Anda di halaman 1dari 41

KELOMPOK 5

S1 KEPERAWATAN
3B

MENINGITIS
Pengertian Meningitis

Meningitis adalah inflamasi akut pada maninges.


Organisme penyebab maningitis bakterial memasuki
area secara langsung sebagai akibat cedera traumatik
atau secara tidak langsung bila dipindahkan dari tempat
lain di dalam tubuh ke dalam cairan serebrospinal (CSS).
Anatomi Fisiologi
Meningitis
Menurut Roger Watson (2002), meninges ialah
membrane protektif yang melapisi system saraf pusat.
Ada tiga lapisan meninges, yaitu:
1. Duramater
Lapisan luar yaitu disebut duramater merupakan membrane fibrosa
kuat yang mempunyai dua lapisan, yaitu bagian luar yang melapisi
permukaan dalam tengkorak dan membentuk periosteum
Lapisan dalam dura menonjol ke dalam di titik-titik tertentu
untuk membentuk suatu lapisan ganda yang memisahkan bagian-
bagian otak dan membantu mempertahankan bagian-bagian
tersebut di tempat. Falk serebri merupakan salah satu lapisan di
antara dua hemifere cerebral. Lipatan yang lain ialah tentorium
serebelum, yang terletak di antara serebrum dan serebelum.
2. Aroknoid mater
Lapisan tengah, aroknoid mater adalah membrane halus
langsung dibawah dura dan masuk di antara bagian-bagian
otak.
Ruang sub dural terletak di antara araknoid dan piamater
dan disini terdapat cairan serebrospinal. Antara serebelum
dan medulla oblongata, terdapat rongga yang cukup besar,
yaitu disebut sisterna magna. Tempat ini digunakan untuk
mengambil contoh cairan serebrospinal pada anak kecil.
3. Piamater
Lapisan dalam, piamater adalah membrane vaskuler
dan berhubungan dengan permukaan luar otak dan
medulla spinalis.
Etiologi
Meningitis
4. Faktor maternal : Ruptur membran
fetal, infeksi maternal pada
1. Bakteri ; mycobacterium tuberculosa,
Diplococcus pneumoniae (pneunokok), minggu terakhir kehamilan.
Neisseria meningitis (meningokok),
Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus 5. Faktor imunologi : defisiensi
influenzae, Escherichiacoli, Klebsiella mekanisme imum, defisiensi
pneumoniae, peudomonas aeruginosa.
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma imunoglobulin.
gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki 6. Kelainan sistem saraf pusat,
lebih sering dibandingkan dengan wanita.
pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem pernafasan
Patofisiologi Meningitis

Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara


hematogen / langsung menyebar di nasofaring, paru-paru, dan
jantung, selain itu per kontinuitatum di peradangan organ/jaringan di
dekat selaput otak misalnya abses oatak, otitis media, martoidis dan
thrombosis, sinus kavernosus. Invasi kuman ke dalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS,
dan system ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang
mengalami hiperemi dalam waktu yang sangat singkat terjadi
penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang
subaraknoid, kemudian terbentuk eksudat.
Peradangan menyebabkan cairan cerebrospinal
meningkat sehingga terjadi obstruksi, selanjutnya
terjadi hydrocephalus dan peningkatan intracranial.
Organisme masuk melalui sel darah merah, dapat
melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan atau
kelainan system saraf pusat. Efek patalogis yang terjadi
adalah hiperemia mengiens, edema jaringan otak,
eksudasi.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada
vena-vena di korteks dan dapat menyebabkan thrombosis,
infark otak dan degenerasi neuron-neuron. Dengan
demikian meningitis dapat dianggap sebagai ensefalitis
superfisial. Thrombosis serta organisme eksudat perineural
yang fibrino purulent menyebabkan kelinan nervus kranial.
Organisasi di ruang subaraknois superfisial dapat
menghambat aliran dan absorbs CSS sehingga
mengakibatkan hidrosefalus komunikan.
Klasifikasi Meningitis

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan priameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah mycobacterium tuberculosa. Penyebab
lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumoniae (pneunokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichiacoli, Klebsiella pneumoniae,
peudomonas aeruginosa.

Manifestasi Klinis Meningitis

Gejala meningitis diakibatkan dari peningkatan TIK :


1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering
terjadi)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi
letargik, tidak responsif dan koma.
3. Iritasi Meningen
Pemeriksaan Penunjang Meningitis

1. Pemeriksaan Lab darah lengkap: HB, HT, LED,


Erytrosit, Leukosit Laju endap darah meninggi.
2. Kultur darah
3. CT-Scan dan X-Ray
4. Lumba fungsi
5. Uji tuberculin
Penatalaksanaan Meningitis

1. Demam Tinggi

 Farmakologis
Menggunakan obat antiperetik misalnya parasetamol dan
salisilat (10mg/kg/dosis) untuk menurunkan panas.
 Non farmakologis.
Atur suhu ruangan 24-26 c
Kompres dengan air hangat (22-28 c), jika perlu, buka baju
menggunakan teknik WTS (water tepid spongge).
2. Kejang
 Farmakologis
– Atasi dengan fenobarbital 20mg/kgBB 1V dalam waktu 5menit.
– Jika kejang tidak berhenti tambahkan fenobarbital 10mg/kgBB sampai
maksimal 40mg/kgBB.
– Bila kejang berlanjut , berikan fenition 20mg/kgBB 1V dalam larutan
garam fisiologis dengan kecepatan 1 mg/kgBB menit.
 Non farmakologis
– Pada waktu kejang longarkan pakaian, bila perlu dibuka.
– Hindarkan penderita dari tempat yg berbahaya (misalnya ketinggian
bisa menbuat jatuh.
Penatalaksanaan menigitis dengan penyebab bakteri
1. Antibiotik
– Beri ampisilin dan gentamisin. Bila dalam 24 jam tidak memperlihatkan
perbaikan, ganti anti biotik dengan sefalosporin generasi ke-3, misal
sefotaksim.
– Jika obat diatas tidak tersedia,gunakan pensilin dan gentamisin. Pilihan lainya
adalah kloramfenikol tetapi jangan digunakan untuk bayi prematur atau
BBLR(syndrom gery)
– Jika terdapat tanda hipoksemia, beri oksigen. Diberikan oksigen apabila.
• Hipoksemia
• Sisnosis sentral merintih saat bernafas
• Merintih saat bernafas
Komplikasi Meningitis

– Trombosis vena cerbral, yang menyebabkan kejang, koma atau


kelumpuhan.
– Hidrosefalus obstruktif yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat
dan abnormal yang disebabkan oleh penyumbatan cairan
serebrospinalis.
– Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus dan nanah diotak.
– Arteritis pembuluh darah pada otak, yang dapat mengakibatkan infrak
otak karena adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan
kematian pada jaringan otak.
– Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal
bilateral)
– SIADH (syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone)
– Efusi subdural yaitu penumpukan cairan diruangan subdural karena
adanya infeksi karena kuman.
– Kejang
– Ensefalitis yaitu radang pada otak.
– Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran
pendengaran.
– Gangguan perkembangan mental dan intelegensi karena adanya
retardasi mental yang mengakibatkan perkembangan mental dan
kecerdasan anak terganggu.
– Gangguan belajar.
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
– Identitas Pasien
– Jenis kelamin : biasanya laki-laki mempunyai jumlah yang lebih banyak
dari pada perempuan dalam kasus meningitis, yang dikarenakan
adanya factor predisposisi dalam kasus mengitis.
– Umur : penyakit meningitis biasanya banyak terjadi pada bayi kurang
dari satu tahun dan usia 16 sampai 23 tahun memiliki tingkat lebih
tinggi.
– Pekerjaan : biasanya meningitis sering terjadi pada masyarakat dengan
keadaan sosioekonomi rendah, penghasilan tidak mencukupi untuk
kebutuhan sehari-hari.
– Alamat : biasanya meningitis banyak terjadi di negara-negara berkembang
karena angka kematian dan kecacatan yang masih tinggi. Perumahan tidak
memenuhi syarat kesehatan minimal, hidup, tinggal atau tidur yang saling
berdesakan. Hygiene dan sanitasi yang buruk meningkatkan angka terjadinya
meningitis.

2. RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat Kesehatan Sekarang
– Keluhan utama (saat masuk rumah sakit dan saat ini)
Biasanya klien meningitis mengalami gangguan seperti sakit kepala, kaku
tengkuk leher, reflex menghisap kurang, muntah, diare, tonus otot melemah,
kejang, kurangnya tingkat kesadaran, dan fotofobia (rasa takut abnormal pada
cahaya).
– Alasan masuk rumah sakit
Biasanya klien meningitis mengeluh suhu badan tinggi, kejang, kaku kuduk,
dan penurunan tingkat kesadaran.

Riwayat Kesehatan Dahulu


– Biasanya klien meningitis dahulunya pernah trauma kepala terbuka, AIDS,
fraktur tulang tengkorak, infeksi operasi otak atau sumsum tulang belakang.

– Riwayat Kesehatan Keluarga


Biasanya klien meningitis mempunyai keluarga dahulunya mempunyai
penyakit yang sama, karena meningitis kemungkinan terjadi lebih besar.
3. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATAN
– Persepsi terhadap penyakit:
Biasanya klien merasakan cemas dan takut terhadap penyakitnya.

4. POLA NUTRISI/METABOLISME
– Pola makan dan minum
Biasanya klien meningitis mempunyai tanda dan gejala kehilangan nafsu makan, sulit
menelan, anoreksia, muntah, dan membrane mukosa kering.

5. POLA ELIMINASI
– Biasanya klien meningitis didapatkan berkurangnya volume keluaran urine. Hal tersebut
berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
6. POLA AKTIVITAS / LATIHAN
– Biasanya aktivitas klien meningitis mempunyai tanda dan gejala perasaan tidak enak,
kelumpuhan dan ataksia.

7. POLA ISTIRAHAT TIDUR


– Biasanya klien meningitis pola istirahat nya mengalami perubahan dan peningkatan kebutuhan
tidur.

8. POLA SEKSUALITAS / REPRODUKSI
– Biasanya klien meningitis mempunyai gangguan pada seksualitas atau reproduksi.

9. POLA KEYAKINAN NILAI


– Biasanya klien meningitis sangat berpengaruh karena setiap melakukan segala sesuatu kita
harus berdo’a dan meminta perlindungan Allah SWT.
PEMERIKSAAN FISIK

Gambaran
Tanda-tanda Vital Suhu: biasanya diatas 36,50C
Nadi: biasanya diatas 100 x/i
TD: biasanya terjadinya penurunan dan
kenaikan TD
RR: biasanya diatas 24 x/I dan ditemukan
takipnea
Tinggi badan -
Berat badan Biasanya berat badan menurun
LILA -
Kepala: Terdapat nyeri kepala dan diameter
Rambut kepala membesar
Mata Biasanya rambut normal
Hidung Biasanya terdapat fotofobia
Mulut Biasanya lubang hidung simetris
Telinga Biasanya muntah
Biasanya telinga simetris, bersih
Leher: Terdapat kaku kuduk
Trakea Biasanya normal
JVP Biasanya normal
Tiroid Biasanya tidak ada pembesarah kelenjar
Nodus Limfe tiroid
Biasanya normal
Dada: I : biasanya ada batuk, sesak napas,
Paru penggunaan otot bantu napas
P : biasanya ada nyeri tekan
P : biasanya tidak normal
A : biasanya terdapat bunyi nafas ronki
Jantung I : biasanya ada batuk, sesak napas,
penggunaan otot bantu napas
P : biasanya ada nyeri tekan
P : biasanya tidak normal
A : biasanya terdapat bunyi nafas ronki
Jantung I : biasanya bentuk normal
P : biasanya tidak ada nyeri
P : biasanya perkusi dalam keadaan
normal
A : biasanya terdapat frekuensi detak
jantung lebih dari 100 x/I dan takikardi
I : biasanya refleks menghisap kurang
Abdomen A : biasanya bising usus 30 x/i
P : biasanya nyeri tekan
P : biasanya normal

Ekstremitas Kekuatan otot: biasanya kekuatas otot


Musculoskeletal/sendi berkurang
I : biasanya normal
P : biasanya nyeri
Vascular perifer: biasanya normal
Integument I : biasanya ada bitnik-bintik dan banyak
berkeringat
P : biasanya turgor jelek
Neurologi 13
Status mental Nervus cranial I (olvaktorius): biasanya
Saraf cranial klien meningitis tidak ada kelainan
Nervus cranial II (optikus): biasanya klien
meningitis mempunyai ketajaman
penglihatan dalam kondisi normal.
Nervus cranial III, IV, VI (okulomotoris,
tokleus, abdusen): biasanya klien
meningitis pemeriksaan fungsi dan reaksi
pupil tanpa kelainan pada klien meningitis
tanpa penurunan kesadaran.
Nervus cranial V (trigeminus): biasanya
pasien tidak dapat merasakan ransangan
sensoris yang diberikan atau ada
penurunan saraf sensori.
Nervus cranial VII (acustikus): persepsi
pengecapan dalam batas normal dan
wajah simetris
Nervus cranial IX (glosofaringeus): pasien
dapat mengucapkan “ah” dan terlihat
uvula pasien tertarik ke atas.
Nervus cranial X (vagus): pasien dapat
berbicara dengan baik dan jelas, dan
refleks menelan kurang baik.
Nervus cranial XI (accesorius): pasien
dapat mengangkat bahu saat diberikan
tahanan.
Nervus cranial XII (hypoglosus): posisi
pasien normal dan pasien dapat
menggerakan lidahnya kekiri, kekanan,
keatas, dan kebawah.

Reflek fisiologi Biasanya berkurang


Reflek patologis Biasnya berkurang
PAYUDARA I : biasanya normal
P : biasanya normal
Genetalia I : biasanya normal
P : biasanya normal
Rectal I : biasanya normal
P : biasanya normal
11. PEMERIKSAAN PENUNJANG
– Diagnostic
Osmoralitas serum, MRI, CT-scan : untuk melokalisasi lesi, melihat
ukuran atau letak ventrikel, hematom daerah serebral, hemoragik atau
tumor.

– Laboratorium
Kultur darah : leukosit meningkat
Kultur urin dan kultur nasofaring : dapat mengidentifikasi daerah
pusat infeksi atau mengidentifikasi tipe penyebab infeksi
12. TERAPI
– Antibiotic
• Berikan pengobatan antibiotic pertama sesegera mungkin:
• Seftriakson: 100 mg/kgBB IV-drip/kali, selama 30-60 menit setiap 12 jam
• Sefotaksim: 50 mg/kgBB/kali IV, setiap 6 jam
• Pada pengobatan antibiotic kedua berikan:
• Kloramfenikol: 25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 6 jam
• Ditambah ampisilin: 50 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 6 jam
– Steroid
• Prednisone 1-2 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, diberikan 2-4 minggu.

– PERENCANAAN PEMULANGAN
Rencana Tindak Lanjut :
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang factor pemberat (mis trauma)
3. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan gangguan
sensoriperseptual
4. Nyeri akut berhubungan dengan agent cedera biologis (mis infeksi)
5. Risiko cedera berhubungan dengan gangguan sensasi (akibat dari
cedera medulla spinalis)
6. Risiko infeksi berhubungan dengan leukopenia
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnose NOC NIC
1 Hipertermi Termoregulasi Perawatan
berhubungan Indicator: demam
dengan penyakit -denyut nadi Aktivitas:
radial tidak -pantau suhu
terganggu dan tanda-tanda
-denyut vital lainnya
jantung apical -monitor warna
tidak terganggu kulit dan suhu
-tingkat -beri obat atau
pernafasan cairan IV
tidak terganggu -dorong
-melaporkan konsumsi cairan
2. Nyeri akut Control nyeri Pemberian analgesic
berhubungan dengan Indicator: Aktivitas:
agent cedera biologis -mengenali kapan nyeri -tentukan lokasi,
(mis infeksi) terjadi secara konsisten karateristik, kualitas,
-menggambarkan factor dan keparahan nyeri
penyebab nyeri secara sebelum mengobati
konsisten pasien
-menggunakan tindakan -cek perintah obat
pencegahan secara meliputi obat, dosis,
konsisten dan frekuensi obat
-menggunakan tindakan analgesic yang
pengurangan nyeri tanpa diresepkan
analgesic secara -cek adanya riwayat
konsisten alergi obat
3. Hambatan Ambulasi Peningkatan mekanika
mobilisasi fisik Indicator: tubuh
berhubungan -menopang berat badan Aktivitas:
dengan gangguan tidak terganggu -kaji komitmen pasien
sensoriperseptual -berjalan dengan untuk belajar dan
langkah yang efektif menggunakan postur
-berjalan dengan pelan tubuh yang benar
tidak terganggu -kaji pemehaman pasien
-berjalan dengan mengenai mekanika tubuh
kecepatan sedang tidak dan latihan
terganggu -informasikan pada pasien
tentang struktur dan
fungsi tulang belakang
dan postur yang optimal
untuk bergerak dan
menggunakan tubuh
4. Risiko Perfusi jaringan: Monitor tekanan intra
ketidakefektifan serebral kranial (TIK)
perfusi jaringan -tekanan intracranial Aktivitas:
otak normal -bantu menyisipkan
-tekanan darah sistolik perangkat pemantauan
normal TIK
-tekanan darah diastolic -berikan informasi kepada
normal pasien dan keluarga
-hasil serebral -cek system lampu di
angiogram normal perangkat alat medis
-sakit kepala normal -atur alarm pemantauan
-muntah normal -rekam pembacaan
-keadaan pingsan tekanan TIK
normal -monitor kualitas dan
-demam normal karakteristik gelombang
TIK
5. Risiko cedera Kejadian jatuh Pencegahan jatuh
berhubungan Indicator: Aktivitas:
dengan gangguan -jatuh saat berdiri tidak -identifikasi kekurangan
sensasi (akibat dari ada baik kognitif atau fisik dari
cedera medulla -jatuh saat berjalan pasien yang mungkin
spinalis) tidak ada meningkatkan potensi jatuh
-jatuh saat duduk tidak pada lingkungan tertentu
ada -identifikasi perilaku dan
-jatuh dari tempat tidut factor yang mempengaruhi
tidak ada risiko jatuh
-jatuh saat di pindahkan -kaji ulang riwayat jatuh
tidak ada bersama dengan pasien dan
-jatuh saat naik tangga keluarga
tidak ada
6. Risiko infeksi Keparahan infeksi Control infeksi
berhubungan indikator: Aktivitas:
dengan -kemerahan tidak ada -alokasikan kesesuaian luas
leukopenia -vesikel yang tidak ruang per pasien
mengeras -bersihkan lingkungan dengan
permukaannya tidak baik setelah digunakan
ada -ganti peralatan perawatan
-cairan luka yang per pasien sesuai protocol
berbau busuk institusi
-sputum purulent -isolasi orang yang terkena
tidak ada penyakit menular
-demam tidak ada -tempatkan isolasi sesuai
-hipotermia tidak ada tindakan pencegahan yang
sesuai
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai