DI SUSUN OLEH :
CI LAHAN CI INSTITUSI
Ns. Gusti Ayu Made Kertiawati, S.Kep Ns. Ahmil, S.Kep., M.Kes
NIP. 198205132011012008 NIP. 20150901051
I. Konsep dasar
A. Definisi
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan
terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak diare
didefenisikan sebagai pengeluaran tinja > 10g/kgbb/24 jam sedangkan rata-rata pengeluaran tinja
normal bayi sebesar 5-10g/kgbb/24 jam (Jufrie,2010)
Menurut WHO Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar dari
biasanya, yaitu 3x atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja
yang berdarah.
Gastroenteritis akut adalah gangguan transportasi larutan di usus yang menyebabkan
kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses (Sodikin, 2012).
Gastroenteritis akut adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peradangan pada saluran
pencernaan yang disebabkan oleh infeksi dengan dejalanya terutama adalah muntah, dehidrasi
dan diare Pada dasarnya diare didefinisikan sebagai meningkatnya frekuensi buang air besar dan
konsistensi feses menjadi cair (Djojonigrat, 2014).
Gastroenteritis merupakan sindrom penyakit yang ditandai oleh perubahan bentuk
konsistensi tinja, serta bertambahnya frekuensi buang air besar (hingga 3 kali atau lebih dalam
sehari), dengan tinja yang encer dapat berwarna hijau ataupun dapat bercampur lendir dan darah,
yang juga berupa lendir saja. (Mufidah, 2012)
Dari pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis akut adalah
gangguan transportasi larutan di usus yang terjadi akibat peradangan pada saluran pencernaan
yang terjadi secara mendadak akibat infeksi dengan gejala muntah, dehidrasi, dan diare.
B. Epidemiologi
Gastroenteritis akut merupakan penyakit yang memiliki prevalensi kejadian cukup tinggi baik
dinegara maju maupun berkembang. Ini dibuktikan dengan epidemiologi dari gejala
gastroenteritis akut yaitu diare, dimana diperkirakan diseluruh dunia tercatat tiga sampai lima
miliar kasus setiap tahunnya.2 Walaupun negara maju memiliki tingkat kesehatan yang tergolong
baik dengan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai, namun gejala diare
dari penyakit gasroentritis akut ini tetap menjadi masalah serius yang mengakibatkan sekitar
150 hingga 300 kematian pada anak-anak usia dibawah 5 tahun.3 Padahal diare ini mayoritas
kasusnya terjadi dinegara berkembang dengan 1,3 juta kematian pada anak-anak dibawah usia
lima tahun sejak tahun 2008.
Kejadian gastroenteritis akut di Provinsi Bali paling tinggi di temukan di kabupaten Buleleng
antara 10,6% sampai 12,7%.5 Selain itu diperkuat dengan data yang lain bahwa sebanyak 26.860
jiwa di sembilan kabupaten/kota di Bali terserang diare dari total jumlah penduduk
3.737.567 jiwa selama tujuh bulan periode Januari- Juli 2014. Dari data tersebut juga tercatat
ada sebanyak 4.947 jiwa di Kabupaten Buleleng menderita diare, menyusul kota Denpasar
(4.394), Kabupaten Gianyar (4.121), Tabanan (3.613),Badung (2.584), Karangasem
(2.737) dan Bangli (1.779).
Berdasarakan beberapa data yang telah diperoleh mengenai penyakit gastroenteritis akut,
bahwa angka kejadian masih tinggi, baik di Indonesia maupun di seluruh negara didunia.
C. Etiologi
Terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam
saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa
intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan
kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam
absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transport
menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan
dan elektrolit akan meningkat.
a. Infeksi Virus
1) Retavirus : penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului atau disertai
dengan muntah, timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
2) Enterovirus : biasanya timbul pada musim panas
3) Adenovirus : timbul sepanjang tahun, menyebabkan gejala pada saluran
pencernaan/pernafasan
4) Norwalk : epidemik, dapat sembuh sendiri
b. Infeksi Bakteri
1) Stigella
2) Salmonella
3) Escherichia coli
4) Campylobacter
5) Yersinia Enterecolitica
2. Faktor Malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotic
meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah gastroenteritis
a. Malabsorbsi karbohidrat
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein : asam amino, B – laktoglobulin
3. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu menyerap dengan baik dan dapat terjadi
peningkatan peristaltic usus yang akhirnya menyebabkan penurunan kesemapatan untuk
menyerap makanan. Seperti : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk allergy,
food allergy, down milk protein senditive enteropathy CMPSE)
4. Faktor psikologi
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic usus yang dapat mempengaruhi
proses penyerapan makanan.
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah Penyebab gastroenteritis akut
adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin
(Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding
usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi
dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi
cairan elektrolit (Khasanah, 2015).
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnyakesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
E. PATHWAY GASTROENTERITIS
GEA
Pelepasan
Kulit di Peningkatan BAB encer Mual dan mediator kimiawi
sekitar anus Frekwensi dengan atau muntah
lecet dan defekasi tanpa darah
iritasi
Kemerahan Agen
dan gatal anoreksia pirogenic, Spasme otot
Cairan yang dehidrasi prostaglandi polos usus
keluar n
Gangguan banyak
Integritas Suhu tubuh Kram perut
Kulit meningkat
Hipovolemia
Diare
Nyeri Akut
Hipertermia
F. Klasifikasi
Klasifikasi gastroenteritis dengan manifestasi diare:
1. Diare akut (gastroenteritis)
Diare akut adalah diare yang secara mendadak terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Diare berlangsung kurang dari 14 hari. Penyebab diare akut pada
anak-anak adalah rotavirus, escherichia coli enterotoksigenik, crytosporidium,
campylobacter jejuni dan shigella.
2. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut tetapi berlangsung
lebih dari 14 hari. Diare persisten tidak disebabkan oleh penyebab mikroba tunggal,
e. Coli enteoaggregatife, shigella, dan cryptosporidium, mungkin penyebab lain
berperan lebih besar.
3. Disentri
Disentri adalah diare yang disertai darah dalam feses. Penyebab utama disentri akut
yaitu shigella dan penyebab lain adalah campylobacter jejuni.
G. Manifestasi Klinis
1. Sering buang air besar dengan konstipasi tinja yang cair dan encer.
2. Terdapat luka tanda dan gejala, turgo kulit jelek
3. Diare
4. Mual, dan Muntah
5. Demam
6. Nyeri abdomen
7. Memberan mukosa mulut dan bibir kering
8. Perubahan tanda-tanda vital (Khasanah, 2015).
9. Pada bayi dan anak menjadi cengeng, rewel dan gelisah
10. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
11. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu
12. Terdapat tanda dehidrasi yaitu ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan
turgor kulit berkurang, selaput lender pada mulut dan bibir terlihat kering, berat
badan menurun, pucat, lemah (Sodikin, 2012).
H. Pemeriksaan fisik
Kegiatan pencegahan penyakit gastroenteritis dengan diare yang benar dan efektif yang
dapat dilakukan menurut Kemenkes RI (2015) dalam Buku Saku LINTAS Diare adalah:
1. Berikan ASI selama 6 bulan (ASI eksklusif) dan teruskan sampai 2 tahun.
2. Memberikan makanan pendamping ASI/MP ASI sesuai dengan umur anak.
3. Gunakan air bersih yang cukup, memberikan air minum yang sudah direbus
sampai mendidih.
4. Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir terutama sebelum makan, sesudah
buang air besar, sesudah menceboki anak, sebelum menyiapkan makanan dan
sebelum menyusui.
5. Buang air besar dan tinja anak dijamban.
6. Berikan imunisasi campak.
I. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkikan.
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkikan (Khasanah, 2015).
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada
penderita diare kronik (Khasanah, 2015)..
3. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan fosfor)
dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal (Khasanah, 2015).
4. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik (Khasanah, 2015).
J. Kriteria diagnosis
1. Diare akut :
Kriteria diagnosis : Mencret, ubun-ubun cekung, mulut/bibir kering, turgor menurun,
nadi cepat, mata cekung, nafas cepat dan dalam, Oliguri.
2. Diare kronis : Mencret yang berlangsung >14 hari
K. Penatalaksanaan
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Khasanah, 2015):
a. Jumlah cairan:
1) jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan jumlah cairan yang telah
hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water Losses)
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
CWL (Concomitant water losses).
b. Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-
ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20
g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L,
potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et
al.2005). cairan rehidrasi oral misalnya Oralit, dan yang tidak mengandung
komponen diatas misalnya larutan gula, air tajin, cairan yang tersedia
dirumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap
jam perlu dilakukan evaluasi. Mengenai seberapa banyak pemberian
tergantung berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti
biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan,persisten atau penyelamatan jiwa pada diare
infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised (Khasanah, 2015).
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5
hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis
tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-
14 hari oral atau IV) (Khasanah, 2015).
3. Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x sehari dan
lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan
propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses
dan mengurangi frekwensi diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini
cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut
dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan (Khasanah,
2015).
L. Komplikasi
1. Hipokalemia (dengan gejala materiorisme otot lemah bradikardi perubahan elektro
diogram).
2. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipo kalsemia.
3. Hiponatremi.
4. Syok hipovalemik.
5. Asidosis
6. Dehidrasi (Khasanah, 2015).
M. Pencegahan
Pencegahan penyakit Diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemberian ASI, ASI adalah makanan paling baik untuk bayi, komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI bersifat steril berbeda dengan susu formula. Pemberian ASI
Ekslusif selama 6 bulan dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Pemberian ASI
harus memperhatikan kebersihan payudara, bila perlu ibu mandi atau payudara
dibersihkan sebelum menyusui.
2. Makanan pendamping ASI, adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan
makanan orang dewasa. secara bertahap dari makanan lunak. Pemberian makanan
diperhatikan kebersihan alat makan, dan makanan itu sendiri harus dimasak, cuci
tangan sebelum menyiapkan makanan.
3. Menggunakan air bersih yang cukup,penularan kuman infeksius penyebab diare
ditularkan melalui face-oral, kuman tersebut dapat ditularkan melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya jari-jari tangan, alat makan
yang dicuci dengan air yang tercemar.
4. Selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah buang air besar, membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyusui.
5. Menggunakan jamban, saat buang air besar pada jamban yang baik dan bersih,
berfungsi baik, dan rajin dibersihkan. Penggunaan alas kaki diperlukan saat masuk
jamban.
6. Membuang tinja bayi dengan benar, tinja bayi juga dapat menularkan penyakit.
Buang tinja bayi di jamban atau tinja dapat ditanam dalam tanah.
7. Pemberian imunisasi campak, bayi atau anak dengan penyakit campak dapatdisertai
diare, sehingga pemberian imunisasi campak dapat mencegah diare.
8. Penyehatan lingkungan, dengan memperhatikan penyediaan air bersih, pengelolaan
sampah dan sarana pembuangan air limbah.
II. Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Pengkajian fokus
a. Identitas Klien: Pada klien mengenai nama/inisial, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, agama alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis. Pada
penanggung jawab mengenai nama orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan
orang tua, umur, suku bangsa dan alamat.
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB cair < 4
kali (diare tanpa dehidrasi), BAB cair 4-10 kali (dehidrasi ringan/sedang) dan
BAB cair > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung < 14 hari maka
diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah
diare persisten.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
P (presipitasi) : Faktor apa yang diketahui pasien/keluarga yang memungkinkan
menjadi penyebab terjadinya gastroenteritis (diare)?
Q (Kualitas, kuantitas):
1) Berapa kali pasien BAB sebelum mendapat intervensi
keperawatan?
2) Bagaimana bentuk feses BAB? Apakah encer, cair, bercampur lendir atau
darah?
3) Apakah disertai adanya gangguan gastrointestinal (mual, muntah,
anoreksia, nyeri abdomen)?
R (Regio): Keluhan berlokasi pada seluruh abdomen.
S (Skala): Pada diare, skala bervariasi tergantung kecepatan onset.
T (Waktu, onset): Berapa lama keluhan awal terjadi? Apakah akut/mendadak?
Durasi dan kecepatan gejala awal terjadi diare?
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat
menular ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak dijamin
kebersihannya yang disajikan kepada anak.
e. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun
biasanya adalah panas, kejang, batuk, pilek dan yang terjadi sebelumnya,
selama atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda dan
gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti otitis media akut,
bronkopneumonia, tonsilitis, faringitis dan ensefalitis.
2) Adanya riwayat alergi terhadap obat-obatan atau makanan, makan makanan
basi, karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
3) Pada riwayat imunisasi kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak.
Diare lebih sering terjadi pada anak dengan campak atau yang baru
menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan
kekebalan tubuh pada pasien. Selain imunisasi campak, anak juga harus
mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG, imunisasi DPT
dan imunisasi polio.
B. Diagnosa keperawatan
1. Diare
2. Hipovolemia
3. Hipertermia
4. Nyeri akut
5. Gangguan integritas kulit/jaringan
C. Intervensi keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
. KEPERAWATAN KRITERIA
1. Diare Eliminasi Fekal Manajemen Diare Manajemen Diare
Definisi: Setelah dilakukan Tindakan
Pengeluaran feses yang tindakan keperawatan Observasi:
sering, lunak dan tidak selama 3x24 jam 1. Identifikasi penyebab diare 1. Agar pasien dapat mengetahui serta dapat
berbentuk maka Eliminasi Fekal (mis. inflamasi menidentifikasi penyebab diare (mis.
1. Inflamasi Kriteria Hasil: infeksi, malabsorbsi, ansietas, stress, efek obat obatan)
dan/atau intraseluler selama 3x24 jam gejala hipovolemia kekurangan cairan yang dapat
masalah status cairan (mis. Frekuensi nadi menyebabkan masalalah
Penyebab teratasi dengan meningkat, nadi terasa lainnya(mis.frekuensi nadi meninggi,nadi
1. Kehilangan cairan krirteria hasil : lemah, tekanan darah terasa lemah,tekanan darah menurun,
aktif 1. Kekuatan nadi menurun, tekanan nadi tekanan nadi meyempit,dll)
2. Kegagalan membaik dari menyempit, turgor kulit
mekanisme yang menurun, membran
regulasi sebelumnya mukosa kering, volume
3. Peningkatan skala 2 (cukup urin menurun,
permeabilitas menurun) hematokrit meningkat,
kapiler menjadi skala haus, lemah)
2. untuk memenatau berapa yang masuk dan
4. Kekurangan intake 4 (cukup 2. Monitor intake dan
keluar.
cairan meningkat) output cairan
Terapeutik
2. Output urine Terapeutik
3. Untuk menegtahui berapa kebutuhanya
Gejala dan tanda mayor membaik dari 3. Hitung kebutuhan
yang harus diberikan.
Subjektif : (tidak yang cairan
Edukasi
tersedia) sebelumnya Edukasi
4. Untuk menganjurkan pasien agar banyak
Objektif skala 2 (cukup 4. Anjurkan
minum
1. Frekuensi nadi menurun) memperbanyak
Kolaborasi
meningkat menjadi skala asupan cairan oral
5. Agar memaksimalkan penyebuhan pada
2. Nadi teraba lemah 4 (cukup Kolaborasi
pasien.
3. Tekanan darah meningkat) 5. Kolaborasi
menurun Membran mukosa pemberian cairan IV
4. Tekanan nadi lembab membaik dari isotonis (mis. Nacl,
yang sebelumnya
menyempit RL)
skala 3 (sedang)
5. Turgor kulit menjadi skala 4 6. Kolaborasi 6. Untuk memaksimalkan cairan yang akan
(cukup meningkat) diberikan kepada pasien sehingga
menurun pemberian cairan IV
6. Membran mukosa hipotonis (mis. penyembuhan lebih cepat.