PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Secara anatomi meningen menyelimuti otak dan medula spenalis. Selaput otak terdiri atas tiga
lapisan dari luar kedalam yaitu durameter, arakhnoid, dan piameter. Durameter terdiri atass
lapisan yang berfungsi kecuali diladalm tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat
pada tulang dan terdapat sinus venosus. Falx serebri adalah lapisan vertikal durameter yang
memisahkan kedua humisfer serebri pada garis tengah. Tentorium serebri adalah ruang
horizontal dari durameter yang memisahkan lobus oksifitalis dari serebellum. Araknoid
merupakan membran lembut yang bersatu di tempatnya dengan diameter, diantaranya terdapat
ruang subaraknoid dimana terdapat arteri dan vena serebri dan dioenugi oleh cairan
serebrosvinal. Sisterna magna adalah bagian terbesar dari ruang subaraknoid disebelah belakang
otak belakang, memenuhi celah diantara serebellum dan medulla oblongata. Diameter
merupakan membran halus yang kaya akan pembuluh darah kecil yang menyuplai darah ke otak
dalam jumlah yang banyak. Secara ringkas pengertia dari meningitis adalah radang pada
meningen atau membran (selaput) yang mengelilingi otak dan medula spinalis.penyakit ini
mempunyai insiden tertinggi pada anak dibawah usia 5 tahun,dengan puncak insiden pada anak
usia 3-5 bulan (speer, 2007)
B. Rumusan masalah
1
9. Pathway meningitis ?
10. Askep meningitis ?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Defenisi
1.1 Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus
1.2 Meningitis adalah peradangan pada selaputmeningen , cairan serebrospinal dan spinal collum
yang menyebabkan proses infeksi pada system syaraf pusat. ( Suriadi dan RitaYuliani, 2001)
1.3 Meningitis adalah Peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column
yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (yuliani, 2010).
1.4Meningitis adalah peradangan pada susunan saraf, radang umum pada araknoid dan piameter,
disebabkan oleh bakteri, virus, rikersia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis
3
1.5Mmeningitis adalah peradangan selaput, semsum tulang belakang, atau keduanya penyebabnya
adalah bakteri atau virus, miningitis sering didahului oleh infeksi pernafasan, tenggorok atau
tanda dan gejala flulike. Sejumlah kuman neisseria meningitidis merupakan penyebab meningitis
yang sering. Penyakit ini mempunyai insiden tertingi pada anak dibawah usia 5 th, dengan
puncak insidensi pada anak usia 3-5 bulan. Bentuk meningitis yang berat, yaitu
meningokoksemia yang memiliki serangan cepat dan dapat menyebabkan kematian. Tanda dan
gejala meliputi demam tinggi, letargi, menggigil, dan timbul ruam pada kulit (kathleen, 2008)
2. Etiologi
2.1 Bakteri : Haemophilus Influensa ( tipe B), Streptococcus pneumonie, Neiserria Meningitis, β -
2.2 Faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang
2.3 Factor Maternal : Ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terahir kehamilan.
2.4 Fakter Imunologi : Defisiensi mekanisme imun, defesiensi imunoglobulin, anak yang
mendapatkan imunusupresi.
2.5 Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
system persarafan.
Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu banyak disebabkan oleh virus dan bakteri, maka
meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.
Meningitis Bakteri
4
Pada meningitis bakteri ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam
cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebruspinal.
Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan
berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan
eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan
terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi
tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan
Meningitis Virus
disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang
disebabkan oleh virus, seperti; mump, meales, gondok, herpez simplek dan herpez zoster.
Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan
tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks
cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi
3. Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak
dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam
sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi
5
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak
melaui aliran darah merah pada blood brain barrier, masuknya dapat melalui trauma penetrasi,
prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral atau kelainan system saraf pusat. Otorrea
atau rhinhorea akibat fraktur dasar tengkorak dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadi
menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hedrosefalus dan peningkatan intra cranial. Efek
Masuknya mikro organisme ke susunan saraf pusat melelui ruang sub arachnoid dan
4. Klasifikasi Meningitis
dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
a) Meningitis serosa Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya Virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b) Meningitis purulenta Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
5. Manifestasi Klinik
6
5.1 Bayi
Leher fleksibel
Manifestasi klinisnya biasanya tampak pada anak umur 3 bulan sampai 2 tahun
Adanya demam, nafsu makan menurun, muntah, iritabel, mudah lelah dan kejang-kejang,
Frontanel menonjol
Nuchal Rigidity tanda-tanda kaku kuduk,brudzinki dan kernig dapat terjadi namun
lambat
7
5.3 Anak-anak dan remaja
Sakitnya tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah, kejang-kejang
Anak menjadi irritable dan agitasi dan dapat berkembang photopobia, delirium, halusinasi,
6. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal
punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa
cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas
nilai normal.
8
Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya
Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar
glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf
lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.
7. Komplikasi
7.1 Dapat dikurangi dikurangi dengan diagnosis yang awal dan pemberian terapi antimikrobial
dengan cepat.
8.2 Bila infeksi meluas ke ventrikel, pus yang banyak (kental), adanya penekatan pada bagian yang
7.3 Perubahan yang dekstruktif ada pada kortex serebral dan adanya abses otak infeksi langsung.
7.4 Ketulian, kebutaan, kelemahan/paralysis dari otot-otot wajah atau otot-otot yang lain pada kepala
7.5 Kompl;ikasi yang serius biasanya diakibatkan oleh infeksi : meningococcal sepsis atau
meningococcemia
7.5 Syndrom water haouse-Friderichsen ( Overwhelming septic shock, DIC, Perdarahan, Purpura)
9
7.7 SIADH, subdural effusion, kejang-kejang, edema serebral, herniasi dan hydrocephalus.
Ventriculitis (yang menghasilkan kista, daerah yang dibatasi oleh akumulasi cairan dan tekanan
pada otak)
Gangguan yang menetap dan penglihatan, pendengaran dan kelemahan nervus yang lain
Cerebral palsy, cacat mental, gangguan belajar, penurunan perhatian, gangguan hiperaktivitas dan
adanya kejang.
8. Penatalaksaan
Isolation precautions
Mempertahankan ventilasi
Memperbaiki anemia
8.2 Pengobatan
10
Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis :
Antibiotik Organisme
Meningoccocci Streptomicyn
Streptoccocci INH
PAS
Gentamicyn Klebsiella
Pseudomonas
Proleus
Bakteri
Chlorampeniko Haemofilus
Ampisillin, Influenza
sefotaksim S. Pneumonia
N. meningitis Virus
amikasin
11
9. Pathway
12
BAB III
Askep meningitis
1. Prognosa
Usia anak, kecepatan diagnosa setelah timbulnya gejala dan terapi yang adekwat penting
– 20 % kasus fatal. Bila penyebabnya hemofilus influensya dan miningitis meningokokus, angka
%.
Gejala sisa miningitis bacteri paling sering terjadi pada anak-anak usia 2 tahun pertama
dan sangat sedikit pada anak-anak dengan miningitis meningokokus. Gejala sisa pada bayi
terutama disebabkan oleh hidrosefalus komunikasi dan efek-efek yang lebih besar berupa
cerebritis pada otak yang belum matang. Pada anak-anak yang lebih besar gajala sisa
dihubungkan dengan proses peradangan itu sendiri atau akibat dari vaskulitis (radang pembuluh
darah) yang menyertai penyakit ini. Evaluasi saraf N VIII penting atau sekurang-
2. Pengkajian
1.1 Biodata
13
Laki-laki lebih banyak dari perempuaan
a. pada neonatus : kaji adnya perilaku menolak untuk makan, reflek mengisap kurang, muntah atau
b. pada bayi dan anak-anak ( usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya demam, malas makan,
muntah, mudah terstimulasi, kejang menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku
c. pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi sakit kepala, muntah yang di ikuti dengan
perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, foto fobia, delirium, halusinasi,
perilaku agresif, penurunsn kesadaran, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinsky, reflek
d. Gejala tekanan intra kranial: anak sering muntah, nyeri kapala (pada orang dewasa), pada
a. Antenatal: adanya defisiensi konginental 3 kelas imunoglobin utama yaitu fungsi limfosit T,
b. Natal: -
c. Post natal : anak yang mempunyai antibodi terhadap polibosefosfat mempunyai kekebalan
terhadap infeksi H, influensa yang biasanya terbentuk pada anak berusia dibawah 1 tahun
(Nelson:1993:35)
14
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit tuberkulosis paru pada meningen tuberkulosis
1.6 ADL
Nutrisi : menurunnya nafsu makan, mual, muntah dan klien mengalami kesukaran/tidak dapat menelan,
Aktivitas : mengalami kelumpuhan dan kelemahan yang mengakibatkan gerak serta ketergantungan dalam
memenuhi kebutuhan
Personal hygiene : tergantung perawatan diri sehubungan dengan penurunan kesadaran dan kelumpuhan.
1.7. Pemeriksaan
A. pemeriksaan umum
Nadi : tachicardi, tetapi jika terjadi peningkatan intrakranial nadi menjadi cepat .
B. pemeriksaan fisik
Kepala dan leher : ubun-ubun besar dan menonjol, strabismus dan stignasmus, pada wajah
terdapat ptichiae, lesi purpura, bibir kering, sianosis dan pada leher terjadi kaku kuduk.
Thorak/ dada : bentuk simetris, pernapasan tachipnue, bila koma pernapasan chyne stroke,
15
C. pemeriksaan penunjang
a. Fungsi Lumbal
b. kultur darah
c. CT scan
3. Diagnosa Keperawatan
3. tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan kelemahan otot-otot pernafasan,
4. tidak efektif pola nafas berhubungan dengan menurunnya kemampuan untuk bernafas.
7. kurang volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake cairan, kehilangan cairan
abnormal.
8. kelebihan volume cairan berhubungan dengan tidak adequatnya sekresi hormon anti
deuretik.
9. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anaoreksia, mual muntah
dan lemah.
16
4. Intervensi
2. 3 dan 4 anak akan menunjukkan status pernafasan adequat yang di tandai dengan jalan
nafas laten dan bersih, pola nafas efektif dan pernafasan normal.
5. anak tidak memperlihatkan kekurangan volume cairan yang ditandai dengan membran
5. Implementasi
17
Menilai status neurologi setiap 1-2 jam ( gerakan simetris, reflek-reflek infratil, respon pupil,
kemampuan mengikuti perintah, ketajaman penglihatan, reflek tendon dalam, kejang, respon
verbal.
meningkatnya tekanan darah, menurunnya nadi, pernafasan tidak teratur, menangis merintih,
Catat setiap kejang yang terjadi, anggota tubuh yang kena, lamanya kejang dan aura
Mempertahankan kepala dan leher dalam satu garis lurus untuk memudahkan venous return
Mengajarkan kepada anak untuk menghindari valsava monuver ( mengedan, batuk, bersin) dan
18
memonitor frekwensi pernafasan, pola, inspirasi dan ekspirasi, obsevasi kulit, kuku, membran
ganti posisi tiap 2 jam, anjurkan anak untuk melakukan aktivitas yang dapat ditoleransi
mempertahankan kelatenan jalan nafas; melakukan pengisapan lendir, mengatur posisi tidur
memberi oksigen sesuai order dan memonitor ke efektifannya pemberian oksigen tersebut
kepada dokter
5. mencegah injury
hindari peningkatan intra kranial, yang dapat menimbulkan valsava monuver, batuk mengejan,
bertingkah laku tenang, konsisten, bicara lambat dan jelas untuk meningkatkan pemahaman anak
mengorentasi secara verbal kepada orang tempat, waktu, situasi; menyediakan mainan, barang
19
7. dan 8 mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adequat
mengobservasi adanya tanda-tanda retensi cairan dan cairan hipotonik yang menunjukkan SIADH
mual)
menimbang berat badan tiap hari dengan skala yang sama dan waktu yang sama
ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki
berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
menganjurkan anak untuk makan secara perlahan, dan menhindari posisi berbaring satu jam
setelah makan
menimbang berat badan tiap hari dengan skala yang sama dan waktu yang sama
membatasi intake cairan selama makan, yaitu menhindari minum setelah satu jam sebelum dan
20
10. orang tua akan mengekspresikan ketakutan / kecemasan
mengkaji perasaan dan persepsi orang tua terhadap situasi atau masalah yang dihadapi
menfasilitasi orang tua untukmengekspresikan kecemasan dan tentukan hal yang paling membuat
membantu orang tua untuk mengembangkan strategi untuk melakukan adaptasi terhadap krisis
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningitis adalah Peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column
yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (suriadi, rita yuliani, 2010).
Meningitis adalah peradangan pada susunan saraf, radang umum pada araknoid dan piameter,
disebabkan oleh bakteri, virus, rikersia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis
(arif mansjoer, 2000).
Penyakit meningitis mempunyai insiden tertinggi pada anak dibawah usia 5 tahun,dengan puncak
insiden pada anak usia 3-5 bulan (speer,2007)
B. Saran
21
Dalam pembuatan makalah ini agar lebih diperdalam, dengan tambahan beberapa sumber buku
lagi, untuk menambah dan melengkapi makalah ini
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Suriadi & Yuliani, Rita. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. (Edisi pertama).
KDT. jakarta
22