Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.K


DENGAN DIAGNOSA MEDIS MENINGITIS DI RUMAH SAKIT WDH

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS LAPORAN NERS


PADA STASE KEPERAWATAN KMB

ANDRE LAURENZA
201030200096

KOORDINATOR
Ns. NI BODRO ARDI, S.KEP., M.KEP

PEMBIMBING
Ns. RITA DWI PRATIWI, S.KEP., M.Sc

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
2020
A. ANATOMI MENINGITIS

Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa 3 pon
menerima 20% curah jantung dan memerulkan 20% pemakaian oksigen tubuh
dan sekityar 400 kilokalori energy setiap harinya. Otak merupakan jaringan
yang paling banyak memakai energy dalam seluruh tubuh manusia dan
terutama berasal dari proses metabolism oksidasi glukosa.

Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi


struktur saraf yang halus membawa pembuluh darah dan sekresi cairan
serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis yaitu :
1. Durameter
Durameter murapakan tempat yang tidak kenyal yang pembungkus otak,
sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah.
Durameter terbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput
tulang tengkorak (periosteum) dan durameter bagian dalam (meningeal)
meliputi permukaan tengkorak untuk membentuk falks serebrum,
tentorium, sebelum dan diagragma sell.
2. Araknoid
Araknodi merupakan selaput halus yang memisahkan duramter dengan
piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan otak yang
meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan
arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih
menyerupai getah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri
dan vena yang menghubuingkan sistem otak dengan maningen serat
dipenuhi oleh cairan serebrospinal.
3. Piameter
Lapisan piameter meruapakan selaput halus yang kaya akan pembuluh
darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak.
Lapisan ini melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari
otak. Ruangan dianatara araknoid dan piameter disebut subaraknoid. Pada
reaksi radang ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinal
dari otak ke sumsum tulang belakan.

B. PENGERTIAN
Meningitis adalah radang pada meanings (membrane yang mengelilingi otak
dan medulla spinalis ) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.
Meningitis merupakan infeksi akut dari meanings biasanya timbulkan dari
mikro organism pneumonik, meningokok, stafilokok, stretokok, hemophilus
influenza dan bahan aseptis (Wijaya, 2013)

Meningitis bakterialis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada
orang dewasa biasanya hanya terbatas di dalam ruang subraknoid, namun pada
bayi cenderung meluas sampai ke rongga subdural sebagai suatu efusi atau
empiema subdural atau bahkan ke dalam otak ( Nurarif, 2016)

Pada definisi diatas dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah suatu infeksi
yang terjadi pada lapisan otak yang disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur.
C. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang diserati cairan
otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium
tuberculosa penyebab lainnya lues, virus, toxoplasma gondhi dan ricketsia
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan parimeter yang meliputi otak dan
medullas spinalis, penyebab anatara lain : Diplococcus pneumoniac,
Neisseria meningitis , Streptococus haemolyticus, Staphylococcus aureus ,
Haemophilus influenza , Escherichia coli, Klebsiella pneumonia,
Peudomonas aeruginosa.

D. PENYEBAB
1. Bakteri Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumonia, Neisseria
meningitis , Streptococus haemolyticus, Staphyloccous aureus,
Haemophilus influenza, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniac,
pseudomonas aeruginosa.
2. Penyebab lainnya lues, virus , toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan
dengan wanita
4. Faktor maternal : rupture membrane fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglubulin
6. Kelainan sistema saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem saraf
E. MANISFESTASI KLINIS
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsive
dan koma
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut :
a. Regiditas nukal (kaku leher) upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher
b. Tanda kernik positif : ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadaan fleksi kea rah abdomen, kaki tidak dapat di ektensikan
sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi
lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstermitas bawah
pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat beda sisi
ekstermitas yang berlawanan
4. Mengalami foto fobia atau sensistif yang berlebihan pada cahaya
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karateristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi)
pernafasan tidak teratur. Sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat
kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan cirri menyolok pada meningitis
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata

F. KOMPLIKASI
1. Hidrosefalus obstruktif
2. Meninggocos septicemia
3. Syndrome water frederichen (septic syok, DIC, perdarahn adrenal
bilateral)
4. SIADH (syndrome inappropriate antidiuretic hormone
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Ganggua belajar
11. Attention deficit disorder

G. PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septicemia yang menyebar ke meningen otak dan medulla spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinnopatis lain, prosedur bedah saraf
baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga saluran mastoid
menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen semuanya ini
penguhubung yang menyokong perkembangan bakteri. Organism masuk ke
dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang didalam meningen dan
dibawah koteks yang dapat menyebabkan thrombus dan penurunan aliran
darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolism akibat
eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat
menyebar sampai dasar otak dan medulla spinalis. Radang juga menyebar ke
dinding membrane ventrikel serebral meningitis bakteri dihubungkan dengan
perubahan fisiologis intralranial yang terdiri dari peningkatan permeabilitas
pada darah daerah pertahanan otak (barier otak) edema serebral dan
peningkatan TIK pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri
sebelum terjadi meningitis infeksi terbanyak dari psasien ini dengan kerusakan
adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi ( pada
sindrom waterhouse – Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
H. PATHWAY

Tonsilititis, typus abdominalis dan penyakit lain

Mikoorganisme secara hematogen sampai ke meningen

Meningitis

Mikroorganisme mensekresi toksik kenaikan volume dan peningkatan LCS

Toksemia penurunan penyerapan air

Peningkatan suhu oleh hipotalamus peningkatan tekanan intracranial

Hipertermi peningkatan ekstensi neuron

Peningakatan ouput cairan Kejang


Penurunan sekresi trakeonronkial depresi pada pusat kesadaran
Memori,respon,lingkungan luar
Penumpukan secret di trakea
Dan brongkus penurunan kesadaran spasme otot
Brongkus masa inkubasi
Ketidakefektifan berishan penyempitan lumen trakea, brongkus 10-14 hari
jalan nafas
penurunan masukan oksigen

penurunan oksigen

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral


I. PENATALAKSANAAN
1. Terapi antibiotik
Pemilihan obat-obatan antibiotika harus terlebih dahulu dilakukan kultur
darah lumbal fungsi guna pemberian antibiotika disesuaikan dengan
kuman penyebab.
2. Obat-obat anti infeksi (meningitis tuberkulosa )
a. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam oral 2x sehari maksimal 500 mg
selama 1 setengah tahun.
b. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral 1x sehari selama 1 tahun
c. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM1-2 x sehari selama 3
bulan
3. Obat-obat anti infeksi (meningitis bacterial)
a. Sefalosporin generasi ketiga
b. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6x sehari
c. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari
4. Pengobatan simtomatis
a. Antikonvulsi,Diazepam
b. Antipiretik
c. Antiedema serebri
d. Pemenuhan oksigenasi dengan O2
e. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik : pemebrian
tambahan volume cairan intravena.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a. Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut
jumlah sel darah putih dan protein meningklat glukosa meningkat,
kultur positif terhadap beberapa jensi bakteri
b. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernihnya
sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normsal,
kultur biasanya negative, kultur virus biasanya dengan prosedur
khusus
2. Glukosa serum : meningkat (meningitis)
3. LDH serum : meningkat (meningitis bakteri)
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi
bakteri)
5. Elektrolit darah : abnormal
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/tenggorokan/urine : dapat mengindikasikan daerah
pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ SCAN CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat
ukuran/ letak ventrikel hematom daerah serebral , hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/ kepala /sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra
cranial
A. FORMAT PENGKAJIAN

Pengkajian tgl : 21 Oktober 2020 Jam : 00.00 WIB


Tanggal MRS : 20 Oktober 2020 NO. RM : 455-243
Ruang/Kelas : Elang/II Dx. Masuk : Brongkhopnemonia, PPOK, suspect
meningitis
Dokter yang merawat:Dr. ginanjar
Nama : Tn. K Jenis Kelamin : laki-laki
Identitas

Umur :67Tahun Status Perkawinan : Kawin


Agama : Islam Penanggung Biaya : BPJS
Riwayat Sakit dan

Keluhan utama : Kejang

Riwayat penyakit saat ini : 3 hari SMRS os batuk,demam, dan sulit bicara.
1 hari SMRS os jatuh disawah, saat kejadian tidak sadar, pingsan kira-kira 1 jam setelah
sadar os mengeluh sesak nafas dan mengalamikejang.
HMRS os demam, tidak bisa diajak bicara, lemes
Kesehatan

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum:  baik  sedang √lemah
Kesadaran: Composmetis
Tanda vital TD: 160/90 mmHg Nadi: 98 x/mnt Suhu : 37,7 ºC RR:24x/mnt
Pola nafas irama: Teratur O Tidak teratur
Pernafasan

Jenis √ Dispnoe  Kusmaul  Ceyne Stokes Lain-lain:


Suara nafas: √ verikuler  Stridor  Wheezing  Ronchi Lain-lain:
Sesak nafas √ Ya O Tidak  Batuk  Ya √ Tidak
Masalah:
Irama jantung: √ Reguler  Ireguler S1/S2 tunggal  Ya  Tidak
Kardiovaskuler

Nyeri dada:  Ya √ Tidak


Bunyi jantung: O Normal  Murmur  Gallop lain-lain
CRT: √< 3 dt > 3 dt
Akral: √ Hangat OPanas  Dingin kering  Dingin basah
Masalah:

GCS : 15 Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6 Total:15


Refleks fisiologis: √ patella  triceps  biceps lain-lain:
Persyarafan

Refleks patologis: O babinsky  budzinsky  kernig lain-lain:


Lain-lain:
Istirahat / tidur: 3-4 jam/hari gangguan tidur
Masalah:

Penglihatan (mata)
Pupil : √ Isokor  Anisokor  Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : √ Anemis  Ikterus  Lain-lain:
Lain-lain :
Pendengaran/Telinga : Normal
Penginderaan

Gangguan pendengaran :  Ya √Tidak Jelaskan:


Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk : √Normal  Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman :  Ya √ Tidak Jelaskan:
Lain-lain
Masalah: Tidak ada masalah

Kebersihan: √ Bersih  Kotor


Urin: ± 600 ml Jumlah: Warna: kuning kemerahan pengaruh obat Bau: Khas
Alat bantu (kateter, dan lain-lain):
Perkemihan

Kandung kencing: Membesar  Ya √Tidak


Nyeri tekan √ Ya O Tidak
Gangguan:  Anuria O Oliguri  Retensi
 Nokturia O Inkontinensia O Lain-lain:
Masalah:
Nafsu makan:  Baik OMenurun Frekuensi: 1/3-1/2 porsi saja
Porsi makan: OHabis √Tidak Ket: kurang nafsu makan
Diet : Tidak ada
Minum: 2-3 gelas /hari Jenis: Air putih
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: O Bersih  Kotor  Berbau
Mukosa  Lembab √ Kering  Stomatitis
Tenggorokan  Nyeri telan  Kesulitan menelan
Pencernaan

 Pembesaran tonsil √Lain-lain: Normal

Abdomen  Tegang  Kembung  Ascites O Nyeri tekan, lokasi:


Peristaltik : 10-15 x/mnt
Pembesaran hepar  Ya √ Tidak
Pembesaran lien  Ya √ Tidak
Buang air besar : 3 x/hari Teratur:  Ya √Tidak
Konsistensi Bau :Khas Warna: kuning kemerahan karena pengaruh obat
Lain-lain:

Masalah:
Kemampuan pergerakan sendi: O Bebas terbatas
Kekuatan otot: 4444 4444

4444 4444
Kulit
Muskuloskeletal/ Integumen

Warna kulit: √ Ikterus  Sianotik O Kemerahan  Pucat 


Hiperpigmentasi
Turgor: O Baik Sedang  Jelek OKering
Odema:  Ada √ Tidak ada Lokasi
Luka  Ada √ Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka  Ada √Tidak ada Yang ditemukan:
kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :

Masalah:

Pembesaran Tyroid  Ya √Tidak


Endokrin

Hiperglikemia O Ya √ Tidak Hipoglikemia  Ya √ Tidak


Luka gangren  Ya √ Tidak Pus  Ya √ Tidak
Masalah: Tidak ada masalah

Mandi :Selama dirawat di rumah sakit 2x/hari


Keramas : 3 hari 1 kali
Personal Higiene

Sikat Gigi : Klien mengatakan 2x/hari


Memotong kuku: Klien mengatakan memotong kuku sebulan sekali
Ganti pakaian : Klien mengatakan ganti pakaian 1x/hari
Masalah:Defisit Perawatan Diri
Orang yang paling dekat :Keluarga
Psiko-sosio-spiritual

Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: sangat baik


Kegiatan ibadah: Klien mengatakan selama sakit klien tidak bisa beribadah dan klien
hanya berdoa agar penyakitnya segera sembuh.
Lain-lain :
Masalah: Tidak ada masalah

Hasil USG pada tanggal 13 Oktober 2020 menunjukkan ginjal kanan dan kiri baik.

Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan penunjang

Tanggal 11 Oktober 2020 Jam, 21.09 WIB


Urine :
 Warna : kuning jernih
 PH : asam
 BJ : 1,025
 Protein : (+)
 Keton : (-)
Telah dilakukan pemeriksaan Rontgent Thorax dengan hasil sebagai berikut :
 Bercak infiltrate tersebar di kedua paru
Radiologi/ USG, dll

 Sinus dan diafragma baik


 Besar cor normal
 Kesan : KP Duplek
Tanggal 11 Oktober 2020
 Injeksi ceftriaxon 2x1 gr
 Injeksi Dexamethason 2x1 sampul
Terapi:

 Diamox 2x1
 Paracetamol K/P
 RHEZ 1x3 tablet (pagi)

B. ANALISA DATA

NO ANALISA DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 Ds : Infeksi otak Risko perfusi


- Keluarga Pasien mengatakan1 hari
serebral tidak efektif
SMRS pasien jatuh di sawah, saat
kejadian tidak sadar, pingsan kira-
kira 1 jam, setelah sadar
mengalami kejang.
- Keluarga pasien mengatakan
pasien mulai sering kejang sejak
kira-kira 5 tahun yang lalu
Do :
- Pasien sulit berbicara
- Terdapat kaku kuduk
- TTV :
TD : 160/90 mmHG
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37,7oC
- Laboratorium
WBC :16,7. 103/mm3
HCT :48,2 %
SGOT : 40
Creatinine :¼
2 Ds : Spasme jalan napas Bersihan jalan napas
- Keluarga pasien mengatakan 3
tidak efektif
hari SMRS pasien mengeluh batuk
- Keluarga Pasien mengatakan 1
hari SMRS pasien mengeluh sesak
napas
Do :
- Pasien batuk berdahak
- Suara paru ronki basah
- TTV :
TD : 160/90 mmHG
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37,7oC
- Laboratorium
WBC :16,7. 103/mm3
HCT :48,2 %
SGOT : 40
Creatinine : ¼
3 Ds : Proses penyakit Hipertermi
- Keluarga Pasien mengatakan 3
hari SMRS pasien demam
- Keluarga pasien mengatakan
HMRS pasien demam, tidak bisa
diajak bicara, lemes.
Do :
- Sub febris
- Kulit pasien terasa hangat
- TTV :
TD : 160/90 mmHG
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37,7oC
- Laboratorium
WBC :16,7. 103/mm3
HCT :48,2 %
SGOT : 40
Creatinine : ¼
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif b/d infeksi otak
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d spasme jalan napas
3. Hipertermia b/d proses penyakit

D. INTERVENSI

Nama pasien : Tn.K Nama Mahasiswa : Andre Laurenza


Ruang : Elang/III NIM : 201030200096
No.M.R. : 455-243

N TANG DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI (SIKI)


O GAL KEPERAW KRITERIA
ATAN HASIL (SLKI)
(SDKI)

1 21 Risiko Setelah Manajemen kejang


Oktobe perfusi dilakukan Observasi :
tindakan - Monitor terjadinya kejang
r 2020 serebral tidak
keperawatan - Monitor karakteristik kejang (mis. Aktivitas motoric,
efektif b/d 3 x 24 jam, progresi kejang)
Infeksi otakd Diharapkan - Monitor status neurologis
perfusi - Monitor tanda-tanda vital
serebral Terapeutik :
meningkat - Baringkan pasien agar tidakterjatuh
dengan - Berikan alas empuk di bawahkepala, jika
kriteria memungkinkan
hasil : - Pertahankan kepatenan jalan napas
1. Tingkat - Longgarkan pakaian, terutama di bagian leher
kesadaran - Dampingi selama periode kejang
meningkat - Jauhkan benda-benda berbahaya terutama benda tajam
2. Kognitif - Catat durasi kejang
meningkat - Reorientasikan setelah periode kejang
3. Tekanan - Dokumentasikan periode terjadinya kejang
intra - Pasang akses IV, jika perlu
cranial - Pasang oksigen, jika perlu
menurun Edukasi :
4. Demam - Anjurkan keluarga menghindari memasukkan apapun
menurun kedalam mulut pasien saat periode kejang
5. Nilai rata- - Anjurkan keluarga tidak menggunakan kekerasan untuk
rata menahan Gerakan pasien
tekanan
darah Kolaborasi :
membaik Kolaborasi pemberian antikonvulsan jika perlu
6. Kesadaran
membaik
2 21 Bersihan Setelah
Oktobe jalan napas dilakukan Manajemen jalan napas
r 2020 tidak efektif intervensi Observasi :
- Monitor pola nafas (frekuensi,kedalaman, usaha napas)
b/d Spasme keperawatan - Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurgling, mengi,
jalan napas selama 3x24 jam wheezing, ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
diharapkan - Terapeutik
bersihan jalan - Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift
napas meningkat - Posisikan semi fowler atau fowler
dengan kriteria - Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
hasil: - Lakukan penghisapan lendir kurang dari15 detik
- Edukasi
1. Batuk - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak ada
efektif kontrra indikasi
- Ajarkan teknik batu efektif
meningkat Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
2. Produksi
mukolitik, jika perlu
sputum,
mengi,
wheezing
menurun
3. Frekuensi
napas
membaik
4. Pola napas
membaik
3 21 Hipertermia Setelahdilakukan Manajemen Hipertermia
Oktobe b/d Proses intervensi Observasi:
keperawatan - Identifikasi penyebab hipertermia
r 2020 penyakit
selama 3x24 - Monitor suhu tubuh
jam, - Monitor kadar elektralit
diharapakan - Monitor komplikasi akibat hipertermia
termoregulasi
Terapeutik:
membaik
dengan kriteria - Sediakan lingkungan yang dingin
hasil: - Longgarkan atau lepaskan pakian
1. Suhu tubuh
membaik - Basahi dan kipasi permukaan tubuh
2. Suhu kulit - Berikan cairan oral
membaik
- Ganti pakaian setiap hari jika mengalami hiperhidrosis
- Lakukan pendingin eksternal
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi:
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan memperbanyakan minum
Kolaborasi:
Pemberian cairan dan elektrolitintravena
E. IMPELEMENTASI DAN EVALUASI

Nama pasien : Tn.K Nama Mahasiswa : Andre Laurenza


Ruang : Elang/III NIM : 201030200096
No.M.R. : 455-243

Tgl& Diagnosa Implementasi Evaluasi


Jam Keperawatan
21/10/2 Risiko perfusi Manajemen kejang S:
020 serebral tidak Observasi : - Keluarga Pasien
efektif b/d - Memonitor terjadinya mengatakan 1 hari
SMRS pasien jatuh
Infeksi otak kejang
19.00 di sawah, saat
- Memonitor karakteristik kejadian tidak
kejang (mis. Aktivitas sadar, pingsan kira-
motoric, progresi kejang) kira 1 jam, setelah
- Memonitor status sadar mengalami
neurologis kejang.
- Keluarga pasien
- Memonitor tanda-tanda
mengatakan
vital pasienmulai sering
Terapeutik : kejang sejak kira-
- Membaringkan pasien kira 5 tahun yang
agar tidak terjatuh lalu
- Memberikan alas empuk Do :
di bawah kepala, jika - Pasien sulit
memungkinkan berbicara
- Mempertahankan
- Terdapat kaku
kepatenanjalan napas kuduk
- Melonggarkan pakaian,
terutama di bagian leher - TTV :
- Mendampingi selama TD : 160/90 mmHG
N : 98 x/menit
periode kejang
RR : 24 x/menit
- Menjauhkan benda-benda S : 37,7oC
berbahaya terutama benda - Laboratorium
tajam WBC :16,7. 103/mm3
- Mencatat durasi kejang HCT :48,2 %
- Mendokumentasikan SGOT : 40
periode terjadinya kejang Creatinine : ¼
- Memasang akses IV,
A : masalah belum teratasi
jikaperlu
- Memasang oksigen, P : lanjutkan intervensi
jikaperlu - Monitor terjadinya
Edukasi : kejang
- Menganjurkan keluarga - Monitor status
menghindari memasukkan neurologis
apapun kedalam mulut - Monitor tanda-tanda
pasien saat periode kejang vital
- Menganjurkan keluarga - Pasang akses IV,
tidak menggunakan jikaperlu
kekerasan untuk menahan - Pasang oksigen,
Gerakan pasien jikaperlu
Kolaborasi : - Kolaborasi pemberian
- Mengkolaborasi antikonvulsan
pemberian jikaperlu
antikonvulsan
jikaperlu
21/10/2 Bersihan jalan Observasi S:
020 napas tidak - Keluarga pasien
efektif b/d  Memonitor pola nafas mengatakan3 hari
(frekuensi,kedalaman, SMRS pasien
19.00 Spasme jalan
usaha napas) mengeluh batuk
napas  Memonitor bunyi napas
tambahan (mis, gurgling, - Keluarga Pasien
mengi, wheezing, ronkhi mengatakan 1 hari
kering) SMRS pasien
 Memonitor sputum mengeluh sesak napas
(jumlah,warna,aroma) Do :
Terapeutik - Pasien batuk
 Mempertahankan berdahak
kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin- - Suara paru
lift ronkibasah
 Memposisikan semi fowler
- TTV :
atau fowler
TD : 160/90 mmHG
 Memberikan minum hangat
N : 98 x/menit
 Melakukan fisioterapi RR : 24 x/menit
dada, jika perlu S : 37,7oC
 Melakukan penghisapan - Laboratorium
lendir kurang dari15 detik WBC :16,7. 103/mm3
Edukasi HCT :48,2 %
 Menganjurkan asupan SGOT : 40
cairan 2000 ml/hari jika Creatinine : ¼
tidak ada kontra indikasi A : masalah belum teratasi
 Mengajarkan teknik batu P : lanjutkan intervensi
efektif
Kolaborasi - Monitor pola nafas
- Mengkolaborasi pemberian - Monitor bunyi napas
bronkodilator, ekspektoran, tambahan (mis,
mukolitik, jika perlu gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi
kering)
- monitor sputum
(jumlah,warna,aroma)
- posisikan semi fowler
atau fowler
- Ajarkan teknik batuk
efektif
21/10/2 Hipertermia b/d Manajemen Hipertermia S:
020 Proses penyakit Observasi: - Keluarga Pasien
- Mengidentifikasi mengatakan 3 hari
SMRS pasien demam
penyebab hipertermia
19.00 - Keluarga pasien
- Memonitor suhu tubuh mengatakan HMRS
- Memonitor kadar pasien demam, tidak
elektralit bisa diajak bicara,
- Memonitor komplikasi lemes.
akibat hipertermia Do :

Terapeutik: - Sub febris


- Kulit pasien terasa
- Menyediakan lingkungan
yang dingin hangat

- Melonggarkan atau - TTV :


lepaskan pakian TD : 160/90 mmHG
N : 98 x/menit
- Membasahi dan kipasi RR : 24 x/menit
permukaan tubuh S : 37,7oC
- Laboratorium
- Memberikan cairan oral WBC :16,7. 103/mm3
HCT :48,2 %
- Mengganti pakaian setiap
SGOT : 40
hari jika mengalami Creatinine : ¼
hiperhidrosis A : masalah hipertermia
- Melakukan pendingin belum teratasi
eksternal P : lanjutkan intervensi
- Memberikan oksigen jika
- Monitor suhu tubuh
perlu
Edukasi: - Basahi dan kipasi
- Menganjurkan tirahbaring permukaantubuh
- Menganjurkan - Memberikan cairan
memperbanyakan minum oral
Kolaborasi: - Kolaborasi
Memberikan cairan dan pemberian cairan
elektrolit intravena dan elektrolit
intravena

C. EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/ Jam Perkembangan Paraf


. Tangga
Dx l
1. 21/10/ 19.00 S :
2020 - Keluarga Pasien mengatakan1 hari SMRS pasien jatuh di
sawah, saat kejadian tidak sadar, pingsan kira-kira 1 jam,
setelah sadar mengalami kejang.
- Keluarga pasien mengatakan pasien mulai sering kejang
sejak kira-kira 5 tahun yang lalu
O:
- Pasien sulitberbicara
- Terdapatkakukuduk
- TTV :
TD : 160/90 mmHG
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37,7oC
- Laboratorium
WBC :16,7. 103/mm3
HCT :48,2 %
SGOT : 40
Creatinine : ¼
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor terjadinya kejang
- Monitor status neurologis
- Monitor tanda-tanda vital
- Pasang akses IV, jikaperlu
- Pasang oksigen, jikaperlu
- Kolaborasi pemberian antikonvulsan jikaperlu
2. 21/10/ 19.00 S :
2020 - Keluarga pasien mengatakan3 hari SMRS pasien
mengeluh batuk
- Keluarga Pasien mengatakan 1 hari SMRS pasien
mengeluh sesak napas
Do :
- Pasien batuk berdahak
- Suara paru ronki basah
-TTV :
TD : 160/90 mmHG
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37,7oC
- Laboratorium
WBC :16,7. 103/mm3
HCT :48,2 %
SGOT : 40
Creatinine : ¼
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor pola nafas
- Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering)
- monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
- posisikan semi fowler atau fowler
- Ajarkan teknik batuk efektif
3. 21/10/ 19.00 S :
2020 - Keluarga Pasien mengatakan 3 hari SMRS pasien demam
- Keluarga pasien mengatakan HMRS pasien demam, tidak
bisa diajak bicara, lemes.
Do :
- Sub febris
- Kulit pasien terasa hangat
- TTV :
TD : 160/90 mmHG
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37,7oC
- Laboratorium
WBC :16,7. 103/mm3
HCT :48,2 %
SGOT : 40
Creatinine : ¼
A : masalah hipertermia belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Memberikan cairan oral
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena

No Hari/ Jam Perkembangan Paraf


. Tangga
Dx l
1. 22/10/ 19.00 S :
2020 - Keluarga Pasien mengatakan pasien masih mengalami
kejang
O:
- Pasien terlihat sulit berbicara dan suaranya lemah
- Terdapat kaku kuduk
- TTV :
TD : 160/90 mmHG
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37,7oC
- Laboratorium
WBC :16,7. 103/mm3
HCT :48,2 %
SGOT : 40
Creatinine : ¼
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor terjadinya kejang
- Monitor status neurologis
- Monitor tanda-tanda vital
- Kolaborasi pemberian antikonvulsan jika perlu
2. 22/10/ 19.00 S :
2020 - Keluarga pasien mengatakan pasien masih merasa sesak
napas
- Keluarga pasien mengatakan pasien masih batuk
berdahak
Do :
- Pasien terlihat masih sesak napas
- Suara paru ronki basah
-TTV :
TD : 160/90 mmHG
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37,7oC
- Laboratorium
WBC :16,7. 103/mm3
HCT :48,2 %
SGOT : 40
Creatinine : ¼
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor pola nafas
- Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering)
- monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
- posisikan semi fowler atau fowler
- Ajarkan teknik batuk efektif
3. 22/10/ 19.00 S :
2020 - Keluarga Pasien mengatakan pasien masih demam
Do :
- Sub febris
- Kulit pasien terasa hangat
- TTV :
TD : 160/90 mmHG
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37,7oC
- Laboratorium
WBC :16,7. 103/mm3
HCT :48,2 %
SGOT : 40
Creatinine : ¼
A : masalah hipertermia belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh
- Memberikan cairan oral
- Kolaborasipemberiancairan dan elektrolit intravena

No Hari/ Jam Perkembangan Paraf


. Tangga
Dx l
1. 23/10/ 19.00 S :
2020 - Keluarga Pasien mengatakan kejang sudah berkurang
O:
- Pasien terlihat lebih tenang
- Pasien tampak nyaman
- TTV :
TD : 140/80 mmHG
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37,5oC
- Laboratorium
WBC :16,7. 103/mm3
HCT :48,2 %
SGOT : 40
Creatinine : ¼
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
2. 23/10/ 19.00 S :
2020 - Keluarga pasien mengatakan sesak napas pasien sudah
berkurang
- Keluarga pasien mengatakan batuk pasien sudah
berkurang
Do :
- Pasien terlihat lebih tenang
- Batuk berkurang
- TTV :
TD : 140/80 mmHG
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37,5oC
- Laboratorium
WBC :16,7. 103/mm3
HCT :48,2 %
SGOT : 40
Creatinine : ¼
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
3. 23/10/ 19.00 S :
2020 - Keluarga Pasien mengatakan pasien sudah tidak demam
Do :
- TTV :
TD : 160/90 mmHG
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37,7oC
- Laboratorium
WBC :16,7. 103/mm3
HCT :48,2 %
SGOT : 40
Creatinine : ¼
A : masalah hipertermia teratasi
P : intervensi dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

https://samoke2012.wordpress.com/2018/09/14/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
yang-mengalami-penyakit-meningitis/
https://www.academia.edu/6559846/Laporan_Pendahuluan_dan_Askep_Meningit
is

http://repository.ump.ac.id/2411/3/PIPIT%20ERLIN%20KUSLECHA%20BAB
%20II.pdf

https://www.academia.edu/28841952/Askep_Meningitis_docx

Anda mungkin juga menyukai