Anda di halaman 1dari 22

A.

KONSEP TEORITIS
1. DEFINISI
Epilepsi adalah kejang yang menyarang seseorang yang tampak sehat atau
sebagai suatu ekserbasi dalam kondisi sakit kronis sebagai akibat oleh
disfungsi otak sessaat di manifestasikan sebagai fenomena motorik, sensorik
otonomik, atau psikis yang abnormal. Epilepsi merupakan akibat dari
gangguan otak kronis dengan serangan kejang spontan yang berulang
( satyanegara, 2010) (Yasmara, Nursiswati, & Arafat, Rencana Asuhan
Keperawatan Medikal-Bedah : Diagnosis NANDA-I 2015-2017 Intervensi
NIC Hasil NOC, 2016)
Epilepsi adalah gejala komplek dari gangguan fungsi otak yang berat yang
di karakteristikkan oleh kejang berulang. Sehingga epilepsy bukan penyakit
tetapi suatu gejala. (brunner and sudarth) (Nurarif & Kusuma, 2015)

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan
serta terdiri terutama dari jaringan saraf yang berfungsi untuk
menyelenggarakan kerjasama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi
kegiatan tubuh.
Sistem saraf terdiri atas sel saraf (neuron) dan sel penyokong (neuroglia
dan sel schwann). Kedua jenis sel tersebut berkaitan erat satu sama lain
sehingga bersama-sama berfungsi sebagai suatu unit.
Susunan saraf pusat manusia terdiri atas sekitar 100 miliar neuron.
Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomi dan fungsional
sistem persarafan.
Neuron terdiri dari:
a. Badan sel
Secara relatif badan sel lebih besar dan mengelilingi nukleus yang
didalamnya terdapat nukleolus. Disekelilingnya terdapat perikarion yang
berisi neurofilamen yang berkelompok yang disebut neurofibril.
Diluarnya terhubungkan dengan dendrit dan akson yang memberikan
dukungan terhadp proses-proses fisiologis.

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


b. Dendrit
Dendrit adalah tonjolon yang menghantarkan informasi menuju
badan sel. Dendrit merupakan bagian yang menjulur keluar dari badan sel
dan menjalar kesegala arah. Khususnya dikorteks serebri dan serebellum,
dendrit mempunyai tonjolan-tonjolan kecil bulat, yang disebut tonjolan
dendrit. Neuron tertentu juga mempunyai akson fibrosa yang panjang
yang berasal dari daerah yang agak tebal dibadan sel yaitu akson hilok
(bukit akson).
c. Akson
Tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi
keluar dari badan sel disebut akson. Dendrit dan akson secara kolektif
sering disebut sebagai serabut saraf atau tonjolan saraf. Kemampuan
untuk menerima, menyampaikan dan menerusakan pesan-pesan neural
disebabkan saraf khusus membran sel neuron yang mudah dirangsang dan
dapat menghantarkan pesan elektrokimia. Serangan epilepsi akan muncul
apabila sekelompok kecil neuron abnormal mengalami depolarisasi yang
berkepanjangan berkenaan dengan cetusan potensial aksi secara tepat dan
berulang-ulang. Secara klinis serangan epilepsi akan tampak apabila
cetusan listrik dari sejumlah besar neuron abnormal muncul secara
bersamaan.

3. ETIOLOGI
Masalah dasarnya diperkirakan dari gangguan listrik distritmia pada sel
saraf pada salah satu bagian otak, yang menyebabkan sel ini mengeluarkan
muatan listrik abnormal, berulang, dan tidak terkontrol.
Menurut Mansjoer, Arif etiologi dari epilepsi adalah: (Nurarif & Kusuma,
2015)
a. Idiopatik, sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik
b. Faktor herediter, ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang di
sertai bangkitan kejang seperti sklerosis tuberose, neurofibromatosis,
hipoglikemi, hipopratiroidisme, angiomatosis ensefalotrigeminal,
fenilketonuria

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


c. Faktor genetik, pada kejang demam dan breath holding spell
d. Kelainan kongenital otak, atrofi, parosenfali, agenesis korpus kolosium
e. Gangguan metabolik, hipernatremia, hiponatremia, hipokalsemia,
hopoglikemia
f. Infeksi, radang yang di sebabkan bakteri atau virus pada otak dan
selaputnya toksoplasmosis
g. Truma, kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural
h. Neoplasma otak dan selaputnya
i. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
j. Keracunan; Timbale (Pb), kamper (kapur barus), fenotiazin, air
k. Lain-lain; Penyakit darah, gangguan keseimbangan hormon, degenarasi
serebral dll.

4. PATOFISIOLOGI
Keseimbangan potensial membran sel, dalam hal ini adalah sel saraf pusat,
membutuhan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada
permukaan sel. Gangguan pada keseimbangan potensial membran sel dapat
menyebabkan gangguan pada depolarisasi dan repolarisasi sel yang
berdampak pada aktifitas sel tersebut. Keseimbangan potensial membran itu
sendiri dapat di ubah dengan beberapa antara lain perubahan konsentrasi ion di
ruang ekstraseluler, rangsangan yang datang secara baik karena proses
penyakit maupun keturunan. (Yasmara, Nursiswati, & Arafat, 2016)
Mekanisme dari kejang adalah peningkatan aktifitas listrik yang
berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan meransang sel
nauron lain secara bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal ini di
sebabkan oleh beberapa hal anatar lain kemampuan membran sel sebagai
pacemaker neuron untuk melepaskan muatan listrik yang berlebihan ;
berkurangnya inhibisi oleh neurotransmiter asam gama amino gutirat(gaba);
meningkatnya eksitasi oleh transmitter asam glutamate dan aspartate melalui
jalur eksitasi yang berulang. Status epileptikus terjadi oleh karena proses
eksitasi yang berlebihan yang berlangsung terus-menerus di samping akibat
inhibisi yang tidak sempurna. (Yasmara, Nursiswati, & Arafat, 2016)

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


5. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala kejang yang spesifik akan tergantung pada macam kejangnya.
Jenis kejang dapat bervariasi antara kejang namun sering serupa.
b. Kejang komplek persial dapat termaksud gambaran somatosensorik atau
motor vokal.
c. Kejang komplek persial dikaitkan dengan perubahan kesadaran .
d. Ketiadaan kejang tampak relatif ringan, dengan periode perubahan
kesadaran hanya sangat singkat (detik).
e. Kejang tonik Kronik umum merupakan episode konfunsif utama dan
selalu dikaitkan dengan kehilangan kesadaran.
(yuliana elin, 2009) dikutib dalam buku (Nurarif & Kusuma, 2015)

Berdasarkan tanda klinik dan data EEG kejang pada epilepsi di bagi menjadi:
a. Kejang umum (generalized seizure); jika aktivitas terjadi pada kedua
hemisfer otak secara bersama-sama. Kejang umum terbagi atas :
b. Tonic / cronic convulsion (grandmal)
Merupakan bentuk paling banyak terjadi pasien tiba-tiba jatuh, kejang,
nafas terenga-engah, keluar air liur, bias terjadi sianosis, ngompol, atau
menggigit lidah, terjadi beberapa menit, kemudian di ikuti lemah,
kebingungan, sakit kepala.
c. Abscense attacks /lena (petit mall)
Jenis yang jarang umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal
remaja penderita tiba-tiba meletotot atau matanya berkedip-kedip,
dengan kepala terkulei kejadiannya cuman beberapa detik dan bahkan
sering tidak di sadari
d. Myoclonic seizure
Biasanya terjadi pada pagi hari setelah bangun tidur pasien mengalami
sentakan yang tiba-tiba. Jenis yang sama (tapi non epileptik) bias terjadi
pada pasien normal atonik seizure jarang terjadi pasien tiba-tiba
kehilangan oto jantung tapi bias segera recovered.
e. Kejang parsial/fokal jika di mulai dari daerah tertentu dari otak. Kejang
parsial terbagi menjadi

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


1) Simpel parsiel seizure
Pasien tidak kehilangan kesadaran rejadi sentakan-sentakan pada
bagian terntentu dari tubuh.
2) Complex parsial seizure
Pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: Gerakan
mengunyah, meringis, dan lain-lain tanpa kesadaran.

6.

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


PATHWAY KEPERAWATAN
Idiopatik, herediter, trauma
CV System saraf Ketidakseimbangan aliran
kelahiran, infeksi perinatal,
meningitis, dll listrik pada sel saraf

Epilepsi
Hilang tonus otot Hambatan mobilitas fisik

petitmal Akimetis Mylonik

Keadan lemah dan tidak Kontraksi tidak sadar yang


sadar mendadak

Isolasi social defisiensi Perubahan status Aktivasi kejang


pengetahuan kesehatan

Jatuh Hipoksia Ketidak mampuan


keluarga mengambil
Resiko cedera Kerusakan memori tindakan yang tepat

Ketidakmampuan
Pengobatan, Defisiensi pengetahuan
keperawatan koping keluarga
Ansiestas
keterbatasan

Penyakit kronik Psikomotor Grandmal

Perubahan proses
keluarga

Ganguan neurologis Ganguan respiratori Spasme otot Hilang


pernapasan kesadaran
Ganguan perkembangan
Obstruksi
HDR trakhebronkial

Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas

Sumber : (Nurarif & Kusuma, 2015)

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CT Scan dan magnetik resonance imaging (MRI) untuk mendeteksi lesi
pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan
degeneratif serebral. Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan
jaringan otak yang tampak jelas pada CT scan atau magnetic resonance
imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi
dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit
neurologik yang jelas.
b. Elektroensefalogram (EEG) untuk mengklasifikasi tipe kejang dan waktu
serangan.
c. Kimia darah : hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.
- Mengukur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah
- Menilai fungsi hati dan ginjal
- Menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat
menunjukkan adanya infeksi)

8. PENATALAKSANAAN
a. Non farmokologi
1) Amati faktor pemicu
2) Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalya : stress, OR, komsumsi
kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dan lain-
lain
b. Farmakologi
1) Obat anti epilepsi (OAE) mulai di berkan apabila diagnosis epilepsi
sudah di pastikan, terdapat minimum 2 kali bangkitan dalam setahun.
Selain itu pasien dan keluarganya harus terlebih dahulu di beri
penjelasan megenai tujuan pengobatan dan efek samping dari
pengobatan tersebut.
2) Pemberian obat di mulai dari dosis rendah dan dinaikkan secara
bertahan sampai dengan dosis efektif tercapai atau timbul efek
samping obat.

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


3) Apabila dengan penggunakan OAE dosis maksimum tidak dapat
mengontrol bangkitan, maka tambahkan OAE ke dua di mana bila
sudah mencapai dosis terapi,maka OAE pertama dosisnya di turunkan
secara perlahan
Adapun penambahan OAE ketiga baru di berikan setelah terbukti
bangkitan tidak terkontrol dengan pemberian OAE pertama dan ke
dua

9. KOMPLIKASI
a. Terdapat beberapa alasan mengapa penderita epilepsi yang tengah
mengalami kejang-kejang perlu mendapatkan penanganan yang
secepatnya. Hal tersebut di karenakan bertujuan untuk menghindari
berbagai komplikasi dan siatuasi yang dapat membahayakan kondisi
penderitanya. Seperti halnya terjatuh, tenggelam atau mengalami
kecelakaan saat hendak berkendara akibat kejang.
b. Bahkan selain dari pada itu, komplikasi epilepsi berupa masalah
kesehatan metal yang muncul akibat epilepsi juga tidak boleh di anggap
enteng.  Sebab penderita bisa saja mencoba bunuh diri akibat merasa
depresi dan stres berat dengan kondisinya tersebut ataupun di karenakan
efek samping dari pada obat anti-epilepsi yang di konsumsi. Dalam hal
ini, keluarga serta orang-orang terdekat dengan penderita sangat di
butuhkan untuk memberikan dukungan dan semangat kepadanya.
c. Adapun dalam kasus yang jarang terjadi, epilepsi juga dapat
menimbulkan komplikasi berupa status epileptikus. Adapun status
epilepsatikus ini sendiri  adalah kondisi pada saat penderita engalami
kejang dengan durasi lebih dari pada 5 menit atau serangkaian pendek.
Biasanya penderita sattus epileptikus ini berada dalam keadaan benar-
benar tidak sadar pada saat serangkaian kejang pendek sekali. Bahkan
status epileptikus dapat menyebabkan keruksakan pada otak secara
permanen bahkan kematian.
d. Kematian mendadak juga merupakan salah satu komplikasi dari epilepsi.
Hingga pada saat ini kematian mendadak pada penderita peilepsi belum

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


di ketahui secara pasti. Banyak dari para ahli yang menyatakan
bahwasannya hal tersebut berkaitan dengan dengan kondisi jantung dan
pernapasan penderita.

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata : identitas klien

b. Keluhan utama: untuk keluhan utama, keluarga pasien biasanya ketempat


pelayanan kesehatan karena klien yang mengalami penurunan kesadaran
secara tiba-tiba disertai mulut berbuih. Kadang-kadang klien / keluarga
mengeluh anaknya prestasinya tidak baik dan sering tidak mencatat. Klien
atau keluarga mengeluh sering berhenti mendadak bila diajak bicara.

c. Riwayat penyakit sekarang: kejang, terjadi aura, dan tidak sadarkan diri.

d. Riwayat penyakit dahulu:

e. Trauma lahir, asphixia neonatorum

f. Cedera kepala, infeksi sistem syaraf


1) Ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
2) Tumor otak
3) Kelainan pembuluh darah
4) Demam,Gangguan tidur
5) Penggunaan obat
6) Hiperventilasi
7) Stress emosional
g. Riwayat penyakit keluarga: pandangan yang mengatakan penyakit ayan
merupakan penyakit keturunan memang tidak semuanya keliru, sebab
terdapat dugaan terdapat 4-8% penyandang ayan diakibatkan oleh faktor
keturunan.
1) Riwayat psikososial Intrapersonal :keluarga klien merasa cemas
dengan kondisi penyakit yang diderita.klien
2) Interpersonal : keluarga klien merasa bahwa klien terjadi gangguan
konsep diri dan hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit epilepsi (atau “ayan” yang lebih umum di masyarakat).
h. Pemeriksaan fisik (ROS)
ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX
1) B1 (breath): RR biasanya meningkat (takipnea) atau dapat terjadi
apnea, aspirasi
2) B2 (blood): Terjadi takikardia, cianosis
3) B3 (brain): penurunan kesadaran
4) B4 (bladder): oliguria atau dapat terjadi inkontinensia urine
5) B5 (bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun, inkontinensia
alfi
6) B6 (bone): klien terlihat lemas, dapat terjadi tremor saat
menggerakkan anggota tubuh, mengeluh meriang

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan spasme pada
jalan napas
b. Perfusi jarigan serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen kejaringan serebral
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali dan
masa otot
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang pemajanan, atau
kesalahan interpretasi informasi.
e. Ansietas berhubungan kurang pengetahuan mengenai penyakit
f. Resiko cedera berhubungan dengan resiko tingkat kesadaran, gelisah,
gerakan involunter dan kejang

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Lepaskan pakaian pada daerah 1. Memfasilitasi usaha
bersihan jalan napas keperawatan selama 3 x 24 leher/dada, abdomen bernapas/ekspansi dada
berhubungan dengan jam diharapkan bersihan jalan 2. Masukkan spatel lidah/jalan 2. Dapat mencegah tergigitnya lidah,
spasme pada jalan napas nafas teratasi dengan KH : napas buatan dan memfasilitasi saat melakukan
Frekuensi nafas dalam batas 3. Lakukan penghisapan sesuai penghisapan lendir, atau memberi
normal sesuai indikasi sokongan pernapasan jika
4. Kolaborasi Berikan tambahan diperlukan
O2 3. Menurunkan risiko aspirasi atau
asfiksi
4. Kolaborasi dapat menurunkan
hipoksia serebral

2. Perfusi jarigan serebral Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Mengetahui tindakan keperawatan
tidak efektif keperawatan selama 3 x 24 2. Monitor adanya diplopia, selanjutnya
berhubungan dengan jam diharapkan perfusi pandangan kabur 2. Mengetahui perkembangan dan
penurunan suplai jaringan serebral teratasi 3. Monitor tekanan intrakranial penyimpangan penyakit
oksigen kejaringan dengan KH : dan respon neurologis 3. Mengidentifikasi perkembangan

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


serebral a. Tekanan sistole dan 4. Catat perubahan pasien dalam atau penyimpangan hasil yang
diastole dalam rentang merespon stimulus diharapkan
yang diharapkan 5. Tinggikan kepala 0-45o 4. Sebagai data penunjang dalam
b. Bebas dari aktivitas tergantung kondisi klien perawatan klien
kejang 6. Beri informasi tentang kondisi 5. Sirkulasi oksigen maksimal
c. Tidak ada kelemahan klien 6. Upaya pengobatan
7. Kolaborasi tentang terapi yang
tepat untuk klien

3. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kebutuhan akan 1. Mengidentifikasi masalah,
fisik berhubungan keperawatan selama 3 x 24 pelayanan kesehatan dan memudahkan intervensi.
dengan penurunan jam diharapkan hambatan kebutuhan akan peralata 2. Mempengaruhi penilaian
kendali dan masa otot mobilisasi fisik teratasi 2. Tentukan tingkat motivasi terhadap kemampuan aktivitas
dengan KH : pasien dalam melakukan aspakan ketidakmampuan
a. Penampilan yang aktivitas ataukah ketidakmauan.
seimbang 3. Ajarkan atau pantau dalam hal 3. Menilai batasan kemampuan
b. Melakukan pergerakan penggunaan alat bantu aktivitas optimal.
dan perpindahan 4. Ajarkan dan dukung pasien 4. memepertahankan dan
c. Klien meningkat dalam dalam latihan ROM aktif dan meningkatkan kekuatan dan

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


aktivitas pasif, juga mobilisasi dini ketahanan otot
d. Mengerti tujuan dari 5. Kolaborasi dengan ahli terapi 5. Mengembangkan perencanaan
peningkatan mobilitas fisik atau okupasi dan mempertahankan mobilitas
e. Memperagakan pasien.
penggunaan alat bantu
untuk mobilisasi
4. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien 1. Mengetahui sejaumana
mengenai kondisi dan keperawatan selama 3 x 24 2. Berikan penjelasan kepada pengetahuan yang dimiliki klien
aturan pengobatan jam diharapkan pengetahuan klien sebab dan akibat tentang 2. Penjelasan tentang kondisi yang
berhubungan dengan klien bertambah dengan penyakitnya dialami dapat membantu wawasan
keterbatasan kognitif, kriteria hasil : 3. Jelaskan setiap tindakan klien
kurang pemajanan, atau a. Klien dapat/mampu ikut keperawatan yang akan 3. Agar klien mengetahui tujuan
kesalahan interpretasi serta dalam proses dilakukan setiap tindakan keperawatan
informasi. keperawatan 4. Berikan pendidikan kesehatan 4. Memberikan informasi yang jelas
b. Klien tidak sering kepada klien kepada klien
bertanya

5. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tingkat kecemasan a. Mengidentifikasi timgkat

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


kurang pengetahuan selama 3 x 24 jam kecemasan dan memudahkan
mengenai penyakit diharapkan kecemasan 2. Bantu klien mengenal situasi intervensi
teratasi dengan KH: yang menimbulkan kecemasan b. Meminimalkan kecemasan
a. Klien mampu 3. Gunakan pendekatan yang bertambah
mengidentifikasi gejala menenangkan c. Membantu mengurangi dan
cemas 4. Temani klien untuk mengatasi cemas
b. Mengidentifikasi dan memberikan keamanan dan d. Mengurangi tingkat cemas
mengungkapkan serta mengurangi takut e. Sebagai pengetahuan bagi klien
menunjukan teknik 5. Jelaskan semua prosedur dan
untuk mengontrol cemas apa yang dirasakan selama
c. Vital sign dalam batas prosedur
normal
d. Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukan
berkurangnya kecemasan

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


6. Resiko cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda vital 1. Mengetahui tindakan keperawatan
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam 2. Identivikasi factor lingkungan selanjutnya.
resiko tingkat kesadaran, diharapkan resiko jatuh dapat yang memungkinkan resiko 2. Barang- barang di sekitar pasien
gelisah, gerakan dicegah dengan KH: terjadinya cedera\ dapat membahayakan saat terjadi
involunter dan kejang 1. Tidak terjadi cedera fisik 3. Pantau status neurologis setiap kejang
pada klien 8 jam 3. Mengidentifikasi perkembangan
2. Klien dalam kondisi aman 4. Jauhkan benda- benda yang atau penyimpangan hasil yang
3. Tidak ada memar dapat mengakibatkan diharapkan
4. Tidak jatuh terjadinya cedera pada pasien 4. Mengurangi terjadinya cedera
saat terjadi kejang seperti akibat aktivitas kejang yang
5. Pasang penghalang tempat tidak terkontrol
tidur pasien 5. Penjagaan untuk keamanan, untuk
6. Letakkan pasien di tempat mencegah cidera atau jatuh
yang rendah dan datar 6. Area yang rendah dan datar dapat
7. Tinggal bersama pasien dalam mencegah terjadinya cedera pada
waktu beberapa lama setelah pasien
kejang 7. Memberi penjagaan untuk
8. Menyiapkan kain lunak untuk keamanan pasien untuk
mencegah terjadinya kemungkinan terjadi kejang

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


tergigitnya lidah saat terjadi kembali
kejang 8. Lidah berpotensi tergigit saat
9. Tanyakan pasien bila ada kejang karena menjulur keluar
perasaan yang tidak biasa 9. Mengidentifikasi manifestasi awal
yang dialami beberapa saat sebelum terjadinya kejang pada
sebelum kejang pasien
5. Berikan obat anti konvulsan 10. Mengurangi aktivitas kejang yang
sesuai advice dokter berkepanjangan, yang dapat
6. Anjurkan pasien untuk mengurangi suplai oksigen ke otak
memberi tahu jika merasa ada 11. Sebagai informasi pada perawat
sesuatu yang tidak nyaman, untuk segera melakukan tindakan
atau mengalami sesuatu yang sebelum terjadinya kejang
tidak biasa sebagai permulaan berkelanjutan
terjadinya kejang. 12. Melibatkan keluarga untuk
7. Berikan informasi pada mengurangi resiko cedera
keluarga tentang tindakan
yang harus dilakukan selama
pasien kejang

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX


ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX
ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX
ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX
DAFTAR PUSTAKA

Kristanto, A. (2017). Epilepsi Bangkitan Umum Tionik-Klonik di UGD RSUP


Sanglah Denpasar- Bali. Intisari Sain Medis 2017, Volume 8, Number 1 :
69-37 , 71.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diangnosa Keperawatan Medis dan NANDA NIC NOC.
Jogjakarta: Mediaction.
Yasmara, D., Nursiswati, & Arafat, R. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal-Bedah : Diagnosis NANDA-I 2015-2017 Intervensi NIC Hasil
NOC. jakarta: EGC.

ALDINA, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP Angk.IX

Anda mungkin juga menyukai