Disusun Oleh:
20101440121021
PRODI-DIII KEPERAWATAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui
feses. Kelainan yang menganggu penyerapan diusus besar lebih jarang
menyebabkan diare. Pada dasarnya semua diare, sedangkan kelainan penyerapan
diusus besar lebih kelainan diusus besar lebih jarang menyebabkan diare. Pada
dasarnya diare merupakan gangguan transportasi larutan diusus (Sodikin, 2012).
Gastroenteritis adalah penyakit dapat berlangsung selflimited berupa
diare berair, biasanya kurang dari 7 hari, disertai dengan gejala nausea, muntah,
anoreksia, malaise, demam, hingga dehidrasi berat bahkan dapat berakit fatal
( Widagdo, 2012).
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012 setiap
tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis. Angka kesakitan
gastroenteritis pada tahun 2011 yaitu 411 penderita dari 1000 penduduk.
Diperkirakan 82 % kematian akibat gastroenteritis rotavirus terjadi pada negara
berkembang, terutama di Asia dan Afrika, dimana akses kesehatan dan status
gizi masih menjadi masalah. Menurut Departemen Kesehatan 2 2 Republik
Indonesia tahun 2017 di Indonesia terdapat 7.077.299 perkiraan kasus
gastroenteritis di fasilitas kesehatan, sedangkan yang dapat tertangani sejumlah
4.274.790 atau 60,4%.
Penyakit gastroenteritis mempunyai manifestasi klinis yaitu frekuensi
BAB lebih dari 3 kali/hari, dengan bentuk tinja yang cair, dapat disertai dengan
mual muntah dan peningkatan suhu tubuh (Widagdo, 2012).
B. Tujuan
1.Tujuan Umum
Agar mampu memberikan da melakukan Asuhan Keperawatan pada
pasien Gastroenteritis akut (GEA) dengan memperoleh pengalaman
nyata dalam melakukan tindakan dan proses Asuhan Keperawatan pada
anak dengan diagnose Gastroenteritis akut.
2.Tujuan Khusus
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada anak dengan diagnose
Gastroenteritis akut (GEA) diharapkan mampu:
1) Mampu mengetahui konsep dasar Gastroenteritis akut
2) Mampu menyusun kajian teori Asuhan Keperawatan pada anak
dengan Gastroenteritis akut
3) Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada anak dengan
Gastroenteritis akut
4) Mampu memahami tentang penyakit Gastroenteritis akut pada
anak
BAB II
a. Pengertian GEA
Gastroenteritis akut (GEA) adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair, dengan/tanpa darah dan/atau lendir
(Prof. Sudaryat, dr.SpAk, 2017).
Gastroenteritis atau diare adalah keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasaya, dimulai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari da pada neonates dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir dan darah ( Hidayat AAA, 2016).
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, da seringt kali disertai
peningkatan suhu tubuh (Suratun, 2015).
Akut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suau kondisi
atau penyakit yang tiba-tiba, dalam relatif singkat dan biasanya menunjukkan
gangguan yang serius.
b. Etiologi GEA
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
1.Faktor Infeksi
a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyakit utama diare. Infeksi enternal meliputi:
a) Infeksi bakteri: vibrio, E. Coli, salmonella, shigella,
campylobacter, Yersinia, acromonas
b) Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsackie,
poliomyelitis), adenovirus, rotavirus, astrovirus
c) Infeksi parasite: cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris,
stronyloides), protozoa (entamoeba histolytica, giardia
lamblia, tirshomonas hominis), jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral adalah infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti: otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis yang terdapat pada bayi da anak
usia dibawah usia 2 tahun
2.Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi da anak yang sering muncul adalah
intoleransi laktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3.Faktor Makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4.Faktor Psikologis: rasa takut, cemas
d. Patofisiologi GEA
Mekanisme pertama diare adalah gangguan osmotic, akibat terdapatnya
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic
dalam rongga usus meninggi, terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu
misalnya toksin pada dinding usus dan selanjutnya diare timbul karena ada
peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, hiperperistaltik
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan sehingga
timbul diare. Diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung dan berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin penyebab hipersekresi yang kemudian
menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal
sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi): dehidrasi karna kehilangan air lebih banyak
dari pada pemasukan adalah penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolic asidosis) terjadi karena
kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adaya anoreksia jaringan.
3. Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, terjadi
karena adanya gangguan absorbs glukosa. Muncul jika kadar glukoa
darah menurun hingga 50 mg% pada anak-anak ,
4. Gangguan sirkulasi akibat diare dapat terjadi shock hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosais
bertambah berat, dan bila tidak segera diatasi akan menyebabkan
kematian.
e. Pathway GEA
Diare
Defisit Nutrisi
Inkontinensia Fekal Hipertermi
f. Manifestasi Klinis GEA
1.Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang
2.Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
3.Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu
4.Anus dan sekitarnya lecet karena sering difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat
5.Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering dan disertai penurunan berat badan
6.Perubahan TTV, nadi dan respirasi cepat, tekanan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas
7.Bila terjadi asidosis metabolic pasien akan tampak pucat da pernafasan
cepat dan dalam (kusmaul)
g. Pengobatan GEA
1.Terapi cairan
1) Jumlah cairan : jumlah yang harus diberikan sama dengan
a) Jumlah cairan yang hilang melalui diare dan muntah
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui
kerinagt, urin dan pernafasan (Normal Water Losses
b) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih
terus berlangsung (Consomitant Water Losses)
(Wicaksono, 2012)
2) Jenis cairan
Cairan rehidrasi oral (CRO) yang dianjurkan oleh WHO tiap 1
liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, karbohidrat 20 g/L,
kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90
mEq/L, potassium 20 mEq/L, chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30
mEq/L.
3) Ada beberapa cairan rehidrasi oral
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, Kcl,
NaHCO3 dan glukosa/disebut oralitCairan rehidrasi oral
yang tidak mengandung komponen diatas misalnya:
larutan gula, air tajin
b) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) cairan ringer laktat
sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal dilakukan
evaluasi seperti jumlah cairan yang keluar bersama tinja
dan muntah serta perubahan tanda-tanda dehidrasi
2.Antibiotik
Karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian antibiotic. Pemberian antibiotic diindikasikan pada pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,
leukosit pada feses, menguragi ekskresi da kontaminasi lingkungan.
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x/sehari 3-5
hari), Tetrasiklin 500 mg oral (4x/sehari, 3hari), Doksisiklin 300 mg
(4x/hari, -14 hari oral maupun IV).
3.Obat anti diare
Loperamid HCI serta kombinasi difenoksilat dan antropin sufat (lomotil)
penggunaan kodein adalah 15-60 mg 3x sehari, loperamid 2-4 mg/3-4x
sehari da lomotil 5 mg 3-4x sehari. Bila diberikan dengan cara yang
benar obat ini cukup aman dan dapat menguragi frekuensi defekasi
sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri
obat ini tidak dianjurkan.
h. Pemeriksaan Penunjang GEA
1.Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dengan tinja menggunakan kertas lakmus dan
tablet clinitest bila diduga terdapat intoleransi gula
2.Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan
menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat dengan pemeriksaan
alaisa gas darah menurut ASTRUP
3.Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4.Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor
dalam serum
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas pasien: meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, asal suku bagsa
dan pekerjaan orang tua
1. Keluhan utama: Buang air besar lebih dari 3x sehari dengan frekuensi
sering da konsistensi encer
2. Riwayat penyakit sekarang
Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada dan diare
Feses cair mungkin disertai lendir atau lendir berdarah
Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi
Gejala muntah dapat terjadi sebelum da sesudah diare
3. Riwayat kesehatan
Riwayat imunisasi
Riwayat alergi terhadapt makanan atau obat
Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya
4. Riwayat nutrisi
Asupan makanan
Keluhan nyeri abdomen
Distensi abdomen, mual, muntah
Berat badan biasanya turun
5. Pola eliminasi
Frekuensi defekasi sering 3x sehari
Feses cair, mengandung lendir dan darah
6. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: baik, sadar. Gelisah, lesu, lunglai atau tidak
sadar
BB: pasien diare dengan dehidrasi biasanya mengalami
penurunan BB dengan dehidrasi ringan terjadi penurunan BB 5%
Dehidrasi: sedang bila terjadi penurunan BB 5-10%
Kulit: mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan
turgor kulit, inspeksi kulit perianal apakah iritasi
Mulut/lidah: mulut dan lidah kering untuk dehidrasi ringan
sampai sedang
Abdomen: kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri dan
bising usus yang meningkat
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Gastroenteritis akut
adalah sebagai berikut:
1) Diare berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan feses
lembek dan cair (D.0020)
2) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. infeksi)
dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai normal (D.0130)
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis keengganan untuk
makan dibuktikan dengan nafsu makan menurun (D.0019)
3. Intervensi
3. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proseskeperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,rencana intervensi, dan
implementasinya. Tahap evaluasi pada proseskeperawatan meliputi kegiatan
mengukur pencapaian tujuan klien danmenentukan keputusan dengan cara
membandingkan data yang terkumpuldengan tujuan dan pencapaian tujuan. Dengan
mengukur perkembanganklien dalam mencapai suatu tujuan maka perawat dapat
menentukan efektivitas asuhan keperawatan (Wilkinson 2016)