Anda di halaman 1dari 16

A.

Konsep Medis
1. Definisi
Gastroenteritis atau diare akut merupakan penyakit yang ditandai dengan
berubahnya bentuk tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan
(lebih dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari) (Prawati & Haqi, 2019).
Gastroenteritis merupakan defekasi encer maupun lembek yang terjadi
pada balita dan dikeluarkan lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau tanpa
darah atau lender pada feses (Samiyati et al., 2019).
Dapat disimpulkan Gastroenteritis merupakan suatu keadaan pengeluaran
tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan
peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari.
Berdasarkan wakktu terjadinya, diare akut berlangsung kurang dari 14 hari
dan diare kronik berlangsung lebih dari 4 minggu (Meisuri et al., 2020).

2. Etiologi
a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kurang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Obat-obatan : antibiotic.
g. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis, obstruksi
usus (Kardiyudiani & Susanti, 2019).
3. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah: (Kardiyudiani
& Susanti, 2019)
1) Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.

3) Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
dapat timbul diare pula.

4) Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
4. Pathway

Faktor makanan (basi, beracun, alergi Faktor infeksi (bakteri Faktor malabsopsi (karbohidrat,
Faktor Psikologis protein, lemak)
makanan) dan virus)

Toksin tak dapat Cemas Masuk dan berkembang Makanan tidak diserap
diserap oleh villi usus
dalam usus

Peningkatan tekanan osmotic


Hiperperistaltik Hipersekresi air dan elektrolit
dalam lumen usus
dalam rongga usus

Menurunnya kesempatan usus Pergeseran air dan elektrolit ke


GEA
menyerap makanan rongga usus

Frekuensi BAB Distensi Refleks Spasme otot Inflamasi pada Frekuensi BAB
meningkat Abdomen dinding usus mukosa usus meningkat

Output Cairan dan Mual dan NYERI Merangsang sel-sel Area anus menjadi
Eletrolit Berlebihan muntah AKUT endotel hipotalamus lecet/iritasi

Gangguan keseimbangan Intake tidak Memacu pengeluaran Memacu kerja


adekuat GANGGUAN
cairan dan elektrolit prostaglandin thermostat
INTEGRITAS
hipotalamus
KULIT
HIPOVOLEMIK DEFISIT NUTRISI HIPERTERMI
5. Manifestasi klinik
● Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
● Suhu tubuh meninggi/demam
● Feces encer, berlendir atau berdarah
● Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
● Anus lecet
● Muntah sebelum dan sesudah diare
● Anoreksia
● Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
● Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran
mukosa kering.
● Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
● Keram abdominal
● Lemah
● Pucat
● Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.
● Menurun atau tidak ada pengeluaran urine (Kardiyudiani & Susanti,
2019)

6. Komplikasi
1) Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolik
2) Syok
3) Hipokalemia/Hipoglikemia
4) Sepsis
5) Gagal ginjal akut
6) Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7) Ileus paralitik
8) Malnutrisi
9) Gangguan tumbuh kembang
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
b. Kultur tinja
c. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa.
d. Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah

8. Penatalaksanaan
1) Medis
Pemberian Cairan Oral

a. Cairan Per Oral


Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan
Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri
(mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi
gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan
dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi
lebih lanjut

b. Cairan Parenteral
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung
dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya,
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap
infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit
pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama
dilihat dari pola makan dan perawatannya (Kardiyudiani & Susanti,
2019).

b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali sehari

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat kesehatan sekarang PQRS

P : Apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah


dilakukan, diare dapat disebabkan infeksi, faktor makanan dan
faktor malabsorbsi.

Q : Frekuensi BAB lebih dari 3x dalam sehari,dengan darah/lendir,


konsistensi cair,mual,muntah,badan terasa lemah sehingga
mengganggu aktifitas sehari-hari.

R : Perut terasa sakit, anus terasa perih.

S : Skala / keparahan, kondisi lemah dapatmenurunkan aktifitas sehari-


hari T : Diare dapat terjadi sewaktu-waktu, lamanya diare akut 3-5
hari. Diare berkepanjangan >7 hari dan diare kronis 14 hari.
d. Riwayat penyakit sebelumnya : Infeksi parenteral seperti Infeksi
saluran pernafasan atas (ISPA), infeksi saluran kemih, otitis media
akut (OMA)
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare

f. Lingkungan Rumah dan Komunitas


Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygine yang kurang
mudah terkena kuman penyebab diare

g. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan


BAK/BAB di tempat sembarangan, tidak menggunakan jamban yang
baik, sehingga mempermudah masuknya kuman lewat fekal-oral

h. Persepsi sensori keluarga tentang kesehatan


Kondisi fisik yang lemah dan buang air besar yang berlebihan
sehingga membutuhkan keputusan untuk segera ditangani, ini
bergantung pada tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
oleh pasien dan keluarga

i. Pola Nutrisi
Makanan dan minuman yang krang hygiene dapat berpengaruh
terhadap diare, sehingga status gizi dapat terganggu dan dapat terjadi
hipoglikemi dan dapat menyebabkan penurunan berat badan serta
dapat menyebabkan dehidrasi.

j. Pola Eleminasi
Frekuensi buang air besar meliputi (konsistensi,bau,warna) adakan
darah atau lendir, dan pola buang air kecil perlu dikaji untuk ouput
terhadap kehilangan cairan lewat urin

k. Pola Iatirahat dan tidur


Kebutuhan istirahat akan terganggu karena frekuensi buang air besar
yang berlebihan,sehingga klien tidak dapat istirahat secara optimal
l. Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan dalam beraktifitas karena tubuh klien yang
lemah, sehingga perlu bantuan untuk kebutuhan sehari-harinya

2. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Neurologi :
Kesadaran umum klien saat dikasi menggunakan GCS(Glassgow
Coma Skale), (composmentis, apatis, somnolen, delirium, sopor atau
koma).

a. Inspeksi periksa kedaan umum klien meliputi : kondisi klien saat


pertama pengkajian
b. Palpasi : adanya nyeri tekan, parase, aneshtesia
c. Perkusi : lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen. Jika
terdengar timpani berarti perkusi di atas organ yang berisi udara.
Jika terdengar pekak, berarti mengenai organ padat
d. Auakultasi : untuk mendengarkan bising usus pada beberapa area
perut selama beberapa menit. Dengarkan bising usus apakah
normal, hiperaktif, hipoaktif, atau tidak ada bising usus, serta
perhatikan frekuensi dan karakternya.
2) Sistem penginderaan
a. Subyektif, klien mengatakan merasa mudah haus dan penglihatan
berkunang-kunang
b. Inspeksi : Kepala kesimetrisan muka, warna rambut dan kebersihan
kepala.
c. Mata : apakah ada gangguan penglihatan, konjungtiva adakah
anemis,sklera adakah ikterus,reflek mata dan pupil terhadap
cahaya,pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syock
hipovolemik reflek pupil (-)
d. Hidung : pada klien yg mengalami dehidrasi berat dapat
menimbulkan asidosis metabolik sehingga kompensasinya adalah
alkalosis respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil O2,
nampak adanya pernafasan cuping hidung.
3) Sistem Integumen
a. Subjektif : kulit kering
b. Inspeksi : kulit kering, sekresi sedikit, selaput mukosa kering,
turgor kulit tidak efektif
4) Sistem pernafasan
a. Subjektif : Adakah sesak atau tidak
b. Inspeksi : bentuk simetris, kaji frekuensi,irama, dan tingkat
kedalaman pernafasan,adakah penumpukan sekresi stidor
c. Palpasi : Kaji adanya massa, nyeri tekan
d. Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas
vaskuler, adakan suara nafas tambahan
5) Sistem Pencernaan
a. Subjektif, merasa lapar atau haus
b. Inspeksi, buang air besar, konsistensi,bau,warna, frekuensi lebih
dari 3 kali dalam 1 jam. Adakah disertai dengan lendir atau darah
c. Auskultasi, bising usus meningkat >20 detik dengan durasi 1 menit
d. Perkusi : mendengar adanya gas,cairan atau massa (-),hepar dan
lkien tidak membesar suara tymphani.
6) Sistem perkemihan
a. Subjektif urin lebih sedikit dari biasanya,dengan warna kuning
pekat,dan bau khas urin
b. Ispeksi : observasi output tiap 24 jm
7) Sistem Muskoloskeletal
a. Subjektif : lemah
b. Isnpeksi, klien tampak lemah,aktivitas menurun
c. Palpasi, hipotoni, kulit kering, turgor kulit tidak elastis.
3. Diagnosa Keperawatan

a. Hipovolemia (SDKI: D. 0023)


b. Defisit nutrisi (SDKI: D. 0019)
c. Hipertermia (SDKI: D. 0130)
d. Nyeri akut (SDKI: D. 0077)
e. Gangguan intergritas kulit (SDKI: D.0129)

4. Intervensi Keperawatan

Tujuan dan Kriteria


NO Diagnosa Intervensi
Hasil
1 Hipovolemia Luaran utama: M Manajemen hipovolemia (SIKI: I.03116)
(SDKI: D.0023) Status cairan. Defenisi: mengidentifikasi dan mengelola penurunan volume cairan
(SLKI: L.03028); intrakuler
Defenisi: Kondisi Observasi:
volume cairan  Periksa tanda dan gejala hipovolemia. ( mis. Frekuensi nadi
intravaskuler, meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
interstisial, nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
dan/atau volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah).
intraseluler.  Monitor intake dan output cairan.
Ekspektasi: Terapeutik:
membaik.
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi modified trendelenbung
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi:

 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral


 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi:

 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCI, RL)


 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%,
NaCI 0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)
 Kolaborasi pemberian produk darah.

Manajemen Syok Hipovolemik (SIKI: I. 02050)

Defenisi: mengidentifikasi dan mengelola ketidakmampuan tubuh


menyediakan oksigen dan nutrien untuk mencukupikebutuhan jaringan
akibat kehilangan cairan/darah berlebih. Tindakan:

Observasi:

 Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,


frekuensi napas, TD)
 Monitor status oksigenasi
 Monitor status cairan
 Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
 Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
(deformity defomitas, open wound/ luka, tendermess/nyeri tekan,
swelling/bengkak
Terapeutik:

 Pertahankan jalan napas


 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen>94%
 Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perluh
 Lakukan penekanan langsung pada pendarahan eksternal
 Berikan posisi syok
 Pasang jalur IV berukuran besar (mis. No 14 atau 16)
 Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
 Pasang selang nasogastric untuk dekomprelambung
 Ambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan eletrolit
Kolaborasi:

 Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2 L pada dewasa


 Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 ml/kgBB pada
anak
 Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu
2. Defisit nutrisi Luaran utama: Manajemen nutrisi (I. 03119)
(SDKI: D. 0019) Status nutrisi Defisi: mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
(SLKI:L. 03030) Tindakan Observasi:
Defenisi:  Identifikasi status nutrisi
Keadekuatan  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
asupan nutrisi  Identifikasi kebutuhan kalori dan Janis nutrient
untuk memenuhi  Identifikasi perluhnya penggunaan selang nasogastric
kebutuhan  Monitoring asupan makanan
metabolisme.  Monitoring berat badan
Ekspetasi:  Monitoring hasil pemeliharaan laboratorium
membaik Terapeutik:


Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

Fasilitasi menentukan pedoman diet.

Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.

Berikan suplemen makanan, jika perlu.

Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi.
Edukasi:

 Anjurkan posisi duduk, jika perlu


 Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi:

 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda


nyeri, antiametik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentuhkan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
Promosi berat badan( SIKI: I. 03136) Defenisi: memfasilitasi
peningkatan berat badan Tidakan

Observasi:

 Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang


 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang dikomsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan
Terapeutik:

 Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu


 Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis.
Makanan dengan tekstur halus, makanan yang diblender,
makanan cair yang di berikan melalui NGT atau gastrotomi, total
parental nutrition sesuai indikasi)
 Hidangkan makanan secara menarik
 Berikan suplemen, jika perlu
 Berikan pujian pada pasien/ keluarga untuk peningkatan yang di
capai
Edukasi:

 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap


terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan.
Hipertermia Luara utama: Manajemen Hipertermia (SIKI: I. 03115)
3. (SDKI: D.0130) kestabilan suhu Observasi :
tubuh (SLKI:
 Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
L.03022)
Definisi: suhu lingkungan panas, penggunaan incubator)
tubuh, berada
pada rentang  Monitor suhu tubuh
normal.  Monitor kadar elektrolit
Ekspektasi
meningkat  Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik :
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
Edukasi :
 Anjurkan tirah baring
Kolaboratif :
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

44 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen Nyeri (SIKI: I.14518) Defenisi: mengidentifikasi dan
(SDKI: D. 0077) (SLKI: L. 08066) mengelola sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
4. Definisi: jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
pengalaman berintensitas ringan hingga berat dan konstan
sensorik atau Observasi:
emosional yang  Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas,
berkaitan dengan insensitas, nyeri
kerusakan  Identifikasi skala nyeri
jaringan actual  Identifikasi respons nyeri non verbal
atau fungsional  Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
dengan onset  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
mendadak atau  Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
lambat dan  Identifikasi pengaru nyeri pada kualitas hidup
berintensitas
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah di berikan
ringan hingga
 Monitor efek samping penggunaan obat analgesic
berat dan konsten.
Terapeutik:
Ekspektasi:
menurun  Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi:

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesic
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:

 Kolaborasi pemberian analgesic.

Pemberian analgesic (SIKI: I.08243) Defenisi: menyiapkan dan


memberikan agen farmakologis untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit.

Observasi:

 Identifikasi karakteristik nyeri


 Identifikasi riwayat alergi obat
 Identifikasi kesesuaian jenis analgesic
 Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesic 5. Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik:

 Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai


analgesia optimal,jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus kontinu atau bolus obloid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
 Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan
respon pasien
 Dokumentasikan respons terhadap efek analgesic dan efek yang
tidak di inginkan
Edukasi:

 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat


Kolaborasi:

 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, sesuai indikasi


Gangguan Luaran utama: Perawatan kulit (SIKI: I. 11353)
5. integritas kulit Integritas Kulit Defenisi: mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga keutuhan,
(SDKI: D.0129) dan jaringan kelembaban dan mencegah perkembangan mikroorganisme.
(SLKI:L.14125) Observasi:
 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
Defenisi: keluhan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
kulit (dermis lingkungan ekstrim, penurunan mobilitas)
dan/atau Terapeutik:
epidermis) atau
jaringan  Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
 Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang. Jika perlu
(membram
 Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode
mukosa, kornea,
diare
fasia, otot, tenton,
 Gunakan produk berbagan petroleum atau minyak pada kulit
tulang, kartilego,
kering
kapsul sendi,  Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalengik pada
dan /atau kulit sensitive
ligament).  Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi:
Ekspektasi:
meningkat  Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lation, serum)
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan buah dan sayuran
 Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstriem
 Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada
di luar rumah
 Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya.
Perawatan luka (SIKI: I. 14564) Defenisi: mengidentifikasi dan
meningkatkan penyembuhan luka serta mencegah, terjadinya
komplikasi luka.

Observasi:

 Monitor karakteristik luka (mis. Drainase, ukuran, warna,ukuran,


bau).
 Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:

 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan


 Cukur rambut disekitar area luka, jika perlu
 Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nopn toksik,
sesuai kebutuhan
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perluh
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
 Ganti balutan sesuai jumlah eksudat drainase
 Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi
pasien
 Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/harridan protein
1,25-1,5 g/kgBB/hari
 Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis. Vit A, vit B, vit C,
zinc, asam amino). sesuai indikasi 12. Berikan terapi TENS
( stimulus saraf transcutaneous), jika perlu
Edukasi:

 Jelaskan tanda dan gejala infeksi.


 Anjurkan mengkomsumsi makanan tinggi kalori dan protein
 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi:

 Kolaborasi prosedur debridement (mis. Enzimatik, biologis,


mekanis, outolitik), jika perlu
 Kolaborasi pemberian antibiotic

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien
dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan
(Nursalam, 2011).
6. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis
yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Kardiyudiani, N. K., & Susanti, B. D. (2019). Keperawatan Medikal Bedah 1. PT.


PUSTAKA BARU.

Meisuri, N. P., Perdani, R. R. W., Mutiara, H., & Sukohar, A. (2020). Efek
Suplementasi Madu Terhadap Penurunan Frekuensi Diare Akut Pada Anak
di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Majority, 9(2), 26–32.

PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

Prawati, D. D., & Haqi, D. N. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare
di Tambak Sari Kota Surabaya. Jurnal Promkes: The Journal of Healt
Promotion and Healt Education, 7(1), 34–45. https://doi.org/10.20473

Samiyati, M., Suhartono, & Dharminto. (2019). Hubungan Sanitasi Lingkungan


Rumah Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Karanganyar Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1),
388–395. https://doi.org/2356-3346

Anda mungkin juga menyukai