Anda di halaman 1dari 26

Konsep

Voluntary Counseling Testing


(VCT)

Oleh; Ns. M. Adharudin, S.Kep., M.Kep.

STIKES WDH Tangerang


Pendahuluan
Konseling sangat dibutuhkan bagi pasien HIV & AIDS yang sudah terdiagnosis
Maupin pada kelompok berisiko tinggi agar mau melakukan tes, bersikap
terbuka, dan bersedia mencari pertolongan dokter.

Menurut AUSAID (2002) Konseling merupakan salah satu program pengendalian


AIDS/HIV, selain pengamanan SARA, komunikasi-informasi-edukasi, pelayanan,
dukungan, dan pengobatan.

Konseling bertujuan untuk mecegah penularan HIV, mengubah perilaku ODHA,


pemberian dukungan yang dapat menumbuhkan motivasi mereka, meningkatkan
kualitas hidup ODHA.

STIKES WDH Tangerang


Berdasarkan hasil penelitian terhadap pasien HIV/AIDS di UPIPI RSU Dr.
Soetomo yang dilakukan oleh Patola L.N. (2005) diketahui bahwa VCT efektif
dalam mengubah pengetahua, sikap, dan Tindakan pasien berisiko tinggi untuk
melakukan tes HIV dimana 100% responden penelitiannya bersedia melakukan
tes HIV setelah diberikan konseling.

Konseling HIV/AIDS meliputi konseling untuk pencegahan, konseling pra-tes,


konseling pasca-tes, konseling keluarga, konseling berkelanjutan, dan konseling
pada mereka yang menghadapi kematian. Konseling yang diberikan pada
pasien akan membantunya dalam memperoleh akses informasi yang
benar,memahami dirinya secara lebih baik, mampu menghadapi masalah lebih
baik, dan mampu berkomunikasi lebih lancar.

STIKES WDH Tangerang


Definisi Konseling
1. Roblis (1942) mengatakan bahwa konseling adalah hubungan yang
bebas dan berstruktur dengan cara membiarkan klien memperoleh
pengertian secara mandiri yang membimbingnya untuk menentukan
Langkah positif ke arah orientasi baru.

2. Pepinsky (1954) mengatakan bahwa konseling merupakan interaksi


yang terjadi antara 2 orang yang satu disebut konselor dan lainnya
sebagai klien, Berlangsung dalam kerangka professional, Diarahkan
agar memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada klien.

STIKES WDH Tangerang


3. Smith (1955) mengatakan bahwa konseling proses yang terjadi dalam
hubungan pribadi antara seseorang yang mengalami kesulitan dengan
seorang professional terlatih berpengalaman, dan pengalamannya
mungkin dapat digunakan untuk membantu orang lain sehingga mampu
memecahkan persoalan pribadinya.

Beberapa factor penting dalam konseling bahwa;


a. Konseling berhubungan dengan tujuan untuk membantu orang lain
menentukan pilihan dan tindakannya.
b. Dalam proses konseling terjadi proses belajar.
c. Terjadi perubahan dan perkembangan kepribadian.

STIKES WDH Tangerang


Ciri-ciri Konseling
1. Konseling berkaitan dengan kegiatan memengaruhi secara sengaja agar
terjadi perubahan perilaku pada Sebagian dari kepribadian klien.
2. Tujuan dari konseling adalah untuk membuat kondisi yang memudahkan
terjadinya perubahan yang disengaja pada Sebagian diri klien.
3. Semua hubungan pada klien harus ada pembatas untuk hal-hal yang
bersifat pribadi bagi konselor. Hanya hal yang berhubungan dengan
penyakit saja yang dibahas.
4. Kondisi yang mempermudah terjadinya perubahan perilaku diperoleh
melalui wawancara.
5. Kegiatan mendengarkan harus ada pada konseling, tetapi tidak semua
konseling adalah mendengarkan.
6. Konselor harus memahami kliennya.
7. Konseling dilakukan dengan tertutup (privacy) dan diskusi bersifat rahasia
(confidential)
STIKES WDH Tangerang
Hal-hal yang bukan Konseling
1. Konseling bukan kegiatan pemberian informai, meskipun informasi bisa
diberikan dalam konseling.
2. Konseling bukan kegiatan pemberian nasihat, sugesti, atau rekomendasi.
3. Konseling bukan kegiatan untuk mempengaruhi sikap, kepercayaan atau
perilaku dengan cara memaksa, mengatur atau menyakinkan.
4. Konseling bukan seleksi dari tugas yang harus dilakukan dalam
menghadapi bermacam-macam pekerjaan dan aktivitas.
5. Konseling bukan kegiatan melakukan wawancara, sekalipun wawancara
bisa dilibatkan dalam konseling.

STIKES WDH Tangerang


Tujuan Utama Konseling

1. Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku.


2. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu
3. Meningkatkan kemampuan dalam menentukan keputusan
4. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan
5. Menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan klien.

STIKES WDH Tangerang


Konseling HIV/AIDS
Konseling HIV/AIDS merupakan dialog antara klien dengan pelayan Kesehatan (konselor)
yang bersifat rahasia, sehingga memungkinkan orang tersebut mampu menyesuaikan
atau mengadaptasi diri dengan stress dan sanggup membuat keputusan bertindak
berkaitan dengan HIV/AIDS.
Konseling HIV berbeda dengan jenis konseling lainnya, walaupun keterampilan dasar
yang dibutuhkan adalah sama. Konseling HIV menjadi hal yang unik karena:
1. Membutuhkan pengetahuan yang luas tentang infeksi menular seksual (IMS) dan
HIV/AIDS.
2. Membutuhkan pembahasan mengenai praktik seks yang bersifat pribadi.
3. Membutuhkan pembahasan tentang kematian atau proses kematian
4. Membutuhkan kepekaan konselor dalam menghadapi perbedaan pendapat dan
nilai yang mungkin sangat bertentangan dengan nilai yang dianut oleh konselor itu
sendiri.
5. Membutuhkan keterampilan pada saat memberikan hasil HIV yang positif.
6. Membutuhkan keterampilan dalam menghadapi kebutuhan pasangan maupun
STIKES WDH Tangerang
anggota keluarga klien.
Tujuan Konseling HIV
1. Mencegah penularan HIV dengan cara mengubah Perilaku.
Untuk mengubah perilaku, ODHA tidak hanya membutuhkan informasi belaka,
tetapi yang jauh lebih penting adalah pemberian dukungan yang dapat
menumbuhkan motivasi mereka, misalnya dalam perilaku seks aman, tidak
berganti-ganti jarum suntik,dll.
2. Meningkatkan kualitas hidup ODHA dalam segala aspek baik medis, psikologis,
social dan ekonomi. Dalam hal ini konseling bertujuan untuk memberikan
dukungan kepada ODHA agar mampu hidup secara positif.

Dalam hal ini, konselor juga diharapkan dapat membantu mengatasi rasa putus asa,
rasa duka yang berkelanjutan, kemungkinan stigma, diskriminasi, penyampaian
status HIV pada pasangan seksual, pemutusan hubungan kerja, dll.

STIKES WDH Tangerang


Ciri-ciri Konseling HIV
Konseling merupakan kegiatan membantu klien agar dapat:
a. Memperoleh akses informasi yang benar.
b. Memahami dirinya dengan lebih baik.
c. Agara mampu menghadapi masalahnya.
d. Agar mampu berkomunikasi lebih lancer.
e. Mengantisipasi harapan-harapan, kerelaan, dan perubahan perilaku.

STIKES WDH Tangerang


Konseling HIV dianjurkan untuk keadaan berikut:

1. Orang yang sudah diketahui menderita HIV/AIDS dan keluarganya.


2. Mereka yang sedang dites untuk HIV (sebelum dan sesudah tes).
3. Mereka yan sedang mencari pertolongan diakibatkan perilaku risiko
yang lalu dan sekarang sedang merencanakan masa depannya.
4. Mereka yang tidak mencari pertolongan namun berperilaku risiko
tinggi.
5. Orang yang mempunyai masalah akibat infeksi HIV (pekerja,
perumahan, keuangan, keluarga, dll) sebagai akibat infeksi HIV.

STIKES WDH Tangerang


Petugas Konseling
Selain dokter, perawat, psikologi, psikoterapis, pekerja social, dan orang
dengan profesi lain dapat dianjurkan dan dilatih untuk memberikan
dukungan konseling.

Petugas konseling tidak harus merupakan petugas Kesehatan yang ahli.


Guru, penyuluh Kesehatan, petugas labor, pemuka agama, kelompok kerja
muda,dan anggota kelompok masyarakatt dapat menolong dalam
konseling pencegahan maupun konseling dukungan untuk ODHA.

Jadi, pada dasarnya yang dapat menjadi petugas konseling adalah mereka
yang masih mempunyai ruang untuk orang lain dalam dirinya.

STIKES WDH Tangerang


Perbedaan Konseling Versus Edukasi
kesehatan
Konseling Edukasi Kesehatan
1. Proses penyesuaian 1. Proses belajar
2. Bersifat individual atau kelompok 2. Kelompok besar atau kecil
kecil 3. Berorientasi pada isi
3. Berorientasi pada masalah 4. Meningkatkan
4. Menurunkan stress pengetahuan
5. Didominasi mood dan perasaan 5. Didominasi oleh
komprehensi.

Sedangkan persamaannya adalah sebagai berikut:


1. Keduanya memberikan pengetahuan dan mengubah sikap
2. Merupakan komunikasi dua arah
3. Memerlukan pelatihan dalam aspek Teknik.
STIKES WDH Tangerang
Jenis Konseling HIV/AIDS
Ada beberapa jenis konseling yang dapat dilakukan untuk para
penderita HIV/AIDS sebagai berikut:
1. Konseling untuk pencegahan terjadinya HIV/AIDS
2. Konseling Pra-tes
3. Konseling Pasca-tes
4. Konseling Keluarga
5. Konseling berkelanjutan
6. Konseling pada mereka yang menghadapi kematian

STIKES WDH Tangerang


Voluntary Counseling
Testing
(VCT)
Definisi VCT

VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak
terputus antan konselor dan kliennya dengan tujuan untuk mencegah
penularan HIV, memberikan dukungan moral, informasi serta dukungan
lainnya kepada ODHA, keluarga dan Lingkungannya.

STIKES WDH Tangerang


Tujuan VCT
VCT mempunyai tujuan sebagai:
1. Upaya pencegahan HIV/AIDS
2. Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan
persepsi/pengetahuan mereka tentang factor-factor resiko penyebab
seseorang terinfeksi HIV
3. Upaya pengembangan perubahan perilaku, sehingga secara dini
mengarahkan mereka menuju ke program pelayanan dan dukungan
termasuk akses terapi antiretroviral, serta membantu mengurangi
stigma dalam masyarakat.

STIKES WDH Tangerang


Tahap VCT
1. Sebelum Deteksi HIV (Pra-Konseling)
Pra-konseling disebut juga konseling pencegahan AIDS.
2hal yang penting dalam konseling ini, yaitu aplikasi perilaku klien yang menyebabkan
dapat klien berisiko tinggi terinfeksi HIV/AIDS dan apakah klien mengetahui tentang
HIV/AIDS dengan benar.

Apabila perilaku klien tidak berisiko, biasanya setelah mengetahui dengan benar
bagaimana cara AIDS menular, maka klien akan membatalkan pemeriksaan. Konselor
harus lebih berhati-hati pada klien dengan perilaku berisiko tinggi karena harus
diteruskan dengan rinci tentang akibat yang akan timbul apabila hasil tes sudah keluar.
Tujuan dari konseling ini adalah untuk mengubah pola tingkah laku.

STIKES WDH Tangerang


Di Amerika Serikat setelah konseling ini berhasil, maka klien akan
membubuhkan tanda tangan pada “surat persetujuan diperiksa” yang
antara lain berisi keamanan klien bahwa identitasnya tidak akan
dibocorkan.

Hal yang perlu ditanyakan oleh konselor yaitu ada tidaknya sumber
dukungan moral dalam hidup klien yang dapat membantu Ketika
menunggu hasil tes sampai hasil diagnosis keluar (apapun hasil, tesnya
baik positif atau negative).

Masa ketika menunggu hasil tes adalah masa yang paling berat bagi klien.
Saat itu, tidak ada seorang pun sebagai pendukung moral maka konselor
diharapkan dapat bertindak sebagai keluarga bagi klien.

STIKES WDH Tangerang


Tujuan Konseling Pra-Tes HIV/AIDS.

Terdapat eberapa tujuan dilakukannya konseling Pra-tes pada klien yang akan
melakukan tes HIV/AIDS. Tujuan tersebut adalah:
1. Klien memahami benar kegunaan Tes HIV/AIDS.
2. Klien dapat menilai risiko dan mengerti persoalan dirinya.
3. Klien dapat menurunkan rasa kecemasannya.
4. Klien dapat membuat rencana penyesuaian diri dalam kehidupannya.
5. Klien memilih dan memahami apakah ia akan melakukan tes darah
HIV/AIDS atau tidak.

STIKES WDH Tangerang


5 Prinsip Praktis Konseling Pra-Tes HIV
1. Motif dari klien HIV/AIDS
Klien yang secara sukarela (Voluntary) dan secara paksa (compulsory) mempunyai
perasaan yang berbeda dalam menghadapi segala kemungkinan, baik pra-tes atau
pasca-tes.

2. Interpretasi Hasil Pemeriksaan


a. Uji saring atau skrining dan tes konfirmasi
b. Asimtomatik atau gejala nyata
c. Tidak dapat disembuhkan (HIV) tetapi masih dapat diobati (infeksi Sekunder).

3. Estimasi Hasil
a. Pengkajian risiko bukan hasil yang diharapkan
b. Masa jendela.

STIKES WDH Tangerang


4. Rencana Ketika Hasi diperoleh
Apa yang akan dilakukan oleh klien Ketika telah mengetahui hasil pemeriksaan,
baik positif maupun negative.

5. Pembuatan Keputusan
Klien dapat memutukan untuk mau dan tidak mau diambil darahnya
guna dilakukan pemeriksaan HIV.

STIKES WDH Tangerang


2. Deteksi HIV
(Sesuai keinginan klien dan setelah klien menandatangani Lembar
Persetujuan)
Tes HIV harus bersifat:
 Sukarela: orang akan melakukan tes HIV haruslah berdasarkan atas
kesadarannya sendiri, bukan atas paksaan/ tekanan orang lain. Ini juga berarti
bahwa ia setuju untuk dites, setelah ia mengetahui hal-hal apa saja yang
tercakup dalam tes itu, apa keuntungan dan kerugian dari tes, serta apa saja
implikasi dari hasil tes yang positif ataupun hasil negative.

 Rahasia: apa pun hasil tes ini, baik positif ataupun negative, hanya boleh
diberitahu langsung kepada orang yang bersangkutan.

 Tidak boleh diwakilkan kepada orang lain, baik orang tua/pasangan,atasan,


atau siapa pun
STIKES WDH Tangerang
3. Pascakonseling: Konseling setelah Deteksi
HIV

Pascakonseling merupakan kegiatan konseling yang harus diberikan


setelah hasil tes diketahui, baik hasilnya positif maupun negative,
konseling pasca-tes sangat penting untuk membantu mereka yang
hasilnya HIV positif agar dapat mengetahui cara menghindarkan
penularan HIV kepada orang lain.

Cara untuk bisa mengatasinya dan menjalani hidup secara positif. Bagi
mereka yang hasil tesnya HIV negative, maka konseling pasca-tes
bermanfaat untuk membantu tentang berbagai cara mencegah infeksi
HIV dimasa mendatang.

STIKES WDH Tangerang


Tujuan Konseling Pasca-Tes

Hasil Negatif: Hasil Positif:


a. Klien dapat memahami arti a. Klien dapat memahami dan
periode jendela menerima hasil tes secara tepat.
b. Klien dapat membuat b. Klien dapat menurunkan masalah
keputusan akan tes ulang psikologi dan emosi karena hasil tes.
atau tidak, kapan waktu tepat c. Klien dapat menyesuaikan kondisi
untuk mengulang. dirinya dengan infeksi dan
c. Klien dapat mengembangkan Menyusun pemecahan masalah
pedoman praktis bagi dirinya serta dapat menikmati hidup.
untuk mengurangi risiko
d. Klien dapat mengembangkan
melalui perilaku.
pedoman praktis bagi dirinya untuk
mengurangi risiko melalui perilaku.

STIKES WDH Tangerang


MATUR THANKYOU…

STIKES WDH Tangerang

Anda mungkin juga menyukai