Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS EPILEPSI

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DISUSUN OLEH :

RAHMADANI MANSYUR
NIM : 2019032076

CI INSTITUSI

Ns. Ardin S Hentu, S.Kep., M.Kes

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020
KONSEP TEORITIS
1. Definisi
Epilepsi adalah kejang yang menyarang seseorang yang tampak sehat atau
sebagai suatu ekserbasi dalam kondisi sakit kronis sebagai akibat oleh disfungsi
otak sessaat di manifestasikan sebagai fenomena motorik, sensorik otonomik, atau
psikis yang abnormal. Epilepsi merupakan akibat dari gangguan otak kronis dengan
serangan kejang spontan yang berulang ( satyanegara, 2010)[ CITATION
Placeholder2 \l 14345 ]
Epilepsi adalah gejala komplek dari gangguan fungsi otak yang berat yang di
karakteristikkan oleh kejang berulang. Sehingga epilepsy bukan penyakit tetapi
suatu gejala. (brunner and sudarth)[ CITATION Nur15 \l 14345 ]

2. Anatomi Dan Fisiologi


Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan
serta terdiri terutama dari jaringan saraf yang berfungsi untuk menyelenggarakan
kerjasama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh.
Sistem saraf terdiri atas sel saraf (neuron) dan sel penyokong (neuroglia dan
sel schwann). Kedua jenis sel tersebut berkaitan erat satu sama lain sehingga
bersama-sama berfungsi sebagai suatu unit.
Susunan saraf pusat manusia terdiri atas sekitar 100 miliar neuron. Neuron
adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomi dan fungsional sistem
persarafan.
Gambar 1.1 struktur neuron
Neuron terdiri dari:
a. Badan sel
Secara relatif badan sel lebih besar dan mengelilingi nukleus yang
didalamnya terdapat nukleolus. Disekelilingnya terdapat perikarion yang berisi
neurofilamen yang berkelompok yang disebut neurofibril. Diluarnya
terhubungkan dengan dendrit dan akson yang memberikan dukungan terhadp
proses-proses fisiologis.dendrit
b. Dendrit
Dendrit adalah tonjolon yang menghantarkan informasi menuju badan sel.
Dendrit merupakan bagian yang menjulur keluar dari badan sel dan menjalar
kesegala arah. Khususnya dikorteks serebri dan serebellum, dendrit mempunyai
tonjolan-tonjolan kecil bulat, yang disebut tonjolan dendrit. Neuron tertentu juga
mempunyai akson fibrosa yang panjang yang berasal dari daerah yang agak tebal
dibadan sel yaitu akson hilok (bukit akson).
c. Akson
Tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi keluar dari
badan sel disebut akson. Dendrit dan akson secara kolektif sering disebut
sebagai serabut saraf atau tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima,
menyampaikan dan menerusakan pesan-pesan neural disebabkan saraf khusus
membran sel neuron yang mudah dirangsang dan dapat menghantarkan pesan
elektrokimia. Serangan epilepsi akan muncul apabila sekelompok kecil neuron
abnormal mengalami depolarisasi yang berkepanjangan berkenaan dengan
cetusan potensial aksi secara tepat dan berulang-ulang. Secara klinis serangan
epilepsi akan tampak apabila cetusan listrik dari sejumlah besar neuron
abnormal muncul secara bersamaan.

3. Etiologi
Masalah dasarnya diperkirakan dari gangguan listrik distritmia pada sel saraf
pada salah satu bagian otak, yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan listrik
abnormal, berulang, dan tidak terkontrol.

Menurut Mansjoer, Arif etiologi dari epilepsi adalah:[ CITATION Nur15 \l 1057 ]
a. Idiopatik, sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik
b. Faktor herediter, ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang di sertai
bangkitan kejang seperti sklerosis tuberose, neurofibromatosis, hipoglikemi,
hipopratiroidisme, angiomatosis ensefalotrigeminal, fenilketonuria
c. Faktor genetik, pada kejang demam dan breath holding spell
d. Kelainan kongenital otak, atrofi, parosenfali, agenesis korpus kolosium
e. Gangguan metabolik, hipernatremia, hiponatremia, hipokalsemia,
hopoglikemia
f. Infeksi, radang yang di sebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya
toksoplasmosis
g. Truma, kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural
h. Neoplasma otak dan selaputnya
i. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
j. Keracunan; Timbale (Pb), kamper (kapur barus), fenotiazin, air
k. Lain-lain; Penyakit darah, gangguan keseimbangan hormon, degenarasi
serebral dll.

4. Patofisiologi
Keseimbangan potensial membran sel, dalam hal ini adalah sel saraf pusat,
membutuhan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada
permukaan sel. Gangguan pada keseimbangan potensial membran sel dapat
menyebabkan gangguan pada depolarisasi dan repolarisasi sel yang berdampak
pada aktifitas sel tersebut. Keseimbangan potensial membran itu sendiri dapat di
ubah dengan beberapa antara lain perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler,
rangsangan yang datang secara baik karena proses penyakit maupun keturunan.
[ CITATION Yas162 \l 1057 ]
Mekanisme dari kejang adalah peningkatan aktifitas listrik yang berlebihan
pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan meransang sel nauron lain secara
bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal ini di sebabkan oleh beberapa hal
anatar lain kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron untuk melepaskan
muatan listrik yang berlebihan ; berkurangnya inhibisi oleh neurotransmiter asam
gama amino gutirat(gaba); meningkatnya eksitasi oleh transmitter asam glutamate
dan aspartate melalui jalur eksitasi yang berulang. Status epileptikus terjadi oleh
karena proses eksitasi yang berlebihan yang berlangsung terus-menerus di samping
akibat inhibisi yang tidak sempurna.[ CITATION Yas162 \l 1057 ]

5. Manifestasi Klinis
a. Gejala kejang yang spesifik akan tergantung pada macam kejangnya. Jenis
kejang dapat bervariasi antara kejang namun sering serupa.
b. Kejang komplek persial dapat termaksud gambaran somatosensorik atau motor
vokal.
c. Kejang komplek persial dikaitkan dengan perubahan kesadaran .
d. Ketiadaan kejang tampak relatif ringan, dengan periode perubahan kesadaran
hanya sangat singkat (detik).
e. Kejang tonik Kronik umum merupakan episode konfunsif utama dan selalu
dikaitkan dengan kehilangan kesadaran.
(yuliana elin, 2009) dikutib dalam buku[ CITATION Nur15 \l 14345 ]

Berdasarkan tanda klinik dan data EEG kejang pada epilepsi di bagi menjadi:
a. Kejang umum (generalized seizure); jika aktivitas terjadi pada kedua hemisfer
otak secara bersama-sama. Kejang umum terbagi atas :
b. Tonic / cronic convulsion (grandmal)
Merupakan bentuk paling banyak terjadi pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas
terenga-engah, keluar air liur, bias terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit
lidah, terjadi beberapa menit, kemudian di ikuti lemah, kebingungan, sakit
kepala.
c. Abscense attacks /lena (petit mall)
Jenis yang jarang umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal
remaja penderita tiba-tiba meletotot atau matanya berkedip-kedip, dengan
kepala terkulei kejadiannya cuman beberapa detik dan bahkan sering tidak di
sadari

d. Myoclonic seizure
Biasanya terjadi pada pagi hari setelah bangun tidur pasien mengalami
sentakan yang tiba-tiba. Jenis yang sama (tapi non epileptik) bias terjadi pada
pasien normal atonik seizure jarang terjadi pasien tiba-tiba kehilangan oto
jantung tapi bias segera recovered.
e. Kejang parsial/fokal jika di mulai dari daerah tertentu dari otak. Kejang parsial
terbagi menjadi
1) Simpel parsiel seizure
Pasien tidak kehilangan kesadaran rejadi sentakan-sentakan pada bagian
terntentu dari tubuh.
2) Complex parsial seizure
Pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: Gerakan mengunyah,
meringis, dan lain-lain tanpa kesadaran.
6. Pathway Keperawatan
Idiopatik, herediter,
CV trauma Ketidakseimbangan aliran
System saraf
kelahiran, infeksi perinatal, listrik pada sel saraf
meningitis, dll
Epilepsi
Hilang tonus otot Hambatan mobilitas
fisik

petitmal Akimetis Mylonik

Keadan lemah dan tidak Kontraksi tidak sadar yang


sadar mendadak

Isolasi social defisiensi Perubahan status Aktivasi kejang


pengetahuan kesehatan

Jatuh Hipoksia Ketidak mampuan


keluarga mengambil
Kerusakan memori tindakan yang tepat
Resiko cedera

Pengobatan, Ketidakmampuan
Defisiensi pengetahuan koping keluarga
keperawatan
keterbatasan Ansiestas

Penyakit kronik Psikomotor Grandmal

Perubahan proses
keluarga

Ganguan neurologis Ganguan respiratori Spasme otot Hilang


pernapasan kesadaran
Ganguan perkembangan
Obstruksi
trakhebronkial
HDR

Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas

Sumber : [ CITATION Nur15 \l 14345 ]


7. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan dan magnetik resonance imaging (MRI) untuk mendeteksi lesi pada
otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif
serebral. Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang
tampak jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun
kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal
atau perinatal dengan defisit neurologik yang jelas.
b. Elektroensefalogram (EEG) untuk mengklasifikasi tipe kejang dan waktu
serangan.
c. Kimia darah : hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.
- Mengukur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah
- Menilai fungsi hati dan ginjal
- Menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat menunjukkan
adanya infeksi)

8. Penatalaksanaan
a. Non farmokologi
1) Amati faktor pemicu
2) Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalya : stress, OR, komsumsi kopi
atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dan lain-lain
b. Farmakologi
1) Obat anti epilepsi (OAE) mulai di berkan apabila diagnosis epilepsi sudah di
pastikan, terdapat minimum 2 kali bangkitan dalam setahun. Selain itu
pasien dan keluarganya harus terlebih dahulu di beri penjelasan megenai
tujuan pengobatan dan efek samping dari pengobatan tersebut.
2) Pemberian obat di mulai dari dosis rendah dan dinaikkan secara bertahan
sampai dengan dosis efektif tercapai atau timbul efek samping obat.
3) Apabila dengan penggunakan OAE dosis maksimum tidak dapat
mengontrol bangkitan, maka tambahkan OAE ke dua di mana bila sudah
mencapai dosis terapi,maka OAE pertama dosisnya di turunkan secara
perlahan
Adapun penambahan OAE ketiga baru di berikan setelah terbukti
bangkitan tidak terkontrol dengan pemberian OAE pertama dan ke dua

9. Komplikasi
a. Terdapat beberapa alasan mengapa penderita epilepsi yang tengah mengalami
kejang-kejang perlu mendapatkan penanganan yang secepatnya. Hal tersebut di
karenakan bertujuan untuk menghindari berbagai komplikasi dan siatuasi yang
dapat membahayakan kondisi penderitanya. Seperti halnya terjatuh, tenggelam
atau mengalami kecelakaan saat hendak berkendara akibat kejang.
b. Bahkan selain dari pada itu, komplikasi epilepsi berupa masalah kesehatan
metal yang muncul akibat epilepsi juga tidak boleh di anggap enteng.  Sebab
penderita bisa saja mencoba bunuh diri akibat merasa depresi dan stres berat
dengan kondisinya tersebut ataupun di karenakan efek samping dari pada obat
anti-epilepsi yang di konsumsi. Dalam hal ini, keluarga serta orang-orang
terdekat dengan penderita sangat di butuhkan untuk memberikan dukungan dan
semangat kepadanya.
c. Adapun dalam kasus yang jarang terjadi, epilepsi juga dapat menimbulkan
komplikasi berupa status epileptikus. Adapun status epilepsatikus ini sendiri 
adalah kondisi pada saat penderita engalami kejang dengan durasi lebih dari
pada 5 menit atau serangkaian pendek. Biasanya penderita sattus epileptikus ini
berada dalam keadaan benar-benar tidak sadar pada saat serangkaian kejang
pendek sekali. Bahkan status epileptikus dapat menyebabkan keruksakan pada
otak secara permanen bahkan kematian.
d. Kematian mendadak juga merupakan salah satu komplikasi dari epilepsi.
Hingga pada saat ini kematian mendadak pada penderita peilepsi belum di
ketahui secara pasti. Banyak dari para ahli yang menyatakan bahwasannya hal
tersebut berkaitan dengan dengan kondisi jantung dan pernapasan penderita.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata : identitas klien

b. Keluhan utama: untuk keluhan utama, keluarga pasien biasanya ketempat


pelayanan kesehatan karena klien yang mengalami penurunan kesadaran secara
tiba-tiba disertai mulut berbuih. Kadang-kadang klien / keluarga mengeluh
anaknya prestasinya tidak baik dan sering tidak mencatat. Klien atau keluarga
mengeluh sering berhenti mendadak bila diajak bicara.

c. Riwayat penyakit sekarang: kejang, terjadi aura, dan tidak sadarkan diri.

d. Riwayat penyakit dahulu:

e. Trauma lahir, asphixia neonatorum

f. Cedera kepala, infeksi sistem syaraf


1) Ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
2) Tumor otak
3) Kelainan pembuluh darah
4) Demam,Gangguan tidur
5) Penggunaan obat
6) Hiperventilasi
7) Stress emosional
g. Riwayat penyakit keluarga: pandangan yang mengatakan penyakit ayan
merupakan penyakit keturunan memang tidak semuanya keliru, sebab terdapat
dugaan terdapat 4-8% penyandang ayan diakibatkan oleh faktor keturunan.
1) Riwayat psikososial Intrapersonal :keluarga klien merasa cemas dengan
kondisi penyakit yang diderita.klien
2) Interpersonal : keluarga klien merasa bahwa klien terjadi gangguan
konsep diri dan hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit epilepsi (atau “ayan” yang lebih umum di masyarakat).
h. Pemeriksaan fisik (ROS)
1) B1 (breath): RR biasanya meningkat (takipnea) atau dapat terjadi apnea,
aspirasi
2) B2 (blood): Terjadi takikardia, cianosis
3) B3 (brain): penurunan kesadaran
4) B4 (bladder): oliguria atau dapat terjadi inkontinensia urine
5) B5 (bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun, inkontinensia alfi
6) B6 (bone): klien terlihat lemas, dapat terjadi tremor saat menggerakkan
anggota tubuh, mengeluh meriang

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan spasme pada jalan
napas
b. Resiko cedera berhubungan dengan tingkat kesadaran, gelisah, gerakan
involunter dan kejang
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali dan masa
otot
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, kurang pemajanan, atau kesalahan interpretasi
informasi.
3. Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan KH Intervensi Rasional
DX
1. Setelah dilakukan -Lepaskan pakaian - Memfasilitasi usaha
tindakan pada daerah bernapas/ekspansi
keperawatan selama leher/dada, dada
1 x 24 jam maka abdomen - Dapat mencegah
bersihan jalan nafas -Masukkan spatel tergigitnya lidah,
teratasi dengan KH : lidah/jalan napas dan memfasilitasi
Frekuensi nafas buatan saat melakukan
dalam batas normal -Lakukan penghisapan penghisapan lendir,
sesuai sesuai atau memberi
indikasi sokongan
-Kolaborasi Berikan pernapasan jika
tambahan O2 diperlukan
- Menurunkan risiko
aspirasi atau
asfiksia
- Kolaborasi
- Dapat menurunkan
hipoksia serebral
2. setelah dilakukan - Kaji karakteristik - Untuk mngetahui
tindakan kejang seberapa besar
keperawatan selama - Jauhkan pasien tingkatan kejang
1 x 24 jam maka dari benda benda yang dialami
pola nafas tidak tajam / pasien sehingga
efektif teratasi membahayakan pemberian
dengan KH : bagi pasien intervensi berjalan
- Dapat mengurangi - Pasang penghalang lebih baik
risiko cidera pada tempat tidur pasien - Benda tajam dapat
pasien - Letakkan pasien melukai dan
dalam posisi mencederai fisik
miring, permukaan pasien
datar - Penjagaan untuk
- Kolaborasi dalam keamanan, untuk
pemberian obat mencegah cidera
anti kejang atau jatuh
- meningkatkan
aliran (drainase)
sekret, mencegah
lidah jatuh dan
menyumbat jalan
nafas
- Obat anti kejang
dapat mengurangi
derajat kejang
yang dialami
pasien, sehingga
resiko untuk cidera
pun berkurang
3. setelah dilakukan 1. Jauhkan - Mengetahui
tindakan pasien dari apakah ada suara
keperawatan selama benda benda tambahan
1 x 24 jam maka tajam / - Untuk mencegah
gangguan pertukaran membahayaka hipersemia
gas teratasi dengan n bagi pasien - Untuk
KH : mengeluarkakn
- TTV dalam secret atau sputum
batas normal - Untuk mendilatasi
- Memilhara jalan nafas dan
kebersihan paru mendapatkan
dan bebas dari penanganan secara
suara abnormal akurat
paru
4. Setelah dilakukan 1. Segera - Mengetahui
tindakan letakkan keadaan umum
keperawatan selama sendok di pasien
1 x 24 jam masalah mulut pasien
- Sebagai dasar
intoleransi aktifitas yaitu diantara
dapat teratasi dengan rahang pasien untuk memberikan
kriteria hasil : latihan gerak
- Pasien dapat pasien
melakukan - Membantu
aktifitas secara memenuhi
bertahap kebutuhan ADL
- Pasien dapat
pasien
beraktifitas
tanpa bantuan - Membantu
orang lain memilih latihan
gerak sesuai
kemampuan pasien
- Mendukung pasien
untuk memenuhi
kebutuhan ADL
5. setelah dilakukan 1. Kolaborasi - Untuk mengetahui
tindakan selama dalam apakah ada alergi
3x24 jam maka pemberian atau tidak
gangguan pola obat anti
- Untuk memenuhi
nutrisi teratasi kejang kebutuhan nutrisi
dengan KH: - Untuk memberi
- Nafsu makan informasi tentang
bertambah
pentinngnya
- Tidak mual
muntah kebutuhan nutrisi
- Untuk mencegah
terjadinya mal
nutrisi dan
penurunan bb

1. Identifikasi faktor lingkungan yan menungkinkan resiko terjadinya cedera.


Rasional : Barang-baranf di sekitar pasien dapat membahayakan saat terjadi
kejang.
2. Pantau status neurologi setiap 8 jam
Rasional : Mengidentifikasi perkembangan atau penyimpangan hasil yang di
harapkan.
3. Jauhkan benda- benda yang dapat mengakibatkan terjadinya cedera pada pasien
saat terjadi kejang.
Rasional : Mengurangi terjadinya cedera seperti akibat aktivitas kejang yang
tidak terkontrol
4. Pasang penghalang tempat tidur pasien
Rasional : Penjagaan untuk keamanan, untuk mencegah cidera atau jatuh
5. Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda / zat tertentu / gigi palsu
atau alat yang lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup
jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal.
Rasional : menurunkan resiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing ke
faring
6. Letakkan pasien dalam posisi miring, permukaan datar
Rasional : meningkatkan aliran (drainase) sekret, mencegah lidah jatuh dan
menyumbat jalan nafas
7. Berikan oksigen sesuai program terapi
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan oksigen agar tetap adekuat, dapat
menurunkan hipoksia serebral sebagai akibat dari sirkulasi yang menurun atau
oksigen sekunder terhadap spasme vaskuler selama serangan kejang.
8. Identifikasi dengan pasien, faktor- faktor yang berpengaruh pada perasaan
isolasi sosial pasien
Rasional : Memberi informasi pada perawat tentang faktor yang menyebabkan
isolasi sosial pasien
9. Memberikan dukungan psikologis dan motivasi pada pasien
Rasional : Dukungan psikologis dan motivasi dapat membuat pasien lebih
percaya diri
10. Kolaborasi dengan tim psikiater
Rasional : Konseling dapat membantu mengatasi perasaan terhadap kesadaran
diri sendiri
11. Anjurkan keluarga untuk memberi motivasi kepada pasien
Rasional : Keluarga sebagai orang terdekat pasien, sangat mempunyai pengaruh
besar dalam keadaan psikologis pasien
4. Discharge Planning
1. Epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonfulsi yang di
gunakan sepanjang kehamilan
2. Infeksi pada masa kanak-kanak (campak,penyakit gondongan,meningitis
bakteri)harus di kontrol dengan vaksinasi yang benar.
3. Program skirining untuk mengindentifikasi anak gangguan kejang pada usia
dini,dan program pencegahan dengan penggunaan obat-obat anti konfulsan
sesuai aturan
4. Mengurangi rasa takut terhadap kejang dangan mengetahui penyebab dan cara
penangan kejang itu sendi
5. Konsultasikan terhadap tim medis jika terjadi kejang berulang
DAFTAR PUSTAKA

Kristanto, A. (2017). Epilepsi Bangkitan Umum Tionik-Klonik di UGD RSUP


Sanglah Denpasar- Bali. Intisari Sain Medis 2017, Volume 8, Number 1 : 69-
37 , 71.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diangnosa Keperawatan Medis dan NANDA NIC NOC. Jogjakarta:
Mediaction.
Yasmara, D., Nursiswati, & Arafat, R. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal-Bedah : Diagnosis NANDA-I 2015-2017 Intervensi NIC Hasil NOC.
jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai