A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DIARE CAIR AKUT (DCA) DI RUANG IGD
RSPAU DR. S. HARDJOLUKITO YOGYAKARTA
Disusun oleh :
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME
PADA An. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE CAIR AKUT (DCA)
DI RUANG IGD
RSPAU DR. S. HARDJOLUKITO YOGYAKARTA
DI SUSUN OLEH :
NIM : 04 17 4475
2021
Yogyakarta, 2021
A. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja
berbentuk cair atau setengan padat, dapat disertai frekuensi yang
meningkat (Markum, 2008).
Diare adalah suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan
elektrolit secara belebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar
satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair (Suradi, 2001)
Diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, virus, dan pathogen, yang di tandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah (Brunner&Suddart, 2014).
B. Etiologi
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Internal
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama dari
diare pada anak yaitu infeksi bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio
kholera) infeksi virus (Enterovirus) dan infeksi parasit (cacing dan
Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor Parenteral
Infeksi dari bagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti otolis
media akut, tonsil faringitis, bronkopnia, ensefolitis, dsb. Keadaan
ini terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi lemak dan protein
3. Faktor Makanan
a. Makanan beracun
b. Makanan basi
c. Alergi terhadap makanan
4. Faktor Fisiologi
Rasa takut dan rasa cemas
C. Klasifikasi
1. Diare Akut
Diare aku meruapak penyebab awal penyakit pada anak dengan
umumr < 5 tahun , defikasi dapat terjadi dan dapat mengakibatkan
kefatalan, diare akut adalah BAB dengan frekuensi meningkat >
3x/hari dengan konsistensi tinja cair, bersifat mendadak dan
brlangsung dalam waktu dari 1 minggu. Diare akut lebih banyak
disebebakan oleh agen infeksisu (virus , bakteri dan pthogen parasit)
2. Diare Kronik
Kondisi dimana terjadinya peningkatan frekuensi BAB dan
peningkatan konsistensi cair dengan duras 14 hari atau lebih.
D. Manifestasi Klinik
Menurut Bunner & Suddart (2014) adalah sebagai berikut:
1. Mula-mula anak / bayi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek, ubun-ubun dan
mata cekung, membran mukosa kering dan penurunan berat badan.
6. Perubahan nadi dan respirasi cepat, tekanan darah menurun, denyut
jantung cepat, pasien lemas dan kesadaran menurun.
7. Diuresis berkurang ( oliguria sampai anuria ).
8. Mual dan muntah
9. Lemah
10. Pucat
11. Kram abdominal
E. Patofisiologi
Perjalanan penyakit diare disebabkan oleh virus yang berkaitan denga
enteropatogen bakteri atau parasit. Virus masuk melukai sel vilosa matur
akan menyebabkan absorpsi cairan menurun dan defeiensi disakardase,
sedangkan bakkteri menciderai usus hingga menginvasi mukosa usus
untuk merusak ermukaan vilosa atau melepas toksin (Kyle & Carman,
2016)
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat-zat yang tidak
dapat diserap menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
selama terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Akibat rangsangan tertentu
(toksin) pada dinding usus akan akan terjadi peningkatan sekali air dan
elektrolit ke dalam rongga usus, dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus (Amin, 2015).
Selain itu diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
Mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan hiper
sekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Faktor makanan juga dapat mengakibatkan diare apabila terdapat
pahtogen dalam maknan, toksin yang masuk saluran cerna tidak dapat
diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan peristlatik kemuadia
terjadi diare (Hidayat, 2012).
F. Pathway
Faktor Makanan
Faktor Mal Absorbsi Faktor Psikologi
Terdapat zat – zat yang Peradangan isi usus Gangguan motilitas usus
tidak dapat terserap
Merangsang usus
mengeluarkan isinya
DIARE
Inflamasi saluran
BAB sering dengan pencernaan
konsistensi encer
Kulit sekitar anus Cairan yang keluar Frekuensi defekasi Agen pirogenic Mual dan
lecet dan teriritasi, banyak muntah
kemerahan dan
gatal, sering Dehidrasi BAB encer Suhu tubuh Anoreksia
digaruk dengan atau tanpa meningkat
darah
Gangguan Nutrisi kurang
Kerusakan integritas pemenuhan cairan dari kebutuhan
dan elektrolit Gangguan Hipertermi tubuhh
kulit eliminasi BAB
Diare
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Tinja
Makropis dan mikroskopis untuk mencari kuman penyebab dan uji
resistensi terhadap berbgaia antibiotika pada diare persiten.
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui darah perifer lengkap,
analisis gasdarah dan elektrolit
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin
Pemeriksaan ini untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan Duodenal intubation
Pemeriksaan ini untuk mengetahui kuman dan penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutaman pada diare kronik.
H. Penalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Cairan peroral
Diberikan caiiran yang bersifat NaCl dan N4HCO3 dan glukosa.
Formula lengkap disebut oralit, sedangkan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl
dan sukrosa.
2. Cairan parenteral
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari
berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.Tingkat dehidrasi :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2-5 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada
keadaan syok.
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam,
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8-10 % dari berat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis.
d. Diatetik ( pemberian makanan )
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minumkhusus kepada
klien dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga
kesehatan klien.
e. Obat-obatan
Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-
imflamasi) dan antidiare (misalkan pemberian loperamida
(imodium)), defiknosilit (limotil) dapat mengurangi tingkat
keparahan diare. Terapi obat menurut Markum (2008):
obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari, dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamideantibiotik : bila
penyebab jelas, ada penyakit penyerta.
I. Komplikasi
Menurut Suria (2001) komplikasi Diare Cair Akut (DCA) adalah:
1. Hipoklasemia
2. Hiponatremia
3. Syok hipovolemia
4. Asidosis
5. Kejanh biasanya terjadi pada dehidrasi hipertonik
6. Malnutrisi
J. Asuhan Keperawatan (Berdasar Teori)
1. Pengkajian
2. Identitas
3. Keluhan Utama
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Riwayat penyakit dahulu
6. Riwayat kehamilan
a. Prenatal
b. Intranatal
c. Post natal
7. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
1) Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5
kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
2) Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm
ditahun kedua dan seterusnya.
3) Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama
dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
4) Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
8. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
a. Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
b. Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson. Autonomy
vs Shame and doundt. Perkembangan ketrampilan motorik dan
bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan
yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak
tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian,
BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan
yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang
pada diri anak.
1) Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan,
bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
a) berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
b) Meniru membuat garis lurus (GH)
c) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
d) Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat >35x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat >40x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat >120x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik,
suhu meningkat >37,50C, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang >2 detik, kemerahan pada
daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah
protes, putus asa, dan kemudian menerima.
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah:
a. Kekurangan cairan berhubungan dengan keilangan cairan aktif
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi
d. Ansitas berhubungan dengan perubahan besar status kesehata
2. Rencana Keperawatan
3. Implementasi
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dalam masalah status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter&Perry, 2010).
4. Evaluasi
Menurut (Craven&Himle, 2007) evaluasi didefinisikan sebagai keputusan
dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien
yang telah ditetapkan dengan respon perilaku yang ditunjjukkan klien.
DAFTAR PUSAKA
Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Edisi
6.Jakarta : EGC.