Interaksi dua arah antara klien dan konselor di mana konselor menggali
(SKR) klien, tanpa melihat jenis pelayanan kesehatan yang di tekuni petugas dan
berikan oleh konselor yang sama sebelum, saat dan setelah pelayanan aborsi
(WHO,1995).
Walaupun ada banyak definisi konseling, tetapi memiliki kesamaan dalam hal:
Konseling dapat dilakukan pada setiap tahapan dari perjalanan suatu proses dengan
informasi dan pendekatan yang selalu disesuaikan. Demikian pula halnya pada proses
reproduksi; konseling dapat dilakukan pada tahapan remaja, pra-nikah, merencanakan
keluarga, kehamilan, risiko reproduksi, persalinan dan berbagai tahapan dalam
penatalaksanaan pengobatan atau tindakan. Berkaitan dengan pelayanan kesehatan
reproduksi yang komprehensif, konseling memiliki tujuan dan maksud sebagai berikut
:
• Perubahan perilaku.
Banyak klien yang tidak menyadari bahwa mereka memiliki perilaku yang
beresiko. Konseling diharapkan bisa membantu klien untuk merubah
perilaku rentan mereka sehingga dapat mengurangi mereka dari keterpaparan
terhadap risiko.
• Meningkatkan ras percaya diri.
Klien yang mengalami permasalahan kesehatan reproduksi biasanya
cenderung menutup diri ari masyarakat dan keluarga. Konseling dapat
membantu/menguatkan klien agar bisa lebih menerima kondisi
tubuhnya secara positif.
• Pemecahan masalah.
Klien perlu bantuan, dukungan dan semangat untuk menjaga
kesehatannya. Konseling tidak hanya membantu klien keluar dari
masalah yang melingkupinya, juga melindunginya dari permasalahan
yang lebih kompleks. Sebagai contoh, saat klien dihadapkan pada
permasalahan kehamilan tak diinginkan, konseling membantu klien
memutuskan yang terbaik untuk tubuhnya.
• Efektifitas personal.
Akar masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi (SKR) sangat
kompleks, bukan sekedar masalah medis tetapi sebanyak masalah
sosial yang ada. Konsekuensi masalah yang SKR (Sosial dan medis)tidak
hanya berdampak kepada klien itu sendiri tetapi juga anak-anaknya,
pasangannya, dan mungkin masyarakatnya. Tujuan konseling adalah
menginformasikan klien mengenai hak-hak dan pilihannya, serta
memberdayakan klien untuk membuat keputusan.
Tempat Konseling
Proses konseling tidak harus dilakukan di ruangan formal yang dilengkapi dengan
perabotan dan berbagai materi informasi. Walaupun terkadang mungkin masih ideal,
namun hendaknya kita juga mesti fleksibel terhadap kebutuhan klien.
Klien dengan HIV/AIDS tidak akan merasa nyaman bila ia harus duduk di
ruangan bersama dengan klien-klien lainnya. Ada kekhawatiran ia akan bertemu
dengan orang yang dikenalnya dan bertanya alasan kedatangannya. Untuk klien
seperti ini, tempat alternatif yang bisa terjaga privacy-nya (seperti perpustakaan,
ruangan lain di klinik, atau ruangan terpisah lainnya), akan membuat klien merasa
lebih nyaman.
•Keterbatasan waktu;
•Permintaan klien;
Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh
(keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas
dari penyakit atau keadaan lemah.
Sedangkan di Indonesia, UU Kesehatan No. 23/ 1992 menyatakan bahwa sehat adalah
suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap
manusia untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis.
masalah kesehatan fisik maupun psikis, agar konseli bisa beradaptasi deng