TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
mengatakan apa yang dipikirkan dan apa yang harus dikerjakan. Hal ini
klien yang bertujuan membantu klien untuk memutuskan apa yang akan
dan memutuskan sendiri alternatif yang terbaik untuk dirinya (Depkes RI,
2007).
8
9
lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan
masalah-masalahnya.
konseling dan aliran dan teori yang dianutnya. Dalam bidang konseling
suatu yang mudah diterima, dan bisa memberikan inspirasi kepada ibu
diinginkan.
dengan klien. Hubungan itu tidak hanya dari kedua belah pihak yang
supaya lebih jelas sehingga klien dapat memilih sendiri jalan keluarnya.
yang mewarnai pikirannya. Ia harus tau kelemahan dan aset- aset yang
antara dirinya dan orang lain. Ia tahu bahwa orang lain bukanlah dirinya.
olehnya.
secara sosial.
3. Empati
dicerna. Empati itu sangat sederhana, yaitu dengan memahami orang lain
dari sudut kerangka berpikir orang lain tersebut, empati yang dirasakan
13
harus juga diekspresikan, dan orang yang melakukan empati harus yang
kerangka system.
tingkah laku yang merugikan diri sendiri ini menjadi pola tingkah laku
14
pesan (FOA 1994). Hal ini diperlukan utuk membedakan antara dua
saluran komunikasi yaitu tatap muka (face to face) dan media masa
yang bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Anak Balita
Juntika, 2005).
sebelum MTBS. Materi meliputi kepatuhan minum obat, cara minum obat,
dalam kartu.
Nasehat Ibu (KNI) yang diberikan setelah ibu atau pengantar balita
1. Kesiapan Konseling
konselor.
a. Penolakan,
b. Situasi fisik
e. Pendekatan kurang,
3. Penyiapan klien:
5. Psikodiagnostik
konseling.
d. sikap hangat,
f. menjamin kerahasiaan,
pemecahan masalahnya.
evaluasi/terminasi.
19
Tujuan dari langkah ini adalah mencari strategi dan intervensi yang
terminasi.
menanyakan cara menyusui bayi berapa kali sehari, apakah pada malam
berikut:
kuning telur/ ayam/ ikan/ tempe/ tahu/ daging sapi/ wortel/ bayam/
c. Usia 6-12 bulan caranya adalah berikan ASI sesuai dengan keinginan
anak, berikan bubur nasi ditambah telur/ ayam/ ikan/ tempe/ tahu/
oleh keluarga 3 kali sehari yang terdiri atas nasi, lauk pauk, sayur,
memberikan ASI.
h. Apabila anak tidak diberikan makan secara aktif, maka nasehati ibu
i. Apabila anak tidak diberi makan dengan baik selama sakit, maka
nasehati ibu untuk memberikan ASI lebih sering dan lebih lama serta
tapi sering.
22
a. Persiapan konseling
1) Pengumpulan data
b. Perencanaan konseling
dan lain-lain.
1) Klien datang
antropometri.
kualitatif.
Kegiatan konseling ini lebih efektif dilakukan untuk satu klien 1 kali
kepada bayi setelah bayi siap atau berusia 6 bulan. MPASI merupakan
makanan tambahan bagi bayi. Makanan ini harus menjadi pelengkap dan
berguna untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terkandung dalam ASI
(Molika, 2014).
minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi atau anak usia 4-
bayi berusia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan tumbuh
kembang bayi, dimana ASI masih menjadi menu utama bagi bayi hingga
24 bulan.
merupakan langkah besar bagi bayi untuk mulai menapaki dunia rasa dan
1. Melengkapi zat gizi yang kurang karena kebutuhan zat gizi yang semakin
1. Tepat waktu (timely), artinya MPASI harus diberikan saat ASI eksklusif
bersih.
anak.
26
Makanan lumat adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan
kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus,
contoh : bubur nasi, bubur ayam, nasi tim dan kentang puri.
Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak tampak berair dan
benar sesuai dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) agar
memasak.
6. Peralatan makan bayi seperti mangkuk, sendok dan cangkir harus dicuci
makanan diberikan makanan cair dan lembut, kemudian setelah bayi bisa
bayi sudah tumbuh gigi geligi. Porsi makanan bayi juga berangsur-angsur
makanan tersebut.
b. Hal ini disebabkan sistem imun bayi kurang dari 6 bulan belum
penyakit.
batuk pilek dan panas dibandingkan bayi yang hanya mendapat ASI
ekslusif.
makanan padat lebih sulit ditelan dan dicerna oleh bayi yang masih
2018).
1. MP-ASI diberikan sedikit demi sedikit, misalnya 2-3 sendok pada saat
beras yang baik berasal dari beras pecah kulit yang lebih banyak
kandungan gizinya.
karena rasa buah yang lebih manis dan lebih disukai bayi, sehingga jika
dengan rasa asli makanan, karena bayi usia 6-7 bulan, ginjalnya belum
6. Untuk menambah cita rasa MP-ASI bisa menggunakan kaldu ayam, sapi
atau ikan yang dibuat sendiri, serta bisa juga ditambahkan berbagai
MP-ASI. Berikan secara bertahap 2-4 hari untuk mengetahui reaksi bayi
9. Telur bisa diberikan kepada bayi sejak usia 6 bulan, tetapi pemberiannya
bagian kuning terlebih dahulu karena bagian putih telur dapat memicu
alergi.
10. Madu sebaiknya diberikan pada usia lebih dari 1 tahun karena madu
pada saluran cerna bayi yang dikenal sebagai toksin botulinnum (infant
botulism).
1. Faktor predisposisi
alasan melatih atau mencooba agar pada waktu ibu mulai bekerja
2. Faktor pendorong
3. Faktor pendukung
pendekatan yang baik kepada ibu yang memiliki bayi usia kurang dari
6 bulan maka pada umumnya ibu mau patuh dan menuruti nasehat
MPASI kurang dari 6 bulan, diantaranya yang paling sering adalah si bayi
masih kelaparan meski sudah diberi susu dan terus rewel. padahal bisa
jadi bayi menangis karena merasa tidak nyaman atay penyebab lainnya.
produksi asi.
asi.
buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan oleh bayi.
f. Bayi akan minum asi lebih sedikit sehingga akan lebih sulit untuk
a. Obesitas
b. Hipertensi
hipertensi.
c. Arteriosleloris
tinggi energi dan kaya akan kolestrerol serta lemak jenuh, sebaliknya
d. Alergi makanan
2011).
2.3.1 Definisi
menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Perilaku terbuka
(2014), yaitu :
sikap sehingga belum dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Reaksi sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan
dengan gaya hidup sehat yang meliputi makan menu seimbang, olahraga
yang teratur, tidak merokok, istirahat cukup, dan menjaga perilaku yang
penyakitnya.
Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
masyarakat.
secara dini meliputi rasa takut bahwa ASI yang mereka hasilkan tidak
cukup lama dan kualitasnya buruk. Banyak kepercayaan dan sikap yang
tidak mendasar terhadap makna pemberian ASI yang membuat para ibu
ASI pertama (kolostrum) yang terlihat encer dan menyerupai air selain itu
pemberian ASI yang salah menyebabkan ibu mengalami nyeri lecet pada
bayi memerlukan cairan tambahan selain itu dukungan yang kurang dari
pelayanan kesehetan seperti tidak adanya fasilitas rumah sakit dan rawat
sehingga ibu akan lebih tertarik pada iklan PASI dan memberikan MPASI
2. Perilaku kurang tepat, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-
2.4.1 Definisi
2005).
akan gizi, ASI (Air Susu Ibu), imunisasi, pakaian, tempat tinggal yang
perhatian dari orang tua dan orang terdekatnya karena dengan itu
1. Faktor Genetik
dari kedua orang tuanya, tapi bila lingkungannya kondusif untuk anak
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Prenatal
selama hamil.
makan makanan tertentu selama hamil dan tidak boleh dibantu oleh
d. Nutrisi
tidak adekuat.
e. Iklim/ Cuaca
diare.
dan anak tunggal akan mendapatkan pola asuh yang berbeda dari
maksimal, karena tidak ada saudara yang lain, anak tengah akan
sebagainya.
3. Bahasa
4. Kepribadian (Sosialisasi)
sebagainya.
42
bulan adalah :
1. Usia 1 Bulan
a. Motorik Kasar
lemas.
kepala.
3) Bila telungkup dapat memutar kepala dari satu sisi ke sisi yang
lain.
b. Motorik Halus
c. Vokalisasi
d. Sosialisasi/ Kognitif
2. Usia 2 Bulan
a. Motorik Kasar
43
menunduk ke depan.
b. Motorik Halus
c. Vokalisasi
d. Sosialisasi/ Kognitif
berbagai stimulus.
3. Usia 3 Bulan
a. Motorik Kasar
menunduk ke depan.
telungkup.
b. Motorik Halus
c. Vokalisasi
1) Tertawa.
d. Sosialisasi/ Kognitif
4. Usia 4 Bulan
a. Motorik Kasar
b. Motorik Halus
b. Vokalisasi
1) Tertawa keras.
45
c. Sosialisasi/ Kognitif
5. Usia 5 Bulan
d. Motorik Kasar
2) Punggung tegak.
e. Motorik Halus
f. Vokalisasi
1) Menjerit.
g. Sosialisasi / Kognitif
6. Usia 6 Bulan
a. Motorik Kasar
b. Motorik Halus
3) Memegang botol.
c. Vokalisasi
3) Mengoceh menyerupai ungkapan satu suku kata (ma, mu, da, di,
hi).
d. Sosialisasi/ Kognitif