DISUSUN OLEH :
RAHMADANI MANSYUR
NIM : 2019032076
CI INSTITUSI
3. Etiologi
Masalah dasarnya diperkirakan dari gangguan listrik distritmia pada sel saraf
pada salah satu bagian otak, yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan listrik
abnormal, berulang, dan tidak terkontrol.
Menurut Mansjoer, Arif etiologi dari epilepsi adalah:[ CITATION Nur15 \l 1057 ]
a. Idiopatik, sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik
b. Faktor herediter, ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang di sertai
bangkitan kejang seperti sklerosis tuberose, neurofibromatosis, hipoglikemi,
hipopratiroidisme, angiomatosis ensefalotrigeminal, fenilketonuria
c. Faktor genetik, pada kejang demam dan breath holding spell
d. Kelainan kongenital otak, atrofi, parosenfali, agenesis korpus kolosium
e. Gangguan metabolik, hipernatremia, hiponatremia, hipokalsemia,
hopoglikemia
f. Infeksi, radang yang di sebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya
toksoplasmosis
g. Truma, kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural
h. Neoplasma otak dan selaputnya
i. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
j. Keracunan; Timbale (Pb), kamper (kapur barus), fenotiazin, air
k. Lain-lain; Penyakit darah, gangguan keseimbangan hormon, degenarasi
serebral dll.
4. Patofisiologi
Keseimbangan potensial membran sel, dalam hal ini adalah sel saraf pusat,
membutuhan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada
permukaan sel. Gangguan pada keseimbangan potensial membran sel dapat
menyebabkan gangguan pada depolarisasi dan repolarisasi sel yang berdampak
pada aktifitas sel tersebut. Keseimbangan potensial membran itu sendiri dapat di
ubah dengan beberapa antara lain perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler,
rangsangan yang datang secara baik karena proses penyakit maupun keturunan.
[ CITATION Yas162 \l 1057 ]
Mekanisme dari kejang adalah peningkatan aktifitas listrik yang berlebihan
pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan meransang sel nauron lain secara
bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal ini di sebabkan oleh beberapa hal
anatar lain kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron untuk melepaskan
muatan listrik yang berlebihan ; berkurangnya inhibisi oleh neurotransmiter asam
gama amino gutirat(gaba); meningkatnya eksitasi oleh transmitter asam glutamate
dan aspartate melalui jalur eksitasi yang berulang. Status epileptikus terjadi oleh
karena proses eksitasi yang berlebihan yang berlangsung terus-menerus di samping
akibat inhibisi yang tidak sempurna.[ CITATION Yas162 \l 1057 ]
5. Manifestasi Klinis
a. Gejala kejang yang spesifik akan tergantung pada macam kejangnya. Jenis
kejang dapat bervariasi antara kejang namun sering serupa.
b. Kejang komplek persial dapat termaksud gambaran somatosensorik atau motor
vokal.
c. Kejang komplek persial dikaitkan dengan perubahan kesadaran .
d. Ketiadaan kejang tampak relatif ringan, dengan periode perubahan kesadaran
hanya sangat singkat (detik).
e. Kejang tonik Kronik umum merupakan episode konfunsif utama dan selalu
dikaitkan dengan kehilangan kesadaran.
(yuliana elin, 2009) dikutib dalam buku[ CITATION Nur15 \l 14345 ]
Berdasarkan tanda klinik dan data EEG kejang pada epilepsi di bagi menjadi:
a. Kejang umum (generalized seizure); jika aktivitas terjadi pada kedua hemisfer
otak secara bersama-sama. Kejang umum terbagi atas :
b. Tonic / cronic convulsion (grandmal)
Merupakan bentuk paling banyak terjadi pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas
terenga-engah, keluar air liur, bias terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit
lidah, terjadi beberapa menit, kemudian di ikuti lemah, kebingungan, sakit
kepala.
c. Abscense attacks /lena (petit mall)
Jenis yang jarang umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal
remaja penderita tiba-tiba meletotot atau matanya berkedip-kedip, dengan
kepala terkulei kejadiannya cuman beberapa detik dan bahkan sering tidak di
sadari
d. Myoclonic seizure
Biasanya terjadi pada pagi hari setelah bangun tidur pasien mengalami
sentakan yang tiba-tiba. Jenis yang sama (tapi non epileptik) bias terjadi pada
pasien normal atonik seizure jarang terjadi pasien tiba-tiba kehilangan oto
jantung tapi bias segera recovered.
e. Kejang parsial/fokal jika di mulai dari daerah tertentu dari otak. Kejang parsial
terbagi menjadi
1) Simpel parsiel seizure
Pasien tidak kehilangan kesadaran rejadi sentakan-sentakan pada bagian
terntentu dari tubuh.
2) Complex parsial seizure
Pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: Gerakan mengunyah,
meringis, dan lain-lain tanpa kesadaran.
6. Pathway Keperawatan
Idiopatik, herediter,
CV trauma Ketidakseimbangan aliran
System saraf
kelahiran, infeksi perinatal, listrik pada sel saraf
meningitis, dll
Epilepsi
Hilang tonus otot Hambatan mobilitas
fisik
Pengobatan, Ketidakmampuan
Defisiensi pengetahuan koping keluarga
keperawatan
keterbatasan Ansiestas
Perubahan proses
keluarga
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
8. Penatalaksanaan
a. Non farmokologi
1) Amati faktor pemicu
2) Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalya : stress, OR, komsumsi kopi
atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dan lain-lain
b. Farmakologi
1) Obat anti epilepsi (OAE) mulai di berkan apabila diagnosis epilepsi sudah di
pastikan, terdapat minimum 2 kali bangkitan dalam setahun. Selain itu
pasien dan keluarganya harus terlebih dahulu di beri penjelasan megenai
tujuan pengobatan dan efek samping dari pengobatan tersebut.
2) Pemberian obat di mulai dari dosis rendah dan dinaikkan secara bertahan
sampai dengan dosis efektif tercapai atau timbul efek samping obat.
3) Apabila dengan penggunakan OAE dosis maksimum tidak dapat
mengontrol bangkitan, maka tambahkan OAE ke dua di mana bila sudah
mencapai dosis terapi,maka OAE pertama dosisnya di turunkan secara
perlahan
Adapun penambahan OAE ketiga baru di berikan setelah terbukti
bangkitan tidak terkontrol dengan pemberian OAE pertama dan ke dua
9. Komplikasi
a. Terdapat beberapa alasan mengapa penderita epilepsi yang tengah mengalami
kejang-kejang perlu mendapatkan penanganan yang secepatnya. Hal tersebut di
karenakan bertujuan untuk menghindari berbagai komplikasi dan siatuasi yang
dapat membahayakan kondisi penderitanya. Seperti halnya terjatuh, tenggelam
atau mengalami kecelakaan saat hendak berkendara akibat kejang.
b. Bahkan selain dari pada itu, komplikasi epilepsi berupa masalah kesehatan
metal yang muncul akibat epilepsi juga tidak boleh di anggap enteng. Sebab
penderita bisa saja mencoba bunuh diri akibat merasa depresi dan stres berat
dengan kondisinya tersebut ataupun di karenakan efek samping dari pada obat
anti-epilepsi yang di konsumsi. Dalam hal ini, keluarga serta orang-orang
terdekat dengan penderita sangat di butuhkan untuk memberikan dukungan dan
semangat kepadanya.
c. Adapun dalam kasus yang jarang terjadi, epilepsi juga dapat menimbulkan
komplikasi berupa status epileptikus. Adapun status epilepsatikus ini sendiri
adalah kondisi pada saat penderita engalami kejang dengan durasi lebih dari
pada 5 menit atau serangkaian pendek. Biasanya penderita sattus epileptikus ini
berada dalam keadaan benar-benar tidak sadar pada saat serangkaian kejang
pendek sekali. Bahkan status epileptikus dapat menyebabkan keruksakan pada
otak secara permanen bahkan kematian.
d. Kematian mendadak juga merupakan salah satu komplikasi dari epilepsi.
Hingga pada saat ini kematian mendadak pada penderita peilepsi belum di
ketahui secara pasti. Banyak dari para ahli yang menyatakan bahwasannya hal
tersebut berkaitan dengan dengan kondisi jantung dan pernapasan penderita.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata : identitas klien
c. Riwayat penyakit sekarang: kejang, terjadi aura, dan tidak sadarkan diri.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan spasme pada jalan
napas
b. Resiko cedera berhubungan dengan tingkat kesadaran, gelisah, gerakan
involunter dan kejang
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali dan masa
otot
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, kurang pemajanan, atau kesalahan interpretasi
informasi.
3. Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan KH Intervensi Rasional
DX
1. Setelah dilakukan -Lepaskan pakaian - Memfasilitasi usaha
tindakan pada daerah bernapas/ekspansi
keperawatan selama leher/dada, dada
1 x 24 jam maka abdomen - Dapat mencegah
bersihan jalan nafas -Masukkan spatel tergigitnya lidah,
teratasi dengan KH : lidah/jalan napas dan memfasilitasi
Frekuensi nafas buatan saat melakukan
dalam batas normal -Lakukan penghisapan penghisapan lendir,
sesuai sesuai atau memberi
indikasi sokongan
-Kolaborasi Berikan pernapasan jika
tambahan O2 diperlukan
- Menurunkan risiko
aspirasi atau
asfiksia
- Kolaborasi
- Dapat menurunkan
hipoksia serebral
2. setelah dilakukan - Kaji karakteristik - Untuk mngetahui
tindakan kejang seberapa besar
keperawatan selama - Jauhkan pasien tingkatan kejang
1 x 24 jam maka dari benda benda yang dialami
pola nafas tidak tajam / pasien sehingga
efektif teratasi membahayakan pemberian
dengan KH : bagi pasien intervensi berjalan
- Dapat mengurangi - Pasang penghalang lebih baik
risiko cidera pada tempat tidur pasien - Benda tajam dapat
pasien - Letakkan pasien melukai dan
dalam posisi mencederai fisik
miring, permukaan pasien
datar - Penjagaan untuk
- Kolaborasi dalam keamanan, untuk
pemberian obat mencegah cidera
anti kejang atau jatuh
- meningkatkan
aliran (drainase)
sekret, mencegah
lidah jatuh dan
menyumbat jalan
nafas
- Obat anti kejang
dapat mengurangi
derajat kejang
yang dialami
pasien, sehingga
resiko untuk cidera
pun berkurang
3. setelah dilakukan 1. Jauhkan - Mengetahui
tindakan pasien dari apakah ada suara
keperawatan selama benda benda tambahan
1 x 24 jam maka tajam / - Untuk mencegah
gangguan pertukaran membahayaka hipersemia
gas teratasi dengan n bagi pasien - Untuk
KH : mengeluarkakn
- TTV dalam secret atau sputum
batas normal - Untuk mendilatasi
- Memilhara jalan nafas dan
kebersihan paru mendapatkan
dan bebas dari penanganan secara
suara abnormal akurat
paru
4. Setelah dilakukan 1. Segera - Mengetahui
tindakan letakkan keadaan umum
keperawatan selama sendok di pasien
1 x 24 jam masalah mulut pasien
- Sebagai dasar
intoleransi aktifitas yaitu diantara
dapat teratasi dengan rahang pasien untuk memberikan
kriteria hasil : latihan gerak
- Pasien dapat pasien
melakukan - Membantu
aktifitas secara memenuhi
bertahap kebutuhan ADL
- Pasien dapat
pasien
beraktifitas
tanpa bantuan - Membantu
orang lain memilih latihan
gerak sesuai
kemampuan pasien
- Mendukung pasien
untuk memenuhi
kebutuhan ADL
5. setelah dilakukan 1. Kolaborasi - Untuk mengetahui
tindakan selama dalam apakah ada alergi
3x24 jam maka pemberian atau tidak
gangguan pola obat anti
- Untuk memenuhi
nutrisi teratasi kejang kebutuhan nutrisi
dengan KH: - Untuk memberi
- Nafsu makan informasi tentang
bertambah
pentinngnya
- Tidak mual
muntah kebutuhan nutrisi
- Untuk mencegah
terjadinya mal
nutrisi dan
penurunan bb