Anda di halaman 1dari 19

BAB I

KONSEP MEDIS
A. Anatomi Fisiologi Otak
Otak merupakan alat untuk memproses data tentang lingkungan internal dan
eksternal tubuh yang diterima reseptor pada alat indera (seperti mata, telinga, kulit, dan
lain-lain). Data tersebut dikirimkan
oleh urat saraf yang dikenal
dengan sistem saraf keseluruhan.
Sistem saraf ini memungkinkan
seluruh urat saraf mengubah
rangsangan dalam bentuk implus
listrik. Kemudian implus listrik
dikirim ke pusat sistem saraf, yang
berada di otak dan urat saraf tulang
belakang. Di sinilah data diproses
dan direspon dengan rangsangan yang cocok. Biasanya dalam tahap ini timbul saraf
efektor, yang berfungsi untuk mengirim
implus saraf ke otot sehingga otot
berkontraksi atau rileks. Otak merupakan
suatu struktur gelatin yang nampak seperti
sebuah kembang kol dengan berat rata-rata
1,2 kg pada laki-laki dan 1 kg pada
perempuan. Menurut Sherwood (2011),
otak terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Batang otak
Batang otak merupakan daerah paling
tua dan paling kecil di otak,
bersambungan dengan korda spinalis. Bagian ini mengontrol banyak proses untuk
mempertahankan hidup, misalnya bernapas, sirkulasi dan pencernaan. Jika batang
otak tersebut kekurangan aktivitas (kurang dirangsang), maka menurut psikiater
akan menyebabkan brain death atau kelumpuhan otak. Batang otak terdiri dari:
a. Mesensefalon (otak tengah)
Otak Tengah merupakan pusat saraf dalam lingkup kecil. Otak tengah adalah
lanjutan dari formasi reticular dan merespon pendengaran dan pengelihatan
(seperti gerak mata). Otak tengah tampaknya lebih penting fungsinya pada
hewan mamalia daripada manusia, karena pada manusia yang lebih dominan
digunakan adalah otak depan. Otak tengah adalah bagian terbesar pada otak.
Bagiannya yang paling utama adalah korteks yang mengandung kurang lebih
10 miliar saraf dan terletak pada lapisan luar otak. Otak tengah juga
merupakan puncak fungsional otak yang respon terhadap fungsi yang lebih
rumit, tindakan sengaja dan kesadaran.
b. Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla
mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah,
pernafasan, dan pencernaan.
c. Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi reticular. Ponslah yang menentukan apakah kita
terjaga atau tertidur.
2. Serebellum
Cerebellum disebut juga otak kecil yang berkerut sehingga hampir seperti otak
besar (otak secara keseluruhan).
Bagian ini melekat ke bagian atas-
belakang dari batang otak.
Berkenaan dengan pemeliharaan
posisi tubuh dalam ruang yang
sesuai dan koordinasi bawah sadar
aktifitas motorik (gerakan).
3. Otak depan:
a. Diensefalon
1) Hipotalamus
Hipotalamus berfungsi untuk mengontrol nafsu makan dan syahwat dan
mengatur kepentingan biologis lainnya.
2) Talamus
Talamus terdiri dari sejumlah pusat saraf dan berfungsi sebagai tempat
penerimaan untuk sensor data dan sinyal-sinyal motorik. Contohnya untuk
mengirim data dari mata dan telinga menuju bagian yang tepat dalam
korteks.
b. Serebrum
Serebrum dibagi menjadi 2 belahan yaitu hemisfer serebrum kiri dan
kanan. Keduanya dihubungkan satu sama lain oleh korpus kalosum, suatu pita
tebal yang mengandung sekitar 300 juta akson saraf melintang di antara kedua
hemisfer. Setiap hemisfer terdiri dari sebuah lapisan luar yang tipis yaitu
substansia grisea (bahan abu-abu) atau korteks serebrum, menutupi bagian
tengah yang lebih tebal yaitu substansia alba (bahan putih). Korteks cerebral
adalah helaian saraf yang tebalnya kurang dari 5 mm, tapi luas bagiannya
mencapai 155cm. korteks menyusun 70 persen bagian otak. Lipatan korteks
yang erat kaitannya dengan tengkorak manusia membuat otak tampak berkerut.
Saraf dalam korteks memproses data. Korteks pun secara luas berhubungan satu
sama lain (dengan bagian dalam otak). Jaringan panjang yang menghubungkan
bagian-bagian terpisah (secara luas) pada otak tersusun dari saraf yang tertutup
penyekat berlemak yang disebut myelin. Myelin membuat jaringan tersebut
berwarna putih (disebut juga benda/zat putih). Korteks mempunyai sejumlah
struktur dan bagian-bagian fungsional yang terutama terdiri dari badan-badan
sel yang terkemas rapat dengan dendrit-dendrit serta sel-sel glia. Jauh di sebelah
dalam substansia alba terdapat substansi grisea yang lain, yaitu nukleus-nukleus
basal. Terdapat lipatan-lipatan yang membagi setiap belahan korteks menjadi 4
lobus utama:
1. Lobus frontal
Terletak di korteks bagian depan.
Bertanggung jawab terhadap:
a) Aktifitas motorik volunter
b) Kemampuan berbicara
c) Elaborasi pikiran
Daerah di lobus frontalis belakang tepat di
depan sulkus sentralis dan dekat dengan
korteks somatosensorik adalah korteks
motorik primer. Daerah ini memberi
kontrol volunter atas gerakan yang dihasilkan otot-otot rangka.

2. Lobus parietal
Terletak di belakang sulkus sentralis (bagian yang memisahkan lobus
parietalis dan lobus frontalis di puncak kepala) berhubungan dengan
fungsi sensorik dan orientasi ruang. Fungsi sensorik yang dimaksud
yaitu sentuhan, tekanan, panas, dingin dan nyeri di permukaan tubuh.
Sensasi ini disebut sensasi somestetik. Lobus ini juga merasakan
kesadaran mengenai posisi tubuh, suatu fenomena yang disebut
propriosepsi. Korteks somatosensorik, tempat pengolahan kortikal awal
masukan somestetik dan proprioseptif ini terletak di bagian depan tiap-
tiap lobus parietalis di belakang sulkus sentralis.
3. Lobus temporal
Terletak di sebelah lateral dan mengatur fungsi memori tertentu serta
berperan menerima sensasi suara.
4. Lobus oksipital
Terletak di sebelah posterior kepala dan bertanggung jawab dalam
proses penglihatan.
Berkas atau traktus (jaras) serat-serat saraf bermyelin (akson)
membentuk substansia alba. Penampakannya putih akibat komposisi lemak
mielin. Serat-serat di substansi alba menyalurkan sinyal dari satu bagian korteks
serebrum ke bagian lain atau antara korteks dan bagian SSP yang lain.
Di antara pusat otak dan korteks terletak sistem limbic (limbic berasal
dari bahasa Latin yang berarti batas). Anatomi sistem limbic ini hampir seperti
hipotalamus. Sistem limbic memungkinkan kita mengontrol insting/naluri kita.
Misalnya, kita tidak serta merta memukul seseorang yang tidak sengaja
menginjak kaki kita. Sistem limbic terdiri dari tiga bagian utama, yaitu
amygdala dan septum yang berfungsi mengontrol kemarahan, agresi, dan
ketakutan, serta hippocampus yang penting dalam merekam memori baru.
Saraf-Saraf Otak:
1. Nervus Olfaktorius (Nervus Kranialis I)
Nervus olfaktorius menghantarkan bau menuju otak dan kemudian diolah lebih
lanjut. Dengan mata tertutup dan pada saat yang sama satu lubang hidung ditutup,
penderita diminta membedakan zat aromatis lemah seperti vanila, cau de cologne,
dan cengkeh. Fungsi: saraf pembau.
2. Nervus Optikus (Nervus Kranialis II)
Nervus optikus menghantarkan impuls dari retina menuju plasma optikum,
kemudian melalui traktus optikus menuju korteks oksipitalis untuk dikenali dan
diinterpretasikan. Fungsi: Bola mata  untuk penglihatan.
3. Nervus Okulomotorius (Nervus Kranialis III)
Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital (otot penggerak bola mata). Fungsi:
sebagai penggerak bola mata.
4. Nervus Troklearis (Nervus Kranialis IV)
Sifatnya motorik, fungsi memutar mata, sebagai penggerak mata.
5. Nervus Trigeminus (Nervus Kranialis V)
Nervus Trigeminus membawa serabut motorik maupun sensorik dengan
memberikan persarafan ke otot temporalis dan maseter, yang merupakan otot-otot
pengunyah. Nervus trigeminus dibagi menjadi 3 cabang utama:
a. Nervus oftalmikus sifatnya motorik dan sensorik.
Fungsi: Kulit kepala dan kelopak mata atas.
b. Nervus maksilaris sifatnya sensorik.
Fungsi : Rahang atas, palatum dan hidung.
c. Nervus mandibularis sifatnya motorik dan sensorik.
Fungsi : Rahang bawah dan lidah.
6. Nervus Abdusen (Nervus Kranialis VI)
Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital. Fungsi: Sebagai saraf penggerak bola
mata.
7. Nervus Facialis (Nervus Nervus Kranialis VII)
Sifatnya motorik dan sensorik, saraf ini membawa serabut sensorik yang
menghantar pengecapan bagian anterior lidah dan serabut motorik yang mensarafi
semua otot ekspresi wajah, termasuk tersenyum, mengerutkan dahi dan
menyeringai.
8. Nervus Auditorius (Nervus Kranialis VIII)
Sifatnya sensorik, mensarafi alat pendengar membawa rangsangan dari
pendengaran dari telinga ke otak. Fungsinya: Sebagai saraf pendengar.
9. Nervus Glosofaringeus (Nervus Kranialis IX)
Sifatnya majemuk, mensarafi faring, tonsil dan lidah.
10. Nervus Vagus (Nervus Kranialis X)
Sifatnya majemuk, fungsinya: Sebagai saraf perasa.
11. Nervus Assesoris (Nervus Kranialis XI)
Sifatnya motorik, fungsinya: Sebagai saraf tambahan.
12. Nervus Hipoglosus (Nervus Kranialis XII)
Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot lidah.
Mesensefalon dan pons bagian atas berisi system aktivasi retikular yang berfungsi dalam
kesadaran dan kewapadaan. Pada medula oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik.
Serebellum bertanggungjawab dalam fungsi koordinasi dankeseimbangan.
Sirkulasi darah otak
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen
total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang
arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Di dalam rongga kranium, keempat
arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi.

Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-kira
setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang
kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri
serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan
putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama
medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks
motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan
frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama.
Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan
pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri
basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua
membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini
memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon.
Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon,
sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular.
Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula (yang
tidak mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke sinus duramatris. Dari sinus, melalui
vena emisaria akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial

B. Definisi Intracerebral hematom

Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya
akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan
adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi, pada pemeriksaan CT
Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan operasi jika Single,
Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya pergeseran garis tengah.
Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi otak.Hemorragi ini
biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai daerah kecil dapat terjadi pada luka
tembak ,cidera tumpul.
Intra Cerebral Hematom (ICH) merupakan koleksi darah focus yang biasanya
diakibatkan oleh cidera regangan atau robekan rotasional terhadap pembuluh –pembuluh
darah dalam jaringan fungsi otak atau kadang kerena cidera tekanan .ukuran hematom
bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter dan dapat terjadi pada 2- 16
kasus cidera.
Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri . hal ini
dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala terbuka .intraserebral
hematom dapat timbul pada penderita strok hemorgik akibat melebarnya pembuluh nadi.

C. Etiologi
Etiologi dari Intra Cerebral Hematom adalah :
1. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
2. Fraktur depresi tulang tengkorak
3. Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
4. Cedera penetrasi peluru
5. Jatuh
6. Kecelakaan kendaraan bermotor
7. Hipertensi
8. Malformasi Arteri Venosa
9. Aneurisma
10. Distrasia darah
11. Obat
12. Merokok.

D. Patofisiologi
ICH primer biasa terjadi pada kapsul internal dan hematoma meluas kemedial
kesubstansi kelabu dalam dan kelateral melalui substansi putih yang relatif aseluler korona
radiata. Pembuluh yang ruptur adalah satu dari arteria perforating kecil yang
meninggalkan arteria serebral media dekat pangkalnya dikarotid internal dan sering
dijelaskan sebagai arteria lentikulostriata. Pemeriksaan postmortem menunjukkan pada
arteria perforating pasien hipertensif terdapat banyak dilatasi aneurismal yang sangat kecil
yang diduga rupturnya menjadi sumber perdarahan. Lebih jarang perdarahan terjadi pada
fossa posterior yang dimulai pada pons atau hemisfer serebeler.
ICH akut sering terjadi saat atau setelah latihan fisik. Sekitar duapertiga akan
mengalami perburukan neurologis progresif dan sepertiganya dalam defisit maksimal saat
datang kerumah sakit. Penurunan kesadaran terjadi pada 60% dan duapertiganya jatuh
kedalam koma. Nyeri kepala dan mual dengan muntah terjadi pada 20-40% kasus. Gejala
ini karena peninggian TIK akibat perdarahan. Kejang kurang umum terjadi, sekitar 7-
14%. Gejala dan tanda lainnya tergantung ukuran dan lokasi spesifik dari bekuan darah.
Tanda khas perdarahan ganglia basal, biasanya putaminal, adalah defisit motor
kontralateral dan gaze ipsi lateral dengan perubahan sensori, visual dan tabiat. Perubahan
pupil terjadi akibat ancaman herniasi unkal lobus temporal akibat peninggian TIK dan
pergeseran garis tengah. Gejala afasik bila hemisfer dominan terkena.
Perdarahan menyebabkan kerusakan neurologis melalui dua cara yaitu:
1. Kerusakan otak yang nyata terjadi pada saat perdarahan. Ini terutama pada kasus
dimana hematoma meluas kemedial dan talamus serta ganglia basal rusak.
2. Hematoma yang membelah korona radiata menyebabkan kerusakan yang kurang
selluler namun mungkin berukuran besar dan menyebabkan penekanan serta
gangguan fungsi neurologis yang mungkin reversibel.80% pasien adalah
hipertensif dan biasanya dalam eksaserbasi akut dari hipertensinya pada saat
datang. Kebanyakan kasus hematoma memecah kesistema ventrikuler atau rongga
subarakhnoid menimbulkan gambaran klinis PSA.

Pria terkena 5-20% lebih sering dari wanita dan 75-90% terjadi antara usia 45-75
tahun. Pasien dengan koagulopatia lebih berisiko terhadap PIS seperti juga penderita
yang mendapat antikoagulan terutama Coumadin. Trombositopenia dengan hitung
platelet kurang dari 20.000, penyakit hati, leukemia, dan obat-obat seperti amfetamin
meninggikan risiko terjadinya PIS.
ICH terjadi pada teritori vaskuler arteria perforating kecil seperti lentikulostriata pada
ganglia basal, talamoperforator diensefalon, cabang paramedian basiler pada pons.
Karenanya kebanyakan terjadi pada struktur dalam dari hemisfer serebral. Berikut ini
struktur beserta frekuensi kejadiannya: putamen 30-50%, substansi putih subkortikal
30%, serebelum 16%, talamus 10-15%, serta pons 5-12%. Arteria yang paling sering
menimbulkan perdarahan adalah cabang lentikulostriata lateral dari arteria serebral media
yang mencatu putamen.
ICH merupakan sekitar 10% dari semua strok. Seperti dijelaskan diatas, ia disebabkan
oleh perdarahan arterial langsung ke parenkhima otak. Ruptur vaskuler dikira terjadi pada
aneurisma milier kecil, dijelaskan oleh Charcot dan Bouchard 1868, dan/atau pada arteria
lipohialinotik yang sering tampak pada otopsi pasien dengan hipertensi. Minoritas kasus
PIS kemungkinan disebabkan aneurisma, AVM, malformasi kavernosa, amiloid serebral,
atau tumor. Glioblastoma adalah tumor otak primer yang paling sering mengalami
perdarahan, sedangkan melanoma, khoriokarsinoma dan ipernefroma adalah tumor
metastatik yang tersering menimbulkan perdarahan.
Kematian akibat ICH sekitar 50% dengan 3/4 pasien yang hidup, tetap dengan defisit
neurologis nyata. Penelitian memperlihatkan bahwa prognosis terutama tergantung pada
derajat klinis saat pasien masuk, lokasi serta ukuran perdarahan. Pasien sadar tentu lebih
baik dari pada pasien koma. Penelitian Dixon 1984 memperlihatkan bahwa satu-satunya
prediktor terpenting atas outcome adalah Skala Koma Glasgow. Pasien dengan hematoma
lober superfisial cenderung lebih baik dari perdarahan batang otak yang lebih dalam.
Perluasan klot ke sistema ventrikuler memperburuk outcome. Pasien dengan perdarahan
dengan diameter lebih dari 3 cm atau volumenya lebih dari 50 sk, lebih buruk. Pasien
dengan kondisi medis buruk dan yang berusia 70 tahun atau lebih cenderung mempunyai
outcome buruk.
E. Manifestasi Klinis
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang, hal itu
diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun begitu, pada
orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya
disfungsi otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa, seringkali
mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang kemungkinan tidak bisa berbicara
atau menjadi pusing.
Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang
berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau kecil. Mual,
muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa dan bisa terjadi di dalam
hitungan detik sampai menit.
Menurut Corwin 2000 manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu :
1. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan membesarnya
hematom.
2. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal
3. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal
4. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium
5. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik
dapat timbul segera atau secara lambat
6. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan tekanan
intra kranium.

Manifestasi klinik ICH secara khusus pada temporal sebelah kanan menyebabkan
terganggunya ingatan akan suara dan bentuk sedangkan kerusakan pada temporal sebelah
kiri menyebabkan gangguan pemahaman bahasa yang berasal dari luar maupun dari dalam
dan menghambat penderita dalam mengekspresikan bahasanya. Penderita dengan lobus
temporalis sebelah kanan yang non dominan akan megalami perubahan kepribadian seperti
tidak suka bercanda, tingkat kefanatikan agama yang tidak biasa, obsesif dan kehilangan
gairah seksual.

F. Penatalaksanaan Medis
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke ischemic.
Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang yang
mengalami tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari setengah orang yang mengalami
pendarahan besar meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya
kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu. Meskipun begitu,
kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang.
Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic.
Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-obatan
antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan karena membuat pendarahan makin buruk.
Jika orang yang menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah,
mereka bisa memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti :
1. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse
2. Transfusi atau platelet
3. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan platelet (plasma
segar yang dibekukan)
4. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah yang
membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan)
5. Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di dalam
tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang dilakukan karena
operasi itu sendiri bisa merusak otak.

Corwin (2000) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral Hematom adalah


sebagai berikut :
1. Observasi dan tirah baring terlalu lama
2. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara
bedah
3. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis
4. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok
5. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk pemberian
diuretik dan obat anti inflamasi
6. Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan laboratorium lainnya
yang menunjang.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal
masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian
terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan
diagnosis keperawatan.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien
yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat
perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat psikososial
7. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
b. Pola nutrisi dan metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola hubungan dan peran
g. Pola persepsi dan konsep diri
h. Pola sensori dan kognitif
i. Pola reproduksi seksual
j. Pola penanggulangan stress
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
- Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
- Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa
bicara
- Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b. Pemeriksaan integumen
- Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama
pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu
- Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
- Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c. Pemeriksaan kepala dan leher
- Kepala : bentuk normocephalik
- Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
- Leher : kaku kuduk jarang terjadi
d. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun
suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat
kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h. Pemeriksaan neurologi
- Pemeriksaan nervus cranialis
- Pemeriksaan motorik
- Pemeriksaan sensorik
- Pemeriksaan refleks
9. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
- CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke
permukaan otak.
- MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
- Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi
vaskuler.
- Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat
pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita
stroke.
b. Pemeriksaan laboratorium
- Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom)
sewaktu hari-hari pertama.
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat
mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
- Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuro muskular
3. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan
Ketidakmampuan untuk ketidakmampuan makan, kurang asupan makanan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologi (iskemia, peningkatan TIK)
5. Resiko Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi, imobilitas
6. Defisit perawatan diri b.d mandi, berpakaian, makan, eliminasi berhubungan dengan
gangguan neuromuscular
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko ketidak efektifan perfusi NOC : NIC :
jaringan otak Dalam waktu ....x24 jam
 Monitor status hemodinamik, TIK
pasien menunjukkan perfusi
 Monitor PT dan PTT,
jaringan: serebral adekuat
 Monitor status neurologi, status
Dengan kriteria hasil:
pernapasan
- TIK dalam batas normal
 Monitor tanda-tanda kelebihan cairan
(4-15 mmHg)
 Monitor parameter pengiriman
- Tekanan sistol dalam
oksigen jaringan
batas normal (100-140
 Monitor tanda-tanda perdarahan
mmHg)
 Induksi hipertensi dengan peningkatan
- Tekanan diastolik dalam
volume atau agen vasokontriksi atau
batas normal (60-90
inotropik sesuai intruksi
mmHg)
 Berikan dan tirasi obat vasoaktif
- MAP dalam batas
 Berikan agen untuk meningkatkan
normal (70-105 mmHg)
volume intravaskular sesuai kebutuhan
- Tidak ada sakit kepala,
 Pertahankan level glukosa darah
muntah, kegelisahan,
dalam batas normal
penurunan kesadaran
 Hindari fleksi leher atau fleksi
panggul/lutut ekstremitas
 Kolaborasi pemberian obat nyeri,
antikoagulan, antiplatelet, trombolitik
sesuai kebutuhan

Nyeri akut berhubungan dengan NOC: NIC:


agen cedera biologis (iskemia, Dalam waktu ...x24 jam  Tanyakan pasien tentang nyeri.
peningkatan TIK) pasien menunjukkan tingkat Tentukan karakteristik nyeri. Buat
nyeri terkontrol rentang intensitas pada skala 0 – 10.
Kriteria hasil :  Kaji pernyataan verbal dan non-verbal
- Melaporkan nyeri hilang/ nyeri pasien.
terkontrol.  Catat kemungkinan penyebab nyeri
- Tampak rileks dan tidur/ patofisologi dan psikologi.
istirahat dengan baik.  Dorong menyatakan perasaan tentang
- Berpartisipasi dalam nyeri.
aktivitas yang diinginkan/  Berikan tindakan kenyamanan. Dorong
dibutuhkan. dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi
dan distraksi
 Kolaborasi pemberian analgetik
Hambatan mobilitas fisik NOC : NIC :
berhubungan dengan Gangguan Dalam waktu ....x24 jam
 Monitoring vital sign sebelm/sesudah
neuromuskuler pasien menujukkan
latihan dan lihat respon pasien saat
ambulasi, pergerakan sendi
latihan
meningkat
 Konsultasikan dengan terapi fisik
Dengan kriteria hasil:
tentang rencana ambulasi sesuai
- Klien meningkat dalam
dengan kebutuhan
aktivitas fisik
 Bantu klien untuk menggunakan
- Mengerti tujuan dari
tongkat saat berjalan dan cegah
peningkatan mobilitas
terhadap cedera
- Memverbalisasikan
 Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
perasaan dalam
lain tentang teknik ambulasi
meningkatkan kekuatan
 Kaji kemampuan pasien dalam
dan kemampuan
mobilisasi
berpindah
 Latih pasien dalam pemenuhan
- Memperagakan
kebutuhan ADLs secara mandiri
penggunaan alat Bantu
sesuai kemampuan
untuk mobilisasi
 Dampingi dan Bantu pasien saat
(walker)
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
 Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
 Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
Ketidakseimbangan Nutrisi kurang NOC: NIC
dari kebutuhan tubuh Dalam waktu ...x24 jam  Kaji adanya alergi makanan
Berhubungan dengan pasien menunjukkan status  Yakinkan diet yang dimakan mengandung
Ketidakmampuan untuk nutrisi dan asupan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
ketidakmampuan makan, kurang dan cairan yang adekuat  Ajarkan pasien bagaimana membuat
asupan makanan. Dengan kriteria hasil : catatan makanan harian.
 Monitor adanya penurunan BB dan gula
- Asupan makanan, gizi darah
dan cairan adekuat  Monitor lingkungan selama makan
- Asupan makanan secara  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
oral,tube feeding dan selama jam makan
intravena adekuat  Monitor turgor kulit
- Ketersedian energi  Monitor kekeringan, rambut kusam, total
adekuat protein, Hb dan kadar Ht
-  Monitor mual dan muntah
 Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
 Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oval
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
 Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Resiko Kerusakan integritas kulit NOC : NIC :
berhubungan dengan gangguan Dalam waktu ..x24 jam  Anjurkan pasien untuk menggunakan
sensasi, imobilitas pasien menjukkan integritas pakaian yang longgar
jaringan: kulit dan mukosa  Hindari kerutan pada tempat tidur
adekuat  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
kriteria hasil: dan kering
- Integritas kulit yang  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
baik bisa setiap dua jam sekali
dipertahankan (sensasi,  Monitor kulit akan adanya kemerahan
elastisitas, temperatur,  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
hidrasi, pigmentasi) derah yang tertekan
- Tidak ada luka/lesi  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
pada kulit  Monitor status nutrisi pasien
- Perfusi jaringan baik  Memandikan pasien dengan sabun dan air
- Menunjukkan hangat
pemahaman dalam  Kaji lingkungan dan peralatan yang
proses perbaikan kulit menyebabkan tekanan
dan mencegah  Observasi luka : lokasi, dimensi,
terjadinya sedera kedalaman luka, karakteristik,warna
berulang cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
- Mampu melindungi tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
kulit dan  Ajarkan pada keluarga tentang luka dan
mempertahankan perawatan luka
kelembaban kulit dan  Kolaburasi ahli gizi pemberian diae
perawatan alami TKTP, vitamin
- Menunjukkan  Cegah kontaminasi feses dan urin
terjadinya proses  Lakukan tehnik perawatan luka dengan
penyembuhan luka steril
 Berikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka

Hambatan komunikasi verbal NIC: NIC:


berhubungan dengan gangguan Dalam waktu ...x24 jam - Monitor kecepatan bicara, tekan,
fisiologis (penurunan sirkulasi pasien memperlihatkan volume dan diksi
otak), gangguan sistem saraf pusat komunikasi yang adekuat - Monitor proses kognitif, anatomis,
Dengan kriteria hasil: fisiologis terkait dengan kemampuan
- Mengguanakan bahasa berbicara (mis.memori, pendengaran
tertulis, lisan dan bahasa)
- Menggunakan foto dan - Monitor pasien terkait dengan perasaan
gambar frustasi, kemarahan, depresi atau respon
- Menggunakan bahasa lain
isyarat - Sediakan metode alternatif untuk
- Mengenali pesan yang berkomunikasi dengan berbicara ( Mis.
diterima Menulis dimeja, menggunakan kartu.
- Menginterpretasikan Kedipan mata, papapn kominkasi
pesan secara akurat dengan gambar, dan huruf, dan tanda
- Pertukaran pesan yang dengan tanagn atau postur, dan
akurat dengan orang lain menggunakan komputer)
- Ulangi apa yang disampaikan pasien
- Kolaborasi dengan terapis bahasa
Ansietas berhubungan dengan NIC: NIC:
ancaman status terkini Dalam waktu ...x24 jam  Observasi peningkatan gelisah, emosi
pasien menunjukkan labil.
penerimaan status  Pertahankan lingkungan tenang dengan
kesehatan. sedikit rangsangan.
Kriteria hasil :  Tunjukkan/ Bantu dengan teknik
-Menyatakan kesadaran relaksasi, meditasi, bimbingan imajinasi.
terhadap ansietas dan cara  Identifikasi perspsi klien terhadap
sehat untuk mengatasinya. ancaman yang ada oleh situasi.
- Mengakui dan
mendiskusikan takut.
 Dorong pasien untuk mengakui dan
- Tampak rileks dan menyatakan perasaan.
melaporkan ansietas
menurun sampai tingkat
dapat diatangani.
- Menunjukkan pemecahan
masalah dan pengunaan
sumber efektif.

Defisit perawatan diri: mandi, NOC : NIC :


berpakaian, makan, eliminasi Dalam waktu ...x24 jam  Monitor kemempuan klien untuk
berhubungan dengan gangguan pasien menunjukkan perawatan diri yang mandiri.
neuromuscular perawatan diri adekuat  Monitor kebutuhan klien untuk alat-
Dengan kriteria hasil : alat bantu untuk kebersihan diri,
- Klien terbebas dari bau berpakaian, berhias, toileting dan
badan makan.
- Menyatakan  Sediakan bantuan sampai klien
kenyamanan terhadap mampu secara utuh untuk melakukan
kemampuan untuk self-care.
melakukan ADLs  Dorong klien untuk melakukan
- Dapat melakukan ADLS aktivitas sehari-hari yang normal
dengan bantuan sesuai kemampuan yang dimiliki.
 Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
 Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika pasien
tidak mampu untuk melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). United States of America: Elsevier.

Corwin,E.J. (2000). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.

Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Nanda International Nursing Diagnoses:


Defenitions and Classification 2015-2017. Jakarta: EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). United States of America: Elsevier.
Muttaqin, Arif. 2008 .Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Price, SA dan Wilson, 2006.Patofisiologi: Konsep klinis proses- proses penyakit ed. 6 vol.1.
Jakarta: EGC.
Rochani, Siti, 2000, Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah Saraf
Indonesia, Surabaya.
Sherwood, L. (2011). Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth .
Jakarta : E G C.

Susilo, Hendro, 2000, Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu
Pendekatan Baru Millenium III, Bangkalan.

Anda mungkin juga menyukai