Anda di halaman 1dari 63

OLEH

Ns. Igst. A.A. Putri Mastini, S.Kep, M.Kes.


TUJUAN PEMBELAJARAN
 Setelah mengikuti pembelajaran konsep konseling dan
VCT HIV/AIDS mahasiswa mampu :
 Menerapkan Komunikasi dan Keseling pada klien
dengan HIV/AIDS
 Mampu menerapkan langkah-langkah dalam
pelaksanaan konseling pada klien HIV/AIDS
berdasarkan literatur yang ada.
LATAR BELAKANG
1. Saat ini HIV/AIDS telah menyebar luas hampir
diseluruh bagian dunia termasuk Indonesia
Menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan)
Rusaknya sistem imun tubuh akibat infeksi HIV
2. Indonesia merupakan salah satu Negara di Asia yang
memiliki kerentanan HIV mengakibat:
Dampak perubahan ekonomi
Dampak perubahan kehidupan sosial
lanjutan
3. Data dari kementrian Kes. RI thn 2017 di Indonesia
Kasus HIV : 242.699 kasus
Kasus AIDS : 87.453 kasus

4. Dapat dilihat masih tingginya angka kejadian


HIV/AIDS di Indonesia Dukungan
---> Dinas kesehatan
---> Sosial dari keluarga
---> Orang -orang di sekitar ODHA

untuk meningkatkan kualitas hidup


lanjutan
5. Program HIV/AIDS dikelola pemerintah dan
masyarakat merupakan kebijakan yang terpadu
untuk mencegah penularan dan memperbaikai
kualitas hidup orang dengan HIV
 Seseorang dinyatakan HIV/AIDS berpengaruh
kepada:
Fisik, psikis, sosial
Dipandang negatif
Dijauhi/dikucilkan o/lingkungan
lanjutan
 ODHA sering mengalami masalah Psikologis
Kecemasan
Depresi
Marah
Dimusuhi/merasa ditolak
lanjutan
VCT (Voluntary Counseling and Testing)

(KST): Konseling dan Tes Sukarela

salah satu strategi kesmas yang efektif ;


Pencegahan penularan
Pintu masuk :
=> Pelayanan
=> Perawatan
=> Dukungan
=> Pengobatan
KONSEP KONSELING
DEFINISI KONSELING
 Konseling merupakan s/proses membantu seseorang
u/belajar :
 Menyelesaikan masalah interpersonal
 Menyelesaikan masalah emosional
 Mengambil keputusan
Peran seorang konselor adalah membantu klien.
Konseling (perorangan, pasangan/keluarga)
lanjutan
TUJUAN KONSELING
Membantu individu u/berperan mandiri :
--> Kemampuan mengambil keputusan bijak
& realistik
--> Mendiskusikan prilaku
--> Mampu mengemban konsekwensi
--> Dapat informasi yang dibutuhkan dan tepat
lanjutan
PRINSIP KEGIATAN PROSES KONSELING BERFOKUS :
 Fokus pada klien (kebetulan, masalah, lingkungan)
 Terjadi timbal balik, kerjasama, saling menghargai.
 Menuju tujuan
 Membangun otonomi, T/j diri klien
 Memperhatikan situasi interpersonal, sosial, budaya,
kesiapan u/berubah.
 Pengajuan pertanyaan, menyediakan, mengulas
informasi dan pengembangan rencana aksi.
KONSELING
Konseling Psikologi
Profesi psikologi
Fokus pada memfasilitasi orang
Tugas interpersonalnya sepanjang dalam hidup
KONSELOR
Seorang yang memberikan
Perhatian pada emosi
Perhatian pada sosial
Perhatian pada vokasional
Edukasi
Terkait kesehatan
Perkembangan
Organisasi
Seseorang ahli yang memberikan bantuan kepada
klien sesuai dengan permasalahan
KEGIATAN KONSELING
BUKAN :
Berbicara/mengarahkan
Memberikan nasehat
Strategi
Obrolan
Interogasi Komunikasi

Pengakuan
DOA Perubahan prilaku
PERBEDAAN KONSELING DAN PENYULUHAN KELOMPOK
Konseling Penyuluhan kelompok
Rahasia dan kepercayaan menjadi Tidak bersifat rahasia
syarat kenyamanan
Dilakukan secara bertatap muka
o/konselor dan klien atau konselor Kelompok kecil
dengan klien beserta pasangan
Memiliki keterlibatan emosi Lebih netral
Mengarah pada tujuan khusus Mengarah pada tujuan umum
Membangkitkan motivasi u/perubahan Meningkatkan pengetahuan dan
prilaku + sikap pemahaman
Berorientasi pada masalah Orientasi pada isi
Berbasis kebutuhan klien Berbasis kebutuhan Kes.Mas
KONSELING HIV/AIDS
 Merupakan strategi bkomunikasi perubahan perilaku
yang bersifat rahasia

 Saling percaya antara klien dengan konselor


 Untuk meningkatkan kemampuan klien menghadapi
tekanan, keputusan terkait HIV/AIDS
lanjutan
 Proses konseling HIV/AIDS :
 Konseling prates HIV
 Konseling penilaian resiko
 Konseling pasca tes HIV
 Konseling perubahan perilaku

Ketrampilan Komunikasi (kebutuhan klien)


= Fisik
= Psikososial
= Spritual
lanjutan
MENGAPA konseling HIV/AIDS PENTING ?
 Konseling pencegah/perubahan perilaku dapat
mencegah penularan
 Dx/HIV mempunyai banyak implikasi (psikologi,
sosial, fisik, spiritual)
 HIV dapat mengancam hidup, saat ini membutuhkan
terapi seumur hidup
 Melalui konseling, konselor memfasilitasi ODHA
u/memilih, mengambil keputusan terbaik menikmati
hidup yang berkualitas
lanjutan
KONSELING HIV/AIDS
o Merupakan proses strategi komunikasi : ada 3 tujuan umum :
1. Menyediakan dukungan Psikologis
• Kesejahteraan emosi
• Kesejahteraan Psikososial
• Kesejahteraan Spiritual
2. Pencegahan penularan HIV
• Informasi perilaku yang tidak beresiko
• Keterampilan pribadi u/melindungi diri
• Prilaku yang berkualitas
3. Memastikan efektivitas rujukan Kes.
• Layanan dukungan Kes.
• Perawatan
• pengobatan
PROSES KONSELING DALAM STRATEGI
KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
Tahap satu, tahap pembuka untuk membangun Rapport
Membangun hubungan baik dan meningkatkan
kepercayaan klien
a. Meyakinkan kerahasiaan dan mendiskusikan batas
kerahasiaan
b. Mengizinkan ventilasi untuk ekspresi perasaan dan
pikiran klien
c. Menggali masalah, meminta klien menceritakan
kisah mereka
lanjutan
d. Memperjelas harapan klien untuk konseling
e. Menjelaskan hal-hal yang dapat konselor tawarkan
dan cara kerjanya
f. Pernyataan dari konselor tentang komitmen mereka
untuk bekerja sama klien
lanjutan
Tahap dua, Identifikasi Masalah
a. Definisi masalah, pemahaman peran konselor dan
keterbatasannya serta kebutuhan klien.
b. Mengemukakan peran dan batas hubungan dalam
konseling
c. Memapankan dan mengklarifikasi tujuan kebutuhan
klien
d. Membantu menetapkan prioritas, tujuan dan kebutuhan
klien
e. Melakukan pengambilan riwayat secara rinci dan
menceritakan riwayat secara spesifik
f. Menggali keyakinan, pengetahuan dan perhatian klien
VOLUNTARY COUNSELING TESTING(VCT)

 Konseling testing sukarela (KTS)


---> Merupakan dialog rahasia antara seseorang dan
pemberian layanan.

TUJUAN :
• Seseorang mampu menyesuaikan diri dengan stresnya
• Dapat membuat keputusan HIV/AIDS
• Memfasilitasi pencegahan perilaku beresiko
lanjutan
Upaya Intervensi yang digunakan dalam Pelaksanaan
KTS berupa :
 Program pencegahan
 Perawatan
 Pengobatan
 Rehabilitasi
lanjutan
Komponen Konseling minimal terdiri dari :
 Konseling pra tes HIV
 Konseling pasca tes HIV
 Konseling berkelanjutan jangka panjang
 Konseling dukungan
ALASAN PENYELENGGARAAN VCT ?
1. Pencegahan HIV
 Komponen yang efektif untuk pencegahan
 Promosi perubahan perilaku seksual menurunkan
penularan HIV
 Pengertian yang kuat tentang
 Tata nilai
 Aktivitas seksual
 Diagnosis (positif/negatif)
 Menurunkan perilaku beresiko
 Membantu klien u/mencari tahu status HIV
 Perencanaan hidup
lanjutan
2. Pintu masuk menuju terapi dan perawatan
 Akses layanan medik dan dukungan
 Intervensi yang aman u/prevensi penularan HIV (ibu-anak)
 Masyarakat dapat mengakses :
• Layanan terapi

• Layanan perawatan

• Layanan pengobatan

TEPAT
CEPAT
TERJANGKAU
lanjutan
3. VCT berperan penting dalam

mempengaruhi efektivitas
- semua intervensi program
- semua intervensi layanan

Kesehatan yang terkait HIV


lanjutan
4. Ketersediaan Layanan VCT

Bentuk penghormatan atas hak asasi manusia

Kesehatan Masyarakat
 Infeksi HIV mempunyai dampak yang luas :

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Seksualitas
Keluarga
Sosial
Produktivitas
lanjutan
Klien Voluntary Counseling and Testing
 Seseorang yang membutuhkan bantuan Oleh
 Seseorang yang diberi bantuan Konselor

Klien VCT : ---> Klien sukarela


-Pasien TB
-Orang beresiko HIV/AIDS

• LSL (laki suka laki)


• Gay
• Homoseksual
• Pemakai Narkoba
• Pemakai jarum suntik bergantian
lanjutan
Menurut Farid (2013)
Ciri-ciri klien sukarela :
o Datang ke konselor atas kesadaran sendiri
o Mudah terbuka
o Dapat menyesuaikan diri dengan konselor
o Sungguh-sungguh dalam proses konseling
o Mengemukakan sesuatu dengan jelas
o Mengungkapkan suatu rahasia
o Bersikap sahabat
METODA dalam VCT
 Suatu jalur/jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan :
 Pencegahan penularan HIV
 Meningkakan kualitas hidup ODHA
lanjutan
Metoda dalam VCT :

METODA KONSELING INDIVIDUAL


 Upaya pemberi bantuan secara individu, langsung bertatap
muka
 Komunikasi antar konselor-konseli
 Hubungan face to face relationship
 Wawancara konselor-konseli
lanjutan
Kelebihan metoda face to face relation ship :
 Konselor lebih berpusat ke klien
 Klien mudah percaya kepada konselor

Kekurangannya ;
==> Klien merasa diinterogasi

Konselor – Konseli
lanjutan
Ada 4 prinsip-prinsip VCT
1. RAHASIA
• Hasil hanya boleh diketahui klien-konselor
• Dengan persetujuan klien-status boleh dibuka
• Atau klien dapat menyampaikan sendiri
2. SUKARELA
 Tes HIV sifatnya sukarela
 Tidak ada paksaan dari konselor
 Klien resiko tinggi terpapar HIV

Pendekatan konselor secara PERSUASIVE


LANJUTAN
3. KONSELING
 Pelajari pengalaman-pengalaman klien dalam mengatasi

o Timbulnya stres
klien
o Timbulnya depresi

 Latar belakang perilaku beresiko klien


 Pemahaman tentang HIV/AIDS
lanjutan
4. PERSETUJUAN
 Mengisi formulir persetujuan melakukan tes
(inform concent)
Prinsip-prinsip yang lain : VCT = KOMUNIKASI
THERAPIUTIK
 Empati
 Mendengarkan
 Informasi yang tepat
lanjutan
Menurut Prayitno dan Erma Amti (2003)
Sarana pelayanan
Masalah individu
Program pelayanan
Pelaksanaan pelayanan
Tujuan pelayanan
Proses penanganan masalah
lanjutan
Indikator Keberhasilan VCT
keberhasilan layanan VCT :

KONSELOR Profesional
KLIEN

- Sikap
- Emosi
- Intelektual
- Motivasi
Berhasil =>Jika ada perubahan positif pada klien
 Diri sendiri
 Perilaku
 Pemahaman
 Kondisi psikologi
lanjutan
TAHAPAN VCT
o Gabungan konseling + tes
o Ada 3 tahapan pelaksanaan VCT
1. Konseling pra testing :
 Klien sebelum melakukan tes HIV
 Tujuan u/klien membuat keputusan
 Diberikan informasi yang baik, benar, jelas, tepat.
 Dilakukan langkah pendekatan dbb
lanjutan
2. Tes HIV
 Pengisian Informed Consent
 Proses pengambilan darah 2cc u/di tes

untuk mengetahui klien positif/negatif HIV


lanjutan
3. Konseling Pasca Testing
o Konseling setelah klien di tes HIV
o Tujuan : u/membacakan hasil tes
o Membantu klien u/dapat beradaptasi dengan hasil tes
o Informasi penguatan klien
lanjutan
KEBERHASILAN LAYANAN VCT

PENDUKUNG DAN PENGHABAT VCT

Pendukung layanan VCT dapat berjalan dengan baik :


 Kebijakan untuk tes kepada :
o Orang beresiko HIV/AIDS
o Orang dengan TB
o Orang TB dapat terkena HIV/AIDS
o Ruangan yang aman, nyaman
o Team VCT yang kompak
o Klien yang terbuka, sadar ingin sembuh
o Lingkungan :

- Mau menerima status klien


- Kelompok dukung sebaya
lanjutan
PENGHAMBAT LAYANAN VCT
 Kebijakan : Alokasi pencegahan lebih rendah dari
pengobatan
 Team VCT tidak kompak/merangkap
 Klien yang tertutup
 Klien tidak jujur
 Klien tidak punya keinginan u/sembuh
 Lingkungan yang tidak mau menerima status
Kesimpulan
1. Konseling adalah proses yang bertujuan menolong orang
untuk menolong dirinya sendiri
2. Konseling HIV & AIDS adalah untuk memfasilitasi seseorang
untuk membuat keputusan dan mengarah pada perubahan
perilaku.
3. Layanan konseling HIV & AIDS bertujuan untuk menyediakan
dukungan psikologis untuk klien, mencegah penularan HIV
melalui pengembangan perubahan perilaku, dan memfasilitasi
rujukan kesehatan yang efektif bagi klien
4. VCT menyediakan konseling pra dan pasca tes, konseling
berkelanjutan untuk mendukung ODHA (Orang dengan HIV
dan AIDS), dan memfasilitasi pula perubahan perilaku
5. VCT selain ditujukan untuk pencegahan penularan HIV
melalui perubahan perilaku, juga merupakan pintu
masuk/gerbang menuju terapi dan perawatan bagi ODHA.
Daftar Pustaka
Dr. Nursalam, M.Nurs, Asuhan Keperawatan pada Pasien
Terifeksi. Jakarta : Salemba Medika. 2007

Setyoadi, S.Kep. Ns. M.Kep. 2012, Strategi Pelayanan


Keperawatan bagi Penderita AIDS. Yogyakarta : Graha
Ilmu.

Pedoman Konseling dan Tes HIV. Kementrian Kesehatan


RI tahun 2013.
Langkah-langkah dalam konseling
pra testing antara lain adalah
1. Menerima Klien. Menerima klien dilakukan
konselor dengan menyambut kedatangan klien,
membukakan pintu jika pintu dalam keadaan
tertutup, berjabat tangan, menyapa dengan
menyebutkan nama jika sudah kenal, jika belum
menanyakan nama. Menerima klien dengan hal
tersebut agar klien merasa diterima dan diperhatian
oleh konselor, sehingga mempermdah proses
konseling selanjutnya.
2. Membangun Rapport atau Menjalin Hubungan. Menjalin
hubungan bertujuan agar konselor dan klien saling mengenal
dan menjalin kedekatan emosional untuk pemecahan masalah
dengan menciptakan suasana yang santai, nyaman, aman, agar
klien merasa tidak takut, percaya dan bebas mengungkapkan
perasaan dan pernyataan yang ingin disampaikan sehingga
klien percaya dan terbuka kepada konselor. Untuk
mewujudkan hal itu dalam menjalin hubungan dilakukan
dengan cara konselor memperkenalkan diri; konselor
memberikan pertanyaan basa-basi agar situasi mencair seperti
menanyakan kabar, kesibukkannya; konselor menanyakan
identitas klien; serta konselor menjelaskan peraturan dalam
proses konseling yang akan dilakukan, seperti waktu, tujuan,
maksud dan kerahasiaan agar klien mengetahui aturan,
maksud dan tujuan dari proses konseling.
3. Eksplorasi. Eksplorasi disebut juga dengan
penggalian masalah yang bertujuan untuk mencari
tahu permasalahan dan perasaan yang dialami oleh
klien. Pertanyaan konselor yang diberikan saat
eksplorasi antara lain adalah alasan klien datang
kesini, perasaan klien, situasi klien, menggali
informasi berkaitan dengan faktor perilaku berisiko
HIV, seperti perilaku seksual, tato/tindik, jarum
suntik, transfusi darah.
4. Identifikasi. Identifikasi dilakukan konselor untuk
membantu klien menentukan permasalahan yang
dialami dan mengetahui penyebab permasalahan
yang dialaminya. Dalam identifikasi ini konselor
membiarkan klien untuk menceritakan
permasalahan dan perasaan yang dialaminya.
Konselor bertugas mendengarkan dan mengarahkan
klien.
5. Memberikan Informasi. Informasi sangat diperlukan
dalam voluntary counseling and testing terutama
dalam konseling pra testing, karena masih
kurangnya informasi tentang voluntary counseling
and testing dan HIV/AIDS. Konselor memberikan
informasi dengan baik, jelas, tepat antaralain
informasi tentang VCT dan prosedurnya, tentang
HIV/AIDS serta penularan HIV/AIDS. Dengan
informasi yang didapat dalam tahap ini berguna
untuk menentukan keputusan apakah mau
menjalani tes HIV atau tidak.
6. Membuat Perencanaan. Setelah informasi
didapatkan, selanjutnya yaitu klien dibantu oleh
konselor untuk membuat perencanaandengan cara
konselor memberikan alternatif-alternatif
perencanaan, serta berdiskusi bersama mengetahui
kelebihan dan kekeurangan dari alternatif
perencanaan.
7. Membuat Keputusan. Setelah informasi dan
berdiskusi perencaanaan, tibalah saatnya eksekusi
yaitu menentukan keputusan apakah mau tes HIV
atau tidak. Jika tidak mau, maka konselor diberi
kesempatan untuk menyakinkan dan memberikan
penguatan kembali, lalu ditanyakan kembali. Jika
jawaban tetap tidak, maka konselor tidak boleh
memaksa dan proses konseling diakhiri. Jika
jawaban mau dites HIV, maka masuk ke tahap
berikutnya.
Tes HIV. Proses pengambilan darah sebanyak 2cc
untuk dites guna mengetahui status klien apakah positif
HIV atau negatif HIV. Namun sebelum tes HIV
dilakukan, klien diwajibkan untuk mengisi dan
menandatangani surat pernyataan dan persetujuan
melakukan tes HIV yang sering disebut informed
consent.
Konseling Pasca Testing. Konseling yang
dilakukan setelah klien melakukan tes HIV yang
bertujuan untuk membacakan hasil tes, membantu
klien memahami dan menyesuaikan diri dengan hasil
tes, baik itu positif maupun negatif serta memberikan
informasi dan penguatan kepada klien.
Langkah-langkah dalam konseling pasca
testing adalah
1. Menerima Klien. Konselor mempersilakan klien
kembali masuk ke ruangan voluntary counseling and
testing dengan ramah, baik dan sopan sesuai dengan
kode etik konselor.
2. Mengembangkan Hubungan. Konselor
mengembangan hubungan dengan klien untuk
mengetahui kesiapan mengetahui hasil tes. Yang
bisa dilakukan dalam langkah ini adalah konselor
menanyakan kesiapan klien. Jika sudah siap, maka
lanjut ke langkah berikutnya. Namun jika belum
siap, konselor bertugas memotivasi klien hingga
siap.
3. Perencanaan Kegiatan. Konselor membantu klien
membuat perencanaan tentang hasil yang akan
didapatkan dengan cara melakukan pengandaian
jika hasil positif dan negatif. Konselor menanyakan
kepada klien, jika hasil positif apa yang akan
dilakukan dan jika hasil negatif apa yang dilakukan.
Cara ini dilakukan untuk membuat klien
mengetahui apa yang akan dilakukan dan membuat
klien bertanggung jawab kepada dirinya sendiri.
4. Membacakan Hasil Tes. Pada langkah ini, konselor
waktunya untuk membacakan hasil tes dan klien
mengetahui status kesehatannya. Konselor
membacakan hasil tes dengan nada suara yang datar,
tidak menunjukkan muka tertentu, tidak tergesa-
gesa, dan tidak memberikan komentar. Setelah
membacakan hasil tes, konselor diam sejenak untuk
menunggu reaksi klien dan untuk memberi waktu
klien menerima hasil tes dirinya. Selanjutnya
konselor menjelaskan hasil tes yang diterima klien.
5. Integritas Hasil Tes. Dalam langkah integrasi hasil tes ini
ada dua, yaitu integrasi kognitif dan integrasi emosional.
Integrasi kognitif yaitu mengetahui pemahaman klien
tentang HIV sesuai hasil yang diterima. Integrasi kognitif
dilakukan oleh konselor dengan menanyakan
pengetahuan tentang HIV mengenai hasilnya, setelah itu
konselor menambahan jika ada yang kurang dan
memperbaiki jika ada yang kurang tepat. Integrasi
emosional yaitu mengetahui pengaruh hasil tes yang
diterima dengan emosional yang terjadi pada klien. Dan
memberikan penguatan kepada klien sesuai dengan
hasilnya.
6. Memberikan Informasi. Informasi yang diberikan
pada tahap ini disesuaikan dengan hasil tes yang
didapatkan klien. Jika hasil negatif, konselor
memberikan informasi tentang masa jendela
(window period), pola hidup yang baik, dan
menyarankan untuk tiga bulan setelah hari tes
kembali lagi untuk tes ulang. Jika hasil positif,
konselor memberikan informasi apayang harus
dilakukan oleh klien, pola hidup yang baik,
menghindari hal-hal yang dapat menularkan
HIV/AIDS.
7. Memberikan Harapan, Advokasi, Motivasi dan
Pemberdayaan. Dalam langkah ini, konselor
memberikan harapan, advokasi dan pemberdayaan
dengan memberikan pernyataan secara konsisten
dan realisitis tentang adanya harapan disertai
dengan bukti-bukti yang mendukung, memfokuskan
pada masalah kualitas hidup dan mendorong klien
agar berpartisipasi aktif untuk meningkatkan status
kesehatannya.
8. Mengidentifikasi Sumber Rujukan yang Memadai.
Pada langkah ini konselor membantu klien dalam
mengindentifikasi kebutuhan dukungan yang
diperlukan oleh klien. Rujukan tersebut meliputi
kelompok dukungan sebaya, rumah sakit,
puskesmas, terapi individual, intervensi krisis,
layanan media, informasi terapi alternatif,
rehabilitasi penggunanarkoba, layanan hukum,
sosial, psikologis, dan spiritual, serta
programprogram lainnya.
9. Konselor Melakukan Layanan Lanjutan. Layanan lanjutan
terdiri dari konseling lanjutan dan pelayanan penanganan
manajemen kasus. Langkah konseling lanjutan ini bisa
dilakuan diwaktu lain. Dalam langkah ini konselor melakukan
konseling lanjutan bisa dengan pasanganjika mempunyai
pasangan, bisa dengan orangtua dan bisa dengan anak.
Namun konseling lanjutan harus sesuai dengan persetujuan
dari klien. Pelayanan penanganan manajemen kasus bertujuan
membantu klien untuk mendapatkan pelayanan berkelanjutan
yang dibutuhkan. Tahapan dalam manajemen kasus adalah
identifikasi, penilaian kebutuhan pengembangan rencana
tindak individu, rujukan sesuai kebutuhan dan tepat dan
koordinasi pelayanan tindak lanjut.

Anda mungkin juga menyukai