Referensi : Putri, A. (2016). Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor Dalam Konseling Untuk
Membangun Hubungan Antar Konselor Dan Konseli. Jurnal Bimbingan Konseling
Indonesia, 1(1), 10-13.
- Kualitas Klien
Setiap individu yang diberi bantuan profesional oleh seorang Konselor atas
puritan sendiri atau orang lain dapat disebut sebagai klien. Ada klien yang datang
kepada Konselor dengan keinginan dirinya sendiri karena adanya kesadaran dalan
dirinya. Dan ada klien yang datang kepada konselor atas keinginan orang lain karena
kurangnya kesadaran dalam dirinya bahwa dia membutuh bantuan konselor. Klien
yang sadar dalam proses konseling memiliki harapan untuk tumbuh, berkembang,
produktif, kreatif dan mandiri. Harapan, kebutuhan, dan latar belakang klien akan
menentukan keberhasilan proses konseling.
Shertzer dan Stone (1987) mengemukakan bahwa keberhasilan dan kegagalan
proses konseling ditentukan oleh tiga hal yaitu: (1) kepribadian klien; (2) harapan
klien dan; (3) pengalaman atau pendidikan klien.
1. Kepribadian Klien
Kepribadian klien ikut berperan dalam menentukan keberhasilan
proseskonseling, aspek kepribadian meliputi emosi, sikap, intelektual,
motivasi dll. Kecemasan klien akan tampak dihadapan konselor, oleh
sebab itu konselor yang efektif akan menyelidiki perasaan-perasaan
tersebut dan adanya adanya. Keterbukaan secara verbal atau nonverbal
akan mengurangi kecemasan yang terjadi. Ketengan jiwa klien akan
menjernihkan pola pikirnya dalam keadaan ini konselor akan menemukan
intelektual klien dan akan mudah membuat suatu keputusan. Sebagaimana
konselor klien juga dilatarbelakangi oleh sikap, nilai-nilai, pengalaman,
perasaan, budaya, sosial, ekonomi, yang ikut membentuk kepribadiannya.
Ada klien yang introvert dan ekstrovert semua harus dapat dipahami oleh
konselor kepribadian pembimbing dan wawasan yang luas adalah hal
mutlak yang harus dimiliki.
2. Harapan Klien
Harapan mengandung pengertian adanya kebutuhan yang ingin
dipenuhi harapan mempengaruhi proses konseling dan persepsi klien
terhadap konselor. Umumnya harapan klien terhadap konseling adalah
mendapat informasi, menurunkan kecemasan, memperoleh jawaban dari
masalah yang dihadapi, dan mencari upaya agar dirinya lebih baik dan
berkembang.
Shertzer dan Stone (1980) mengemukakan secara umum bahwa
harapan klien adalah proses konseling yang dapat menghasilkan
pemecahan masalah pribadinya seperti menghilangkan kecemasan,
menentukan pilihan, menjadi lebih baik, kesulitan atau kegagalan belajar
dll. Sering terjadi harapan klien terlalu tinggi terhadap proses konseling
sehingga menimbulkan diskrepansi atau ketidaksesuaian antara harapan
dengan kenyataan dalam proses konseling. Kekecewaan ini menyebabkan
klien putus hubungan dengan konselor.
Perlu diketahui harapan klien datang dari dalam dirinya atau dari
luar dirinya (intervensi/desakan oranglain). Tentu perlu keterlibatan dan
keterlibatan klien dalam proses konseling sehingga terjadi diskusi yang
mendalam mengenai harapan dan cita-cita klien. Sehingga klien dapat
menjawab sendiri apakah harapannya itu logis, realistis dan dapat dicapai.