
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah
a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial 
Tujuan :
Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit
Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensorisKriteria hasil
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rasa sakit kepala berkurang
Kesadaran meningkat
Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda
tekananintrakranial yang meningkat.
Rencana tindakan
b. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.
Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan
hiperthermi
Kriteria hasil :
Tidak terjadi serangan kejang ulang.
Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)
Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)100-110 x/menit (anak)
Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)24 – 28 x/menit (anak)
Kesadaran composmentis

Rencana Tindakan
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil :
Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit,
RR : 24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak rewel
Rencana Tindakan :

d. Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan


statusmental dan penurunan tingkat kesadaran
 Tujuan:Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan
penurunan kesadara
Rencana Tindakan

e. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi.


Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya.
Kriteria hasil:
Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.
Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.
keluarga mentaati setiap proses keperawatan

Rencana tindakan :
Tinjauan kasus

1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 April 2003 pukul 10.00 WIB di Ruang
anak (Ruangneurologi/ B II) RSUD Dr. Soetomo surabayaa.
  Biodata
Nama : By. L
Tempat tanggal lahir : Jombang, 17 Desember 2002
Usia : 5 bulan/ anak ke-5
Jenis kelamin : Perempuan.
Nama ayah/ ibu : Tn. S/ Ny. S
Pendidikan ayah/ ibu : SMA/ SMP 
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia 
Alamat : Mojowarno/ Jombang
DMK : 10-392-85
Tgl MRS : 13 April 2003
Sumber informasi : Ibu
Diagnosa medis : S. Meningitisb.
 
Keluhan utama: Kejang.
 
Riwayat penyakit sekarang:
Sebelumnya di rumah klien sudah seminggu menderita demam, flu dan
batuk. klien mulaikejang pada tanggal 13 April 2003 jam 23.00 (pada saat kejang
mata melirik ke atas, kejangpada seluruh badan, setelah kejang klien sadar dan
menangis pada saat kejang keluar buihlewat mulut) dan langsung dibawa ke IRD
RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan MRS di Ruanganak B2 Neorologi

Riwayat penyakit dahulu:


Sebelumnya klien pernah MRS dengan diare pada saat berumur 1 bulan.e.
 
Riwayat penyakit keluarga:
Ibu mengungkapkan bahwa saat klien menderita panas dan kejang didalam
keluarga tidak adayang menderita sakit flu/ batuk.f.
 
Riwayat kehamilan dan persalinan:
Ibu mengungkapkan bahwa selama hamil ia rajin kontrol ke bidan didekat
rumahnya, iamengatakan bahwa ia juga mengkonsumsi jamu selama hamil yaitu
jamu. Menurut ibu, klienlahir kembar di rumah sakit Mojowarno Jombang dengan
berat badan lahir 1200 gram, tidaklangsung menangis, menurut ibu air ketubannya
berwarna kehitaman dan kental.g.
 
Status imunisasi:
Menurut ibu anaknya telah mendapatkan imunisasi BCG, polio I, DPT I dan
hepatitis

Status nutrisi:
Ibu mengungkapkan An.L diberikan ASI mulai lahir sampai berumur 1 bulan,
setelah dirawat diruang anak ibu tidak menenteki dan diganti dengan PASI
Lactogen. Pada saat pengkajian BB3700 gram, panjang badan 56 cm, lingkar
lengan atas 7 cm. Ibu mengungkapkan anak tidakmual dan tidak pernah muntah.i.
 
Riwayat perkembangan :
Pada saat ini anak memasuki masa basic trust Vs Mistrust (dimana rasa percaya
anak kepadalingkungan terbentuk karena perlakuan yang ia rasakan). Ia juga
berada pada fase oral dimanakepuasan berasal pada mulut. j.
 
Data Psikososial :
Ibu mengungkapkan bahwa ia menerima keadaan anaknya, dan berharap agar
anaknya bisacepat sembuh dan pulang berkumpul bersama dengan keluarga serta
kakak klien. Ibu dannenek klien selalu menunggui klien dan hanya pada hari
minggu ayah dan kakak klien datangmengunjungi klien, karean harus bekerja dan
sekolah

Pemeriksaan fisik :
 
Keadaan umum Anak tampak tidur dengan menggunakan IV Cath pada tangan
kanan, kesadarancompomentis, nadi 140 x/mnt, suhu 38,5 0C, pernafasan 40
x/mnt. 
Kepala dan leher Kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan
penyebarannya merata, ubun-ubun besar masih belum menutup, teraba lunak dan
cembung, tidak tegang. Lingkar kepala 36 cm.Reaksi cahaya (+) / (+), mata
nampak anemi, ikterus tidak ada, tidak terdapat sub kunjungtiva, bleeding.Telinga
tidak ada serumen.Hidung tidak terdapat pernafasan cuping hidung.Mulut bersih,
tidak terdapat moniliasis.Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, tidak ada kaku
kuduk.
 
Dada dan thoraksPergerakan dada simetris, Wheezing (-) / Ronchi(-), tidak
terdapat retraksi otot bantu pernafasan.
Pemeriksaan jantung, ictus cordis terletak di midclavicula sinistra ICS 4-5,
S1S2 tunggal tidak ada bising dan murmur

Abdomen Bentuk supel, hasil perkusi tympani, tidak terdapat meteorismus, bising
usus+ normal 5 x/ mnt,hepar dan limpa tidak teraba. Kandung kemih teraba
kosong.5)
 
Ekstrimitas : Tidak terdapat spina bifida pada ruas tulang belakang, tidak ada
kelainan dalam segi bentuk, ujikekuatan otot tidak dilakukan. Klien mampu
menggerakkan ekstrimitas sesuai dengan arahgerak sendi. Ekstrimitas kanan
sering terjadi spastik setiap 10 menit selama 1 menit.6)
 

Refleks Pada saat dikaji :

refleks menghisap klien (+),


refleks babinsky (+),
Pemeriksaan penunjang medis Laboratorium tanggal 14 april 2003:
Hemoglobine 8,2 gr%Leucocyt 24.400, Thrombocyt 483x109, GDA 96 mg/dl

Pemeriksaan penunjang medis Laboratorium tanggal 17 april 2003:Kalium serum


4,0 normal 3,5-5,5 mEq/LNa Serum 134 normal 135-145 mEq/LKalsium serum
5,4 normal 8,0-10 mg/dlLaboratorium tanggal 22 april 2003:Hemoglobine 16,2 gr
%

Terafi Medis :
- IVFD D51/4S 400 cc/24 jam- Injeksi Cefotaxime 3 x 250 mg iv- Injeksi Dilantin 3 x 8
mg intravena- Tranfusi WB 37 cc / hari- K/p Injeksi Diazepam 1 mg kalau kejang

2. Rencana tindakan
penatalaksanaan
Evaliuasi
Kolaborasi :

1. Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.


2. Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
3. Pantau BGA.
4. Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen
3. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kejang umum/vokal,
kelemahan umum vertigo.

Mandiri :

1. Pantau adanya kejang


2. Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan
nafas buatan
3. Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan obat : venitoin, diaepam,
venobarbital.

4. Nyeri (akut ) berhubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, dkk.(2014).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made
Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester,
Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.

Harsono.(2013).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada


University Press.

Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis,
And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 2013.

Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease


Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 2014.

Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan. Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan; 2012.

Anda mungkin juga menyukai