2010631040011
A. Konsep Dasar I Bimbingan Konseling
Menurut Prayitno dan Amti (2008 ; 99) menjelaskan bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang
individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang
berlaku. Pelayanan bimbingan diberikan tidak hanya diberikan kepada satu atau beberapa
individu tersebut untuk mempersiapkan memasuki suatu jabatan atau pekerjaan tertentu,
namun pemberian bantuan juga diberikan dalam pengentasan masalah-masalah di berbagai
bidang, seperti masalah-masalah pendidikan, sosial, dan pribadi.
Bimbingan juga dapat diartikan Suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara
berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan
khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkunganya serta
dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat
mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan
masyarakat.
Menurut Crow dan Crow (dalam Prayitno dan Amti, 2008 ; 94) menjelaskan bahwa bimbingan
adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki
kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-indivu setiap usia untuk
membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya
sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat diambil
kesimpulan tentang pengertian bimbingan yang lebih luas, bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh seseorang yang ahli, laki-laki atau perempuan, secara
berkelanjutan dan sistematis kepada individu-individu setiap usia dengan tujuan agar individu-
individu tersebut dapat mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan
sendiri, dan menanggung bebannya sendiri untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan
masyarakat
C. Karakteristik Kompetensi Konselor
Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling, Konselor
bergerak terutama dalam konseling di bidang pendidikan. Tapi juga merambah pada
bidang industri dan organisasi. Penanganan korban bencana dan konseling secara umum di
masyarakat. Konselor pendidikan semula disebut sebagai Guru BimbinganPenyuluhan (Guru
BP). Seiring dengan perubahan istilah penyuluhanmenjadi konseling, namanya berubah
menjadi Guru Bimbingan Konseling (Guru BK). Untuk menyesuaikan kedudukannya dengan
guru lain, kemudiandisebut pula sebagai Guru Pembimbing.
Konselor menurut Hartono dan Boy Soedarmadji memberikan pengertian yakni konselor
merupakan tenaga profesional yang memberikan pelayanan dalam bidang konseling.
Sementara, menurut Jones konselor diartikan sebagai kegiatan yang mengumpulkan fakta dan
pengalaman para siswa. Konselor akan memfokuskan terhadap masalah tertentu yang dialami
bersangkutan. Akhirnya konselor akan memberi masukan untuk memecahkan masalah
tersebut.
Karakteristik, Secara umum tugas konselor adalah menjadi fasilitator bagi klien yang berbekal
pemahaman dasar dan teknik konseling, sampai klien dapat menemukan dan mengatasi
masalah yang dihadapi. Carl Rogers, pelopor konseling humanistik, memaparkan tiga
karakteristik yang perlu dimiliki oleh seorang konselor, yaitu: 1) congruence; 2) unconditional
positive regard; 3) Empathy.
Carl Rogers menjelaskan konsep empati ini dengan istilah internal frame of reference, artinya
memahami orang lain berdasarkan kerangka persepsi dan perasaan orang lain tersebut. Rogers
juga menambahkan bahwa melalui empati seseorang mampu merasakan dan memahami dunia
pribadi orang lain, namun tanpa kehilangan kesadaran terhadap dirinya sendiri atau terhanyut
oleh pikiran dan perasaan orang lain tersebut.
D. Karakteristik Klien/Konseli
Setiap individu yang diberi bantuan professional oleh seorang Konselor atas puritan sendiri
atau orang lain dapat disebut sebagai klien. Ada klien yang datang kepada Konselor dengan
keinginan dirinya sendiri karena adanya kesadaran dalan dirinya. Dan ada klien yang datang
kepada konselor atas keinginan orang lain karena kurangnya kesadaran dalam dirinya bahwa
dia membutuh bantuan konselor. Klien yang sadar dalm proses konseling memiliki harapan
untuk tumbuh, berkembang, produktif, kreatif dan mandiri. Harapan , kebutuhan, dan latar
belakang klien akan menentukan keberhasilan proses konseling.
Shertzer and Stone (1987) mengemukakan bahwa keberhasilan dan kegagalan proses konseling
ditentukan oleh tiga hal yaitu : (1) kepribadian klien; (2) harapan klien dan; (3) pengalaman
atau pendidikan klien.
E. Ragam Masalah
Menurut Sugiyono (2009:52) masalah diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar-benar terjadi antara teori dengan praktek,antara aturan dengan
pelaksanaan,antara rencana dengan pelaksanaan.
klien telah menderita gangguan dan ketenangan jiwa, menampakkan ciri-ciri kelainan kejiwaan
yang dianggap tidak normal, yang merupakan penyakit jiwa seperti psikokis atau
psikoneurosis, baik yang masih dalam taraf ringan maupun yang sudah berat,
NOTULENSI HASIL DISKUSI KELOMPOK 1 PERTEMUA KETIGA
MENGENAI KARAKTERISTIK KOMPETENSI KONSELOR
Penanya dari kelompok 2(Gusfiarli Putra)
Apa saja ruang lingkup konselor terus apa bedanya konselor, psikolog dan psikiater?
Jawaban dari Penyaji kelompok 1 (Putri Zahara)
Ruang lingkup Bimbingan Konseling adalah manusia yang masih sadar akan masalah yang
dihadapinya, hubungan manusia dengan manusia yang lain dan manusia dengan
lingkungannya.
Konselor biasanya dari jurusan bimbingan dan konseling, umumnya dari kursus-kursus.
Konselor bisa diperoleh dari program pendidikan yang melanjutkan spesialis dalam bidang
konselor atau dari program teologi.
Psikiater sebenarnya adalah spesialis dari ilmu kedokteran. Jadi orang yang akan menjadi
psikiater harus menempuh sekolah kedokteran S1 terlebih dahulu. Setelah selesai sekolah dan
mendapatkan gelar dokter umum, psikiater akan berlanjut menjalani pelatihan residensi selama
empat tahun yang mengkhususkan dari dalam bidang psikiatri.
Psikolog tidak masuk sekolah kedokteran, melainkan mengenyam pendidikan dari ilmu
psikologi. Untuk menjadi seorang psikolog seseorang harus menyelesaikan pendidikan S1
fakultas psikologi terlebih dahulu. Setelah itu, baru bisa meneruskan program profesi untuk
belajar praktik menjadi psikolog.
Tambahan dari penyelaras kelompok 5 (Kharisma Prameswari)
Ruang lingkup konselor dapat mencakup upaya bantuan yang meliputi bidang bimbingan
pribadi, bimbingan Sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier.
Umumnya konselor banyak diperlukan di sekolah. Baik itu dari sekolah TK, SD, SMP hingga
SMA. Sekolah banyak membutuhkan konselor karena umumnya yang memerlukan konseling
adalah anak sekolah yang segi fisik masih sehat namun sedang mengalami hambatan.
Yang membedakan antara psikiater dengan psikolog adalah psikiater harus dapat mengetahui
penyebab gangguan kejiwaan dari sisi medis dan kelainan sistem syarafnya. Mereka harus bisa
mendiagnosis gangguan tersebut seperti skizofrenia, bipolar atau gangguan psikologis lainnya.
Perbedaan yang utama adalah mereka dapat meresepkan obat kepada pasiennya setelah
memberikan diagnosa dengan tepat.
Perbedaan yang lain adalah konselor tidak memiliki kompetensi yang dipelajari lebih jauh
untuk dapat menangani seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan.
Sumber : https://www.golife.id/perbedaan-psikiater-psikolog-konselor/
Penanya dari kelompok 2 (Hilda Gustiani Rahman)
Jika salahsatu kompetensi konselor tidak terpenuhi, apakah masih bisa disebut seorang
konselor?
Jawaban dari penyaji kelompok 1 (Fivo Atanta Fuadi)
Tidak bisa, karena semua syarat kompetensi konselor harus dikuasai, jika kompetensi konselor
tidak terpenuhi bisa saja banyak yang telah menjadi konselor tapi tidak semuanya profesional.
Tambahan dari penyelaras kelompok 4 (Laila Ainu Rohmah)
Konselor dapat dikatakan Profesional jika ia:
1. Memiliki Penguasaan Pengetahuan. Maksudnya adalah adalah seorang konselor harus
dapat memahami tentang konsep bimbingan dan konseling, landasan pendidikan, serta
memahami kode etik bimbingan dan konseling dalam implementasi hubungan
konseling yang akan dilakukan. Dengan aspek ini, Konselor akan mampu mengelola
proses konseling yang tepat terhadap kliennya.
2. Penguasaan Emosional. Yakni seorang Konselor harus dapat menguasai emosi di dalam
dirinya sendiri terlebih dahulu, lalu akan merefleksikan kepada kliennya. Dengan
memahami emosional kliennya, maka Konselor dapat melakukan pendekatan yang
tepat dalam proses konseling sehingga dapat memperlancar dalam upaya memecahkan
masalah yang dihadapi kliennya.
3. Memahami Tentang Kepribadian. Yaitu seorang Konselor harus dapat memahami
tentang penguasaan kepribadian yang dimiliki dirinya sendiri dengan baik. Dengan
memahami dirinya sendiri, Konselor akan memiliki pandangan yang tepat
terhadap kliennya melalui penguasaan dirinya sendiri (Self-Knowledge)sehingga ia
akan mengetahui apa yang dirasakan kliennya, dengan kata lain dia akan terampil dalam
memahami kepribadian orang lain yang sangat berguna dalam hubungan konseling.
4. Dapat Dipercaya. Yakni seorang Konselor Profesional harus dapat dipercaya oleh
semua pihak yang membutuhkan. Agar dapat dipercaya, Konselor harus memiliki
kejujuran yang tinggi yaitu sifat yang terbuka, otentik, dan objektif dalam pemberian
layanannya kepada klien sehingga ada relevansi antara penilaian diri sendiri (Real-Self)
dengan penilaian orang lain terhadap diri klien (Publik Self).
5. Memiliki Psikologis yang Baik. Seorang Konselor diharuskan memiliki Psikologis
yang lebih sehat (baik) daripada kliennya. Kesehatan psikologis Konselor yang prima
sangat vital dan berguna selama proses konseling. Karena, jika Konselor kurang sehat
psikisnya, maka akan menghambat prsoes konseling yang dijalankannya. Misalnya,
ketika Konselor mengalami masalah ekonomi dalam kehidupannya, maka hal itu akan
memengaruhi psikis Konselor menjadi tidak sehat dan akan menyebabkan pemberian
pelayanan bimbingan dan konseling yang kurang baik bahkan dapat menyimpang.
(sumber : kompasiana)
Penanya dari kelompok 3 (Nurshifa Fauziah)
Karakteristk pribadi seperti apa yang seharusnya dimiliki seorang konselor?
Jawaban dari penyaji kelompok 1 (Indah Nurfauziah)
Seorang konselor harus menampilkan kepribadian dan prilaku yang terpuji, seperti berwibawa,
jujur, sabar, ramah, dan konsisten. Artinya konselor dituntut untuk memiliki sikap kepribadian
serta prilaku yang terpuji, seperti berwibawa, yaitu konselor yang memiliki kharisma dalam
pandangan orang lain, jujur dalam berperilaku dan bertindak, sabar terhadap setiap orang, dan
konsisten agar timbul rasa kepercayaan dari konseli terhadap konselor.
Tambahan dari penyelaras kelompok 5 (Jihan Fahira Alhabsyi)
Seorang konselor harus menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada
umumnya dan khususnya kepada konselinya, seperti membantu konseli mengembangkan
potensi bakat bermusiknya, dan menggali potensi positif yang terpendam dari diri konseli agar
konseli mampu berprestasi dengan baik.
Seorang konselor harus peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan khususnya
kepada konselinya, artinya konselor memiliki jiwa sosial yang tinggi yang menyangkut
kemaslahatan umat manusia, seperti melakukan kerja bakti, gotong royong membersihkan
lingkungan dan lain-lain serta peduli terhadap kemaslahatan konseli, seperti turut berempati
ketika konseli tertimpa musibah, memberikan bantuan dan pertolongan kepada konseli yang
dilanda masalah sesuai dengan kemampuan konselor.
Seorang konselor harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak
asasinya, artinya adalah konselor memiliki sikap dan sifat kesetaraan untuk tidak membeda-
bedakan orang lain karena sifat membeda-bedakan individu akan memunculkan sikap
perendahan konselor terhadap harkat dan martabat manusia serta ketidakpedulian konselor
terhadap hak asasi seorang individu. Oleh sebab itu, sifat kesetaraan harus dimiliki oleh
konselor agar harkat dan martabat manusia yang sesuai dengan hak asasinya dapat dijunjung
tinggi oleh konselor.
Seorang konselor harus toleran terhadap permasalahan konseli, artinya adalah sikap toleransi
konselor terhadap semua permasalahan konseli, seperti toleransi terhadap konseli yang berbeda
agama, toleran terhadap konseli yang tengah melaksanakan ibadahnya, toleran terhadap
kondisi ekonomi konseli yang berada pada kondisi tidak baik, toleran terhadap konseli yang
mengalami kondisi fisik yang kurang baik atau memiliki suatu penyakit tertentu. Seorang
konselor harus bersikap demokratis, artinya konselor harus mengutamakan kepentingan umum
dibanding kepentingan pribadi, menerima semua masukan dan kritik yang datang dari orang
lain serta tidak memaksakan pendapat sendiri kepada orang lain.
Tambahan dari penyelaras kelompok 4 (Febriya Nurhidayah)
Karakteristik seorang konselor :
Memahami secara mendalamkonseli yang dilayani,
Menguasai landasan dan kerangka teoritik bimbingan dankonseling,
Menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang mendirikan,dan
Mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan
Konseling dan Psikoterapi merupakan suatu usaha profesional untuk membantu/ memberikan
layanan pada individu-individu mengenai permasalahan yang bersifat psikologis. Dengan kata
lain Konseling dan Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien untuk suatu
perubahan tingkah (behauvioral change), kesehatan mental positif (positive mental health),
pemecahan masalah (problen solution), keefektifan pribadi (personal effectiveness), dan
pembuatan keputusan (decision making). Dengan demikian seorang konselor perlu didukung
oleh pribadi dan keterampilan yang dapat menunjang keefektifan konseling. Pada dasarnya
antara konseling dan psikoterapi dalam hal tujuan sama-sama ingin membantu agar klien dapat
menemukan permasalahan untuk kemudian dapat dipecahkan bersama-sama, namun semua itu
hanya dapat terlaksana dengan baik manakala klien dapat membuka diri dan mau diajak
kerjasama. Adapun perbedaannya lebih kepada pendekatan dan cara penanganannya, dimana
konselor sebagai mitra yang dapat memberikan masukkan dan membantu untuk memunculkan
suatu permasalahan yang dirasakan klien baik masalah yang disadari maupun yang tidak
disadari, sedangkan psikoterapis selain menggunakan tehnik konseling ia juga menggunakan
therapy yang sifatnya lebih kepada perubahan pada prilaku yang sangat substantib.
Penyelaras
1. Nabila Dwi Pusita kel 5:
Ada paksaan ke bk nya
Adanya permusuhan
Penolakan dari klien
Tidak sependapat
Tambahan Materi
Menurut WS Winkel (1997) dalam Bimbingan dan Konseling di Lingkungan
Pendidikan.
1. Anak Usia Dini
2. Usia SD
3. Usia SMP
4. Usia SMA
5. Usia Mahasiswa
a. Semester 1-IV
b. Semenster V-VIII