OLEH :
Listia Rahman Mayhesti
201030200011
menerima 20% dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20% pemakaian
oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilo kalori energi setiap harinya.Secara
anatomis sistem saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan12 pasang
saraf cranial. Saraf perifer terdiri dari neuron- neuron yang menerima pesan-
pesan neural sensorik (aferen) yang menuju ke system saraf pusat, dan atau
menerima pesan-pesan neural motorik ( eferen) dari system saraf pusat. Saraf
campuran.
yang tidak disadari. Sistem saraf otonom merupakan sistem saraf campuran.
1. Fisiologis
Otak adalah alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
computer dari semua alat tubuh. Bagia dari saraf sentral yang yang terletak
kuat. Otak terletak dalam rongga cranium berkembang dari sebuah tabung
hipotalamus.
serebellum.
oksipitalis).
a. Cerebrum
media. Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu)
yaitu pada bagian korteks serebral dan zat putig terdapat pada bagian
dibagian sulkussentralis.
Korteks serebri terdiri dari atas banyak lapisan sel saraf yang
empat bagian:
b. Batang otak
Fungsinya:
mata.
Karena itu, suatu cedera yang terjadi pada bagian ini dalam
c. Cerebellum
Bentuknya oval, bagian yang kecil pada sentral disebut vermis dan
oleh substansia grisia, terdiri dari tiga lapisan yaitu granular luar,
lapisan purkinye dan lapisan granular dalam.Serabut saraf yang
d. Saraf Otak
e. Saraf otonom
1) Saraf Simpatis
pleksus simpatikus.
simpatis :
paru.
usus
f. Sistem Parasimpatis
okulomotorik.
melalui daerah sacral. Saraf – saraf ini membentuk urat saraf pada
kemih.
dari saraf otonom sacral atau cranial. Kelenjar organ dirangsang oleh
hidung.
nervus fasialis.
IX
X
6) Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria
piramidalis.
B. Definisi
darah otak (GDPO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa
defisit neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma, ataupun infeksi
di tangani secara tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di
pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang
Muttaqin, 2008).
1. Etiologi
Menurut Muttaqin (2008), penyebab dari stroke iskemik ada lima, yaitu :
1) Thrombosis Cerebral.
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
aliran darah
2) Emboli
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
3) Hemoragik
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
vena.
4) Hypoksia Umum
5) Hipoksia setempat
a) Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
2. Faktor Resiko
Konsumsi alcohol
Stress
Stenosis karotis
asimtomatik
Kontrasepsi oral
(khususnya dengan
disertai hipertensi,
merokok, dan kadar
estrogen tinggi)
Kolesterol tinggi
Penyalahgunaan obat
(kokain)
terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai
darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan local
sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran
yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan
kongesti di sekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih
besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa
Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh
ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
serebro vaskulai; karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
waktu 4-6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
lain :
1. Hipertensi
3. Gangguan sensorik
4. Gangguan visual
5. Gangguan keseimbangan
7. Muntah
koma).
F. Komplikasi
Menurut Pudiastuti (2011) pada pasien stroke yang berbaring lama dapat
embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri
pantat, sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik
c. Pneumonia Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna,
menimbulkan pneumoni.
d. Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur) Hal ini disebabkan karena kurang
e. Depresi dan kecemasan Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan
G. Penatalaksanaan
a) Terapi Akut
modifikasi gaya hidup berisiko terjadinya stroke dan faktor risiko juga
2. Terapi Farmakologi
a) Terapi Akut
(tPA) dalam waktu 3 jam sejak onset dan aspirin dalam 48 jam sejak
onset. Reperfusi awal (>3 jam dari onset) dengan tPA intravena telah
protokol yang ketat adalah penting untuk mencapai hasil yang positif.
aktivasi tim stroke, (2) timbulnya gejala dalam waktu 3 jam, (3) CT
dan eksklusi, (5) mengelola tPA 0,9 mg/kg lebih dari 1 jam, dengan
Hess, 2005).
a) tPA
Efektivitas intravena (IV) daritPA dalam pengobatan stroke iskemik
1995. Pada 624 pasien yang dirawat dalam jumlah yang sama baik tPA
0,9 mg/kg iv atau plasebo dalam waktu 3 jam setelah timbulnya gejala
neurologis, 39% dari pasien yang diobati mencapai “hasil yang sangat
karena gumpalan yang melepaskan diri dari trombus asli atau untuk
obat anti nyeri tertua ini pada dosis amat rendah berkhasiat
koagulan untuk indikasi ini adalah banyak, antara lain kerjanya cepat
sekali dan dosisnya lebih mudah diregulasi. Mekanisme kerjanya
c) Clopidogrel
ini (Fagan dan Hess, 2005). Efek samping dispepsia, nyeri perut, diare,
elevasiSTsegmen),awalnya300mgkemudian75mgsehari,
dosisawaldihilangkanjikapasiendiatas 75 tahun(BNF,2007).
d) Dipiridamol
berkurang pada dosis yang rendah. Pada dosis di atas 200 mg, tensi
dapat menurun, dan kolaps pada orang dengan sirkulasi buruk (Tjay
sebelum makan(BNF,2007).
e) Cilostazol
f) Antikoagulan
4. Kerasionalan Terapi
sebagai berikut:
a. Tepat indikasi
dengan gejala yang diderita oleh pasien karena tiap obat memiliki
b. Tepat obat
yang sesuai dengan penyakit yang diderita pasien (Depkes RI, 2006).
c. Tepat pasien
Tepat pasien adalah pemilihan obat yang disesuaikan dengan kondisi
d. Tepat dosis
Tepat dosis adalah pemberian dosis obat yang tepat kepada pasien
H. Pemeriksaan Penunjang
sebagai berikut :
1. Laboratorium
Interpretasi :
dan sepsis.
total lipid).
Interpretasi kreatinin :
pada lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan
b. Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
c. Faal ginjal
dimungkinkan sebab hati menerima darah baik dari sirkulasi system dan
Kontraindikasi :
2. CT scan.
Tujuan :
Indikasi :
paling sering dilakukan adalah pada keadaan cedera kepala, stroke, sakit
Kontraindikasi :
(AV) signifikan.
3. MRI
Tujuan :
gambaran detail dari otak pasien. MRI dapat mendeteksi jaringan otak
tulang belakang, tumor, kelainan pada mata atau telinga bagian dalam,
serta multiple sclerosis.
dinding jantung.
cedera sendi.
Kontraindikasi ;
Tujuan :
Indikasi :
Kontraindikasi EKG :
Tidak ada kontraindikasi absolut pada tindakan pemeriksaan EKG.
5. USG Doppler
Tujuan :
Indikasi :
6. EEG
Tujuan :
Indikasi :
Indikasi pemeriksaan electroencephalography / EEG adalah untuk
Kontraindikasi :
pasien.
I. Asuhan Keperawatan
1) Melakukan Pengkajian
keperawatan.
1) Pengumpulan data
Tujuan :
yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus
Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang diperoleh
suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.Data subjekyif, yaitu data
yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga
3) Perumusan masalah
a. Definisi
dengan kesehatan.
Terms (SNOMED CT),
Health (ICF),
and Research (ZEFP)
- Omaha System.
1. Diagnosis Negatif
2. Diagnosis Positif
kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut juga
1. Diagnosis Aktual
langsung.
2. Diagnosis Resiko
1. Masalah (Problem)
ini.
2. Indikator Diagnostik
a. Penyebab (Etiology)
2) Efek Terapi/Tindakan,
4) Maturasional
sistematis.
1. Analisis Data
berikut ini.
b. Kelompokkan data
1) respirasi,
2) sirkulasi,
3) nutri/cairan,
4) eliminasi,
5) aktivitas/istirahat,
6) neurosensori,
7) reproduksi/seksualitas,
8) nyeri/kenyamanan,
9) integritas ego,
10) pertumbuhan/perkembangan,
12) penyuluhan/pembelajaran
14) keamanan/proteksi.
Proses pengelompokan data ini dapat dilakukan baik secara
2. Identifikasi Masalah
diagnosis, yaitu;
sebagai berikut:
Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan
dengan Tanda/Gejala
dan gelisah.
berikut:
1) Diagnosis Resiko
Contoh Penulisan:
menurun.
Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala
Contoh Penulisan:
3) Menentukan Perencanaan
a. Definisi
Intervensi merupakan segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
berikut :
1. Fisiologis
cairan/elektrolit
istrahat/tidur
- Neurosensori : Memuat kelompok intervensi yang memulihkan
2. Psikologis
perkembangan.
3. Perilaku
perilaku sehat.
4. Relasional
5. Lingkungan
c. Tujuan perencanaan
1. Tujuan administrative
kelompok.
evaluasi keperawatan.
2. Tujuan klinik
keperawatan
d) Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu,
tindakan.
d. Langkah-langkah Perencanaan
1) Menentukan prioritas
Capernito(2000) adalah :
kesehatan.
1) HirarkiMaslow
a. Fisiologis
c. Sosial
d. Harga diri
e. Aktualisasi diri.
1. Hirarki Kalish
kesenangan baru.
c. Kebutuhan keamanan : keselamatan, keamanan, kedekatan.
f. Aktualisasi diri.
Menetapkan tujuan
2) Tujuan perawatan
orang lain.
biasanya lebih dari satu minggu atau satu bulan. Kriteria hasil
2×24 jam.
ganda)
(Reasonable)
rencana tindakan.
e) Realistik.
memvalidasi.
permasalahan.
masalah.
untuk :
a. Mengurangi dan membatasi faktor resiko
pada:
tertentu.
tindakan medis.
c. Mengevaluasi respon.
tersebut adalah :
a) waktu.
selama 24 jam
bagaimana.
6. Perencanaan Pulang
7. Dokumentasi
evaluasi(Bower, 1982)
memadai.
ada.
efektif.
tindakan.
b. Tahap II: Intervensi merupakan tahap yang berfokus pada pelaksanaan
harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu
5) Evaluasi
Wardani, 2013)
(Nurhayati, 2011)
yaitu:
yang menimpannya.
dari tindakan dan bila tidak dilakukan tindakan. Tim ini juga
kebenaran itu akan memberikan dampak yang tidak selalu baik, tetapi
dalam nilai kebenaran ini yang penting adalah perlu dilihat kondisi,
dampak dan apa keinginan pasien sehingga apa yang kita sampaikan
aktif pada rentan gerakan yang biasanya dilakukakan oleh otot atau
perawatan pasien.
9) Kasus
Seorang laki-laki berusia 83 tahun Pasien datang dari UGD ke rawat inap
3 menggunakan brankar dengan keluhan sakit kepala dan pusing saat buka
mata. Pasien mengatakan kaki KIRI sulit untuk digerakkan. Pasien tampak
lemah dan gelisah. Gerakan pasien tampak terbatas pada ekstremitas dan
sendi kaki kaku. Pasien mengatakan sulit tidur tiap malam karena suasana
rumah sakit. keluarga mengatakan pasien tidur bisa tidur selama dirumah
sakit tapi siang tidur. Pasien tampak kantung mata dan mata merah. Pasien
mengatakan rambutnya gatal. Mual dan ingin muntah. Pasien tampak
160/100, N=70, S= 36,8 dan RR= 20. Kekuatan otot extremitas 4545.
Nama : Tn.B
TTL : Cirebon, 15-03-1936
Jenis Kelamin
Umur : 83 tahun
Keluhan utama :
Riwayat Sakit dan Kesehatan
Penglihatan (mata)
Pupil : Isokor Anisokor Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : Anemis Ikterus Lain-lain: normal
Lain-lain :
Penginderaan
Pendengaran/Telinga :
Gangguan pendengaran : Ya Tidak Jelaskan:
Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk : Normal Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman : Ya Tidak Jelaskan:
Lain-lain
Masalah: Tidak ada masalah
Kekuatan otot:
Tangan kanan Tangan kiri
5 4
Kaki kanan Kaki kiri
Muskuloskeletal/ Integumen
5 4
Kulit
Warna kulit: Ikterus Sianotik Kemerahan Pucat Hiperpigmentasi
Turgor: Baik Sedang Jelek
Odema: Ada Tidak ada Lokasi
Luka Ada Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka Ada Tidak ada Yang ditemukan :
kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :
Kegiatan ibadah:
Lain-lain :
Hematologi
Darah Rutin
Hematokrit 36 32-45%
Kimia Darah
darah terlalu
tinggi (> 50
mg/dl) disebut
uremia
3. Dapat
menyebabkan
cepat lelah, mual,
muntah dan
pusing.
Creatinin 2,52 <1,3 mg/dl 1. Ginjal tidak
berfungsi dengan
baik
2. Dapat
Radiologi/USG, dll
Nama obat Dosis Golongan Tujuan
ANALISA DATA
No. Data Problem Etiologi
1 DS : Resiko perfusi jaringan Hipertensi
Pasien mengatakan sakit cerebral
kepala dan pusing saat buka
mata
DO : TD = 160/100
2 DS :
Pasien mengatakan kaki kiri Gangguan mobilitas fisik Penurunan
sulit untuk digerakkan kekuatan otot
DO :
- Pasien tampak
lemah dan
gelisah
- Gerakan pasien
tampak terbatas
pada ekstremitas
dan sendi kaku
- Kekuatan otot
ekstremitas 4545
3 DS :
Pasien mengatakan sulit tidur Gagguan pola tidur Hambatan
tiap malam karna suasana lingkungan
rumah sakit
DO :
Pasien tampak kantung mata
dan mata merah
DO :
muntah
DO :
Pasien tidak mampu mandi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perfusi jaringan cerebral b/ hipertensi
2. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot
3. Gangguan pola tidur b/d hambatan lingkungan
4. Gangguan eliminasi urin b/d stroke
5. Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d imobilisasi
6. Defisit perawatan diri b/ kelemahan
Observasi :
1. Identifikasi factor 1. Untuk
Gangguan pola
tidur b/d Setelah pengganggu tidur meningkat
hambatan dilakukan 2. Identifikasi pola kan
lingkungan tindakan aktivitas tidur kenyaman
keperawatan 3. Identifikasi makanan an pasien
selama 2x24 dan minuman yang dalam
jam maka mengganggu tidur beristiraha
gangguan pola 4. Identifikasi obat t
tidur membaik tidur yang di 2. Agar
dengan konsumsi pasien
criteria hasil : tidak
1. Keluhan Terapeutik : mengeluh
sulit tidur 1. Modifikasi susah tidur
menurun lingkungan 3. Agar
2. Keluhan (misalnya ; kondisi
sering pencahayaan, pasien
terjaga kebisingan, suhu, cepat
meningkat matras dan tempat pulih jika
3. Keluhan tidur) beristiraha
tidak puas 2. Batasi waktu tidur t
tidur siang
menurun 3. Fasilitas
4. Keluhan menghilangkan
pola tidur stress sebelum tidur
berubah 4. Terapi jadwal tidur
meningkat 5. Lakukan prosedur
5. Keluhan untuk meningkatkan
istirahat kenyamanan
tidak 6. Sesuaikan jadwal
cukup pemberian obat
menurun
Edukasi :
1. Ajarkan relaksasi
otot autogenic atau
cara nonfarmakologi
lainnya.
2. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
3. Anjurkan menepati
kebiasaan tidur
4. Anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
5. Anjurkan
penggunaaan obat
tidur yang tidak
mengandung
supressor
Observasi :
1. Identifikasi tanda
Gangguan Eliminasi
dan gejala retensi 1.Pasien
Setelah dilakukan atau inkontinensia dapat
tindakan keperawatan urine berkemih
selama 2x24 jam maka 2. Identifikasi factor dengan
eliminasi urin yang menyebabkan baik
membaik dengan retensi atau 2.Jumlah
criteria hasil : inkontinensia urine urin
1. Sensai 3. Monitor eliminasi meningkat
berkemih urine 3.Kadar
meningkat urea dan
2. Desakan Terapeutik : creatinin
berkemih 1. Catat waktu-waktu kembail
menurun dan haluaran normal
3. Distensi berkemih
kandung 2. Batasi asupan cairan
kemih
menurun Edukasi :
4. Berkemih 1. Ajarkan tanda dan
tidak tuntas gejala infeksi
menurun saluran kemih
5. Volume 2. Ajarkan mengukur
resude urin asupan cairan
menurun 3. Ajarkan mengambil
6. Urin menetes specimen urin
menurun midstream
7. Nokturia 4. Ajarkan mengenail
menurun tanda berkemih dan
8. Mengompol waktu yang tepat
menurun untuk berkemih
9. Enuresis 5. Ajarkan terapi
menuurun modalitas penguatan
10. Disuria otot panggul
menurun 6. Anjurkan minum
11. Anuria yang cukup
menurun 7. Anjurkan
12. Frekuensi mengurangi minum
BAK menjelang tidur
membaik Kolaborasi :
13. Karakteristik Kolaborasi pemberian
urin membaik obat supositoria uretra
1. Agar
O: kebutuha
Disfungsi 1. Identifikasi status n nutrisi
motilitas Setelah dilakukan nutrisi pasien
gastrointestina tindakan keperawatan 2. Identifikasi alergi dapat
l b/d selama 2x24 jam maka dan intoleransi terpenuhi
imobilisasi moblitas makanan 2. Agar
gastrointestinal 3. Identifikasi makanan pasien
membaik dengan yang disukai tidak
criteria hasil : 4. Identifikasi merasaka
1. Mual menurun kebutuhan kalori n lemas
2. Muntah dan nutrient dan
menurun 5. Monitor asupan lemah
makanan jika
6. Monitor berat badan kebutuha
7. Monitor hasil n nutrisi
pemeriksaan terpenuhi
laboratorium
T;
1. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan
2. Fasilitas
menentukan
pedoman diet
3. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan
E:
1. Anjurkan posisi
duduk jika mampu
2. Ajarkan diet yang di
programkan
K:
1. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan kalori
dan jenis nutrient
yang di butuhkan
O: 1. Agar
1. Identifikasi pasien
kebersihan tubuh tidak
Defisit
perawatan diri Setelah dilakukan (rambut) mengeluh
b/d kelemahan tindakan keperawatan 2. Identifikasi usia dan lagi
selama 2x24 jam maka budaya dalam mengenai
perawatan diri membantu rambutnya
meningkat dengan kebersihan diri yang gatal
criteria hasil : 3. Identifikasi jenis 2. Agar
1. Kemampuan bantuan yang pasien
mandi dibutuhkan lebih
meningkat 4. Monitor integritas nyaman
2. Kemampuan kulit jika
mengenakan tubuhnya
pakaian T; bersih
meningkat 1. Sediakan peralatan 3. Untuk
3. Kemampuan mandi melatih
makan 2. Sediakan lingkungan pasien
meningkat yang aman dan dalam
4. Kemampuan nyaman melakukan
ke toilet 3. Fasilitas menggosok perawatan
meningkat gigi diri secara
5. Verbalisasi 4. Fasilitas mandi mandiri
keinginan 5. Pertahankan
meningkat kebiasaan
melakukan kebersihan diri
perawatan diri 6. Berikan bantuan
meningkat sesuai dengan
6. Minat tingkat kemandirian
melakukan
perawatan diri E :
meningkat 1. Ajarkan keluarga
7. Mempertahan cara memandikan
kan pasien
keperawatan 2. Jelaskan manfaat
diri meningkat mandi dan dampak
tidak mandi
terhadap kesehatan.
D. CATATAN PERAWATAN
Nama Klien : Tn.B
Diagnosis Medis : Stroke Non Hemoragik
Ruang Rawat : 308 A/II
Tgl/ No. Implementasi Tanda
jam DK Tangan
21-09- 1 Obsevasi :
2020 Manajemen penyebab tekanan intrakanial (tensi)
Terapeutik :
Posisi semi fowler
Kolaborasi :
Pemberian antikonvulsan (anti kejang)
2 Observasi :
Identifikasi adnya nyeri atau keluhan fisik lain
Terapeutik :
Fasilitasi alat bantu
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
3 Observasi :
Mengidentifikasi factor pengganggu tidur
Terapeutik :
Memodifikasi lingkungan (misalnya ; pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras dan tempat tidur)
Edukasi :
Mengajarkan relaksasi otot autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya.
4 Observasi :
T:
Mencatat waktu-waktu dan haluaran berkemih
E:
Menganjurkan minum yang cukup
K:
Melakukan pemberian obat supositoria uretra
5 O:
Mengidentifikasi status nutrisi
T;
Melakukan oral hygiene sebelum makan
E:
Menganjurkan posisi duduk jika mampu
K:
Melakukan kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
6 O:
Mengidentifikasi kebersihan tubuh (rambut)
T;
Menyediakan peralatan mandi
E:
Mengajarkan keluarga cara memandikan pasien
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien :
Diagnosis Medis :
Ruang Rawat :
Tgl No. SOAP Tanda
DK Tangan
21-09-2020 1 S:
Pasien mengatakan sakit kepala
berkurang tetapi masih pusing
O:
TD = 140/90
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
2 S:
Pasien mengatakan kaki kiri sudah
lebih baik dan bisa digerakkan
O:
1. Pasien tampak lemah
berkurang dan masih gelisah
2. Gerakan pasien tampak
membaik pada ekstremitas dan
sendi
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
3 S:
Pasien mengatakan sudah bisa tidur
tetapi masih belum nyenyak
O:
Kantung mata berkurang
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
4 O:
Jumlah urin lebih banyak dari
sebelumnya yaitu 800 cc/hari
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
5 S:
Pasien mengatakan sudah tidak mual
O:
Tidak muntah
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
6 S:
Pasien mengatakan sudah tidak
merasakan gatal
O:
Pasien sudah dapat mandi dengan
sedikit dibantu
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
22-09-2020 1 S:
Pasien mengatakan sakit kepala dan pusing
hilang
O:
TD = 120/90
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
2 S:
Pasien mengatakan kaki kiri sudah lebih baik dan
bisa digerakkan daripada kemarin
O:
1. Pasien tampak tidak lemah dan tidak
gelisah
2. Gerakan pasien tampak membaik pada
ekstremitas dan sendi
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
3 O:
Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa dibantu
tetapi dengan pengawasan
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
4 S:
Pasien mengatakan sudah dapat berkemih
dengan baik
O:
Jumlah urin 1500 cc/hari
A:
Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, April T. 2012. Sistem Neuro behaviour. Jakarta : Salemba Medika Batticaca
Fransisca, C. 2008.
Friedman. M. Marlyan. 2010. Buku Ajar Keperawatan: Riset, Teori dan PraktikEdisi
ke-5. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Persarafan. Jakarta :SalembaMedika Price, S.A. 2006. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Purwanti, Okti S danMaliya, A. 2008. Rehabilitasi Pasca Stroke, Jurnal Berita Ilmu
Keperawatan. Vol. 1, No. 1, Maret 2008: 43
Tarwoto, Wartonah, Eros SS. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : CV. Sagung Seto.