BAB I
Pendahuluan.
BAB II
2.1 Definisi...
2.2 Etiologi...
2.3 Patofisiolog.
2.5 komplikasi.
2.7 Penatalaksanaan
1
BAB III
3.1 Pengkajian...
3.4 Intervensi......................................................................................................
3.5 Implementasi.......................................................................................................
3.6 Evaluasi...............................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................
BAB V PENUTUP.......................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Penyakit jantung koronari disebut sebagai penyakit pembunuh nomor satu di
dunia, dan dianggap musuh nomor satu dalam kehidupan yang paling ditakuti. Selain
itu, juga menduduki tempat teratas, penyakit jantung bukan lagi menjadi pembunuh
misteri. Pada kolesterol yang tinggi, diabetes, hipertensi,kegemukan, merokok,
kurang melakukan olahraga, dan proses penuaan adalah antara faktor penyumbang
kepada penyakit ini. Isu-isu yang dikaitkan dengan penyakit ini lebih banyak berkisar
kepada aspek pencegahan yang termasuk gaya hidup sehat, makanan yang seimbang,
olahraga dan sebagainya. Namun,statistik kematian mengenai penyakit jantung tetap
mencatatkan peningkatan yang membimbangkan.(Noer, Sjaifoellah. 1996)
3
Data dari RS Harapan Kita ternyata pasien penderita Penyakit Jantung
Koroner baik yang rawat jalan maupun rawat inap terjadi pengingkatan 10% setiap
tahun. Bahkan dalam setahun terdapat 500 orang pasien bedah jantung.(Novi
Herdiyani, 2010).
4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulis memilih judul tersebut adalah penulis mendapatkan
pengalaman nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan
CORONARY ARTERY DISEASE
2. Tujuan Khusus
Setelah menerapkan asuhan keperawatan pada klien denganCORONARY
ARTERY DISEASE maka penulis diharapkan mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan CORONARY
ARTERY DISEASE
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan CORONARY
ARTERY DISEASE
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan CORONARY
ARTERY DISEASE
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan CORONARY
ARTERY DISEASE
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan CORONARY
ARTERY DISEASE
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta solusi/
alternatif pemecahan masalah.
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan CORONARY ARTERY DISEASE
C. Ruang Lingkup
5
Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada satu kasus,
yaitu Asuhan Keperawatan pada klien Ny.R dengan CORONARY ARTERY
DISEASE diruang ICU Rumah Sakit umum daerah cibinong selama tiga
hari perawatan dari tanggal 24april 2016 sampai dengan 27 april 2016.
6
BAB IITINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
7
ke otot jantung berkurang, sehingga organ yang berukuran sekitar sekepalan tangan
itu kekurangan darah.
8
koroner. Unsur lemak yang disebut palque dapat terbentuk didalam arteri, menutup
dan membuat aliran darah dan oksigen yang dibawanya menjadi kurang untuk
disuplai ke otot jantung. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah
aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran
darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang
di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral
berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan
nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply
oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria,
gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina
preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan Dep.kes, 1993.
B. ETIOLOGI
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian
paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan
merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-
faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah :
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung
koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung
ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
9
2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat
operasi (bagi wanita).
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil
kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam
segi diet keluarga.
4. Diabetes.
5. Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit
jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding
(endotel) pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak
yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan
terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab
penyakit arteri/jantung koroner.
7. Kegemukan (obesitas).
10
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari banyaknya
lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih
menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal
terjadinya penyakit jantung koroner.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin
serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena pneyakit
jantung koroner.
9. Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang
tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.
C. PATOFISIOLOGI
11
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol, lemak tetimbun di intima arteri.
Timbunan ini akan mengakibatkan terganggunya absorbsi nutrient sel-sel endotel
yang menyusun lapisan dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena
timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Sel-sel endotel pembuluh darah
yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut.
Selanjutnya lumen bertambah sempit dan aliran darah bisa terhambat. Pada
lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadinya
pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaiman terjadinya koagulasi
intravaskuler yang diikuti oleh penyakit tromboemboli.
a. CAD ditandai oleh penyempitan koroner arteri akibat aterosklerosis, spasme atau,
jarang, emboli.
c. Akumulasi deposit lemak dan lipid, bersama dengan perkembangan plak fibrosa
atas kawasan yang rusak di pembuluh darah, menyebabkan penyempitan
pembuluh darah, sehingga mengurangi ukuran lumen pembuluh darah dan
menghambat aliran darah ke jaringan miokard.
e. Penyebab plak arteri mengeras keras, sedangkan plak lembut dapat menyebabkan
pembentukan bekuan darah
Jenis CAD :
1. Stabil
12
- Jenis yang paling umum, dipicu oleh aktivitas fisik, stres emosional,
paparan suhu panas atau dingin, makanan berat , dan merokok
- Terjadi dalam pola yang teratur, biasanya berlangsung 5 menit atau
kurang, dan mudah hilang dengan obat-obatan
2. Labil
- Mungkin onset baru nyeri dengan pengerahan tenaga atau saat
istirahat, atau percepatan terbaru dalam keparahan nyeri
- Terjadi pada tidak ada pola teratur, biasanya berlangsung lebih lama (
30 menit ), umumnya tidak lega dengan istirahat atau obat-obatan
- Kadang-kadang dikelompokkan dengan infark miokard ( MI ) di
bawah diagnosis sindrom koroner akut ( ACS )
3. Variant (prinzmetal)
- Langka , biasanya terjadi saat istirahat - tengah malam hingga dini hari
nyeri mungkin parah
- Elektrokardiogram ( EKG ) berubah karena koroner spasme arteri
D. MANIFESTASI KLINIS
13
2. Sesak napas
3. Berdebar-debar
5. Pusing
6. Mual
E. KOMPLIKASI
1. Aritmia
14
2. Gagal Jantung Kongestif
3. Syok kardikardiogenik
5. Ventrikuler Aneurisma
Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan atrium atau apek jantung.
Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setipa
sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup. Aneurisma
ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung kongestif
kronik, embolisasi sistemik dari thrombus mural dan aritmia ventrikel
refrakter.
6. Perikarditis
15
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung
berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga merangsang
permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.
7. Emboli Paru
3. Hb, Ht
4. Elektrokardiogram (EKG)
16
Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada
pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah
jantung.
6. Pemeriksaan laboratorium
7. Treadmill
Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun
dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah
merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa
gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini
disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada
keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran
EKG tampak normal.
8. Kateterisasi Jantung
17
koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan
penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja,
disamping mencegah atau mengendalikan factor resiko. Atau mungkin
memerlukan intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang
menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon
dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti cincin atau gorng-
gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya penyempitan. Bila
tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan atau tanpa stent, upaya
lain adalah dengan melakukan bedah pintas koroner.
G. PENATALAKSANAAN
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang
paling umum diantaranya:
18
berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk
penghilang nyeri dada secara cepat.
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang
menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik
selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang
menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka
penyempitan.Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk
membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana)
atau memiliki selubung obat (berlapis obat). Metode ini seringkali
menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut. Untuk
penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat
meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien
dengan penyakit pembuluh darah single atau double mendapat keuntungan
dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan
fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri
19
Jantung sering merupakan alternatif yang baik atau pilihan pengobatan
yang lebih baik.
7. Operasi.
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada,
lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah
langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol parallel
ke jalan yang kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang aman, dengan
rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan jantung
sebelumnya dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif, resiko
dapat serendah 1 persen.
b. Revaskularisasi Transmiokardia
Diagnosa Keperawatan
20
Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium dan air
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema, penurunan
perfusi jaringan.
Intervensi Keperawatan
Intervensi
21
2. Catatbunyijantung.
Rasional : S1 dan s2 lemah, karena menurunnya kerja pompa S3 sebagai
aliran ke dalam serambi yaitu distensi. S4 menunjukkan inkopetensi atau
stenosis katup.
3. Palpasi nadi perifer.
Rasional : Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat
dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.
4. Pantau tekanan darah.
Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh
CO dan pengisisanjantung.
5. Pantau keluaran urine, catat penurunan keluaran, dan kepekatan atau
konsentrasi urine.
Rasional : Dengan menurunnya CO mempengaruhi suplai darah ke ginjal
yang juga mempengaruhi pengeluaran hormone aldosteron yang berfungsi
pada proses pengeluaran urine.
6. Kaji perubahan pada sensori contoh: letargi, bingung, disorientasi, cemas
dan depresi.
Rasional : Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder
terhadap penurunan curah jantung.
7. Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat tidur.
Rasional : Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan menurunkan
kebutuhan oksigen dan penurunan venous return.
8. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung, obat
diuretic dan cairan.
Rasional : Membantu dalam proses kimia dalam tubuh.
22
Tujuan dan kriteria hasil:
Intervensi
1. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasodilator, diuretic
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek
obat (vasodilatasi), perpindahan cairan atau pengaruh fungsi jantung.
2. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia,
dispnea, berkeringat, pucat
Rasional : Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk
meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan
peningkatan segera frekuensi jantung.
3. Kaji penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat.
Rasional : Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta bloker,
traquilizer, sedative), nyeri dan program penuh stress juga memerlukan
energi dan menyebabkan kelemahan.
4. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung
daripada kelebihan aktivitas.
5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi
periode aktivitas dengan istirahat
Rasional : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa
mempengaruhi stress miokard.
23
6. Implementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas.
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindarai kerja
jantung atau konsumsi oksigen berlebih. Penguatan dan perbaikan fungsi
jantung dibawah stress, : bila disfungsi jantung tidak dapat baik kembali.
Intervensi
1. Pantau keluaran urin, catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis
terjadi
Rasional : Keluaran urin mungkin sedikit dan pekat (khususnya selama
sehari) karena penurunan perfusi ginjal
2. Hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-
tiba atau berlebih (hipovolemia) meskipun edema atau asites masih ada
3. Berikan posisi kaki lebih tinggi dari kepala.
Rasional : Pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan pemasukan
nutrisidan imobilisasi dan tirah baring yang lama
4. Auskultasi bunyi napas, catat penurunan dan atau bunyi napas tambahan
contoh krekels, mengi atau batuk.
5. Kelebihan cairan sering menimbulkan kongersti paru.
Rasional : Gejala edema paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri akut.
6. Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering.
24
Rasional : Penurunan motilitas gaster dapat berefek merugikan pada
digestif.
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi diuetik, cairan dan
elektrolit.
Rasional : Diuretic meningkatkan laju aliran urin dan dapat menghambat
reabsorbsi.
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang
memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi b.d Perubahan membrane kapiler-
alveolus, contoh pengumpulan atau perpindahan cairan ke dalam area
interstitial ataualveoli.
Intervensi:
1. Auskultasi bunyi napas, catat krekels.
Rasional : Menyatakan adanya kongesti paru atau pengumpulan secret
2. Anjurkan klien untuk batuk efektif, napas dalam
Rasional : Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen
3. Dorong perubahan posisi
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
4. Pertahankan tirah baring 20-300 posisi semi fowler.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan dan
meningkatkan inspaksi paru maksimal
5. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi o2 dan laksanakan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar yang dapat
memperbaiki atau menurunkan hipoksia jaringan.
6. Laksanakan program dokter dalam pemberian obat seperti diuretic dan
bronkodilator.
25
Rasional : Menurunkan kongestif alveolar, meningkatkan pertukaran gas,
meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan napas dan
mengeluarkan efek diuretic ringan untuk menurunkan kongestif paru.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema, penurunan
perfusijaringan.
Intervensi
1. Lihat kulit catat penonjolan tulang. Lihat adanya edema, area sirkulasinya
terganggua atau pigmentasi atau kegemukan.
Rasional : Kerana gangguan sirkulasi perifer kulit beresiko imobilisasi
fisik dan gangguan status nutrisi.
2. Pijat area kemerahan
Rasional : Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.
3. Sering rubah posisi di tempat tidur atau kursi. Bantu lakukan latihan
rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi atau menurunkan waktu satu area yang
mengganggu aliran darah.
4. Sering berikan perawatan kulit, meminimalkan kelembaban
Rasional : Kulit terlalu kering dan lembab dapat merusak kulit dan
mempercepat kerusakan.
5. Periksa sepatu atau sandal yang kesempitan, ubah sesuai kebutuhan
Rasional : Sepatu terlalu sempit dapat menyebabkan edema dependen.,
meningkatkan resiko tertekan dan kerusakan kulit pada kaki.
6. Hindarai obat intramuscular.
Rasional : Edema interstitial dan gangguan sirkulasi memperlambat
absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit atau terjadinya
infeksi.
26
BAB III
KASUS
1.Pengkajian
27
a. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. R
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh dada nyeri sebelah kiri tembus punggung sejak tadi subuh .
Nyeri bertambah bila dibuat aktivitas dan berkurang bila dibuat istirahat.
Skala nyeri 5. Nyeri ulu hati dan mual.
28
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nutrisi
Makan biasa 3 x/hari Lunak jantung 3x/hari. Pasien hanya
dengan nasi, lauk dan sayur menghabiskan 2-3 sendok makan karena pasien
mengeluh mual
Minum air putih 6-7
29
gelas/hari Minum air putih 5-6 gelas/hari
Suhu tubuh : 37 C
Respirasi : 28 x/menit
30
e. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan tapi pasien mengeluh
pusing
Mata
Telinga
Inspeksi : Telinga luar bersih, tidak ada lesi, kedua telinga simetris
Hidung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, frontalis dan
etmoidalis
Mulut
Inspeksi : Membran mukosa bibir kering, pucat, gusi tidak ada lesi
31
Leher
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjaran tiroid, tidak ada nyeri tekan
Kulit
Inspeksi thorax : Pergerakan thoraks saat ekspirasi dan inspirasi kanan dan
kiri bersamaan, adanyeri tekan karena pasien mengeluh nyeri dada
Paru Perkusi : Bunyi sonor / timpani pada lapang kanan dan kiri
5) Pemeriksaan Jantung
6) Pemeriksaan Abdomen
32
Palpasi : Tidak teraba massa, turgor kulit kenyal, tidak terdapat nyeri
tekan
7) Pemeriksaan Muskuloskeletal
Tonus otot
MMT 5 4
5 4
Ket :
8) Pemerikasaan Neurologi
GCS : 4 5 6
4 : Bingung
6 : Mengikuti perintah
33
9) Pemeriksaan Status Mental
Kesadaran composmentis
Trigliserida : 98 mg/dl
Na : 137mmol/l
K : 4,8mmol/l
Cl : 93 mmol/l
34
Trigliserida : 89 mg/dl
Hb : 12,8 g/dl
Hematrokrit : 36,9 %
LED : 29 mm/jam
HITUNG JENIS
- BASOFIL : 0%
- EOSINOPIL : 1%
- BATANG : 3%
- SEGMEN : 83 %
- LIMPOSIT ; 12%
- MONOSIT ; 1%
GDS : 141
35
KIMIA DARAH
UREUM : 66 Mg/dl
11) Pelaksanaan/Terapi
ISDN 3 X 5 mg
Salbutamol 3x1 tb
cpg 1x1tb
aspilet 1x1tb
simpastatin 1X1tb
Pasien dan keluarga berharap cepat sembuh dan bisa cepat pulang
36
2.2 ANALISA DATA
Umur : 50 tahun
1Data Subyektif :
Iskemia atau Gangguan rasa
Pasien menyatakan nyeri pada dada
suplai O2 ke nyaman nyeri
sebelah kiri
jaringan jantung
Data Obyektif :
berkurang atau
Pasien nampak kesakitan
sumbatan pada
Pasien tampak pucat
arteri koronaria
TD : 120/80 mmHg
Skala nyeri 5(dari rentan 1-10)
2.Data Subyektif :
Menurunnya Penurunan cardiac
Pasien mengeluh lemah, sesak nafas,
kontraksi jantung output
sulit melakukan aktivitas yang berlebih,
sering terbangun pada malam hari karena
sesak dan
37
malam hari karena sesak dan nyeri dada
Data Obyektif :
TD : 120/80 mmHg
P : 82 x/mnt
Kulit dingin
N : 82 x/mnt
Data Obyektif :
Pasien bedress.
Mual muntah
4.Data subjektif
Gangguan nutrisi
pasien mengeluh tidak mau makan kurang dari
kebutuhan
Data Objektif
38
kali makan.
2. Tujuan
Kriteria hasil :
Skala nyeri 0
TD : 120/80 mmHg
P : 80 x/mnt
39
1) Penurunan cardiac output berhubungan dengan menutunnya kontraksi
otot jantung
40
Nama Pasien : Ny. R
Umur : 50 Tahun
DIAGNOSA
NO. KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
1. 4.
Gangguan nyaman nyeri 1. Monitor dan kaji
Setelah dilakukan per
berhubungan dengan iskemia karakteristik dan lokasi nyeri
tindakan keperawtan terj
jaringan atau sumabtan pada
dalam waktu 2 x 24 pen
arteri koronaria yang ditandai
dengan pasien mengatakan jam pasien mampu
2. Monitor tanda-tanda 5.
nyeri dada sebelah kiri, pasien menunjukkan rasa
vital ( tekanan darah, nadi) dar
kelihatan menyeringai nyeri dada dengan
seb
kesakitan, pasien tampak pucat, ber
Kriteria hasil :
TD : 160/100 mmHg, P :
96x/mnt, skala nyeri 5 Pasien tampak rileks 3.
eks
Skala nyeri 0 reg
3. Ciptakan suasana ket
TD : 120/80 mmHg
lingkungan yang tenang dan kop
P : 80 x/mnt nyaman terh
4. M
pen
nye
5. P
41
DIAGNOSA
NO. KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
5. Kolaborasi dengan
deokter dalam pemberian
1.
analgesik
TD
kar
42
DIAGNOSA
NO. KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
P : 80 x/mnt
2. M
mio
me
1. Catat irama jantung, kom
Intoleransi aktivitas tekanan darah dan nadi
berhubungan dengan sebelum dan sesudah 3. A
ketidakseimbangan antara melalukan aktivitas me
Setelah dialkukan
suplai dan kebutuhan oksigen (m
tindakan keperawtan
yang ditandai dengan pasien me
dalam waktu 224
mengeluh sesak bila angun dari jug
jam, pasien
posisi tidur, berkeringat dingin jan
menunjukkan
bila merubah posisi dari tidur pen
peningkatan
langsung duduk, Tanda vital
kemampuan dalam 2. Anjurkan pasien agar 4. A
setelah bangun tidur TD :
3. melakukan aktivitas lebih banyak beristirahat me
170/100 mmHg, P : 100x/mnt.
43
DIAGNOSA
NO. KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
P : 80 x/mnt
44
2.5 TINDAKAN KEPERAWATAN
Umur : 50 tahun
S : 37oC N : 22 x/menit
9 am
2. Membersihkan lingkungan
tempat tidur pasien dan merapikannya
45
1. Melakukan auskultasi bunyi nafas
dan bunyi jantung pada pasien
2 2 6-3-2010
2. Melakukan pengukuran tekanan
10 am
darah :
TD : 160/100 mmHg
P : 96 x/mnt
N : 22 x/mnt
2.6 EVALUASI
46
Umur : 50 tahun
Tanggal : : 11060868
NO.
No. DX JAM EVALUASI TTD
1. 1 12 am
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
Skala nyeri 0
TD : 140/90 mmHg
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi
2. 2 12 am
S : Pasien mengatakan sesak berkurang
O : Pasien tampak
semangat
tidak sesak
N : 20 x/mnt
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi
47
3. 3 12 am
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok ingin menguraikan kesenjangan antara kasus ny R dan
teori yang dihubungkan berdasarkan konsep mulai dari pengkajian, perumusan
masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
48
1.Pengkajian
Pada kasus terdapat data data pengkajian, baik berupa identitas klien,
riwayat kesehatan, dan laboratorium yang kurang jika kita kaitkan dengan tinjauan
teori. . Secara ilmu fisiologi dan patofisiologi, proses penyakitnya dapat digambarkan
sebagai berikut :
Dari riwayat ada kemungkinan dari makanan Ny.R yang dapat dikatakan sebagai
faktor resiko dari PJK. Darietiologi atau faktor resiko tersebut: Berusia lebih dari 55
tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat operasi (bagi wanita).
Pada Ny.R tidak memiliki penyakit diabetes,dan tidak memiliki tekanan darah
tingg, . tetapi dari hasil pemeriksaan penunjang laboraturium hasi lKolesterol
total:227 mg/dl, HDL kolesterol direk :35 mg/dl. LDL kolesterol direk :84
mg/dl, Trigliserida :89 mg/dl. Asam urat 8,0 mg/dl, Kolesterol total215 mg/dl, HDL
kolesterol direk54 mg/dl, LDL kolesterol direk102 mg/dl, Trigliserida 98 mg/dl,
Na137mmol/l, K4,8mmol/l, Cl 93 mmol/l, Troponin 13,96 ng/ml .pemeriksaan
penunjang lain seperti RO thorak,dan EKG dengan hasil STEMY
ISDN 3 X 5 mg, Salbutamol3x1 tb, Inj. Cefoperazon 3x1 gr. cpg 1x1tb.
aspilet 1x1tb. simpastatin 1X1tb, Inj. Lovenoc 2X1.
49
Hal ini sesuai dengan rekomendasi pengobatan untuk memperbaiki prognosis pasien
dengan Angina stabil menurut ESC 2006,sbb:
50
Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium dan air
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema, penurunan
perfusi jaring
Diagnose yang diangkat pada kasus ny R sebagian sesuai teori, ada 1 yang
tidak sesuai yaitu diagnose tentang nutrisi. Hal ini dikarenakan klien
mengalami mual dan muntah.
3.Intervensi keperawatan
51
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ jantung.
Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit
jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak
menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain adalah
tekanan darah tinggi (hipertensi), tingginya kolesterol, gaya hidup yang kurang
aktivitas fisik (olahraga), diabetes, riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi
alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat
dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan menghindari fakto-faktor
resiko.seperti pola makan yang sehat, menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas
fisik dan olehraga secara teratur, menghindari stress kerja.
52
B. Saran
PUSTAKA
Adam Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk Factors and Cardiovascular Risk
in Physical Workers and Managers.
53
Corwin J. Elizabeth, ( 2009 ), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3, Penerbit :
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina. (1999). Panduan Mencegah & Mengobati
Hariadi, Ali Arsad Rahim, (2005). Hubungan Obesitas dengan Beberapa Faktor
Risiko Penyakit Jantung Koroner.
54
Kurniastuti, Y. (2009). Faktor Resiko Penyakit Janting Koroner di Indonesia.
Marianna Virtanen, (2012). Long Working Hours and Coronary Heart Disease: A
Systematic Review and Meta-Analysis.
Mika Kivimki, (2013). Associations of job strain and lifestyle risk factors with risk
of coronary artery disease: a meta-analysis of individual participant data.
Sivaramakrishna, R., Nancy A., William, A., Gilda, C., dan Kimerly, A. 2000. Powell
American Journal of Roentgenology, 175, 45-51
55
Kuswadji, S. 2009. Kadar Lemak Darah pada Pekerja Bergilir di Suatu Instalasi
Pengeboran Minyak dan Gas Bumi.www.cerminduniakedokteran.com [diakses 18
Mei 2014].
56
57