OLEH :
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE
2. Etiologi
Penyebab utama diare akibat virus adalah rotasi virus banyak organisme
yang menyebabkan diare akibat bakteri, yaitu campylobacter, shigella,
salmonella, staphylococcus aureus dan escherichia coli. Salah satu agen
parasit yang paling sering menyebabkan diare pada anak. Kebanyakan
organisme patogen penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal, oral
melalui makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia
dengan kontak yang erat. Kurangnya air bersih, tinggal berdesakan, hygiene
yang buruk, kurang gizi dan merupakan faktor resiko utama, khususnya untuk
terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang pathogen (Sharon, 2014).
3. Patofisiologi
Menurut Arif & Kumala (2011) secara umum kondisi peradangan pada
gastrointestinal disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada
mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin.
Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan atau menurunkan
absorpsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan
elektrolit.
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare meliputi hal-hal sebagai
berikut:
Faktor Malosmotik, Faktor
Absorbsikondisi ini Makanan dengan asupan
Faktor Psikologi
1). Gangguan berhubungan makanan
Karbohidrat Makanan Besi Rasa takut
atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan
Beracun
Lemak Cemas
menyebabkan
Protein tekanan osmotikAlergi
dalamMakanan
rongga usus meninggi sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
Penyerapan sari-sari makanan dalam
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
saluran pencernaan tidak adekuat
sehingga timbul diare.
2). Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal
Gangguan motilitas
akibat produksizat-zat
Terdapatnya enterotoksin Peradangan
dari agen isi
infeksi
usus memberikan respons
asus
yang tidakaktivitas
peningkatan diserap sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke
Gangguandiare
dalam rongga usus dan selanjutnya sekresitimbul karena terdapat
Tekanan osmotif
peningkatan isi rongga usus. Hiperperistltik
meningkat Sekresi air dalam
3). Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperperistaltik akan
elektrolit dalam usus
mengakibatkan berkurangnya kesempatan
meningkatusus untuk menyerap makananusus
Kesempatan
Reabsorbsi didalam
sehingga timbul
usus besar menyerapakan
diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun
terganggu makanan
mengakibatkan bakteri timbulMerangsang
berlebihanusus
yang selanjutnya dapat
mengeluarkan isinya
menimbulkan diare.
Usus halus menjadi bagian absorpsi utama dan usus besar melakukan
absorpsi air yang akan membuat solid dari komponen feses, dengan adanya
Diare
gangguan dari gastroenteritis akan menyebabkan absorpsi nutrisi dan
elektrolit oleh usus halus, serta absorpsi air menjadi terganggu.
BAB sering dengan Inflamasi saluran
konsistensi cair pencernaan
Inkontinensia
Kerusakan Fekal
integritas kulit
5. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan: (Nurarif & Hardhi, 2015)
1) Lama waktu diare
- Diare akut: berlangsung kurang dari 2 minggu
- Diare kronis: berlangsung lebih dari 2 minggu
2) Mekanisme patofisiologis: osmotik atau sekretorik
a. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
- Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin
dan mineral.
- Kurang kalori protein.
- Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
b. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
- Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti
shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus,
clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus
halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya
keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam),
gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin,
alergi dan sebagainya.
- Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imunoglobulin A)
yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata
usus dan jamur terutama canalida.
6. Gejala Klinis
Menurut Wijaya (2013) tanda dan gejala diare sebagai berikut:
1) Suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang kemudian
timbul diare.
2) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
mugnkin disertai lender atau lender dan darah
3) Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
4) Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa
yang diabsorpsi oleh usus selama diare.
5) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
6) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
7) Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, TD turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) Diuresis berkurang (oliguria sampai
anuria).
8) Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam (Kusmaul).
9) Bila tidak mendapat perawatan yang baik selama diare akan jatuh pada
keadaan-keadaan seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan asam-
basa, hipoglikemia, gangguan gizi dan sirkulasi.
7. Pemeriksaan Fisik
1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.
2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung
5) Sistem pencernaan
- Inspeksi
BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari 3x
dalam sehari, adakah bau disertai lendir atau darah, mukosa mulut
kering, distensi abdomen, nafsu makan menurun, mual muntah,
- Auskultasi: bising usus (menggunakan diafragma stethoscope),
peristaltic meningkat > 35 x/mnt,
- Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa, hepar
dan lien tidak membesar, suara tymphani
- Palpasi : memeriksa adanya nyeri tekan dan masaa
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tekanan
darah menurun pada diare sedang .
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor kulit menurun, suhu
meningkat > 37,50C, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memanjang > 2 detik, kemerahan pada daerah
perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
8. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
1) Pemeriksaan tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dna tablet
clinitest bila diduga terdapat intoleransi glukosa
- Bila perlu diadakan uji bakteri
2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
5) Laboratorium:
- Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
- Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
- AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun)
- Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada diare yaitu (Ngastiyah, 2014):
1) Penatalaksanaan Medis
a. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting
yang perlu diperhatikan.
a) Jenis cairan: oral: pedialyte atau oralit, ricelyte. Parenteral:
NaCl, isotonik, infuse RL.
b) Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang
dikeluarkan.
c) Jalan masuk atau cairan pemberian:
- Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
NaHCO3, KCL, dan glukosa.
- Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL)
selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai
beberapa banyak cairan yang diberikan tergantung dari berat
ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
d) Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian
kembali status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan.
Identifikasi penyebab diare. Terapi sistemik seperti pemberian
obat anti diare, obat anti mortilitas dan sekresi usus,
antimetik.
b. Pengobatan dieretrik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan: susu (ASI atau susu
formula yang mengandung laktosa rendah ada asam lemak tidak
jenuh, misalnya LLM. Almiron atau sejenis lainnya). Makan
setengah padat (bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak
tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa. Susu khusus
yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai
sedang atau tidak jenuh.
2) Penatalaksaan keperawatan
a. Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah
pasien defekasi. Cairan mengandung elektrolit, seperti oralit. Bila
tidak ada oralit dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas air
matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu sendok teh
gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak terus muntah tidak
mau minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde. Bila cairan
per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan cairan
Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter).
Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar
terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk
mengatasi dehidrasi.
b. Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat untuk mengetahui
kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang
masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:
a) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set
infuse yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol
infuse waktu memantaunya.
b) Perhatikan tanda vital: denyut nadi, pernapasan, suhu.
c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering,
encer atau sudah berubah konsistensinya.
d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok untuk mencegah bibir
dan selaput lendir mulut kering.
e) Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberikan
makan lunak atau secara realimentasi.
10. Komplikasi
Akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut (Maryunani,
2010):
1) Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada
diare.
2) Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau
anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke
dalam cairan intraseluler.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan
Kalori Protein (KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan etabol glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar
glukosa darah menurun hingga 40 % pada bayi dan 50 % pada anak–
anak.
4) Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena
takut diare atau muntah yang bertambah hebat, walaupun susu
diteruskan sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer
ini diberikan terlalu lama, makanan yang diberikan sering tidak dapat
dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5) Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
Menurut Ngastiyah (2014) sebagai akibat diare baik akut maupun
kronik akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolis,
hipokalemia), gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang,
pengeluaran bertambah), hipoglikemia, gangguan sirkulasi darah.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas klien.
2) Riwayat keperawatan.
a. Keluhan utama
Feces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi
ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput
lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah
dialami, alergi, pola kebiasaan, status gizi (lebih, baik, kurang,
buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Pernah
mengalami diare sebelumnya, pemakaian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA,
campak.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare atau tetangga
yang berhubungan dengan distribusi penularan
- Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang
kurang mudah terkena kuman penyebab diare
- Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang) di sungai dan cara
bermain anak yang kurang hygienis dapat mempermudah
masuknya kuman lewat fecal-oral
- Persepsi Keluarga
Kondisi lemah dan diare yang berlebihan perlu suatu keputusan
untuk penanganan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh keluarga.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal kotor.
3) Kebutuhan dasar.
a. Pola eliminasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4
kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi: diawali dengan mual, muntah, anoreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene: kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen.
4) Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan
- Inspeksi
BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari 3x
dalam sehari, adakah bau disertai lendir atau darah, mukosa
mulut kering, distensi abdomen, nafsu makan menurun, mual
muntah,
- Auskultasi: bising usus (menggunakan diafragma stethoscope),
peristaltic meningkat > 35 x/mnt,
- Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa, hepar
dan lien tidak membesar, suara tymphani
- Palpasi : memeriksa adanya nyeri tekan dan masaa
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tekanan darah menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor kulit menurun, suhu
meningkat > 37,50C, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memanjang > 2 detik, kemerahan pada daerah
perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-
400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
2) Inkontinensia fekal berhubungan dengan diare kronis.
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan.
4) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan volume
cairan.
3. Intervensi Keperawatan
menyebabkan diare
Edukasi 7. Membantu pasien dan
7. Jelaskan definisi, jenis keluarga memahami
terkait inkontinensia
inkontinensia, penyebab
fekal
inkontinensia fekal 8. Membantu dalam
8. Anjurkan mencatat pengkajian
karakteristik feses
Kolaborasi 9. Membantu
9. Kolaborasi pemberian mengurangi defekasi
obat diare (mis.
loperamide, atropine)
3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama …x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status
kurangnya asupan diharapkan defisit nutrisi teratasi nutrisi pasien dapat
makanan. dengan kriteria hasil: membantu dalam
1. Diare menurun pengkajian
2. Bising usus normal (5-30 2. Monitor asupan makanan 2. Memantau asupan
per menit) 3. Monitor berat badan makanan pada pasien
3. Mengetahui berat
3. Berat badan normal
badan pasien
4. Indeks massa tubuh Terapeutik
4. Membantu pasien
(IMT) normal 4. Fasilitasi menentukan
untuk menentukan
5. Penyiapan dan pedoman diet
program diet dengan
penyimpanan makanan
gizi seimbang
yang aman
5. Membantu pasien
5. Sajikan makanan secara
makan dengan
menarik dan suhu yang
makanan bergizi
sesuai
6. Berikan makanan tinggi
6. Membantu kecukupan
kalori dan tinggi protein
nutrisi pasa pasien
Edukasi
7. Anjurkan diet yang
7. Membantu pasien
diprogramkan
memahami diet yang
Kolaborasi akan diberikan
8. Kolaborasi dengan ahli 8. Menentukan diet dan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan yang dilakukan dengan format SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M., & Kumala, S. 2011. Gangguan Gastrointestinal : : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI.
Wijaya, AS & Putri YM. 2013. KMB (Keperawatan Medikal Bedah), Teori dan
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.