Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN PENYAKIT EPILEPSI


DI RSUP SANGLAH RUANGAN KAMBOJA

OLEH :
I GUSTI AGUNG LARASHATI
NIM : 14.321.2023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
2016

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Epilepsi adalah kejang yang menyerang seseorang yang tampak sehat atau
sebagai suatu ekserbasi dalam kondisi sakit kronis sebagai akibat oleh disfungsi
otak sesaat dimanifestasikan sebagai fenomena motorik, sensorik, otonomik atau
psikis yang abnormal. Epilepsi merupakan akibat dari ganggun otak kronis dengan
serangan kejang spontan yang berulang (Satyanegara,2010)
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang
akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel
(Tarwoto, 2007)
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala
yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas
muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan
berbagai etiologi (Arif, 2000).
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan
ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik
neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan
laboratorik
Epilepsi adalah gejala komplek dari gangguan fungsi otak beratt yang
dikarakteristikan oleh kejang berulang, sehingga epilepsi bukan ppenyakit tetapi
suatu gejala. (Brunner&Sudarh)
Epilepsi dapat diklasifikasikan sebagai idiopatik atau simtomatik :
a. Pada epilepsi idiopatik atau esensial, tidak dapat dibuktikan adanya lesi
sentral.
b. Pada epilepsi simtomatik atau sekunder, suatu kelainan ota menyebabkan
timbulnya respon kejang. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
epilepsi sekunder adalah cedera kepala, gangguan metabolisme dan gizi
(hipoglikemia, feniketonuria, defisiensi vitammin B), faktor toksik
(uremia, intoksikasi alkohol, putus obat narkotik), ensefalitis, hipoksia atau
neoplasma otak, dan ganggguan elektrolit, terutama hiponatremia dan
hipokalsemia.
2. Etiologi
Masalah dasarnya diperkirakan dari gangguan listrik distritmia pada sel saraf salah
satu bagian otak yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan listrik.
Menurut Mansjoer Arif, etiologi dari epilepsi adalah:
a. Idiopatik : sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik

b. Faktor herediter: ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai
bangkitan kejang seperti sklerosis tuberose, neurofibromatosis, hipoglikemi,
hipopratiroidisme, angiomatosis ensefalotrigeminal, fenilketonuria
c. Faktor genetik : pada kejang demam dan breath holding spell
d. Kelainan kongenital otak: atrofi, poresenfali, agenesis korpus kolosum
e. Gangguan metabolik : hipernatremia, hiponatremia, hipokalsemia,
hipoglikemia.
f. Infeksi : radang yang disebabkan bakteri atau virtus pada otak dan selaputnya,
toksoplasmosis
g. Trauma : kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural
h. Neoplasma otak dan selaputnya
i. Kelainan pembuluh darah, malformasi penyakit kolagen
j. Keracunan : timbale (Pb) kamper, fenotiazin, air
k. Penyakit darah, gangguan keseimbangan hormon, degenerasi serebral, dll.
3. Manifestasi Klinis
a. Gejala kejang yang spesifik akan tergantung pada maacam kejangnya. Jenis
kejang dapat bervariasi antara pasien, namun cenfderung serupa.
b. Kejang komplek parsial dapat termasuk gambaran somatosensori atau motor
fokal.
c. Kejang komplek parsial dikaitkan dengan perubahan kesadaran
d. Ketidaktiadaan kejang dapat tampak relatif ringan, dengan periode perubahan
kesdaran hanya sangat singkat (detik).
e. Kejang tonik klonik umum merupakan episode konvlusi utama dan selalu
dikaitkan dengan kehilangan kesadaran.
(Yuliana Elin,2009)
Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang pada epilepsi dibagi menjadi
1) Kejang umum
Jika aktivitas terjadi pada kedua hemisfer otak secara bersama-sama.
Kejang umum terbagi atas:
a) Tonic Klonic Konvulsion (Grand mal)
Merupakan bentuk paling banyak terjadi pasien tiba-tiba jatuh,
kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur, bisa terjadi sianosis,
ngompol atau menggigit lidah terjadi beberapa menit, kemudian
diikuti lemah , kebigungan dansakit kepala.
b) Abscense attacks/lena (petit mal)
Merupakan jenis yang jarang pada umumnya hanya terjadi pada masa
anak-anak atau awal remaja, penderita tiba-tiba melotot atau matanya
berkedip-kedip dengan kepala terkulai kejadiannya Cuma beberapa
detik dan bahkan sering tidak disadari.
c) Myoclonic seizure

Biasanya terjadi pada pagi hari, setelah banggun tidur pasien


mengalami sentakan yang tiba-tiba. Jenis yang sama (tapi nonepileptik) bisa terjadi pada pasien normal.
d) Atonic seizure
Jarang terjadi pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa
recovered
2) Kejang parsial/focal jika dimulai dari daerah tertentu dari otak. Kejang
parsial terbagi menjadi :
a) Simple partial seizures
Pasien tidak kehilangan kesadaran terjadi sentakan-sentakan pada
bagian tertenttu dari tubuh
b) Coplex partial seizures
Pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali seperti mengunyah,
meringis, dan lain-lain tanpa kesadaran.
4. Patofisiologi
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjutajuta neuron. Pada hakekatnya tugas neuron ialah menyalurkan dan mengolah
aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.
Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter. Asetilkolin dan
norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA
(gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik
sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik
di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan
menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian
seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan
listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang
mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar ke bagian tubuh/anggota gerak
yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer
yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia
retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impulsimpuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi
kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
Selain itu, epilepsi juga disebabkan oleh instabilitas membran sel saraf,
sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan. Hal ini terjadi karena adanya
influx natrium ke intraseluler. Jika natrium yang seharusnya banyak di luar

membrane sel itu masuk ke dalam membran sel sehingga menyebabkan


ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit,
yang mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan
depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan
berlebihan neurotransmitter aksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah
fokus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan
patologik. Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi muatan yang
berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah, talamus, dan korteks serebrum
kemungkinan besar bersifat apileptogenik, sedangkan lesi di serebrum dan batang
otak umumnya tidak memicu kejang. Di tingkat membran sel, sel fokus kejang
memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi, termasuk yang berikut :
a.

Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami


pengaktifan.

b.

Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan


menurun dan apabila terpicu akan melepaskan muatan menurun secara
berlebihan.

c.

Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu


dalam repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi
asam gama-aminobutirat (GABA).

d.

Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau


elektrolit, yang mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi
kelainan depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan
peningkatan

berlebihan

neurotransmitter

aksitatorik

atau

deplesi

neurotransmitter inhibitorik.
Perubahan-perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah
kejang sebagian disebabkan oleh meningkatkannya kebutuhan energi akibat
hiperaktivitas neuron. Selama kejang, kebutuhan metabolik secara drastis
meningkat, lepas muatan listrik sel-sel saraf motorik dapat meningkat menjadi
1000 per detik. Aliran darah otak meningkat, demikian juga respirasi dan
glikolisis jaringan. Asetilkolin muncul di cairan serebrospinalis (CSS) selama dan
setelah kejang. Asam glutamat mungkin mengalami deplesi (proses berkurangnya
cairan atau darah dalam tubuh terutama karena pendarahan; kondisi yang
diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh berlebihan) selama aktivitas kejang.

Secara umum, tidak dijumpai kelainan yang nyata pada autopsi. Bukti
histopatologik menunjang hipotesis bahwa lesi lebih bersifat neurokimiawi bukan
struktural. Belum ada faktor patologik yang secara konsisten ditemukan. Kelainan
fokal pada metabolisme kalium dan asetilkolin dijumpai di antara kejang. Fokus
kejang tampaknya sangat peka terhadap asetikolin, suatu neurotransmitter
fasilitatorik, fokus-fokus tersebut lambat mengikat dan menyingkirkan asetilkolin.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram (EEG)
b. Magnetik resonance Imaging (MRI)
c. Computed Tomografi (CT Scan)
6. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama dari terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup penderita yang
optimal. Ada beberapa cara untuk mencapai tujuan tersebut antara lain
menghentikan bangkitan, mengurangai frekuensi bangkitan tanpa efek samping
ataupun dengan efek samping seminimal mun gkin serta menurunkan angka
kesakitan dan kematian.
a. Non farmakologi
1) Amati faktor pemicu
2) Menghindari faktor pemicu (jika ada) misalnya : stress, QR, konsumsi
kopi ataualkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan dan lain-lain.
b. Farmakologi
Dalam farmakoterapi, terdapat prinsip-prinsip penatalaksanaan untuk epilepsi
yakni:
1) Obat anti epilepsi (OAE) mulai diberikan apabila diagnosis epilepsi sudah
dipastikan, terdapat minimum 2 kali bangkitan dalaam setahun. Selain itu
pasien dan keluarganya harus terlebih dahulu diberi penjelasan mengenai
tujuan pengobatan daan efek saming dari pengobatan tersebut.
2) Terapi dimulai dari monoterapi
3) Pemberian obat dinilai dari dosis rendah dan di naikan secara bertahap
sampai dengan dosis efektif tercapai atau timbul efek samping obat.
4) Apabila dengan penggunaan OAE ketiga baru diberikan setelah terbukti
bangkitan tidak terkontrol dengan pemberian OAE pertama dan kedua.
Menggunakan obat-obatan anti epilepsi yaitu:
1) Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+
Inaktivasi kanal Na, menurunkan kemampuan saraf untuk menghantarkan
muatan listrik. Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin,
valproat.
2) Obat0obat yang meningkatkan transmisi inhibitor GABAergik:

a) Agonis reseptor GABA, meningkatkan transmisi inhibitor dengan


mengaktifkan kerja reseptor GABA, contoh : benzodiazepin,
barbiturat.
b) Menghambat GABA transaminase, konsentrasi GABA meningkat
contoh: vigabatrin,. Menghambat GABA transporter, memperlama aksi
GABA contoh : tiagabin
c) Meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien
mungkin dengan menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular
pool contoh : Gabapetin.
Pemilihan OAE berdasarka jenis bangkitan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
OAE Lini

Jenis Bangkitan

OAE Lini Kedua

OAE Yang

OAE Yang

Pertama
Bangkitan Umun Sodium Valproat, Clobazam,

Dipertimbangkan
Clonazepam,
-

Tonik Klonik

Bangkitan Lena

Lamotrigine,

Levetiracetam,

Phenobarbital,

Topiramate,

Oxcarbazepine

Phenytoin,

Carbamazepine
Sodium Valproat, Clobazam,

Acetazolamide
-

Dihindari

Carbamazepine,

Lamotrigine

Topiramate

Gabapetin,

Bangkitan

Sodium

Clobazam,

Mioklonik

Valproat,Topirama

Levetiracetam,

Gabapetin,

te

Topiramate,

Oxcarbazepine

Oxcarbazepine
Carbamazepine,

Lamotrigine,
Piracetam
Sodium Valproat, Clobazam,

Phenobarbital,

Carbamazepine,

Lamotrigine

Phenytoin,

Oxcarbazepine

Topiramate
Bangkitan Atonik Sodium Valproat, Clobazam,

Phenobarbital,

Carmamazepine,

Lamotrigine

Levetiracetam,

Acetazolamide

Oxcarbazepine,

Bangkitan Fokal Carbamazepine,

Topiramate
Clobazam,

Clonazepam,

Phenytoin
-

Dengan

Gabapentin,

Phenobarbital,

Bangkitan Tonik

Atau Oxcarbazepin,

Levetiracetam,

Tanpa Bangkitan Sodium Valproat, Levetiracetam,


Umum

Topiramate,

Phenytoin,

Lamotrigine

Tiagabine

Acetazolamide

Setelah bangkitan terkontrol dalam jangka waktu tertentu, OAE dapat


dihentikan tanpa kekambuhan. Pada anak-anak dengan epilepsi,
penghentian sebaiknya dilakukan seara ertahap setelah 2 tahun bebas
dari bangkitan kejang. Sedangkan pada orang dewasa penghentian
membutuhkan waktu lebh lama yakni sekitar 5tahun. Ada 2 syarat
yang penting diperhatikan ketika hendak menghentikan OAE adalah :
1. Syarat umum yang meliputi:
a. Penghentian OAE telah didiskusikan terlebih dahulu dengan
pasien/ keluarga dimana penderita sekurang-kurangnya 2 tahun
bebas bangkitan.
b. Gambaran EEG normal
c. Harus dilakukan secra bertahap, umumnya 25% dari dosis
semula setiap bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan
d. Bila penderita mengggunakan lebih dari 1 OAE maka
penghentian dimulai dari 1 OAE yang bukan utama.
2. Kemungkinan kekambuhan setelah penghentian OAE
a. Usia semakin tua, semakin tingi kemungkinan kekambuhannya
b. Epilepsi simtomatik
c. Gambaran Eeg abnormal
d. Semakin lamanya bangkitan belum dapat dikendalikan
e. Penggunaan OAE lebih dari 1
f. Masih mendapatkan satu atau lebih bangkitan setelah memulai
terapi
g. Mendapat terapi 10 tahun atau lebih
h. Kekambuhan akan semakin kecil kemungkinannya bila
penderita telah bebas bangkitan selama 3-5 tahun atau lebih
dari 5 tahun. Bila bangkitan timbul kembali maka pengobatan
menggunakan dosis efektif terakhir kemudian dievaluasi.
7. Pentalaksanaan Keperawatan
a. Epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsi yang
digunakan sepanjang kehamilan.
b. Resiko tinggi pada ibu-ibu yang tenaga kerja, wanita dengan latar belakang
yang sukar melahirkan, penggunaan obat-obatan, diabetes atau hipertensi.
c. Infeksi pada masa kanak-kanak (campak, penyakit gondongan, meningitis
bakteri) harus dikontrol dengan vaksinasi yang benar
d. Program skrining untuk mengidentifikasi anak dengan gangguan kejang pada
usia dini, dan program pencegahan dengan penggunaan obat-obatan
antikonvulsan sesuai aturan.
e. Mengurangi rasa takut terhadap kejang dengan mengetahui penyebab dan cara
penanganan kejang itu sendiri.

Perawatan pada pasien yang menngalami kejang dan setelah kejang


Selama Kejang
Setelah Kejang
1. Berikan privasi
dan perlindungan dari 1. Pertahankan pasien pada salah satu posisi
penonton

yang

ingin

gtahu,

(pasien

untuk mencegah aspirasi. Yakinkan bahwa

mempunyai aura atau penanda ancaman

jalan nafas paten


2. Biasanya terdapat period ekonfusi setelah

kejang yang memerlukan waktu untuk


mencari tempat yang aman dan pribadi
2. Mengamankan pasien di lantai,

jika

kejang grand mal


3. Periode apnea pendek dapat terjadi selama

atau secara tiba-tiba setelah kejang


memungkinkan
4. Pasien
pada
saat
bangun,
harus
3. Melindungi kepala dengan bantalan untuk
diorientasikan terhadap ligkungan
mencegah cedera dari terbentur permukaaan
5. Jika pasien mengalami serangan berat setelah
yang keras
kejang (postiktal) coba untuk menangani
4. Lepas pakaian yang ketat
5. Singkirkan semua perabot yyang dapat
situasi dengan pendekatan yang lembut dan
melukai pasien saat kejang
6. Jika pasien ditempat tidur, singkirkan bantal
dan tinggikan pagar tempat tidur
7. Jika aura mendahului kejang, masukan spatel
lidah yang diberi bantalan diantara gigi-gigi
untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit
8. Jangan berusaha untuk membuka rahang
yang terkatup pada keadaan spasme untuk
memasukan sesuatu. Gigi patah, cedera pada
bibir dan lidah dapat terjadi karena tindakan
ini.
9. Tidak ada upaya dibuat untuk menstrain
pasien selama kejang, karena kontraksi otot
kuat dan restrain dapat menimbbulkan cedera
10. Jika mungkin, tempatkan pasien miring pada
salah satu sisi dengan kepala fleksi kedepan,
yang

memungkinkan

memudahkan

lidah

pengeluaran

jatuh

dan

saliva

dan

mukosa. Jika disediakan penghisap, gunakan


bila perlu untuk membersihkan secret.

memberi restrain yang lembut.

f. Kontrol gaya hidup dan ligkungan karena dapat mencetuskan kejang :


gangguan emosi, stresor lingkungan baru, awitan menstruasi pada wanita, atau
demam.
g. Istirahat cukup dan olahraga secara rutin dan terkontrol
h. Hindari minuman beralkohol dan merokok serta konsumsi makanan yang
banyak mengandung vitamin
i. Konsultasikan terhadap tim medis jika terjadi kejang berulang
8. Prognosis
Pasien epilepsi yang berobat teratur, 1/3 akan bebas serangan paling sedikit 2
tahun, dan bila lebih dari 5 tahun sesudah serangan terakhir obat dihentikan pasien
tidak mengalami bangkitan lagi, dikatakan telah mengalami remisi. Diperkirakan
30% pasien tidak akan mengalami remisi meskipun minum obat dg teratur.
Sesudah remisi, kemungkinan munculnya serangan ulang paling sering disapat
pada bangkitan tonik-klonik dan bangkitan parsial kompleks. Demikian pula usia
muda lebih mudah mengalami relaps sesudah remisi.
9. KOMPLIKASI
Status Epileptikus adalah aktivitas kejang yang berlangsung terus menerus lebih
dari 30 menit tanpa pulihnya kesadaran. Status mengancam adalah serangan kedua
yang terjadi dalam waktu 30 menit tanpa pulihnya kesadaran anti serangan.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


I.

Pengkajian
Identitas

1.
a.

Identitas Pasien
Tanyakan nama, umur, agama, jenis kelamin, status, pendidikan, pekerjaan, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no. register, diagnosa medis.
Usia: Penyakit epilepsi dapat menyerang segala umur

b.
2.

Identitas Penanggung Jawab


Tanyakan nama, umur, hub. dengan pasien, pekerjaan, alamat

Status Kesehatan
a.
Status Kesehatan Saat Ini
1.
Keluhan Utama

Tanyakan pada pasien keluhan yang dialami saat pertama masuk rumah sakit
dan keluhan yang dirasakan pasien saat ini. Untuk keluhan utama, pasien atau
keluarga biasanya ketempat pelayanan kesehatan karena klien yang mengalami
penurunan kesadaran secara tiba-tiba disertai mulut berbuih. Kadang-kadang
klien / keluarga mengeluh anaknya prestasinya tidak baik dan sering tidak
mencatat. Klien atau keluarga mengeluh anaknya atau anggota keluarganya
sering berhenti mendadak bila diajak bicara.
2.

Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini


Tanyakan mengapa pasien bisa dirawat di rumah sakit ini
3.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Tanyakan kepada pasien apakah jika sakit biasanya membeli obat yang dijual
bebas diwarung atau pergi ke puskesmas atau ke dukun sebelum pasien dirawat
di rumah sakit ini.
b.
Satus Kesehatan Masa Lalu
1.
Penyakit yang pernah dialami
Tanyakan pada pasien apakah dia pernah mengalami penyakit yang parah
sebelumnya atau adakah riwayat keturunan penyakit dari keluarganya, kejang,
terjadi aura, dan tidak sadarkan diri.
2.
Pernah dirawat
Tanyakan pada pasien apakah sebelum sakit ini pasien pernah dirawat di rumah
sakit.
3.
Alergi
Tanyakan apakah pasien memiliki alergi obat maupun makanan atau zat yang
menyebabkan alergi pada pasien
4.
Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Tanyakan apakah pasien memiliki kebiasaan seperti merokok minum kopi dan
alkohol
c.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan keluarga pasien dari kakek nenek atau saudara kandung pasien memiliki
riwayat penyakit terdahulu seperti diabetes, hipertensi,dll.
d.
Diagnosa Medis dan therapy
Tanyakan apakah pasien tahu akan terapi yang diberikan oleh tim kesehatan serta
pasien terdiagnosa penyakit apa
3.

Pola Kebutuhan Dasar (data bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Tanyakan pada pasien bila pasien sakit biasanya dibawa kemana dan setelah sembuh
pasien melakukan apa untuk mencegah peyakit tersebut dating kembali
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Tanyakan pada pasien apakah ada perbedaan antara sebelum sakit dan sesudah sakit
terhadap pola makan pasien biasanya dapat menghabiskan seberapa, berapa kali
sehari, minumnya apa saja biasanya, minum air putih berapa kali sehari kira-kira

jumlah air yang diminum ada kiranya 2 kali air kemasan gelas atau dapat
diperkirakan berapa cc
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Tanyakan kepada pasien apakah ada perbedaan dari pola BAB sebelum dan
sesudah sakit. Biasanya BAB berapa kali sehari, di pagi atau sore hari,
konsistensinya, warna, baunya, pernah ada darah dan bisa dilakukan secara
mandiri
2) BAK
Tanyakan kepada pasien apakah ada perbedaan dari pola BAK sebelum dan
sesudah sakit. Biasanya BAK berapa kali sehari, warnanya, bau, ada pernah
tercampur darah atau ada rasa nyeri saat BAK.

d. Pola aktivitas dan latihan


1) Aktivitas
Kemampuan

Perawatan Diri
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
Tanyakan pasien hal kemampuan diri manakah yang dirasakan perbedaanya
disaat sakit dengan sebelum sakit
2) Latihan
Tanyakan biasanya kegiatan yang pasien lakukan selama masih sehat dan saat
sakit apa ada perbedaan, bisakah pasien melakukan hal tersebut secara mandiri.
e. Pola kognitif dan Persepsi
f. Pola Persepsi-Konsep diri
g. Pola Tidur dan Istirahat
Tanyakan kebiasaan pasien saat sehat dan sedang sakit saat ini apakah ada
perubahan dengan pola tidurnya. Biasanya pasien tidur berapa jam sehari, bisa tidur
siang berapa jam.
h. Pola Peran-Hubungan

Tanyakan pada pasien, pasien dilingkungan sekitar rumah berperan sebagai apa
mungkin anak kandung dsb, bagaimana hubungannya dengan keluarga, masyarakat
dan lingkungan sekitar
i. Pola Seksual-Reproduksi
Tanyakan pasien anak keberapa dari berapa bersaudara, berjenis kelamin apa, jika
wanita apakah menstruasi lancar tiap bulan atau ada hambatan
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Tanyakan kebiasaan pasien jika mengalami stress biasanya melakukan hal apa.
Dimana dan bersama siapa, apakah dengan curhat dengan teman atau bermain
gadget dsb.
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Tanyakan pasien memeluk kepercayaan apa, berapa kali sembahyang tiap hari
4.

Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : saat pengkajian observasi pasien apakah nampak lemah dsb.
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS

: verbal:.Psikomotor:.Mata :..

b. Tanda-tanda Vital : Nadi =

, Suhu =. , TD

=, RR =
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher
:
Kaji pasien dengan inspeksi dan palpasi, apakaah persebaran rambut pasien
merata, ada ketombe atau luka, terjadi pembesaran kelenjar atau adanya
benjolan yang abnormal
b. Dada :
Periksa pasien menggunakan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Apakah
ukuran dada pasien simetris, ada lesi atau luka bekas jahitan, ada benjolan
atau tidak
1) Paru
Periksa pasien dengan perkusi utuk mengetahui batas paru normal dan
auskultasi yaang terdengar apakah normal vesikuler atau ada
penambahan bunyi lainnya yang aabnormal seperti whezing dan rhales
2) Jantung
Periksa pasien dengan perkusi untuk mengetahui batas jantung normal
dan tidak ada kelainan, auskultasi bunyi s1 dan s2 apakah reguler
tunggal atau ada tambahan bunyi abnormal seperti mur-mur
c. Payudara dan ketiak :
Periksa pasien dengan menginspeksi apakah ada kelainan yang terlihat,
apakah ada lesi atau bekas jahitan, nanah dsb, palpasi apakah ada penonjolan
yang abnormal dibagian tersebut.
d. Abdomen
:

e.
f.

g.
h.

Periksa pasien dengan inspeksi lihat apakah ada lesi, luka bekas operasi,
nanah, apakah simetris antara yang kiri dan kanan. Auskultasi dengarkan
suara bising usus apakah normal ataukah aabnormal, perkusi batas-batas
lambung hati, limfa, usus halus, usus besar, kandung kemih, palpasi disekitar
bagian abdomen apakah ada pembesaran atau ada massa dan benjolan yang
abnormal dan nyeri di abdomen pasien
Genetalia
:
Tidak terkaji
Integumen :
Lihat mukosa bibir pasien apakah kering atau lembab, turgor kulit elastis atau
tidak
Ekstremitas :
Lakukan uji ketahanan otot pada ekstremitas atas dan bawah
Neurologis :
1) Status mental dan emosi :
Kaji perilaku pasien dengan emosi yng dimilikinya
2) Pengkajian saraf kranial :
Kaji masing-masing saraf kranial yang dimiliki pasien
3) Pemeriksaan refleks :
Lakukan pemeriksaan reflek dengan reflek humer, penlight, perasa dll.

i. Pemeriksaan fisik (ROS)


1)

B1 (breath): RR biasanya meningkat (takipnea) atau dapat terjadi apnea,


aspirasi

2)

B2 (blood): Terjadi takikardia, cianosis

3)

B3 (brain): penurunan kesadaran

4)

B4 (bladder): oliguria atau dapat terjadi inkontinensia urine

5)

B5 (bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun, inkontinensia alfi

6)

B6 (bone): klien terlihat lemas, dapat terjadi tremor saat menggerakkan


anggota tubuh, mengeluh meriang

b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Cocokan dengan data hasil laboratorium yang berhubungan dengga epilepsi
2. Pemeriksaan radiologi
EEG, MRI dan CT Scan
3. Hasil konsultasi
Setelah dikonsultasikan apakah pasien mendapatkan diet khusu untuk penyakit ini
II Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d spasme pada jalan nafas, obstruksi
trakheobronkial
2. Ketidakmampuan koping keluarga b.d stress akibat epilepsi

3. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kendali dan masa otot, gangguan sensori
perceptual
4. Ansietas b.d kemungkinan yang terjadi , perubahan pola interaksi sosial
5. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi penataalaksanaan kejang
6. Resiko cidera b.d resiko penurunan tingkat kesadaran, gelisah, gerakan involunter dan
kejang
III Intervensi
No
1

Diagnosa
Ketidakefektifan
bersihan

Noc
a. Respiratory status :

jalan Ventilation

kebutuhan

b.

Respiratory status :

berhubungan

Airway patency

spasme c. Aspiration Control

Berikan O2

3.

Anjurkan pasien untuk istirahat

dan napas dalam


4.

obstruksi

a. Mendemonstrasika

memaksimalkanVentilasi

trakheobronkial

b. batuk efektif dan

5.

bersih,tidak

2.

pada jalan nafas, kriteria hasil :

c. suara

oral

trachealsuctioning.

nafas
dengan

Nic
1. Pastikan

nafas

Posisikan

pasien

untuk

Keluarkan sekret dengan batuk

yang atau suction

ada

sianosis 6.

dan dyspneu

Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan

d. Menunjukkan

jalan nafas 7.

Monitor status hemodinamik

yang paten

8.

e. Mampu mengidentifikasika

basah NaCl Lembab

n dan mencegah faktor yang

9.

f.

mengoptimalkan keseimbangan.

Saturasi O2 dalam

g. batas normal

Berikan pelembab udara Kassa


Atur

intake

untuk

cairan

10. Monitor respirasi dan status O2


11. Pertahankan hidrasi yang adekuat

untuk mengencerkan sekret


a. Amati penyebab tidak efektifnya

Ketidakmampuan

a. Mengungkapkan

koping keluarga

kemampuan

berhubungan

menaggulangi

dan

yang

dengan

meminta

jika

kurangnya

stress

akibat epilepsi

untuk
bantuan

perlu
b. Menunjukkan kemampuan
untuk

memecahkan

penaggulanagn seperti konsep diri


buruk,

kesedihan,

ketrampilan

dalam

memecahkan masalah, kurangnya


dukungan, atau perubahan yang
ada dalam hidup.

masalah dan ikut serta


bermasyarakat
c. Mempertahankan
dari

perilaku

yang

maupun orang lain


d. Mengkomunikasikan
dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan
e. Mendiskusikan bagaimana
tekanan kehidupan yang
melebihi

strategi

penanggulangan

yang

melebihi

kenyataan dan mengenali sumber


tekanan
c. Monitor risiko membahayakan
secara tepat
d. Bantu pasien menentukan tujuan
yang

realistis

ketrampilan

dan

dan

tingkat

perkembangan dan usia

mengenali
pengetahuan

pribadi
e. Gunakan komunikasi empatik,
dan dorong pasien/keluarga untuk
mengungkapkan

ketakutan,

mengekspresikan
kecepatan

penyakit dan kecelakaan


tidak

seperti

diri atau orang lain dan tangani

kebutuhan dan berunding

normal
b. - Menemukan

kekuatan

kemampuan untuk menceritakan


bebas

destruktif pada diri sendiri

ada

b. Amati

emosi,

dan

menetapkan tujuan
f. Anjurkan pasien untuk membuat
pilihan dan ikut serta dalam
perencanaan

perawatan

dan

aktivitas yang terjadwal


g. Berikan aktivitas fisik dan mental
yang tidak melebihi kemampuan
pasien (misal bacaan, televisi,
radio, ukiran, tamasya, bioskop,
makan
sosial,

keluar,

perkumpulan

latihan,

olahraga,

permainan)
h. Jika memiliki kemampuan fisik,
anjurkan latihan aerobik yang
sedang
i. Gunakan sentuhan dengan izin.
Berikan pasien pijatan punggung
berupa

usapan

perlahan

dan

berirama dengan tangan. Gunakan


60 kali usapan dalam semenit
selama 3 menit pada luasan 2

inchi pada kedua sisi mulai dari


daerah atas ke bawah
j. Berikan
informasi
perawatan
diberikan
k. Diskusikan

sebelum

perihal
perawatan

perubahan

dengan

pasien
l. Diskusikan tentang kemampuan
pasien/keluarga

mengubah

su\ituasi atau kebutuhan untuk


menerima situasi
m. Gunakan
pendengaran
penerimaan

aktif

membantu

dan
dalam
pasien

mengekspresikan emosi seperti


mengangis, bersalah, dan rasa
marah (dalam batasan yang tepat)
n. Hindari penenangan yang salah;
berikan jawaban jujur dan berikan
hanya informasi yang diminta
o. Dorong
pasien
untuk
menggambarkan
dihadapi

tekanan yang

sebelumnya

mekanisme

dan

penganggulangan

yang digunakan
p. Dukunglah

perilaku

penanggulangan; berikan pasien


waktu untuk bersantai
q. Bantu pasien untuk menjelaskan
arti gejala yang mereka miliki
r. Anjurkan penggunaan relaksasi
perilaku kognitif (misal terapi
musik,guided imagery)
s. Gunakan teknik selingan selama
prosedur

yang

menyebabkan

klien merasa ketakutan


t. Gunakan cara menghilangkan

kepekaan yang sistematis ketika


memperkenalkan

orang-orang

baru, tempat, atau prosedur yang


mungkin menyebabkan ketakutan
dan merubah penanggulangan
u. Berikan pasien/keluarga video
tentang

prosedur

yang

untuk

dilihat

menakutkan

sebelum prosedur dilaksanakan


v. Tunjukkan konseling selama
3

Hambatan
mobilitas

a.
fisik

Ambulasi; kemampuan

diperlukan
a.
Kaji
kebutuhan

terhadap

untuk berjalan dari satu

bantuan

berhubungan

tempat

lain

dirumah dan kebutuhan terhadap

dengan

secara mandiri atau dengan

peralatan pengobatan yang tahan

penurunan

alat bantu

lama

kendali dan masa


otot,

b.

gangguan

ketempat

Ambulasi: kursi roda;

b.

pelayanan

kesehatan

Ajarkan pasien tentang dan

kemampuan untuk berjalan

pantau penggunaan alat bantu

sensori

dari satu tempat ketempat

mobilitas

perceptual

lain dengan kursi roda


c.

c.

Keseimbangan;
kemampuan

dalam proses berpindah


untuk

d.

mempertahankan
postur

e.

tubuh

Berikan

penguatan

positif

selama aktivitas

Performa

mekanika

f.

Bantu

pasien

untuk

tubuh; tindakan individu

menggunakan alas kaki antiselip

untuk

yang mendukung untuk berjalan

mempertahankan

kesejajaran

tubuh

yang

g.

Pengaturan posisi (NIC):

sesuai dan untuk mencegah

h.

Ajarkan

peregangan otot skeletal


e.

Rujuk keahli terapi fisik untuk


program latihan

keseimbangkan
d.

Ajarkan dan bantu pasien

menggunakan

Gerakan terkoordinasi;
kemampuan
bekerjasama

otot

bagaimana

postur

dan

mekanika tubuh yang benar pada

untuk
secara

pasien

saat melakukan aktiivtas


i.

Pantau ketepatan pemasangan

volunteer

dalam

menghasilkan

traksi

suatu

gerakan yang terarah


f.

Pergerakan sendi: aktif


(sebutkan

sendinya);

rentang

pergerakan

sendi aktif dengan


gerakan

atas

inisiatif

sendiri
g.

Mobilitas; kemampuan
untuk

bergerak

secara

terarah dalam lingkungan


sendiri dengan atau tanpa
alat bantu
h.

Fungsi

skeletal;

kemampuan tulang untuk


menyokong

tubuh

dan

memdasilitasi pergerakan
i.

Performa

berpindah;

kemmapuan

untuk

mengubah

letak

tubuh

secara mandiri atau dengan


alat bantu.
4

Ansietas

a. Tingkat

ansietas;

antisipasi;

berhubungan

keparahan

dengan

kekhawatiran, ketegangan

menghadapi kemungkinan krisis

kemungkinan

atau perasaan tidak tenang

perkembangan atau situasiona

yang

terjadi

perubahan

pola

interaksi sosial

manifestasi

a. Bimbingan

yang muncul dari sumber


yang

tidak

dapat

diidentifikasi

personal

tindakan
untuk

pasien

b. Penurunan

ansietas;

meminimalkan
ketakutan,

b. Pengendalian diri terhadap


ansietas

mempersiapkan

perasaan

kekhawatiran,
prasangka

tiak

berhubungan

tenang
dengan

atau
yang
sumber

bahaya yang diantisipasi dan tidak

menghilangkan

atau

mengurangi

perasaan

khawatir,

tegang

perasaan

tidak

atau
tenang

akibat sumber yang tidak


dapat diidentifikasi
c. Konsentrasi;

jelas
c. Teknik

menenangkan

diri;

kecemasan

pada

meredakan

pasien yang mengalami distress


akut
d. Peningkatan koping; membantu

kemampuan

pasien untuk beradaptasi dengan

untuk fokus pada stimulasi

persepsi stressor, perubahan atau

tertentu

ancaman

d. Koping; tindakan personal


untuk mengatasi stressor

yang

menghambat

pemenuhan tuntunan dan peran


hidup

yang membebani sumber- e. Dukungan emosi; memberikan


sumber individu

penenangan,

penerimaan,

dan

dukungan selama stress


5

Defisiensi

a. Kowlwdge : disease process

Teaching : disease Process

pengetahuan

b. Kowledge : health Behavior

1. Berikan penilaian tentang tingkat

berhubungan

Kriteria Hasil :

pengetahuan pasien tentang proses

dengan

a. Pasien

kurangnya

menyatakan

informasi

tentang

penataalaksanaan

prognosis

kejang

pengobatan
b. Pasien

dan

keluarga penyakit yang spesifik


pemahaman 2. Jelaskan

penyakit,
dan

patofisiologi

dari

kondisi, penyakit dan bagaimana hal ini


program berhubungan dengan anatomi dan
fisiologi, dengan cara yang tepat.

dan

keluarga 3. Gambarkan tanda dan gejala yang

mampu melaksanakan prosedur biasa muncul pada penyakit, dengan


yang dijelaskan secara benar

cara yang tepat

c. Pasien dan keluarga mampu 4. Gambarkan

proses

penyakit,

menjelaskan kembali apa yang dengan cara yang tepat


dijelaskan
kesehatan lainnya

perawat/tim 5. Hindari harapan yang kosong


6. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
7. Instruksikan

pasien

mengenai

tanda dan gejala untuk melaporkan


pada pemberi perawatan kesehatan,

dengan cara yang tepat


6

Resiko

cedera a. Knowledge

b.d

resiko Safety

Personal Environmental Management safety


1. Sediakan lingkungan yang aman

penurunan

b. Safety Behavior :

tingkat

Prevention

kesadaran,

c. Safety Behavior : Falls pasien, sesuai dengan kondisi fisik

gelisah, gerakan occurance


involunter
kejang

Faal untuk pasien


2. Identifikasi kebutuhan keamanan
dan

fungsi

kognitif

pasien

dan

dan d. Safety Behavior : Physical riwayat penyakit terdahulu pasien


Injury

3. Menghindarkan lingkungan yang


berbahaya (misalnya memindahkan
perabotan)
4. Memasang side rail tempat tidur
5. Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
6. Menempatkan
ditempat

yang

saklar
mudah

lampu
dijangkau

pasien.
7. Membatasi pengunjung
8. Memberikan

penerangan

yang

keluarga

untuk

cukup
9. Menganjurkan
menemani pasien.
10.

Memindahkan barang-barang

yang dapat membahayakan


IV Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997).Implementasi keperawatan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). Jadi, implemetasi
keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang berkoordinasi dengan
pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan

pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan
cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi
V Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan berapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah
tercapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisa. (Nursalam, 2010)

DAFTAR PUSTAKA
Santosa, Budi. 2014. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika.
Tarwoto dan Wartonah. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : Salemba Medika.
Potter dan Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Volume 2,Edisi 4 . Jakarta :
EGC
Nanda International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC

10. Pathway
Idiopatik, herediter,trauma
kelahiran, infeksi perinatal,
meningitis, dll

Akimetis

Petitmal

Ketidakseimbangan
aliran listrik pada sel
saraf

Sistem Saraf

Grand Mal

Keadaan lemah
dan tidak sadar

Hilang tonus otot

Epilepsi

Psikomotor

Gangguan
neurologis

Hambatan
Mobilitas Fisik
Hilang Kesadaran

Spasme otot
pernafasan

Obstruksi
trakheobronkial

Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas

Gangguan
Respiratori

Gangguan
perkembangan

Ansietas

Mylonik

Penyakit Kronik

Kontraksi tidak sadar


yang mendadak

Pengobatan,
keperawatan,
keterbatasan

Defisiensi
Pengetahuan

Aktifitas Kejang

Jatuh

Risiko
Cedera

Hipoksia

Ketidakmampuan
keluarga mengambil
tindakan yang tepat

Kerusakan
memori

Ketidakmampuan
Koping Keluarga

Perubahan
status kesehatan

Anda mungkin juga menyukai