Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS DIARE PADA ANAK

DI RUANGAN RAMBUTAN RSUD MADANI KOTA PALU


PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ADRIANUS BIASA


NIM : 2021032002

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Gusti Ayu Made Kertiawati, S.Kep Ns. Ahmil, S.Kep., M.Kes
NIP. 198205132011012008 NIP. 20150901051

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep dasar
A. Definisi
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan
terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak diare
didefenisikan sebagai pengeluaran tinja > 10g/kgbb/24 jam sedangkan rata-rata pengeluaran tinja
normal bayi sebesar 5-10g/kgbb/24 jam (Jufrie,2010)
Menurut WHO Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar dari
biasanya, yaitu 3x atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja
yang berdarah.
Gastroenteritis akut adalah gangguan transportasi larutan di usus yang menyebabkan
kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses (Sodikin, 2012).
Gastroenteritis akut adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peradangan pada saluran
pencernaan yang disebabkan oleh infeksi dengan dejalanya terutama adalah muntah, dehidrasi
dan diare Pada dasarnya diare didefinisikan sebagai meningkatnya frekuensi buang air besar dan
konsistensi feses menjadi cair (Djojonigrat, 2014).
Gastroenteritis merupakan sindrom penyakit yang ditandai oleh perubahan bentuk
konsistensi tinja, serta bertambahnya frekuensi buang air besar (hingga 3 kali atau lebih dalam
sehari), dengan tinja yang encer dapat berwarna hijau ataupun dapat bercampur lendir dan darah,
yang juga berupa lendir saja. (Mufidah, 2012)

Dari pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis akut adalah
gangguan transportasi larutan di usus yang terjadi akibat peradangan pada saluran pencernaan
yang terjadi secara mendadak akibat infeksi dengan gejala muntah, dehidrasi, dan diare.

B. Epidemiologi
Gastroenteritis akut merupakan penyakit yang memiliki prevalensi kejadian cukup tinggi baik
dinegara maju maupun berkembang. Ini dibuktikan dengan epidemiologi dari gejala
gastroenteritis akut yaitu diare, dimana diperkirakan diseluruh dunia tercatat tiga sampai lima
miliar kasus setiap tahunnya.2 Walaupun negara maju memiliki tingkat kesehatan yang tergolong
baik dengan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai, namun gejala diare
dari penyakit gasroentritis akut ini tetap menjadi masalah serius yang mengakibatkan sekitar
150 hingga 300 kematian pada anak-anak usia dibawah 5 tahun.3 Padahal diare ini mayoritas
kasusnya terjadi dinegara berkembang dengan 1,3 juta kematian pada anak-anak dibawah usia
lima tahun sejak tahun 2008.
Kejadian gastroenteritis akut di Provinsi Bali paling tinggi di temukan di kabupaten Buleleng
antara 10,6% sampai 12,7%.5 Selain itu diperkuat dengan data yang lain bahwa sebanyak 26.860
jiwa di sembilan kabupaten/kota di Bali terserang diare dari total jumlah penduduk
3.737.567 jiwa selama tujuh bulan periode Januari- Juli 2014. Dari data tersebut juga tercatat
ada sebanyak 4.947 jiwa di Kabupaten Buleleng menderita diare, menyusul kota Denpasar
(4.394), Kabupaten Gianyar (4.121), Tabanan (3.613),Badung (2.584), Karangasem
(2.737) dan Bangli (1.779).
Berdasarakan beberapa data yang telah diperoleh mengenai penyakit gastroenteritis akut,
bahwa angka kejadian masih tinggi, baik di Indonesia maupun di seluruh negara didunia.

C. Etiologi
Terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam
saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa
intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan
kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam
absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transport
menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan
dan elektrolit akan meningkat.
a. Infeksi Virus
1) Retavirus : penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului atau disertai
dengan muntah, timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
2) Enterovirus : biasanya timbul pada musim panas
3) Adenovirus : timbul sepanjang tahun, menyebabkan gejala pada saluran
pencernaan/pernafasan
4) Norwalk : epidemik, dapat sembuh sendiri
b. Infeksi Bakteri
1) Stigella
2) Salmonella
3) Escherichia coli
4) Campylobacter
5) Yersinia Enterecolitica
2. Faktor Malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotic
meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah gastroenteritis
a. Malabsorbsi karbohidrat
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein : asam amino, B – laktoglobulin
3. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu menyerap dengan baik dan dapat terjadi
peningkatan peristaltic usus yang akhirnya menyebabkan penurunan kesemapatan untuk
menyerap makanan. Seperti : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk allergy,
food allergy, down milk protein senditive enteropathy CMPSE)
4. Faktor psikologi
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic usus yang dapat mempengaruhi
proses penyerapan makanan.
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah Penyebab gastroenteritis akut
adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin
(Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding
usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi
dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi
cairan elektrolit (Khasanah, 2015).
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnyakesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
E. PATHWAY GASTROENTERITIS

Infeksi virus dan Malabsorbsi Makanan, efek


bakteri samping obat-obatan

Kuman masuk Tekanan osmotik Toksin tidak


dan berkembang meningkat dapat diabsorbsi
dalam usus

Pergeseran air Hiperperistaltik


Toksin dalam dan elektrolit
dinding usus ke rongga usus
halus

Hipersekresi air Isi rongga usus Kemampuan


dan elektrolit meningkat absorbsi
usus meningkat menurun

GEA

BAB sering dengan Inflamasi saluran


konsistensi encer pencernaan

Pelepasan
Kulit di Peningkatan BAB encer Mual dan mediator kimiawi
sekitar anus Frekwensi dengan atau muntah
lecet dan defekasi tanpa darah
iritasi
Kemerahan Agen
dan gatal anoreksia pirogenic, Spasme otot
Cairan yang dehidrasi prostaglandi polos usus
keluar n
Gangguan banyak
Integritas Suhu tubuh Kram perut
Kulit meningkat
Hipovolemia
Diare
Nyeri Akut
Hipertermia
F. Klasifikasi
Klasifikasi gastroenteritis dengan manifestasi diare:
1. Diare akut (gastroenteritis)
Diare akut adalah diare yang secara mendadak terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Diare berlangsung kurang dari 14 hari. Penyebab diare akut pada
anak-anak adalah rotavirus, escherichia coli enterotoksigenik, crytosporidium,
campylobacter jejuni dan shigella.
2. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut tetapi berlangsung
lebih dari 14 hari. Diare persisten tidak disebabkan oleh penyebab mikroba tunggal,
e. Coli enteoaggregatife, shigella, dan cryptosporidium, mungkin penyebab lain
berperan lebih besar.
3. Disentri
Disentri adalah diare yang disertai darah dalam feses. Penyebab utama disentri akut
yaitu shigella dan penyebab lain adalah campylobacter jejuni.
G. Manifestasi Klinis
1. Sering buang air besar dengan konstipasi tinja yang cair dan encer.
2. Terdapat luka tanda dan gejala, turgo kulit jelek
3. Diare
4. Mual, dan Muntah
5. Demam
6. Nyeri abdomen
7. Memberan mukosa mulut dan bibir kering
8. Perubahan tanda-tanda vital (Khasanah, 2015).
9. Pada bayi dan anak menjadi cengeng, rewel dan gelisah
10. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
11. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu
12. Terdapat tanda dehidrasi yaitu ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan
turgor kulit berkurang, selaput lender pada mulut dan bibir terlihat kering, berat
badan menurun, pucat, lemah (Sodikin, 2012).
H. Pemeriksaan fisik
Kegiatan pencegahan penyakit gastroenteritis dengan diare yang benar dan efektif yang
dapat dilakukan menurut Kemenkes RI (2015) dalam Buku Saku LINTAS Diare adalah:
1. Berikan ASI selama 6 bulan (ASI eksklusif) dan teruskan sampai 2 tahun.
2. Memberikan makanan pendamping ASI/MP ASI sesuai dengan umur anak.
3. Gunakan air bersih yang cukup, memberikan air minum yang sudah direbus
sampai mendidih.
4. Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir terutama sebelum makan, sesudah
buang air besar, sesudah menceboki anak, sebelum menyiapkan makanan dan
sebelum menyusui.
5. Buang air besar dan tinja anak dijamban.
6. Berikan imunisasi campak.
I. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkikan.
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkikan (Khasanah, 2015).
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada
penderita diare kronik (Khasanah, 2015)..
3. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan fosfor)
dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal (Khasanah, 2015).
4. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik (Khasanah, 2015).
J. Kriteria diagnosis
1. Diare akut :
Kriteria diagnosis : Mencret, ubun-ubun cekung, mulut/bibir kering, turgor menurun,
nadi cepat, mata cekung, nafas cepat dan dalam, Oliguri.
2. Diare kronis : Mencret yang berlangsung >14 hari
K. Penatalaksanaan
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Khasanah, 2015):
a. Jumlah cairan:
1) jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan jumlah cairan yang telah
hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water Losses)
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
CWL (Concomitant water losses).
b. Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-
ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20
g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L,
potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et
al.2005). cairan rehidrasi oral misalnya Oralit, dan yang tidak mengandung
komponen diatas misalnya larutan gula, air tajin, cairan yang tersedia
dirumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap
jam perlu dilakukan evaluasi. Mengenai seberapa banyak pemberian
tergantung berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti
biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan,persisten atau penyelamatan jiwa pada diare
infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised (Khasanah, 2015).
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5
hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis
tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-
14 hari oral atau IV) (Khasanah, 2015).
3. Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x sehari dan
lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan
propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses
dan mengurangi frekwensi diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini
cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut
dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan (Khasanah,
2015).
L. Komplikasi
1. Hipokalemia (dengan gejala materiorisme otot lemah bradikardi perubahan elektro
diogram).
2. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipo kalsemia.
3. Hiponatremi.
4. Syok hipovalemik.
5. Asidosis
6. Dehidrasi (Khasanah, 2015).
M. Pencegahan
Pencegahan penyakit Diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemberian ASI, ASI adalah makanan paling baik untuk bayi, komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI bersifat steril berbeda dengan susu formula. Pemberian ASI
Ekslusif selama 6 bulan dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Pemberian ASI
harus memperhatikan kebersihan payudara, bila perlu ibu mandi atau payudara
dibersihkan sebelum menyusui.
2. Makanan pendamping ASI, adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan
makanan orang dewasa. secara bertahap dari makanan lunak. Pemberian makanan
diperhatikan kebersihan alat makan, dan makanan itu sendiri harus dimasak, cuci
tangan sebelum menyiapkan makanan.
3. Menggunakan air bersih yang cukup,penularan kuman infeksius penyebab diare
ditularkan melalui face-oral, kuman tersebut dapat ditularkan melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya jari-jari tangan, alat makan
yang dicuci dengan air yang tercemar.
4. Selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah buang air besar, membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyusui.
5. Menggunakan jamban, saat buang air besar pada jamban yang baik dan bersih,
berfungsi baik, dan rajin dibersihkan. Penggunaan alas kaki diperlukan saat masuk
jamban.
6. Membuang tinja bayi dengan benar, tinja bayi juga dapat menularkan penyakit.
Buang tinja bayi di jamban atau tinja dapat ditanam dalam tanah.
7. Pemberian imunisasi campak, bayi atau anak dengan penyakit campak dapatdisertai
diare, sehingga pemberian imunisasi campak dapat mencegah diare.
8. Penyehatan lingkungan, dengan memperhatikan penyediaan air bersih, pengelolaan
sampah dan sarana pembuangan air limbah.
II. Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Pengkajian fokus
a. Identitas Klien: Pada klien mengenai nama/inisial, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, agama alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis. Pada
penanggung jawab mengenai nama orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan
orang tua, umur, suku bangsa dan alamat.
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB cair < 4
kali (diare tanpa dehidrasi), BAB cair 4-10 kali (dehidrasi ringan/sedang) dan
BAB cair > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung < 14 hari maka
diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah
diare persisten.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
P (presipitasi) : Faktor apa yang diketahui pasien/keluarga yang memungkinkan
menjadi penyebab terjadinya gastroenteritis (diare)?
Q (Kualitas, kuantitas):
1) Berapa kali pasien BAB sebelum mendapat intervensi
keperawatan?
2) Bagaimana bentuk feses BAB? Apakah encer, cair, bercampur lendir atau
darah?
3) Apakah disertai adanya gangguan gastrointestinal (mual, muntah,
anoreksia, nyeri abdomen)?
R (Regio): Keluhan berlokasi pada seluruh abdomen.
S (Skala): Pada diare, skala bervariasi tergantung kecepatan onset.
T (Waktu, onset): Berapa lama keluhan awal terjadi? Apakah akut/mendadak?
Durasi dan kecepatan gejala awal terjadi diare?
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat
menular ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak dijamin
kebersihannya yang disajikan kepada anak.
e. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun
biasanya adalah panas, kejang, batuk, pilek dan yang terjadi sebelumnya,
selama atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda dan
gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti otitis media akut,
bronkopneumonia, tonsilitis, faringitis dan ensefalitis.
2) Adanya riwayat alergi terhadap obat-obatan atau makanan, makan makanan
basi, karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
3) Pada riwayat imunisasi kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak.
Diare lebih sering terjadi pada anak dengan campak atau yang baru
menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan
kekebalan tubuh pada pasien. Selain imunisasi campak, anak juga harus
mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG, imunisasi DPT
dan imunisasi polio.
B. Diagnosa keperawatan
1. Diare
2. Hipovolemia
3. Hipertermia
4. Nyeri akut
5. Gangguan integritas kulit/jaringan
C. Intervensi keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
. KEPERAWATAN KRITERIA
1. Diare Eliminasi Fekal Manajemen Diare Manajemen Diare
Definisi: Setelah dilakukan Tindakan
Pengeluaran feses yang tindakan keperawatan Observasi:
sering, lunak dan tidak selama 3x24 jam 1. Identifikasi penyebab diare 1. Agar pasien dapat mengetahui serta dapat

berbentuk maka Eliminasi Fekal (mis. inflamasi menidentifikasi penyebab diare (mis.

Penyebab: pasien dapat gastrointestinal, iritasi inflamasi gastrointestinal, iritasi

Fisiologis membaik dengan gastrointestinal, proses gastrointestinal, proses infeksi, malabsorbsi,

1. Inflamasi Kriteria Hasil: infeksi, malabsorbsi, ansietas, stress, efek obat obatan)

gastrointestinal 1. Control ansietas, stress, efek obat


2. Iritasi gastrointestinal pengeluaran feses obatan, pemberian botol
3. Proses infeksi meningkat susu)
2. Agar pasien dapat mengotrol kebutuhan
4. Malabsorbsi 2. Keluhan defekasi 2. Identifikasi riwayat
cairan
Psikologis lama dan sulit pemberian makanan
3. Agar dapat mempertahankan frekuensi nadi,
1. Kecemasan menurun 3. Monitor warna, volume,
tekanan darah, turgor kulit agar tetap dalam
2. Tingkat stress tinggo 3. Mengejan saat frekuensi, dan konsistensi
keadaan yang normal
Situasional defekasi menurun tinja
4. Agar dapat memperhitungkan dan memantau
1. Terpapar kontaminan 4. Urgensi menurun 4. Monitor tanda dan gejala
jumlah pengeluaran diare supaya sehingga
2. Terpapar toksin 5. Nyeri abdomen hipovolemia (mis.
tidak terjadi pengeluaran diare yang
3. Penyalahgunaan menurun takikardia, nadi teraba
berlebihan dan dapat mempertahankannya
laksatif 6. Kram abdomen lemah, tekanan darah dalam keadaan yang semestinya atau dalam
4. Penyalahgunaan zat menurun turun, turgor kulit turun, keadaan normal
5. Program pengobatan 7. Konsistensi feses mukosa mulut kering, CRT 5. Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
6. Perubahan air dan membaik melambat, BB turun) elektrolit yakni dengan memberikan asupan
makanan 8. Frekuensi BAB 5. Monitor jumlah oral, jalur intravena akibat kehilangan banyak
7. Bakteri pada air membaik pengeluaran diare cairan.
Gejala dan Tanda 9. Peristaltic usus 6. Monitor keamanan 6. Agar dapat menghindari makanan yang tidak
Mayor membaik penyiapan makanan dianjurkan supaya diare tidak bertambah
Subjektif Terapeutik parah
- 1. Berikan asupan cairan oral
Objektif (mis. garam gula, oralit,
1. Defekasi lebih dari pedialyte, renalyte)
tiga kali dalam 24 jam 2. Pasang jalur intravena
2. Feses lembek atau cair (mis. ringer laktat, ringer
Gejala dan Tanda asetat jika perlu)
Minor 3. Ambil sampel darah dan
Subjektif pemeriksaan darah lengkap
1. Urgency dan elektrolit
2. Nyeri/kram abdomen 4. Ambil sampel fesef dan
Objektif kultur, jika perlu
1. Frekuensi peristaltic
meningkat
2. Bising usus hiperaktif Edukasi
Kondisi klinis terkait 1. Anjurkan makan porsi
1. Iritasi usus kecil dan secara bertahap
Gastritis 2. Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas ,
pedas dan mengandung
laktosa
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antimolitas (mis.
loperamide, difenoksilat)
2. Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/spasmolitik
(mis. paverine, ekstak
belladonna, mebeverine)
Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses (mis. atapulgit,
smeklit, kaolin-pektin)
2. Hipovolemia ( D.0023) Status Cairan Manajemen Hipovolemia Observasi
Definisi (L.03030) (I.03116)
Penurunan volume cairan Setelah dilakukan Observasi
intravaskular, interstisial tindakan keperawatan 1. Periksa tanda dan 1. Agar mengetahui apakah pasien memiliki

dan/atau intraseluler selama 3x24 jam gejala hipovolemia kekurangan cairan yang dapat
masalah status cairan (mis. Frekuensi nadi menyebabkan masalalah
Penyebab teratasi dengan meningkat, nadi terasa lainnya(mis.frekuensi nadi meninggi,nadi
1. Kehilangan cairan krirteria hasil : lemah, tekanan darah terasa lemah,tekanan darah menurun,
aktif 1. Kekuatan nadi menurun, tekanan nadi tekanan nadi meyempit,dll)
2. Kegagalan membaik dari menyempit, turgor kulit
mekanisme yang menurun, membran
regulasi sebelumnya mukosa kering, volume
3. Peningkatan skala 2 (cukup urin menurun,
permeabilitas menurun) hematokrit meningkat,
kapiler menjadi skala haus, lemah)
2. untuk memenatau berapa yang masuk dan
4. Kekurangan intake 4 (cukup 2. Monitor intake dan
keluar.
cairan meningkat) output cairan
Terapeutik
2. Output urine Terapeutik
3. Untuk menegtahui berapa kebutuhanya
Gejala dan tanda mayor membaik dari 3. Hitung kebutuhan
yang harus diberikan.
Subjektif : (tidak yang cairan
Edukasi
tersedia) sebelumnya Edukasi
4. Untuk menganjurkan pasien agar banyak
Objektif skala 2 (cukup 4. Anjurkan
minum
1. Frekuensi nadi menurun) memperbanyak
Kolaborasi
meningkat menjadi skala asupan cairan oral
5. Agar memaksimalkan penyebuhan pada
2. Nadi teraba lemah 4 (cukup Kolaborasi
pasien.
3. Tekanan darah meningkat) 5. Kolaborasi
menurun Membran mukosa pemberian cairan IV
4. Tekanan nadi lembab membaik dari isotonis (mis. Nacl,
yang sebelumnya
menyempit RL)
skala 3 (sedang)
5. Turgor kulit menjadi skala 4 6. Kolaborasi 6. Untuk memaksimalkan cairan yang akan
(cukup meningkat) diberikan kepada pasien sehingga
menurun pemberian cairan IV
6. Membran mukosa hipotonis (mis. penyembuhan lebih cepat.

kering Glukosa 2,5%, Nacl


7. Volume urin 0,4%)
menurun
8. Hematokrit
meningkat

Gejala dan tanda minor


Subjektif :
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
Objektif
1. Pengisian vena
menurun
2. Status mental
berubah
3. Suhu tubuh
meningkat
4. Konsentrasi urin
meningkat
5. Berat badan turun
tiba – tiba
3. Hipertermia ( D.0130) Termoregulasi Manajemen Hipertermia Observasi
Kategori : Lingkungan (L.14134) (I.15506)
Subkategori : Keamanan Definisi Definisi
dan Proteksi Pengatura 1. Mengidentifikasi dan
Definisi n suhu tubuh mengelola peningkatan
Suhu tubuh agar tetap suhu tubuh akibat disfungsi
meningkat di atas berada pada termoregulasi.
rentang normal rentang Tindakan
tubuh. normal. Observasi
1. Penyebab hipertermi
Penyebab Setelah 1. Identifikasi penyebab
adalalah heat stress,heat
1. Dehidrasi dilakukan hipertermia (mis.
fatigue, heat syncope,
2. Terpapar lingkungan tindakan dehidrasi, terpapar
heat cramps, heat
panas keperawatan lingkungan panas,
edema, heat rash, heat
3. Proses penyakit selama 3x24 penggunaan inkubator)
exhaustion.
(mis. infeksi, jam masalah 2. Monitor suhu tubuh
2. Suhu tubuh adalah
kanker) hipertermia 3. Monitor komplikasi
perbedaan jumlah panas
4. Ketidaksesuaian
pakaian dengan suhu diharapkan akibat hipertermia yang di produksi oleh
lingkungan membaik dengan Terapeutik proses tubuh dan jumlah
5. Peningkatan laju kriteria hasil : 1. Sediakan lingkungan yang panas yang hilang
metabolisme 1. Menggigil dingin kelingkungan luar.
6. Respon trauma menurun 2. Longgarkan atau lepaskan 3. Bila tidak segera
7. Aktivitas berlebihan 2. Kejang pakaian ditangani, hipertermia
8. Penggunaan menurun 3. Berikan cairan oral dapat mengakibatkan
inkubator 3. Suhu tubuh 4. Ganti linen setiap hari kerusakan organ penting
Gejala dan Tanda membaik atau lebih sering jika didalam tubuh seperti
Mayor Suhu kulit membaik mengalami otak, pada kondisi lanjut
Subjektif hiperhidrosis(keringat tanpa penanganan yang
(tidak tersedia) berlebihan) bauik, hipertermia juga
Objektif 5. Lakukan pendinginan dapat berujung pada
1. Suhu tubuh diatas eksternal (mis. selimut kematian.
nilai normal hipotermia atau kompres Terapeutik
Gejala dan Tanda Minor dingin pada dahi, leher, 1. Lingkungan adalah
Subjektif dada, abdomen, aksila) kombinasi antara
(tidak tersedia) kondisi fisik yang
mencakup keadaan
Objektif Edukasi sumber daya alam
1. Kulit merah 1. Anjurkan tirah baring seperti tanah, air, energi
surya, mineral, serta
2. Kejang Kolaborasi flora dan fauna yang
3. Takikardi Kolaborasi pemberian cairan tumbuh di atas tanah
dan elektrolit intravena jika
4. Takipnea maupun di dalam lautan,
perlu
5. Kulit terasa hangan dengan kelembagaan
Kondisi Klinis Terkait yang meliputi ciptaan
1. Proses infeksi manusia seperti
2. Hipertiroid keputusan bagaimana
3. Stroke menggunakan
4. Dehidrasi lingkungan fisik
5. Trauma tersebut.
prematuritas 2. Untuk membuat pasien
merasa lebih nyaman
dan tentram
3. Untuk meningkatkan
kenyamanan pasien
4. Untuk menurunkan suhu
tubuh yang tinggi
Edukasi
1. Perawatan ini
diperlakukan untuk
suatu penyakit atau
kondisi medis tertentu.
Kolaborasi
Cairan adalah fluida
tak termampatkan
yang menyesuaikan
4. Nyeri Akut (D. 0077) Tingkat Nyeri Manajemen nyeri Manajemen Nyeri
Kategori : psikologis (l.08066) Definisi : Observasi :
Subkategori: nyeri dan Kriteria Hasil Mengidentifikasi dan
kenyamanan Setelah dilakukan mengelola pengalaman sensori
Definisi : pengalaman tindakan keperawatan atau emosional yang berkaitan
sensorik atau emosional selama 3x24 jam dengan kerusakan jaringan
yang berkaitan dengan masalah Nyeri akut atau fungsional dengan onset
kerusasakan jaringan diharapakan menurun mendadak atau lambat dan
aktual atau fungsional, dan teratasi dengan berintensitas ringan hingga
dengan onset mendadak indikator: berat dan konstan
atau lambat dan 1. Keluhan nyeri Tindakan
berintensitas ringan menurun dari Observasi : 1. Mengetahui lokasi
hingga berat yang skala 2 (cukup 1. identifikasi lokasi, nyeri, karakteristik
berlangsung kurang dari 3 meningkat) karakteristik, durasi, nyeri, berapa lama nyeri
bulan. menjadi skala frekuensi, kualitas, dirasakan serta kualitas
Penyebab : 4 (cukup intensitas nyeri. dan intensitas nyeri
1. Agen pencedera menurun). 2. Identifikasi skala nyeri yang dirasakan
fisiologis(mis, 2. Meringis 3. Identifikasi respon
inflamasi, menurun dari nyeri dan non verbal pasien untuk
iskemia,neoplasma) skala 2 (cukup 4. Identifikasi faktor yang mengetahui penanganan
2. Agen pencedera meningkat) memperberat dan apa yang akan
kimiawi(mis, menjadi skala memperingan nyeri diberikan.
terbakar, bahan kimia 5 (menurun) 5. Identifikasi 2. Memastikan tingkat
iritan) 3. Sikap pengetahuan dan nyeri yang dirasakan
3. Agen pencedera protektif keyakinan tentang pasien dan apakah
fisik(mis. Abses, menurun dari nyeri memerlukan penangan
amputasi, terbakar, skala 2 (cukup 6. Identifikasi pengaruh yang cepat.
terpotong, meningkat) budaya terhadap respon 3. Mengetahui dan
mengangkat berat, menjadi skala nyeri menghindari faktor
prosedur operasi, 5 (menurun). 7. Identifikasi pengaruh yang memperberat
trauma, latihan fisik 4. Kesulitan nyeri pada kualitas nyeri.
berlebihan) Tidur hidup 4. Dapat menyesuaikan
Gejala dan tanda mayor menurun dari 8. Monitor keberhasilan pemberian manajemen
Subjektif : skala 2 (cukup terapi komplementer nyeri sesuai dengan
1. Mengeluh nyeri meningkat) yang sudah diberikan keyakinan pasien
Objektif : menjadi skala 9. Monitor efek samping sehinnga manajemen
1. Tampak meringis 5 (menurun) penggunaan analgetik nyeri akan berjalan
2. Bersikap protektif 5. TTV Terapeutik : efektif.
(misalnya . (Tekanan 1. Berikan tehnik non 5. Memastikan terapi
waspada, posisi darah, farmakologis untuk untuk mengatasi nyeri
menghindari nyeri) frekuensi mengurangi rasa yang diberika efektif
3. Gelisah nadi, pola nyeri( mis, TENS, atau perlu ditambahkan.
4. Frekuensi nadi nafas) hipnosis, akupresure, 6. Mencegah agar tidak
meningkat menurun dari terapi musik, akan timbul masalah
5. Sulit tidur skala 2 (cukup biofeedback, terapi lain yang akan di
Gejala dan tanda minor memburuk) pijat, aroma terapi, rasakan oleh pasien
Subjektif (tidak menjadi skala tehnik imajinasi sehinnga tindakan
tersedia) 5 (membaik) terbimbing, kompres berfokus pada
Objektif : 6. Fokus hangat/dingin, terapi manajemen nyeri.
1. Tekanan darah menurun dari bermain) Terapeutik :
meningkat skala 2 (cukup 2. Kontrol lingkungan 1. Agar pasien tidak akan
2. Pola nafas berubah memburuk) yang memperberat rasa ketergantungan pada
3. Nafsu makan menjadi skala nyeri (mis. Suhu obat.
berubah 5 (membaik) ruangan, pencahayaan , 2. Memastikan pasien
4. Proses berfikir Nafsu makan kebisingan) merasakan nyaman
menurun dari skala 2
terganggu 3. Fasilitasi istrahat dan sehingga nyeri yang
(cukup memburuk)
5. Menarik diri menjadi skala 4 tidur pasien rasakan tidak
(cukup membaik)
6. Berfokus pada diri 4. Pertimbangkan jenis semakin parah.
sendiri dan sumber nyeri 3. Memastikan kebutuhan
7. Diaforesis dalam pemilihan istrahat dan tidur pasien
Kondisi klinis terkait strategi meredakan terpenuhi.
1. Kondisi 4. Agar tindakan
pembedahan nyeri manajemen nyeri yang
2. Cedera traumatis Edukasi : diberikan tepat dan
3. Infeksi 1. Jelaskan penyebab, sesuai saran sehingga
4. Syndrom koroner periode, dan pemicu nyeri yang di rasakan
akut nyeri akan teratasi.
5. glaukoma 2. Jelaskan strategi Edukasi :
meredakan nyeri 1. Dengan mengetahui
3. Anjurkan memonitor penyebab, periode, dan
nyeri secara mandiri pemicu nyeri maka
4. Anjurkan pasien dapat mengatasi
mengguanakan nyerinya sendiri.
analgetik secara tepat 2. Agar pasein dapat
5. Ajarkan tehnik non memilih strategi untuk
farmakologis untuk meredeakan nyeri yang
mengurangi rasa nyeri ia rasakan sendiri sesuai
Kolaborasi : keinginan dan
1. Kolaborasi pemberian kenyamanannya.
analgesik,jika perlu
3. Agar pasein dapat
mengetahui terapi
farmakologi (obat-
obatan) yang dapat
digunakan selain non
farmakologi jika terapi
non farmakologi tidak
berhasil.
Kolaborasi
Memastikan Terapi
analgetik yang
diberikan efektif
dengan melakukan
kolaborasi.
5. Gangguan Integritas Integritas Kulit / Perawatan Integritas Kulit Tindakan :
Kulit / Jaringan Jaringan (L.14125) (I.11353) Observasi :
(D.0129) Setelah melakukan Definisi : 1. Untuk mengetahui apa
Definisi : pengkajian selama 3 Mengidentifkasi dan merawat yang menyebabkan
Kerusakan kulit (dermis × 24 jam integritas kulit untuk menjaga keutuhan, gangguan pada
dan / atau epidermis) atau kulit / jaringan kelembaban dan mencegah integritas kulit
jaringan (membrane meningkat, dengan perkembangan mikrogranisme. Terapeutik :
mukosa, kornea, fasia, kriteria hasil : Tindakan : 1. Untuk menghindari
otot, tendon, tulang, 1. Elastisitas Observasi : terjadinya luka
kartilago, kapsul sendi cukup 1. Identifkasi penyebab dekubitus
dan/atau ligament). meningkat gangguan integritas 2. Untuk menghindari
Penyebab: 2. Hidrasi cukup kulit (mis. Perubahan terjadinya infeksi
1. Perubahan meningkat sirkulasi, perubahan 3. Untuk menjaga
sirkulasi 3. Perfusi statu nutrisi, penurunan kelembapan kulit
2. Perubahan status jaringan kelembaban, suhu 4. Untuk mengindari
nutrisi (kelebihan cukup lingkungan ektrem, terjadinya sensitifitas
atau kekurangan) meningkat penurunan mobilitas) pada kulit
3. Kekurangan/ 4. Kerusakan Terapeutik : 5. Untuk menjaga
kelebihan volume jaringan 1. Ubah posisi tiap 2 jam kelembapan kulit
cairan cukup jika tirah baring Edukasi :
4. Penurunan menurun 2. Lakukan pemijatan 1. Untuk dapat
mobilitas 5. Kerusakan pada area penonjolan mempertahankan
5. Bahan kimia lapisan kulit tulang , jika perlu kelembapan kulit
iritatif cukup 3. Bersihkan perineal 2. Untuk mencegah
6. Suhu lingkungan menurun dengan air hangat, dehidrasi dan kulit
yang ekstrim 6. Nyeri cukup terutama selama kering
7. Faktor mekanisme menurun periode diare 3. Untuk menjaga
(mis. penekanan 7. Perdarahan 4. Gunakan produk kesehatan kulit
pada tonjolan cukup berbahan petrolium 4. Untuk menjaga
tulang, gesekan) menurun atau minyak pada kulit kesahatan dan
atau faktor elektris 8. Kemerahan kering kelembapan kulit
(elektrodiatermi, cukup 5. Gunakan produk 5. Untuk menghindari
energi listrik menurun berbahan ringan/alami kerusakan pada kulit
bertegangan 9. Hematoma dan hipoalergik pada 6. Untuk menjaga kulit
tinggi) cukup kulit sensitif dari paparan sinar
8. Efek samping menurun 6. Hindari produk matahari
terapi radiasi 10. Pigmentasi berbahan dasar alkohol 7. Untuk mencegah kulit
9. Kelembaban abnormal pada kulit kering kering
10. Proses penuaan cukup Edukasi :
11. Neuropati perifer menurun 1. Anjurkan menggunakan
12. Perubahan 11. Jaringan parut pelembab (mis. Lotion,
pigmentasi cukup serum)
13. Perubahan menurun 2. Anjurkan minum air
hormonal 12. Nekrosis yang cukup
14. Kurang terpapar cukup 3. Anjurkan
informasi tentang menurun meningkatkan asupan
upaya 13. Abrasi kornea nutrisi
mempertahankan/ cukup 4. Anjurkan
melindungi menurun meningkatkan asupan
integritas kulit. 14. Suhu kulit buah dan sayur
Gejala dan Tanda cukup 5. Anjurkan menghindari
Mayor membaik terpapar suhu ekstrem
Subjektif : 15. Sensasi cukup 6. Anjurkan menggunakan
(tidak tersedia) membaik tabir surya SPF
Objektif : 16. Tekstur cukup minimal 30 berada di
1. Kerusakan membaik luar rumah
jaringan dan / atau 17. Pertumbuhan 7. Anjurkan mandi dan
lapisan kulit. rambut cukup menggunakan sabun
membaik secukupnya

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1. Nyeri
2. Perderahan
3. Kemerahan
Hematoma
DAFTAR PUSTAKA

Djojonigrat, Dharmika. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing


Kementrian kesehatan RI, 2011. Buletin jendela data dan informasi kesehatan, pengendalian
Diare di Indonesia
Khasanah, Nur Aulia. 2015. Hipertermi Pada An. M Gastroenteritis Akut Diruang Cempaka
Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Mufidah, Fatchul. 2012. Cermati Penyakit-Penyakit Yang rentang Diderita Anak Usia
Sekolah. Yogyakarta: FlashBooks.
Munnink, B. Van der Hoek, L. 2016. Viruses Causing Gastrointeritis : The Know, the New
and Those Beyond. Viruses. 8(2), pp. 42.
Navita, Dwinta Widya. 2018. Asuhan Keperawatan pada Klien Gastrointeritis Akut (GEA)
dengan Masalah Nyeri Akut di Rumah Sakit Panti Walua Sawahan Malang. STIKES
Panti Waluya Malang
PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : Tim Pokja SDKI DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Tim Pokja SIKI DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi 1.
Jakarta: Tim Pokja SLKI DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai